• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR

C. Landasan hukum penugasan personal polri menjadi pengajar

Sistem pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia disusun berdasarkan dan mempertimbangkan beberapa landasan hukum yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pada Lembaga Pendidikan Polri.

38

Adapun landasan hukumpersonal POLRI pada sistem pendidikan kepolisianadalah :39

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pada penjelasan pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa :

”Pembinaan kemampuan profesi anggota Polri dilaksanakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta pengalaman penugasan secara berjenjang, berlanjut, dan terpadu”

Peningkatan dan pengembangan pengetahuan dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar Polri, di lembaga pendidikan di dalam atau di luar negeri, serta berbagai bentuk pelatihan lainnya sepanjang untuk meningkatkan profesionalisme.

Sedangkan pengalaman maksudnya adalah meliputi jenjang penugasan yang diarahkan untuk memantapkan kemampuan dan prestasi.Tuntutan pelaksanaan tugas serta pembinaan kemampuan profesi Polri mengharuskan adanya lembaga pendidikan tinggi Kepolisian yang menyelenggarakan pendidikan ilmu Kepolisian yang bersifat akademik maupun profesi dan pengkajian teknologi Kepolisian.

2. Peraturan Kapolri Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar 10 Komponen Pendidikan.

39

Kepala Pusat Pendidikan Administrasi, “Kerangka Grand Design Pendidikan Polri”,

Standar Komponen Pendidikan untuk Pendidikan Pembentukan dan Pendidikan Pengembangan di Lingkungan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri bahwa 10 (sepuluh) standar komponen pendidikan tersebut yaitu:

a) Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dn bahan pelajarab serta cara yang digunakan sebagi pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di lingkungan Polri;

b) Hanjar (bahan ajar) yaitu materi pengetahuan dan atau keterampilan yang dipilih dan disusun untuk pemberian pengalaman belajar dalam rangka pencapaian tujuan kompetensi tertentu.

c) Peserta didik yaitu masyarakat yang memenuhi persyaratan dan telah dinyatakan lulus seleksi sebagai calon pegai negeri pada Polri dan pegawai negeri pada Polri yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan yang tersedia pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan Polri.

d) Tenaga pendidik yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususuannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan Polri.

e) Tenaga kependidikan yaitu Pegawa Negeri pada Polri dan/atau anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan Polri.

f) Metode yaitu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk pemberian pengalaman belajar, baik berupa sikap, tingkah laku, pengetahuan maupun keterampilan dari tenaga pendidik kepda peserta. g) Fasilitas pendidikan yaitu segala sarana dan prasarana untuk

menunjang proses pendidikan.

h) Alins/alongins; alins yaitu alat atau benda yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk memperlancar pembelajaran agar peserta didik lebih mudah dalam menerima dan memahami materi pelajaran sehinga memiliki kompetensi yang diharapkan; alongins adalah alat atau benda yang digunakan untuk membantu atau menolong penggunaan alins.

i) Evaluasi

j) Anggaran yaitu pernyataan dalam menilai uang dari suatu proyek atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Standar komponen tersebut merupakan acuan bagi Lemdikpol dalam melaksanakan operasional pendidikan. Untuk dapat mencapai hasil sesuai

dengan standar komponen maka diperlukan suatu system yang terdiri dari input, proses dan output. Dalam sebuah system pendidikan yang menjadi input adalah siswa sedangkan outputnya adalah hasil didik yang kompeten. Untuk mendapatkan hasil didik yang competen maka diperlukan suatu proses pendidikan. Agar proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan maka harus memenuhi standar komponen pendidikan tersebut di atas.

3. Peraturan Kapolri Nomor 04 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Polri. Jalur pendidikan dalam sistem pendidikan Polri meliputi :40

a) Jalur Pendidikan formal

Jalur Pendidikan Formal merupakan jalur pendidikan yang yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan didalam sistem pendidikan Polri.

b) Jalur Pendidikan non formal

Jalur Pendidikan non formal dilaksanakan secara terstruktur dan atau tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan, dalam bentuk antara lain :

(1) Pelatihan dan Kursus yang diselenggarakan di lingkungan Polri. (2) Penugasan Pendidikan di luar lingkungan Polri.

Jenis Pendidikan dalam sistem Pendidikan Polri meliputi : a) Pendidikan Akademik

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan ilmu pengetahuan umum dan ilmu kepolisian. Jenis pendidikan ini diselenggarakan

40

oleh : Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Program S1, S2 dan S3 atau Perguruan Tinggi lain yang telah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan akademik dimaksud dapat diselenggarakan dengan Program Pembelajaran Jarak Jauh (PPJJ) sesuai pada jenjang dan jenis pendidikan Polri tertentu guna memberikan layanan pendidikan kepada pegawai Negeri pada Polri yang tidak dapat mengikuti pembelajaran secara tatap muka atau reguler.

b) Pendidikan Manajerial/Kepemimpinan

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dan keahlian di bidang manajerial staf dan kepemimpinan kepolisian. Pendidikan manajerial diselenggarakan oleh Sekolah Staf dan Pimpinan Polri. c) Pendidikan Profesi atau Vokasi

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan dan pengembangan pengetahuan, kemampuan teknis, dan keterampilan profesi kepolisian. Pendidikan ini diselenggarakan di lembaga pendidikan Polri atau di luar Polri.

4. Peraturan Kalemdikpol Nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Penilaian Peserta Didik.

5. Peraturan Kalemdikpol Nomor 2 tahun 2009 tentang Penunjukkan Tenaga Pendidik.

6. Peraturan Kalemdikla Nomor 5 tahun 2009 tentang Standar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Polri.

7. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 Pasal 29 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mengatur jenis pendidikan yang dapat diselenggarakan oleh suatu departemen atau non departemen seperti Polri. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa :

”Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah non departemen.”

Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Dengan demikian dapat dimaknai bahwa pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan.

Dalam pendidikan, secara implisit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik dalam hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak, akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu

saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pendidikan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan- tujuan yang diinginkan.41

Berdasarkan pasal ini jelas bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh Polri merupakan pendidikan kedinasan yang menyelenggarakan program pendidikan profesi.Selanjutnya, pada penjelasan pasal 15 Undang-undang tersebut disebutkan bahwa:

”Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.”

Sistem pendidikan institut pada intinya mengelompokkan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta menurut jalur, jenis dan jenjang. Jalur pendidikan meliputi jalur formal, yaitu jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang; jalur non formal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang ; serta jalur informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tidak resmi, tidak terstruktur dan tidak berjenjang. Jenis pendidikan meliputi pendidikan umum, pendidikan kejuruan, akademis, profesi, vokasi dan khusus. Selain itu, ada juga pendidikan yang diselenggarakan oleh departemen ataulembaga pemerintah non departemen, yang disebut dengan pendidikan kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan profesi.

Sedangkan jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar yaitu merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah; pendidikan menengah yaitu merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar; serta pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan pendidikan yang menurut jalurnya merupakan jalur formal ; menurut jenisnya merupakan pendidikan kedinasan ; sedangkan menurut jenjangnya merupakan pendidikan tinggi. Sebagai bentuk pendidikan tinggi kedinasan, pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat berbentuk pendidikan akademi, yaitu satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan diploma, Seperti diploma satu (D1) di SPN atau Akpol yang menyelenggarakan program pendidikan diploma tiga (D4) Ilmu kepolisian. Selain akademi, juga dapat berbentuk sekolah tinggi yaitu satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan tingkat sarjana, baik S1, S2 maupun S3.

Pendidikan kedinasan diselenggarakan dengan mengacu pada kebutuhan akan tenaga kerja profesional bagi departemen atau non departemen yang bersangkutan, demikian juga dengan pendidikan Polri. Kebutuhan tenaga profesional Polri paling tidak meliputi 2 (dua) jenis pekerjaan. Pertama, jenis pekerjaan yang terkait dengan profesi kepolisian, jenis ini dapat dianalogkan dengan dokter, guru, hakim dan sejenisnya. Kedua, jenis pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan manajerial dan kepemimpinan. Jenis ini dapat dianalogikan,

seperti Kepala rumah sakit pada profesi medis (dokter), kepala sekolah pada profesi pendidikan (guru) atau ketua pengadilan pada profesi hakim.

Jenis pekerjaan ini menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan menajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat profesi dan manajerial tidak harus terpisah secara tegas. Seorang kepala rumah sakit sekaligus juga dokter ; seorang kepala sekolah sekaligus juga guru, seorang ketua pengadilan sekaligus juga seorang hakim. Akan tetapi, pekerjaan-pekerjaan manajerial juga dituntut untuk bekerja profesional. Oleh karenanya, pekerjaan-pekerjaan tersebut perlu didukung dengan pendidikan dan latihan yang memadai.42

42

Dokumen terkait