• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP MULTIFINANCE SYARIAH DAN KONVENSIONAL

B. Landasan Hukum Islam Mengenai Multifinance

Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan, dan Islam merupakan sebuah ajaran yang selalu mengedepankan rasa keadilan terutama dalam hal muamalat. Dalam konteks lembaga pembiayaan multifinance Islam memiliki pandangan mengenai konsep ridha antara pembiayaan multifinance dengan konsumen, yang menjadi perhatian khusus bagi Islam yaitu riba. Dalm bab ini akan dipaparkan mengenai landasan hukum Islam mengenai multifinance.

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam, antara lain.

35

) ءﺎﺴﻨﻟا : 29 ( Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil.” (Q.S. An-Nisaa: 29)

dan juga dalam surat lain seperti dibawah ini:

) موﺮﻟا : 39 ( Artinya:

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (Q.S.Ar-Ruum: 39)

Dalam kaitannya dengan pengertian al-bathil dalam ayat tersebut, Ibnu Al Arabi Al Maliki, dalam kitabnya Ahkam Al Qur’an, menjelaskan:

“Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat Qur’ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.”21

21

Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah Swt. mengancam memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.

) ءﺎﺴﻨﻟا : 160 – 161 ( Artinya :

“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka yang (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S. An Nisa: 160-161)

Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat, bahwa pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak dipraktekkan pada masa tersebut. Allah berfirman:

) ناﺮﻤﻋلا : 130 (

37

Artinya

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”(Q.S. Ali Imran: 130).

Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil. Seperti transaksi jual-beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena penggunaan si penyewa. Mobil misalnya, sesudah dipakai nilai ekonomisnya pasti menurun, jika dibandingkan sebelumnya. Dalam hal jual-beli si pembeli membayar harga atas imbalan barang yang diterimanya. Demikian juga dalam proyek bagi hasil, para peserta pengkongsian berhak mendapat keuntungan karena di samping menyertakan modal juga turut serta menanggung kemungkinan risiko kerugian yang bisa saja muncul setiap saat.

Dalam transaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional si pemberi pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil di sini adalah si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut.22

22

Ega, Modul Pelatihan FIF Syariah, (Yogyakarta: PT Federal International Finance, 2005) hlm. 2

C. Konsep Pembiayaan Motor Pada Multifinance Syariah dan Konvensional. 1. Konsep Pembiayaan Motor Syariah

Mekanisme pembiayaan utang pada perusahaan pembiayaan konvensional berbeda dengan pembiayaan syariah. Ada dua jenis utang yang berbeda sama sekali, yaitu utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang dan utang yang terjadi karena pengadaan barang. Utang yang terjadi karena pinjam meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaris, dan studi kelayakan. Tambahan lain yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deplasi tidak diperbolehkan, dan mekanisme inilah yang berlaku pada perusahaan pembiayaan konvensional. Kemudian ada utang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang, utang seperti ini harus jelas dalam satu kesatuan yang utuh yang disebut harga jual. Harga jual itu terdiri atas harga pokok barang plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual disepakati, selamanya tidak boleh berubah naik karena akan masuk dalam kategori riba fadl. Mekanisme pembiayaan seperti ini berlaku pada perusahaan pembiayaan syariah.23 Jadi utang yang terjadi pada perusahaan pembiayaan konvensional adalah utang uang dan utang yang terjadi pada perusahaan pembiayaan syariah adalah utang pengadaan barang.

23

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001),h.60.

39

Pembiayaan syariah upaya menghidarkan diri dari riba. Secara etimologis riba berarti perluasan, pertambahan dan pertumbuhan. Baik berupa tambahan material maupun immaterial. Pada masa pra-Islam, kata riba menunjukkan satu transaksi bisnis tertentu, dimana transaksi-transaksi tersebut mengindikasikan jumlah tertentu di muka (a fixed amount) terhadap modal yang digunakan. Secara garis besar, riba terjadi pada utang pitutang dan jual beli.24

Umar Chapra mengutip Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisan al-Arab, mengatakan bahwa pengertian riba secara harfiah berarti peningkatan, pertambahan, perluasan, atau pertumbuhan. Tetapi tidak semua peningkatan atau pertumbuhan terlarang dalam Islam. Keuntungan juga menyebabkan peningkatan atas jumlah pokok, tetapi tidak dilarang.25

Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Pembiayaan motor syariah merupakan salah satu produk yang disediakan lembaga pembiayaan syariah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang bersifat konsumtif, produk ini terdapat pada jenis usaha

24

Endy Muhammad Astiwara, Investasi Islami di Pasar Modal, (Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammad, 1999), Tesis S2, hlm. 128

25

Umer Chapra, Prohibition of Interest: does It Make Sense?, (Durban South Africa: IDM Publication, 2001), hlm. 2.

multifinance yaitu pembiayaan konsumen syariah. Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dengan pembayaran secara angsuran dengan prinsip syariah, antara lain murabahah, salam, istisna. Pembiayaan motor syariah dapat dilakukan dengan akad yang paling sering digunakan, yaitu murabahah. Murabahah adalah penjualan dengan batas laba yang disetujui bersama antara pembeli dan penjuala dengan pembayaran harga dapat dilakukan dengan tunai ataupun cicilan sesuai dengan kesepakatan.26 Akad ini dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Agar lebih jelas mengenai konsep pembiayaan motor syariah di bawah ini akan dijelaskan hak dan kewajiban serta persyaratan antara perusahaan pembiayaan dengan pembeli/konsumen.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai kewajiban perusahaan pembiayaan dalam hal mekanisme pembiayaan motor syariah

a. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai penjual (ba’i), antara lain: 1) Menyediakan motor sesuai yang disepakati bersama dengan konsumen

sebagai pembeli (musytari)

2) menjamin motor/objek akad tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik

b. Hak perusahaan pembiayaan

26

M Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (PT.Dana Bhakti Prima Yasa Jakarta, 1997. h.224.

41

1) Memperoleh pembayaran dari konsumen sebesar harga motor secara angsuran sesuai dengan yang diperjanjikan

2) Mengambil kembali motor apabila konsumen tidak mampu membayar angsuran

3) Menentukan penyedia motor (supplier) dalam pembeliannya. Dalam menyediakan objek akad perusahaan pembiayaan dapat mewakilkan pembelian barang tersebut kepada konsumen berdasarkan prinsip wakalah, yaitu perjanjian di mana pihak yang memberi kuasa muwakil memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa wakil untuk melakukan tindakan tertentu.

c. Hak dan kewajiban konsumen

1) Menerima objek akad dalam keadaan baik dan siap dioperasikan 2) Membayar angsuran dan biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan 3) Mengembalikan atau menitipjualkan objek yang dibiayai.

d. Ketentuan objek akad

1) Dapat dinilai dengan uang 2) Dapat diterima oleh konsumen 3) Tidak dilarang oleh syariat islam

4) Spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas melalui identifikasi fisik, kelaikan, dan jangka waktu pemanfaatannya.

1) Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian.

2) Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau angsuran

3) Diperkenkan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda

4) Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan kepada konsumen.

f. Dalam kontrak akad Murabahah paling kurang memuat hal-hal sebagai beikut:

1) Identitas perusahaan pembiayaan dan konsumen

2) Spesifikasi objek akad meliputi nama, jenis, jumlah, ukuran dan tipe. 3) Harga jual, harga beli, dan cara pembayaran angsuran

4) Jangka waktu

5) Ketentuan jaminan dan asuransi 6) Ketentuan mengenai uang muka 7) Ketentuan mengenai diskon/potongan

8) Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi yang belum jatuh tempo 9) Ketentuan mengenai wanprestasi dan sanksi bagi konsumen yang

menunda pembayaran pengangsuran.

10)Hak dan tanggung jawab masing – masing pihak27

27

43

Dalam penjelasan di atas dapat dipahami bahwa konsep pembiayaan motor syariah berbeda dalam hal ketentuan yang berlaku dalam aplikasi pembiayaan motor, karena dalam pembiayaan motor syariah terdapat prinsip yang harus dijalankan, yaitu seperti:

a. Prinsip Jual Beli Syariah Menempatkan nilai-nilai religi saat menjalankan idealisme usaha dalam bingkai semangat yang dilandasi nilai - nilai universal untuk kemaslahatan ummat dalam mewujudkan transaksi yang adil dan mencegah kerugian atau beban yang memberatkan di kemudian hari.

b. Universal : Tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan dalam memberikan pelayanan.

c. Jelas: Prinsip ini tercermin dari penyampaian informasi dalam kontrak mengenai tanggung jawab dari kondisi pembiayaan yang disepakati bersama.

d. Bersih: Hanya menggunakan tata cara pembiayaan Syariah untuk menjamin semua transaksi dilakukan dengan cara yang sesuai dengan syariah.

e. Terbuka Penawaran harga disampaikan secara detail dan transparan mengenai harga pokok produk dan margin keuntungan yang diinginkan oleh FIF sebagai total biaya yang harus ditanggung oleh pembeli sesuai dengan kesepakatan bersama.

f. Adil : Melalui pembiayaan Syariah, FIF menempatkan nasabah pengguna dana dalam hak, kewajiban, keuntungan dan resiko yang berimbang. g. Jujur : Jujur dalam menyampaikan informasi yang ada.28

2. Konsep Pembiayaan Motor Konvensional

Secara umum pembiayaan motor konvensional termasuk pada kategori pembiayaan konsumen, konsep dari pembiayaan motor konvensional menggunakan bunga sebagai keuntungan yang diperoleh perusahaan pembiayaan. Aktivitas pembiayaan konsumen dilakukan karena tidak semua konsumen mampu membeli barang konsumsi secara tunai sehingga perusahaan pembiayaan akan menangani pembayaran dengan cara tunai ke pihak penjual. Selanjutnya konsumen membayar barang tersebut dengan cara mengangsur selama jangka waktu tertentu kepada perusahaan pembiayaan.

Dalam aktivitas pembiayaan motor, terdapat tiga pihak yang terkait yaitu perusahaan pembiayaan sebagai pemberi jasa pembiayaan, supplier sebagai penyedia barang yang dibutuhkan, dan konsumen sebagai pembeli barang. Dalam pembiyaan motor konvensional mengenai pembayaran dilakukan dengan cara diangsur.29 Dalam instrumen yang digunakan guna memperoleh keuntungan, yaitu dengan cara menggunakan bunga untuk mendapatkan keuntungan yang diperoleh.

28

“Prinsip Pembiayaan Syariah“, Diakses dari http://www.fifkredit.com/syariah.asp Pada Tanggal 24 Januari 2010.

29

DI PT.FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT FIF

PT Federal International Finance (FIF) didirikan pertama kali pada bulan Mei 1989 dengan nama PT Mitrapusaka Artha Finance. Berdasarkan ijin usaha yang diperolehnya, maka Perseroan bergerak dalam bidang Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang dan Pembiayaan Konsumen.

Perusahaan memperoleh izin untuk menjalankan usaha sebagai perusahaan pembiayaan berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan tertanggal 17 Oktober 1989 No. 1151/KMK.013/1989 dan surat keputusan No. 1004/KMK.013/1990 tanggal 30 Agustus 1990 dan memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 1989. Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor terdepan, FIF memiliki kurang lebih 2,6 juta pelanggan aktif, dengan jaringan terbesar yang meliputi 113 kantor cabang dan 290 Point Of Sales (POS) di seluruh Indonesia dan menjalin kerjsama dengan kurang lebih 1.400 dealer resmi Sepeda Motor Honda.1

Sejak tahun 1996, perseroan memutuskan untuk memusatkan kegiatan usahanya pada pembiayaan retail kendaraan bermotor untuk produk sepeda motor Honda yang diproduksi PT Astra Honda Motor, sebuah anak perusahaan PT Astra

1

”Sejarah FIF”, Artikel Diakses dari www.fifkredit.com

46

International, Tbk. Pada tahun 1991, Perseroan merubah nama menjadi PT Federal International Finance Namun seiring dengan perkembangan waktu dan guna memenuhi permintaan pasar, Perseroan mulai memfokuskan diri pada bidang pembiayaan konsumen secara retail pada tahun 1996. Ketika badai krisis moneter terjadi pada tahun 1997, saat itu pula merupakan titik balik bagi Perseroan untuk melakukan konsolidasi internal dalam rangka persiapan menuju ke suatu sistem komputerisasi yang tersentralisasi dan terintegrasi. Walaupun krisis moneter tersebut di luar dugaan berkembang menjadi krisis multidimensi, namun berkat kerja keras jajaran Direksi beserta seluruh karyawan Perseroan tetap dapat berjalan.2

Perseroan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Astra International, Tbk ini, tahun demi tahun lebih memantapkan dirinya sebagai perusahaan pembiayaan terbaik dan terpercaya di industrinya sekaligus meberikan instruksi untuk membatasi cakupan usaha yang dijalani oleh FIF pada waktu itu, yaitu lebih memfokuskan pada pembiayaan konsumen agar lebih fokus dan professional di bidangnya.

Dari tahun ke tahuin FIF mampu menunjukan perkembangan yang baik, terbukti dengan munculnya FIF sayariah pada bulan Oktober tahun 2005 yang mana pada waktu itu pendirian FIF syariah berdiri pertama kali di kota Bandung. Hal ini dilandasi dengan adanya masukan dari Aa Gym, dan juga adanya permuintaan dari konsumen agar pembiayaan motor syariah dapat terbit guna

2

memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan munculnya FIF syariah maka pada tahun 2008 PT FIF membentuk office cheneling pada setiap cabang atau deler yang ada di seluruh penjuru Indonesia.

FIF syariah dibentuk oleh Astra Group yang mana sebelumnya ditangani oleh PT AMF (Astra Multi Finance), namun seiring berjalannya waktu FIF syariah mengambil alih perusahaan sehingga masuk dalam PT FIF. Dari tahun 2005 hingga tahun 2009 FIF syariah mampu mencakup 165 cabang di seluruh Indonesia, dan perusahaan ini hanya menjual produk Honda saja dalam pembiayaan motor karena Honda masih dalam satu anak perusahaan PT Astra Tbk.

Munculnya kebijakan Multifinance dikarenakan terbitnya peraturan Menteri keuangan sekitar tahun 1990. kebijakan tersebut muncul juga karena adanya dorongan dari masyarakat, selain itu yang menjadi cikal bakal munculnya perusahaan ini karena PT Astra mendirikan pabrik AHM dimana Astra memiliki perusahaan ASO (Astra Sales Operation) yang sekarang dikenal dengan FIF. Saat ini FIF syariah berkembang menjadi perusahaan yang besar dan mampu bersaing dengan perusahaan multifinace lainnya sehingga FIF mampu berkiprah di bidangnya.3

3

Yoelhandri Barda, Supervisor Syari’ah PT. FIF, WawancaraPribadi, Jakarta, 11 Februari 2010.

48

B. Gambaran Umum Tentang Produk Pembiayaan Motor Syariah dan Konvensional

1. Produk Pembiayaan Motor Konvensional

Seiring berjalannya waktu PT FIF memberikan fasilitas pembiayaan konvensional yaitu terdapat beberapa produk yang ditawarkan kepada konsumen, antara lain : Pembiayaan motor baru yaitu diberikan kepada konsumen yang menginginkan pembiayaan pada motor baru, selain itu FIF juga menawarkan kepada konsumen pembiayaan pada motor bekas sehingga cakupan pasar menjadi lebih luas dan memberikan manfaat bagi konsumen dalam hal pemilihan sepada motor terutama pada masalah harga.

Dalam rangka pengembangan PT FIF untuk menjadi perusahan yang kuat, maka perusahaan ini bekerjasama dengan pihak Bank guna menunjang kegiatan usaha pada pembiayaan motor dan mensuport dana kepada.FIF secara proposional. Saat ini FIF telah mengembangkan jaringan di seluruh wilayah Indonesia untuk penunjang kemudahan bagi konsumen, yaitu terdapat 76 cabang dan hampir 200 pos di berbagai wilayah Indonesia. FIF juga termasuk sebagai salah satu anak perusahaan dari PT.Astra International Tbk, yang mana bergerak di bidang multifinance khusus pembiayaan konsumen, sehingga dalam penjualan motor FIF mensuport penuh pada penjualan motor yang dikeluarkan PT Astra. Dalam perkembangannya FIF dapat meraih

penghargaan sebanyak tiga kali, ini menunjukan bahwa peusahaan ini mampu membuktikan kinerjanya yang baik di bidangnya.4

Mengenai produk pembiayaan motor konvensional, PT FIF hanya memiliki tiga produk pembiayaan, yaitu Pembiayaan motor baru, pembiayaan motor bekas dan pembiayaan elektronik. Walaupun PT FIF pada dasarnya secara hukum berbentuk multifinance namun produk yang dikeluarkan hanya tiga saja, dikarenakan perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Astra, jadi ruang lingkup usaha pun dibatasi. Untuk ruang lingkup yang lain seperti mobil sudah ada, yaitu ACC yang menangani pembiayaan mobil, hal ini dilakukan agar FIF mampu bersaing dengan perusahaan pembiayaan motor yang lain dan tetap fokus dalam menjalani kegiatan usaha pada bidang pembiayaan motor sehingga mampu mempercepat perkembangan PT FIF sebagai perusahaan yang mampu memimpin dalam bidang pembiayaan motor.5

2. Produk Pembiayaan Motor Syariah

Sejauh ini produk pembiayaan motor syariah dan konvensional, pada dasarnya adalah sama jenisnya yang membedakan hanya terletak pada nilai moralitas dan penerapan akadnya, artinya produk pembiayaan motor syariah sangat memperhatikan prinsip syariah dan menjunjung tinggi nilai moralitas.

4FIF lonjakkan pembiayaan syariah”. Diakses dari www.inilah.com/berita/ekonomi. Bisnis Indonesia-Jum'at, 09 Oktober 2009

5

50

Akad yang digunakan dalam pembiayaan motor syariah menggunakan murabahah yaitu jual beli dengan cara dicicil.

C. Perkembangan Mengenai Pembiayaan Motor PT FIF

PT Federal International Finance (FIF) dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang baik, dapat dilihat melalui data yang diperoleh bahwa FIF mampu mencapai pangsa pasar pembiayaan sepeda motor hampir selalu berada di atas 50% selama 5 tahun terakhir sejak 2004. Pada 2004, pangsa pasar FIF mencapai 58% dari total pembiayaan kendaraan roda dua. Setelah itu meningkat pada 2005 menjadi 67%. Pada pembiayaan tahun 2009 meningkat hingga mencapai Rp12,5 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun lalu sebesar Rp12 triliun.

Pencapaian target pada Oktober 2009, penyaluran kredit sudah menembus Rp10 triliun atau 85% dari target perseroan yang sebelumnya dipatok Rp12,3 triliun. Dapat dilihat bahwa secara umum kinerja keuangan PT FIF sangat baik, terlihat dari tingkat keuntungan yang meningkat signifkan, sehingga ekuitas perusahaan pun meningkat.6 Seiring dengan meningkatnya kinerja perusahaan tren pinjaman multifinance secara umum kepada bank hingga September 2009 semakin meningkat terutama berasal dari bank lokal seiring dengan longgarnya likuiditas dan upaya lembaga keuangan tersebut dalam memasuki pasar ritel pembiayaan. Berdasarkan data Bank

6

Indonesia, pinjaman multifinance terus meningkat sejak Juli tahun ini hingga September 2009. Dapat dilihat dari sebagian pelaku usaha menyatakan ketatnya likuiditas pada awal tahun 2009 kian tidak terasa. Menurut data yang dipeoleh pada bulan Juli tahun 2009, pinjaman multifinance kepada bank mencapai Rp98,5 triliun kemudian meningkat menjadi Rp101,2 triliun dan akhirnya mampu menembus Rp101,5 triliun pada September. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di mana hanya mencapai Rp97 triliun, utang multifinance ini meningkat 4,6% pada tahun 2009.

Perusahaan pembiayaan yang memiliki kebutuhan pendanaan besar seperti PT Federal International Finance (FIF), menyiapkan dua opsi pendanaan sekaligus. FIF berniat mencari dana melalui joint financing serta menerbitkan obligasi.

Diperkirakan sebanyak 50% kebutuhan dana akan ditutup oleh joint financing dan separuhnya lagi akan melalui penerbitan obligasi. FIF berharap mapu mendapat joint financing dari bank yang sudah menjadi mitra mereka, seperti Bank Permata dan Bank Mega. FIF juga berniat melanjutkan rencana penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun yang semula dijadwalkan tahun ini. Kebutuhan pendanaan FIF cukup besar karena perusahaan itu memasang target pembiayaan sebesar Rp 12 triliun di tahun 2010.

PT Federal International Finance (FIF) sejak tahun 2005 hinga sekarang mengalami perkembangan yang baik, seperti data yang diperoleh pada tahun 2010 FIF berencana menambah portofolio pembiayaan unit

52

syariah dari 10% menjadi 15% dari total seluruh pembiayaan pada tahun 2010 guna mendorong pertumbuhan kredit perusahaan. Untuk penyaluran kredit unit syariah komposisinya adalah 10% dari total pembiayaan FIF keseluruhan sepeda motor baru.

Dalam mengembangkan unit pembiayaan syariah FIF menitikberatkan kepada pengembangan cabang-cabang yang sudah ada untuk efisiensi dan efektivitas pemasaran.pembiayaan motor syariah, yaitu difokuskan kepada sedikitnya 20 cabang dari total cabang FIF saat ini yang mencapai 123 cabang. FIF juga menggunakan salah satu strategi pemasaran digunakan yaitu dengan menggandeng beberapa institusi pendidikan Islam seperti pesantren, sehingga pada akhir Juni lalu, pembiayaan syariah yang dikucurkan FIF telah sesuai target yaitu mencapai 12%. Dimana pada tahun sebelumnya, unit syariah hanya kebagian menyumbang 7% dari total pembiayaan perusahaan.

Sampai akhir Juli tahun 2009, unit syariah FIF sudah menyalurkan

Dokumen terkait