• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penugasan Personal Polri Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Sampali Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Penugasan Personal Polri Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Sampali Medan)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI

PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN DITINJAU

DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI SAMPALI MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

JOEL PRASETYA JAWAK

NIM: 090200290

Departemen Hukum Administrasi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROSEDUR PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI

PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN DITINJAU DARI

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(STUDI SAMPALI MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

JOEL PRASETYA JAWAK

NIM: 090200290

Departemen Hukum Administrasi Negara

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

Suria Ningsih, S.H., M.Hum NIP. 196002141987032002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

2015

Suria Ningsih, S.H., M.HumErna Herlinda, S.H., M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP. 196705091993032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

K A T A P E N G A N T A R

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunian-Nya yang maha pemurah lagi maha penyayang, penulis dapat menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas Hukum Sumatera Utara dengan judul penelitian yaitu, ”Prosedur Penugasan Pengangkatan Personal Polri Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Sampali Medan)” Penelitian ini dapat dikerjakan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Sehubungan dengan ini dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum;

2. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum

3. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Syafruddin, S.H., M.H., DFM

4. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum

(4)

6. Terima kasih kepada Pembimbng IIIbu Erna Herlinda, S.H., M.Hum yang telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan sangat mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini.

7. Bapak/ Ibu dosen pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa menyumbangkan Ilmunya yang sangat berarti bagi masa depan saya,

8. Dalam kesempatan ini, dengan penuh sukacita, Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Orangtua tercinta Ayahanda Kompol Marulianus Jawak, S.H., M.H, dan Ibunda Juniati Depari atas segala jerih payah dan pengorbanannya yang tiada terhingga dalam mengasuh, mendidik, membimbing Peneliti sejak lahir, serta senantiasa mengiringi Penulis dan keluarga dengan doa yang tiada putus.

9. Teman-teman seperjuangan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, serta saudara-saudara, family dan handai toulan yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Demikianlah sebagai kata pengantar, mudah-mudahan penelitian ini memberi manfaat bagi semua pihak dalam menambah dan memperkaya wawasan Ilmu Pengetahuan. Khusus kepada penulis, mudah-mudahan dapat memadukan dan mengimplementasikan ilmu serta mampu menjawab tantangan atas perkembangan hukum yang ada dalam maasyarakat.

(5)

disampaikan dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini, penuh sukacita Peneliti terima dengan tangan terbuka.

Semoga Skripsi ini dapat memenuhi maksud penelitiannya, dan dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat dipergunakan untuk kepentingan bangsa.

Medan, Mei 2015 Penulis,

(6)

Suria Ningsih, S.H., M.Hum1 Erna Herlinda, S.H., M.Hum2

Joel Prasetya Jawak3

1

Dosen Pembimbing I, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2

Dosen Pembimbing II, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3

Mahasiswa Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Pola Pendidikan Kepolisian Negara RepublikIndonesia merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian berdasarkan UU No.2 Tahun 2002?; 2. Bagaimanaprosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian?; 3. Bagaimana akibat hukum dari penugasan pengajar pendidikan kepolisian?

Metode pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakanpendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undanganyang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. Pendekatan yuridisnormatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaanyang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asashukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifatteoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

Kesimpulan Pendidikan dan Pelatihan Polri merupakan bagian dari sistem pengembangan Sumber Daya Manusia Polri yang sangat penting keberadaannya didalam peningkatan kualitas dan kompetensi dalam organisasi Polri.Perolehan penugasan dilaksanakan dalam mengawali rencana kerja sama pendidikan dan pelatihan antara Polri dengan luar negeri.Bahwa pembangunan nasional di bidang hukum adalah terbentuk dan berfungsi sistem hukum nasional yang mantap, bersumber pada pancasila dan UUD 1945 dengan memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum serta untuk memantapkan penyelenggarakan pembinaan keamanan umum dan ketentraman masyarakat.

Saran Pendidikan dan pelatihan Polri ini yang nantinya tertuang didalam sistem pendidikan dan pelatihan Polri dirancang dengan tahapan pencapaian yang masih perlu dijabarkan secara rinci.Dalam prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditemui hambatan dan/atau kendala diantaranya kendala internal yang meliputi kendala personal dimana belum tercukupinya kualifikasi tenaga pendidik/pengajar. Undang-undang nomor 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memuat hak dan kewajiban kurang memadai, maka perlu dirubahnya undang-undang tersebut.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Keaslian Penelitian ... 11

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penelitian... 16

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II : PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN BERDASARKAN UU NO. 2 TAHUN 2002 ... 23

A. Susunan dan kedudukan Kepolisian Republik Indonesia ... 23

B. Tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia ... 26

C. Landasan hukum penugasan personal polri menjadi pengajar pendidikan kepolisian... 28

BAB III : PROSEDUR PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN ... 37

(8)

B. Mekanisme perolehan penugasan pengajar pendidikan

kepolisian ... 43

C. Hambatan yang dihadapi dalam penugasan pengajar pendidikan kepolisian ... 47

BAB IV : AKIBAT HUKUM DARI PENUGASAN PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISAN ... 50

A. Hak dan kewajiban personal polri menjadi pengajar pendidikan kepolisian... 50

B. Kewenangan personal polri yang menjadi pengajar pendidikan kepolisian ... 57

C. Kedudukan hukum personal polri yang menjadi pengajar pendidikan kepolisian ... 64

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suria Ningsih, S.H., M.HumErna Herlinda, S.H., M.Hum

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(10)

Suria Ningsih, S.H., M.Hum1 Erna Herlinda, S.H., M.Hum2

Joel Prasetya Jawak3

1

Dosen Pembimbing I, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2

Dosen Pembimbing II, Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3

Mahasiswa Depertemen HAN Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Pola Pendidikan Kepolisian Negara RepublikIndonesia merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian berdasarkan UU No.2 Tahun 2002?; 2. Bagaimanaprosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian?; 3. Bagaimana akibat hukum dari penugasan pengajar pendidikan kepolisian?

Metode pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakanpendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undanganyang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. Pendekatan yuridisnormatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaanyang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asashukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan yang bersifatteoritis ilmiah yang dapat menganalisa permasalahan yang akan dibahas.

Kesimpulan Pendidikan dan Pelatihan Polri merupakan bagian dari sistem pengembangan Sumber Daya Manusia Polri yang sangat penting keberadaannya didalam peningkatan kualitas dan kompetensi dalam organisasi Polri.Perolehan penugasan dilaksanakan dalam mengawali rencana kerja sama pendidikan dan pelatihan antara Polri dengan luar negeri.Bahwa pembangunan nasional di bidang hukum adalah terbentuk dan berfungsi sistem hukum nasional yang mantap, bersumber pada pancasila dan UUD 1945 dengan memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum serta untuk memantapkan penyelenggarakan pembinaan keamanan umum dan ketentraman masyarakat.

Saran Pendidikan dan pelatihan Polri ini yang nantinya tertuang didalam sistem pendidikan dan pelatihan Polri dirancang dengan tahapan pencapaian yang masih perlu dijabarkan secara rinci.Dalam prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditemui hambatan dan/atau kendala diantaranya kendala internal yang meliputi kendala personal dimana belum tercukupinya kualifikasi tenaga pendidik/pengajar. Undang-undang nomor 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memuat hak dan kewajiban kurang memadai, maka perlu dirubahnya undang-undang tersebut.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah lembaga eksekutif dalamhal keamanan negara di seluruh wilayah negara Indonesia.POLRI memiliki peran untukmewujudkan keamanan dalam negeri Indonesia yang meliputi terpeliharanya keamanandan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat denganmenjunjung tinggi hak asasi manusia. Demikian pada prinsipnya pengaturan ketentuanPasal 2, Pasal 4, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia.

POLRI dalam pengertian di atas, dapat dilihat secara organisasional maupunpersonal.Aspek organisasional melihat pada kelembagaan dari POLRI itu sendiri,sedangkan aspek personal melihat pada anggota POLRI yang menjalankan peran, fungsi,tugas, dan tanggung jawab dari organisasi.Pertanggungjawaban dari wujud visi, misi,tugas, wewenang, kedudukan, dan fungsi POLRI secara organisasional dan secarapersonal dapat dilihat dari sisi akuntabilitas dan responsibilitas.Sisi akuntabiltasbermakna bahwa realisasi dari otorisasi yang diperoleh sedangkan sisi responsibilitasyang bermakna bahwa kewajiban hukum yang harus dilakukan dan bentuk otoritas yangdiberikan untuk melaksanakan kebijakan.Berdasarkan kedua makna pertanggungjawabantersebut, sistem

(12)

pertanggungjawaban hukum bagi aspek organisasional dan aspekpersonal berbeda dan memiliki bentuknya masing-masing.4

Pendidikan pada dasarnya adalah proses kumunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke generasi.

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia.Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia.Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.

5

Pola Pendidikan Kepolisian Negara RepublikIndonesia merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan dalam negeri (videPasal 5 (1) UU 2/2002). Untuk menjalankan fungsitersebut, pola pendidikan yang baik menjadi salah satucara untuk membentuk polisi yang handal. Polapendidikan polisi saat ini mengacu pada PeraturanKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan

4

Maria Ulfah, dkk, “sistem pertanggungjawaban hukum kepolisian negara republik

ndonesia secara organisasional maupun personal”penelitian dan pengabdian masyarakat

(Bandung:univesitas khatolik parayangan, 2013), Hlm, 1

5

(13)

KepolisianNegara Republik Indonesia. Dijelaskan bahwa jalurpendidikan polisi, meliputi:6

a) Jalur Pendidikan Formal, merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan di dalam system pendidikan Polri;

b) Jalur Pendidikan Non Formal, dilaksanakan secara terstruktur dan atau tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan, dalam bentuk, antara lain: 1) Pelatihan dan Kursus yang diselenggarakan di lingkungan Polri;

2) Penugasan Pendidikan di luar lingkungan Polri (vide Pasal 7-9 Perkap 4/2010).

Pendidikan Polri merupakan suatu proses untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang dibutuhkan dalam pemenuhan tuntutan tugas-tugas kepolisian. Selain itu pendidikan Polri juga merupakan suatu rangkaian kegiatan dari siklus pembinaan manajemen sumber daya manusia sehingga penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Polri tetap berpegang pada prinsip keterpaduan dengan tujuan untuk mengakomodir system pendidikan yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).Prinsip keterpaduan ini dapat dilihat dengan adanya ketentuan bahwa semua system dan jenjang kependidikan Polri berada dalam satu institusi/lembaga yaitu Lemdikpol (sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 21 tahun 2010), yang mengarah pada sistem pendidikan satu pintu.7

6

Dian Agung Wicaksono,” Revitalisasi Sumber Daya Manusia POLRI untuk Sinergitas Kinerja dalam Integrated Criminal Justice System” (Yogyakarta:UGM, 2012), Hlm, 140

7

Tri Suryanti, “Mewujudkan Lembaga Pendidikan POLRI Sebagai Centre Of

(14)

Kepala lembaga pendidikan polri adalah pimpinan satuan pendidikan pada Polri yang terdiri dari gubernur/kasespim/kapusdik/ka sekolah.Tenaga Pendidik yang selanjutnya disingkat Gadik adalah seseorang yangberkualifikasi sebagai guru, pelatih, dosen, konselor, widyaiswara, instruktur,fasilitator, dan tutor.Peserta didik adalah setiap orang yang berusaha mengembangkan potensi dirimelalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan Polri.8

Menurut Soekidjo Notoadmodjo

Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu interaksi antara pendidik/pelatih dengan para peserta didik/latih untuk mencapai suatu tujuan daripada diklat.Oleh karena adanya suatu interaksi untuk mencapai tujuan pendidikan, terdapat tiga (3) komponen utama yang penting dan membentuk sebuah triangle/segitiga. Dalam hubungan segitiga tersebut jika salah satu sisi terganggu atau hilang maka akan terganggu atau hilang pula hakikat daripada pendidikan tersebut. Hakikat pendidikan selalu dihubungkan dengan hakikat manusia yang memiliki aspek personal dan aspek sosial, yaitu proses pemberdayaan. Sedangkan dalam pendidikan profesi hakikatnya adalah upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia dalam suatu organisasi untuk melaksanakan serangkain pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

9

pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan menurut Marzuki10

8

Pasal 1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2010

9

Soekidjo Notoatmodjo,” pendidikan dan prilaku kesehatan”, (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2003), Hlm 16

10

Marzuki, “Pendidikan Nonformal”, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm 102

(15)

sistematik, dan terencana untuk menjadikan individu, kelompok, dan masyarakat menjadi sosok yang bertanggungjawab untuk memperbaiki dirinya. Lebih lanjut Nugroho11

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan isu yang terus menerus berkembang.Dewasa ini pengembangan sumberdaya manusia berbasis ekonomi telah berhasil mewujudkan kemakmuran, tetapi gagal mewujudkan kesejahteraan yang merata di segala aspek, bahkan sebaliknya menimbulkan permasalahan yang sulit dicari penyelesaiannya. Pendidikan

mengatakan pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia.

Pendidikan bagi personal POLRI dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pendidikan bagi calon personal POLRI baru, yaitu untuk mengenal dan menguasai pekerjaannya sedangkan bagi personal POLRI lama, yaitu untuk meningkatkan hasil pekerjaan/outcomes baik sekarang maupun di masa datang, meningkatkan kinerja personal apabila mendapatkan promosi. Pendidikan untuk personal POLRI lama juga menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi, personal-personal lain, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dalam organisasi dan lingkungan.Pendidikan bagi personal POLRI merupakan suatu persyaratan pekerjaan untuk memperbaiki keterampilan, keahlian dan pengetahuan berdasarkan aktivitas-aktivitas rutin agar dapat menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

11

(16)

dikembangkan sebagai salah satu cara untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul akibat perkembangan zaman.

Menurut Kamil 12

Seiring perkembangan zaman, institusi kepolisian sebagai institusi yang melaksanakan tugas-tugas profesional dituntut untuk lebih menjadi pelayan publik yang profesional dalam melaksanakan tugas kesehariannya.Untuk menjadi pelayan publik yang profesional dibutuhkan upaya-upaya pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya polisi yang berkualitas.Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dalam institusi kepolisian merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya polisi dalam profesinya.Berbeda dengan

masalah-masalah baru, prosedur-prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan-pengetahuan baru, jabatan-jabatan baru selalu timbul dalam organisasi yang dinamis, dan merupakan kebutuhan manajemen untuk menghadapinya dengan mengembangkan sumberdaya manusia yang dimilikinya. Pemimpin-pemimpin yang progresif harus menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkelanjutan. Penyelenggaraan pendidikan mempunyai tujuan-tujuan tertentu, baik bagi peserta maupun bagi kepentingan organisasi. Oleh karena itu tujuan pendidikan perlu diperhatikan karena tujuan tersebut merupakan landasan penetapan metode pendidikan mana yang akan diadopsi untuk diterapkan, materi-materi selama pendidikan, peserta pendidikan serta siapa tenaga pengajar yang cocok menyampaikan subjek tersebut, sehingga pendidikan tersebut sejalan dengan tujuan, visi dan misi organisasi.

12

(17)

pendidikan pada umumnya, Pendidikanpada institusi kepolisian merupakan pendidikan yang lebih menekankan aspek profesionalitas. Akan tetapi sama dengan pendidikan profesional lainnya pendidikan kepolisian mempunyai tujuan untuk mewujudkan sumberdaya manusia profesional berdaya saing tinggi dan bermoral di lingkungan organisasi dan lingkungan global.

Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat berdampak pada polarisasi, rasionalisasi baru pada lingkup kejahatan modern sehingga berpengaruh kepada profesionalisme Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002, dengan dampak tersebut anggota Polri dituntut untuk meningkatkan kualitasnya melalui proses pendidikan yang menggunakan teknologi informasi.13

13

Kepala Pusat Pendidikan Administrasi, “Kerangka Grand Design Pendidikan Polri”,

Bandung, 2011, Hlm 2-3

(18)

Sebagai salah satu contoh tujuan pendidikan POLRI sebagaimana termuat dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI (Perkap) nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa;

“Tujuan Sisdik POLRI meliputi: (a) terwujudnya hasil didik yang profesional, bermoral, dan modern sesuai tuntutan kompetensi POLRI; (b) terbentuknya potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi patuh hukum, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan (c) terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok POLRI”.

(19)

menghadapi situasi-situasi tertentu polisi dituntut profesionalitasnya yang bertanggungjawab melakukan diskresi terhadap aturan yang berlaku. Untuk itu maka pendidikan diharapkan tidak hanya menekankan pada konsep dan teori kepolisian tetapi juga bagaimana membentuk moral dan mental sesuai konteks dimana mereka akan bertugas.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka akan dilakukan pembahasan dan penelitian dengan judul “PROSEDUR PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI SAMPALI MEDAN)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanapenugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian berdasarkan UU No.2 Tahun 2002?

2. Bagaimanaprosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian?

3. Bagaimana akibat hukum dari penugasan pengajar pendidikan kepolisian?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

(20)

1. Untuk mengetahui dan mendalami penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian berdasarkan UU No.2 Tahun 2002.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata cara prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian.

3. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum dari penugasan pengajar pendidikan kepolisian.

Adapun manfaat penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah:

1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman tentang prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya serta sebagai kontribusi bagi penyempurnaan perangkat peraturan mengenai masalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia.

2. Secara praktis

(21)

D. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara (studi sampali medan) . Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa hukum Universitas Sumatera Utara, karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, dan terbuka. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulis melakukan tinjauan kepustakaan berdasarkan referensi dari buku-buku.BerdasarkanUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 (UU Kepolisian) dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI (Perkap) nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa;

(22)

kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok POLRI”.

Kepolisian berasal dari istilah polisi yang beragam penyebutannya di setiapnegara.Istilah polisi pertama kali berasal dari Yunani yakni politeia dari tokoh Plato yangberlatar belakang pemikiran bahwa suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan citacitanya,suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempatkeadilan dijunjung tinggi.14Keragaman istilah lain dapat dilihat di Inggris dengan police,Jerman polizei, dan Belanda dengan politie.15

Sebagaimana diketahui Indonesia dahulu pernah dijajah oleh Belanda, maka secara historis istilah polisi di Indonesia dapat dikatakan mengikuti istilah polisi Negara Belanda yaitu politie.Makna politie menurut Van Vollenhoven adalah “organ pemerintah yang bertugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan supaya yang diperintah menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah”.16Polisi sebagai bagian dari organ pemerintah dapat dikatakan secara jelas bahwa polisi adalah organisasi dan alat pemerintah.Selain itu, polisi adalah birokrasi tanpa loket dan sekat yang memisahkannya dengan masyarakat, hubungan polisi dengan masyarakat itu bagai air dengan ikan di dalamnya.Tidak ada masyarakat tanpa polisi (ubi society ubi politie).17

14

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap

Unsur-Unsurnya, (Jakarta:UI Press,,1995), Hlm. 19.

15

Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, , (Yogyakarta:LaksBang PRESSSindo, 2010), Hlm. 1

16

Ibid, Hlm. 3

17

(23)

Kepolisian di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sebagai hal yang bertalian dengan polisi.Pengertian polisi itu sendiri adalah badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang melanggar undang-undang dan sebagainya), serta diartikan sebagai anggota badan pemerintah (pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan dan sebagainya). 18 Selanjutnya Momo Kelana mengatakan bahwa istilah polisi memiliki dua arti.Pertama, polisi dalam arti formal yang mencakup organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian.Kedua, polisi dalam arti material yang memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan tugas danwewenang dalam menghadapi gangguan ketertiban dan keamanan berdasarkan peraturanperundang-undangan.19

POLRI secara personal bermakna sebagai anggota POLRI yang telah melaluipersyaratan yang ditentukan UU Kepolisian untuk mengisi dan mengoperasionalkanorganisasi POLRI.Anggota POLRI tersebut adalah pegawai negeri yang diberi pangkatyang mencerminkan peran, fungsi, kemampuan POLRI serta sebagai keabsahanwewenang dan tanggung jawab dalam penugasannya.Sebagaimana telah diketahuibahwa POLRI memiliki dua fungsi yakni fungsi preventif yang dilaksanakan dalamrangka memberi perlindungan, pengayoman, pelayanan pada masyarakat dan fungsirepresif yaitu sebagai penegak hukum. 20

18

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2008), Hlm. 1091

19

Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) Suatu Studi Historis

Komperatif, (Jakarta:PTIK,, 1972), Hlm. 22.

20

Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance, (Surabaya:Laksbang Mediatama, 2008),Hlm. 61.

(24)

dipergunakan sebagai pijakan sistem pertanggungjawaban hukum POLRI secarapersonal.21

Asas-asas Hukum Administrasi Relevan Mengenai Pertanggungjawaban POLRImenurut J.M. Baron de Geraldo adalah peraturan-peraturanyang mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah denganrakyat.

Ketika anggota POLRI sebagai subjek hukum melaksanakan kedua fungsitersebut dengan menyalahgunakan wewenang yang diberikan untuk tujuan lain melaluiwujud perbuatan (aktif dan pasif) yang dilarang atau diperintahkan oleh perundang-undanganpidana yang memiliki sanksi pidana (tindak pidana), maka berlaku lah hukumpidana (dalam arti material dan formal) pada diri anggota POLRI tersebut.

22

sedangkanBelifante berpendapat bahwa hukum administrasi adalahkaidah-kaidah hukum yang mengatur fungsi pemerintahan yang merupakan tugaspenguasa yang tidak termasuk pembentukan undang-undang maupun peradilan.Secara ringkas, hukum administrasi adalah serangkaian asas-asas hukum, kaidah-kaidahhukum, pranata-pranata hukum yang berkenaan dengan aspek yakni:23

a. kekuasaan eksekutif;

b. fungsi penyelenggaraan pemerintahan;

c. badan, lembaga, jabatan, struktur pemerintahan tingkat Pusat dan Daerah; d. hubunganantara pemerintah dengan warga negara.

21

Hukum lain yang dapat digunakan adalah hukum perdata

22

Philipus M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi Dalam Mewujudkan

Pemerintahan yang Bersih,Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum Unair, 1994, hlm. 5.

23

(25)

Adapun objek studi Hukum Administrasi adalah:24

a. keseluruhan kegiatan pemerintahan yang dijalankan oleh pemegang kekuasaan eksekutif, kecuali di bidang pembentukan undang-undang yang dijalankan olehkekuasaan legislatif dan peradilan yang dijalankan oleh kekuasaan yudikatif;

b. Keseluruhan aturan hukum yang relevan dengan penyelenggaraan urusanpemerintahan, kecuali diatur oleh norma hukum pidana maupun perdata;

c. Keseluruhan fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahanyang dilakukan organ-organ, badan-badan, dan jabatan-jabatan pemerintah.

Dalam proses pengembangan pendidikan, menurut Hasibuan25

24

Ibid, Hlm. 119.

25

Hasibuan, “Proses Pengembangan pendidikan”, (Yogyakarta:UII, 2007), Hlm, 75-76

(26)

tercapai; dan (f) Pelaksanaan, yaitu para instruktur mendidik dan melatih sesuai bidangnya, terjadi proses belajar mengajar yang diakhiri dengan evaluasi untuk mengukur pencapaian sasaran pendidikan.

Langkah-langkah yang telah ditetapkan tersebut akan berjalan dengan baik dan berhasil, apabila didukung dengan aspek-aspek lain yaitu; kurikulum yang dipakai dalam pendidikan, sarana prasarana fisik, peserta pendidikan, pelatih/instuktur, dan dukungan dari piha-pihak lain yang relevan.

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakanpendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundangundanganyang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. 26 Pendekatan yuridisnormatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaanyang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asashukum, 27 sumber-sumber hukum, 28

26

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), Hlm11.

27

M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung: Alumni, 1997), Hlm. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat.

28

Amiruddin A. Wahab, dkk., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk Kalangan Sendiri, (Banda Aceh, FH-Unsyiah, 2007), Hlm. 73.

(27)

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menganalisa yang dilakukan dengan cara memaparkan atau menggambarkan permasalahan mengenai prosedurpenugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan.29

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur mengenai POLRI dalam hukum acara pidana

Data dari pemerintah yang berupa dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:

2) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002TentangKepolisian Negara Republik Indonesia.

29

(28)

3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

4) Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI Nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi.30

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan.31

4. Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif32 yakni denganmengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungan tiap-tiap datayang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yangterkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika deduktif,33

30

Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), Hlm12.

31

Soerjono Soekanto, Op Cit, Hlm7.

32

Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), Hlm 10

33 Ibid.

(29)

konstruksi hukum sehingga diharapkandapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dantujuan.

Dalam menganalis data berupa peraturan perundang undangan maka akan dilakukan langkah langkah sebagai berikut :

a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya c. Deskripsikan konsistensi, kontradiksi pada aturan hukum

Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis mengenai prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara. Selanjutnya akan diperhatikan sifat pengaturan (bersifat umum atau khusus) dalam aturan, bentuk hukum (hierarchi) dari aturan dan pengundangan dan atau pengumuman (lama atau baru) dari aturan hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data

(30)

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:34

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

e. Penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara kepada informan, yaitu Kepala SPN Sampali Medan kemudian kepada pengajar pendidikan POLRI

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menggunakan sistematika didalam pembahasannya, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini Memuat latar belakang pembuatan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian ini.

34

(31)

BAB II : PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN BERDASARKAN UU NO. 2 TAHUN 2002

Bab II ini terdiri dari tiga sub, yaitu: susunan dan kedudukan kepolisian Republik Indonesia, tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia, dan landasan hukum penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian.

BAB III : PROSEDURPENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN Bab III ini Membahas secara menyeluruh mengenai objek penelitian ini yaitu mengenai persyaratan pemberian izin penugasan POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian, mekanisme perolehan penugasan pengajar pendidikan kepolisian, dan hambatan yang dihadapi dalam penugasan pengajar pendidikan kepolisian

BAB IV : AKIBAT HUKUM DARI PENUGASAN PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN

(32)

hukumpersonal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian

BAB V : PENUTUP

(33)

BAB II

PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN BERDASARKAN UU NO 2 TAHUN 2002

A. Susunan dan Kedudukan Kepolisian Republik Indonesia

Susunan dan Kedudukan POLRI adalah lembaga negara non departemen yang berperan dalampemeliharaan keamanan, dipimpin seorang Kapolri dan berkedudukan langsung di bawahPresiden.Pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan kemampuan POLRIdilaksanakan oleh seluruh fungsi POLRI secara berjenjang mulai dari tingkat pusatsampai tingkat daerah yang terendah yaitu Pos Polisi.Untuk tanggung jawab ataspelaksanaan tugas dan wewenang POLRI secara hierarki dimulai dari tingkat palingbawah ke tingkat pusat yaitu Kapolri, selanjutnya Kapolri mempertangungjawabkannyakepada Presiden Republik Indonesia (Presiden RI). Hal itu dikarenakan berdasarkanketentuan Pasal 11 ayat (1) UU Kepolisian diatur bahwa Kapolri diangkat dandiberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat RepublikIndonesia (DPR RI).Berdasarkan ketentuan Pasal 7 UU Kepolisian maka dibentuk Peraturan PresidenNomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian NegaraRepublik Indonesia. Organisasi POLRI terdiri dari Mabes POLRI, POLDA, POLRES,dan POLSEK. Susunan struktur organisasi Mabes POLRI adalah:35

35

Kepolisian Negara Rebulik Indonesia, Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik

Indonesia,http://www.polri.go.id/organisasi/op/sop/, tanggal diunduh 25 Februari 2015.

(34)

1. Unsur pimpinan yakni Kapolri dan Wakapolri;

2. Unsur pengawas dan pembantu pimpinan yakni inspektorat pengawasan umum, asisten kapolri bidang operasi, asisten kapolri bida/ng perencanaan umum dan anggaran, asisten kapolri bidang sumber daya manusia, asisten kapolri bidang sarana dan prasarana, divisi profesi dan pengamanan, divisi hukum, divisi hubungan masyarakat, divisi hubungan internasional, divisi teknologi informasi kepolisian, dan staf ahli kapolri;

3. Unsur pelaksana tugas pokok yakni badan intelijen keamanan, badan pemelihara keamanan, badan reserse kriminal, korps lalu lintas, korps brigade mobil, dandetasemen khusus 88 anti teror.

4. Unsur pendukung yakni lembaga pendidikan kepolisian, pusat penelitian dan pengembangan, pusat keuangan, pusat kedokteran dan kesehatan, dan pusatsejarah.

Gambar 1. Susunan struktur organisasi Mabes POLRI

(35)

Organisasi POLRI di atas dijalankan oleh anggota POLRI yang merupakanpegawai negeri yang diberi pangkat yang mencerminkan peran, fungsi, kemampuanPOLRI serta sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam penugasannya.Kemudian untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat kerjadan moril, maka diadakan peraturan disiplin anggota POLRI.Peraturan disiplin yang saatini berlaku adalah PP Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin AnggotaKepolisian Negara Republik Indonesia. Adapun secara umum dalam UU Kepolisian,anggota POLRI bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri padakegiatan politik praktis, tidak menggunakan hak memilih dan dipilih, tunduk padakekuasaan peradilan umum, dapat menduduki jabatan di luar kepolisian setelahmengundurkan diri atau pensiun dari dinas kepolisian, dan dapat diberhentikan denganhormat atau tidak dengan hormat.

(36)

keunggulan (Center of Excellence) yaitu mencetak personel atau sumber daya manusia yang unggul.36

B. Tugas dan Fungsi Kepolisian Republik Indonesia

Tugas pokok POLRI berdasarkan Pasal 13 UU Kepolisian adalah memeliharakeamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikanperlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalammelaksanakan tugas pokok di atas, POLRI berdasarkan Pasal 14 UU Kepolisianbertugas untuk:

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2. Menyelenggaran segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan parsipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. Menyelenggarakan indentifiksi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingn tugas kepolisian;

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

(37)

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkungan tugas kepolisian; serta

12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Fungsi polisi secara umum adalah untuk menjalankan kontrol sosial masyarakat yang bersifat preventif dan represif, dalam bahasa Perancis dikenaldengan istilah la police administration. 37

Kemudian ditegaskan pula dalam Pasal 4 UU Kepolisian bahwaPOLRI bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputiterpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasimanusia.Selain itu, POLRI berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU Kepolisian merupakan alatnegara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanankepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.Singkatnya, POLRI memiliki dua fungsi yakni fungsi preventif yang dilaksanakandalam Fungsi preventif yang dilaksanakandalam rangka memberi perlindungan, pengayoman, pelayanan pada masyarakatdan fungsi represif yaitu sebagai penegak hukum.Selanjutnya fungsi POLRI di dalam Pasal 2 UU Kepolisian adalah salah satufungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertibanmasyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepadamasyarakat.

37

(38)

rangka memberi perlindungan, pengayoman, pelayanan pada masyarakatdan fungsi represif yaitu sebagai penegak hukum.38

1. Daerah hukum tingkat pusat yang disebut dengan Markas Besar POLRI (Mabes POLRI). Wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia yang dipimpin oleh seorang Kapolri yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Fungsi dan tujuan POLRI di atas meliputi seluruh wilayah negara RepublikIndonesia, sehinga untuk pelaksanaannya terbagi dalam daerah hukum menurutkepentingan pelaksanaan tugas POLRI (Pasal 6 UU Kepolisan). Pembagian daerahhukum POLRI berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 2007 tentangDaerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

2. Daerah hukum tingkat provinsi yang disebut dengan Kepolisian Daerah (POLDA) yang dipimpin oleh seorang Kapolda yang bertanggung jawab kepada Kapolri.

3. Daerah hukum tingkat kabupaten/ kota yang disebut dengan Kepolisian Resort (POLRES) yang dipimpin oleh seorang Kapolres yang bertanggungjawab kepada Kapolda.

4. Daerah hukum tingkat kecamatan yang disebut Kepolisian Sektor (POLSEK) yang dipimpin oleh seorang Kapolsek yang bertanggungjawab kepada Kapolres.

5. Daerah hukum tingkat desa atau kelurahan yang disebut Pos Polisi yang dipimpin oleh seorang Brigadir Polisi atau sesuai kebutuhan menurut situasi dan kondisi daerahnya.

C. Landasan Hukum Penugasan Personal POLRI Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian

Sistem pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia disusun berdasarkan dan mempertimbangkan beberapa landasan hukum yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pada Lembaga Pendidikan Polri.

38

(39)

Adapun landasan hukumpersonal POLRI pada sistem pendidikan kepolisianadalah :39

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pada penjelasan pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa :

”Pembinaan kemampuan profesi anggota Polri dilaksanakan melalui

pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta

pengalaman penugasan secara berjenjang, berlanjut, dan terpadu”

Peningkatan dan pengembangan pengetahuan dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar Polri, di lembaga pendidikan di dalam atau di luar negeri, serta berbagai bentuk pelatihan lainnya sepanjang untuk meningkatkan profesionalisme.

Sedangkan pengalaman maksudnya adalah meliputi jenjang penugasan yang diarahkan untuk memantapkan kemampuan dan prestasi.Tuntutan pelaksanaan tugas serta pembinaan kemampuan profesi Polri mengharuskan adanya lembaga pendidikan tinggi Kepolisian yang menyelenggarakan pendidikan ilmu Kepolisian yang bersifat akademik maupun profesi dan pengkajian teknologi Kepolisian.

2. Peraturan Kapolri Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar 10 Komponen Pendidikan.

39

Kepala Pusat Pendidikan Administrasi, “Kerangka Grand Design Pendidikan Polri”,

(40)

Standar Komponen Pendidikan untuk Pendidikan Pembentukan dan Pendidikan Pengembangan di Lingkungan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri bahwa 10 (sepuluh) standar komponen pendidikan tersebut yaitu:

a) Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dn bahan pelajarab serta cara yang digunakan sebagi pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di lingkungan Polri;

b) Hanjar (bahan ajar) yaitu materi pengetahuan dan atau keterampilan yang dipilih dan disusun untuk pemberian pengalaman belajar dalam rangka pencapaian tujuan kompetensi tertentu.

c) Peserta didik yaitu masyarakat yang memenuhi persyaratan dan telah dinyatakan lulus seleksi sebagai calon pegai negeri pada Polri dan pegawai negeri pada Polri yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan yang tersedia pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan Polri.

d) Tenaga pendidik yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususuannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan Polri.

e) Tenaga kependidikan yaitu Pegawa Negeri pada Polri dan/atau anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan Polri.

f) Metode yaitu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk pemberian pengalaman belajar, baik berupa sikap, tingkah laku, pengetahuan maupun keterampilan dari tenaga pendidik kepda peserta. g) Fasilitas pendidikan yaitu segala sarana dan prasarana untuk

menunjang proses pendidikan.

h) Alins/alongins; alins yaitu alat atau benda yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk memperlancar pembelajaran agar peserta didik lebih mudah dalam menerima dan memahami materi pelajaran sehinga memiliki kompetensi yang diharapkan; alongins adalah alat atau benda yang digunakan untuk membantu atau menolong penggunaan alins.

i) Evaluasi

j) Anggaran yaitu pernyataan dalam menilai uang dari suatu proyek atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(41)

dengan standar komponen maka diperlukan suatu system yang terdiri dari input, proses dan output. Dalam sebuah system pendidikan yang menjadi

input adalah siswa sedangkan outputnya adalah hasil didik yang kompeten. Untuk mendapatkan hasil didik yang competen maka diperlukan suatu proses pendidikan. Agar proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan maka harus memenuhi standar komponen pendidikan tersebut di atas.

3. Peraturan Kapolri Nomor 04 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Polri. Jalur pendidikan dalam sistem pendidikan Polri meliputi :40

a) Jalur Pendidikan formal

Jalur Pendidikan Formal merupakan jalur pendidikan yang yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan didalam sistem pendidikan Polri.

b) Jalur Pendidikan non formal

Jalur Pendidikan non formal dilaksanakan secara terstruktur dan atau tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan, dalam bentuk antara lain :

(1) Pelatihan dan Kursus yang diselenggarakan di lingkungan Polri. (2) Penugasan Pendidikan di luar lingkungan Polri.

Jenis Pendidikan dalam sistem Pendidikan Polri meliputi : a) Pendidikan Akademik

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan ilmu pengetahuan umum dan ilmu kepolisian. Jenis pendidikan ini diselenggarakan

40

(42)

oleh : Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Program S1, S2 dan S3 atau Perguruan Tinggi lain yang telah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional. Pendidikan akademik dimaksud dapat diselenggarakan dengan Program Pembelajaran Jarak Jauh (PPJJ) sesuai pada jenjang dan jenis pendidikan Polri tertentu guna memberikan layanan pendidikan kepada pegawai Negeri pada Polri yang tidak dapat mengikuti pembelajaran secara tatap muka atau reguler.

b) Pendidikan Manajerial/Kepemimpinan

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dan keahlian di bidang manajerial staf dan kepemimpinan kepolisian. Pendidikan manajerial diselenggarakan oleh Sekolah Staf dan Pimpinan Polri. c) Pendidikan Profesi atau Vokasi

Merupakan pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan dan pengembangan pengetahuan, kemampuan teknis, dan keterampilan profesi kepolisian. Pendidikan ini diselenggarakan di lembaga pendidikan Polri atau di luar Polri.

4. Peraturan Kalemdikpol Nomor 6 tahun 2009 tentang Sistem Penilaian Peserta Didik.

5. Peraturan Kalemdikpol Nomor 2 tahun 2009 tentang Penunjukkan Tenaga Pendidik.

(43)

7. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 Pasal 29 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mengatur jenis pendidikan yang dapat diselenggarakan oleh suatu departemen atau non departemen seperti Polri. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa :

”Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang

diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah non

departemen.”

Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Dengan demikian dapat dimaknai bahwa pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan.

(44)

saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pendidikan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan-tujuan yang diinginkan.41

Berdasarkan pasal ini jelas bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh Polri merupakan pendidikan kedinasan yang menyelenggarakan program pendidikan profesi.Selanjutnya, pada penjelasan pasal 15 Undang-undang tersebut disebutkan bahwa:

”Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah sarjana yang

mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan

persyaratan keahlian khusus.”

Sistem pendidikan institut pada intinya mengelompokkan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta menurut jalur, jenis dan jenjang. Jalur pendidikan meliputi jalur formal, yaitu jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang; jalur non formal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang ; serta jalur informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tidak resmi, tidak terstruktur dan tidak berjenjang. Jenis pendidikan meliputi pendidikan umum, pendidikan kejuruan, akademis, profesi, vokasi dan khusus. Selain itu, ada juga pendidikan yang diselenggarakan oleh departemen ataulembaga pemerintah non departemen, yang disebut dengan pendidikan kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan profesi.

(45)

Sedangkan jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar yaitu merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah; pendidikan menengah yaitu merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar; serta pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan pendidikan yang menurut jalurnya merupakan jalur formal ; menurut jenisnya merupakan pendidikan kedinasan ; sedangkan menurut jenjangnya merupakan pendidikan tinggi. Sebagai bentuk pendidikan tinggi kedinasan, pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat berbentuk pendidikan akademi, yaitu satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan diploma, Seperti diploma satu (D1) di SPN atau Akpol yang menyelenggarakan program pendidikan diploma tiga (D4) Ilmu kepolisian. Selain akademi, juga dapat berbentuk sekolah tinggi yaitu satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan tingkat sarjana, baik S1, S2 maupun S3.

(46)

seperti Kepala rumah sakit pada profesi medis (dokter), kepala sekolah pada profesi pendidikan (guru) atau ketua pengadilan pada profesi hakim.

Jenis pekerjaan ini menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan menajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat profesi dan manajerial tidak harus terpisah secara tegas. Seorang kepala rumah sakit sekaligus juga dokter ; seorang kepala sekolah sekaligus juga guru, seorang ketua pengadilan sekaligus juga seorang hakim. Akan tetapi, pekerjaan-pekerjaan manajerial juga dituntut untuk bekerja profesional. Oleh karenanya, pekerjaan-pekerjaan tersebut perlu didukung dengan pendidikan dan latihan yang memadai.42

42

(47)

BAB III

PROSEDUR PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN

A. Persyaratan Pemberian Izin Penugasan POLRI Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian

Pendidikan dan Pelatihan Polri merupakan suatu rangkaian kegiatan dari sistem manajemen sumber daya manusia. Oleh karenanya, organisasi penyelenggara pendidikan dan pelatihan di Polri diselenggarakan dengan berpegang pada prinsip keterpaduan dan diusahakan mengakomodir sistem pendidikan yang diterapkan oleh Depdiknas. Prinsip keterpaduan dapat terlihat dari adanya ketentuan bahwa semua sistem dan jenjang kependidikan Polri berada dalam satu institusi/lembaga yaitu LEMDIKPOL. Sedang prinsip akomodatif terlihat dari masih adanya lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan dan latihan dimana persyaratan – persyaratan tertentu masih mengacu pada instansi lain yang terkait.Persyaratan penugasan POLRI antaralain:43

1. Memiliki kualifikasi akademik;

2. keahlian khusus/sertifikasi pendidikan; 3. kompetensi paedagogik;

4. kompetensi kepribadian; 5. kompetensi sosial; dan 6. kompetensi profesional.

43

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2010, Pasal 31

(48)

Apabila seorang pengajar pendidik telah memiliki kompetensi tersebut diatas, maka pendidik tersebut telah memiliki hak professional karena dengan nyata memenuhi syarat-syarat berikut :

a) Mendapat pengakuan dan perlakuan terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.

b) Memiliki kebebasan untuk mengambil langlah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan setempat.

c) Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengolahan yang efektif dan efesien dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari.

d) Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.

e) Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun secara instituasional.

Persyaratan pekerjaan yang dapat ditentukan dalam hubungannya dengan keahlian dan pengetahuan berdasarkan aktivitas yang sesungguhnya dilaksanakan pada pekerjaan. Pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda dengan pelatihan, yaitu:

(49)

mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempatnya bekerja;

b) Pendidikan membantu siswa memilih dan menentukan kegiatannya. Pelatihan membantu peserta memperbaiki prestasi kegiatannya; dan

c) Pendidikan terutama mengenai pengetahuan dan pengertian, sedangkan pelatihan terutama mengenai pengertian dan keterampilan.

Pembinaan Gadik dilakukan dengan mengaktifkan Lembaga Sertifikasi Profesi/LSP dilingkungan Lemdiklat yang dipimpin oleh seorang perwira yang ditunjuk dibantu oleh konsultan berdasarkan kompetensinya.Program pembinaan Gadik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sepanjang tahun untuk meningkatkan kualifikasi dan kualitas Gadik.44

Persyaratan menuju jenjang pendidikan sekolah lanjut yang disebut Sekolah Tinggi Kepolisian. Di sini tidak akan pernah ada istilah perwira muda seperti yang terdapat pada ketentaraan. Kepangkatan perwira setidaknya baru bisa dicapai apabila yang bersangkutan telah menempuh masa di lapangan yang cukup panjang dan tentunya dengan sedikit cacat.45

Syarat yangharus dipenuhi oleh institusi Kepolisian agar professional, yaitu :46

44

Pasal 32Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik IndonesiaNomor 4 Tahun 2010 TentangSistem PendidikanKepolisian Negara Republik Indonesia

46

(50)

a) Well Motivated, yaitu seorang calon anggota Polisi harus memiliki motivasiyang baik ketika dia menjatuhkan pilihan untuk menjadi Polisi.

b) Well Educated, yaitu untuk mendapatkan Polisi yang baik maka harus

dididikuntuk menjadi Polisi yang baik (menyangkut system pendidikan, kurikulum danproses belajar mengajar yang cukup ketat, disiplin yang rumit di lembagapendidikan Kepolisian).

c) Well Trained, yaitu perlu dilakukan secara terus menerus bagi anggota

Polisinmelalui proses managerial yang ketat agar pendidikan dan pelatihan yangsingkron mampu menjawab berbagai tantangan Kepolisian actual dan tantangandi masa depan.

d) Well Equipment, yakni menyangkut penyediaan sarana dan prasarana yang

cukup baik bagi institusi Kepolisian, serta penyediaan system dan sarana teknologi Kepolisian yang baik agar dapat menjalankan tugas dengan baik.

e) Wellfare, yakni diberikan kesejahteraan kepada anggota Polisi dengan

baikuntuk menghidupi Polisi dan anggota keluarganya.

Persyaratan menurut UU No.14 Tahun 2005 a. Persyaratan Kualifikasi Akademik

Dalam pasal 9 persyaratan untuk menjadi tenaga pendidik minimal berijazah sarjana(S1) atau diploma empat (D4), atau tenaga pendidik pada jenjang pendidikan lainnya.

(51)

Dalam pasal 10 kompetensi yang wajib dimilki tenaga pendidik ada 4 (empat) kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.

1) Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik professional di sekolah dalam mengelola interaksi pembelajaran bagi peserta didik. Kompetensi pedagogik ini mencakup pemahaman dan pengembangan potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini diukur dengan performance test atau episode terstruktur dalam praktek pengalaman lapangan (PPL), dan case based test yang dilakukan secara tertulis.

2) Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi kepribadian ini mencakup kemantapan pribadi dan akhlak mulia, kedewasaan, dan kearifan, serta keteladanan dan kewibawaan. Kompetensi ini bisa diukur dengan alat ukur portofolio tenaga pendidik/calon tenaga pendidik, tes kepribadian/potensi.

(52)

pembelajaran bidang studi, dan wawasan etika dan pengembangan profesi. Kompetensi ini diukur dengan tertulis, baik multiple choice maupun essay. 4) Kompetensi Sosialadalah kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan effisien dengan peserta didik, sesam tenaga pendidik, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini diukur dengan portofolio kegiatan, prestasi, dan keterlibatan dalam berbagai aktivitas. c. Persyaratan Sertifikat Pendidik

Menurut Undang-Undang No.14 tahun 2005 program akta yang selama ini berjalan nampaknya berganti nama menjadi program sertifikasi. Program ini akan memberikan sertifikat pendidik kepada calon tenaga pendidik dan tenaga pendidik yang lulus uji kompetensi.

d. Persyaratan Kesehatan

e. Persyaratan Kemampuan untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional

Persyaratan Khusus

a. Memiliki Akhlak mulia. Mulia yang dapat ditiru peserta didik b. Memilki Kewibawaan

(53)

B. Mekanisme Perolehan Penugasan Pengajar Pendidikan Kepolisian

Mekanisme perolehan penugasan dilaksanakan dalam mengawali rencana kerja sama pendidikan dan pelatihan antara Polri dengan luar negeri. Mekanisme dilaksanakan oleh satuan kerja yang terkait dengan jenis pendidikan dan pelatihan yang akan dikerjasamakan melalui kegiatan:47

a. pemetaan kebutuhan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan Polri;

b. penentuan prioritas pendidikan dan pelatihan kerja sama yang diusulkan kepada Lembaga Pendidikan Kepolisian (Lemdikpol);

c. mencari dan menyeleksi lembaga pemerintah negara asing, lembaga organisasi internasional, lembaga organisasi nonpemerintah/swadaya masyarakat pendonor yang mempunyai program yang sesuai kebutuhan pendidikan dan pelatihan Polri, berkoordinasi dengan Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri;

d. menyiapkan konsep nota kesepahaman bersama dengan Divisi Hukum (Divkum) Polri dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI); dan

e. melaksanakan acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Polri dengan pendonor.

Dalam rangka mekanisme, satuan kerja terkait, Lemdikpol, Divhubinter Polri, dan Kemenlu RI melakukan studi kelayakan (fact finding) terhadap program kerja sama pendidikan dan pelatihan.Dalam hal Satuan Kerja mendapatkan bantuan kerja sama pendidikan dan pelatihan dari lembaga pemerintah

negaraasing,lembaga organisasi internasional, lembaga organisasinonpemerintah/swadaya masyarakat secara langsung berkoordinasi

dengan Staf Perencanaan Umum dan Anggaran (Srena) Polri dan Divhubinter Polri.Pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan Polri dengan luar negeri

47

(54)

diselenggarakan oleh Lemdikpol sebagai penjuru bersama-sama dengan SSDM Polri, Divhubinter Polri dan Satuan kerja terkait.

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Polri program kerja sama dengan luar negeri melalui mekanisme:48

a. Lemdikpol:

1. melaksanakan rapat kesiapan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; 2. membuat Term of Reference (TOR) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB)

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; 3. menyiapkan komponen pendidikan dan pelatihan;

4. mengkoordinasikan dengan pihak terkait di lingkungan Polri dan pihak luar negeri;

5. mengevaluasi pendidikan dan pelatihan; dan

6. memberitahukan kepada Srena Polri dan Puskeu Polri mengenai dana hibah yang diterima.

b. Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri:

1. melakukan pengkajian terhadap program pendidikan dan pelatihan hasil dari perintisan;

2. melaksanakan seleksi terhadap peserta pendidikan dan pelatihan;

3. melaksanakan pemanggilan untuk instruktur dan peserta pendidikan dan pelatihan;

4. menerbitkan surat perintah Kapolri bagi personel yang ditunjuk mengikuti pendidikan dan pelatihan;

5. menempatkan personel sesuai pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti. c. Divhubinter Polri:

1. mengkomunikasikan kepada pihak luar negeri tentang pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan;

2. memfasilitasi kedatangan dan keberangkatan tenaga pendidik dari luar negeri.

d. Staf Sarana dan Prasarana (Ssarpras) Polri:

48

(55)

1. menyediakan kebutuhan logistik perjalanan dinas;

2. membantu kelancaran alat instruksi dan alat penolong instruksi yang didatangkan dari luar negeri; dan

3. mendatakan bantuan berupa barang dalam Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (Simak BMN) untuk pemeliharaan dan perawatannya.

Mekanisme kerja sama pendidikan dan pelatihan dengan luar negeri dilaksanakan di Markas Besar (Mabes) Polri.Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan luar negeri dapat dilaksanakan di Polda setelah mendapat persetujuan dari Kapolri.Permintaan persetujuan kepada Kapolri didasarkan kepada urgensi akan kebutuhan pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kemampuan anggota Polri.

Mekanisme penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 huruf d, bertujuan untuk :

a. merangsang peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok;

b. mengembangkan kemandirian peserta didik di luar pengawasan tenaga pendidik;

c. membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik; dan d. mengembangkan kreativitas peserta didik.

Dalam menggunakan mekanisme penugasan, tenaga pendidikmelakukan langkah-langkah sebagai berikut :

(56)

b. menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas atau resitasi; c. memberikan persoalan atau penugasan;

d. memberikan petunjuk pengerjaan yang jelas;

e. menentukan target waktu dan hasil yang harus dicapai;

f. meminta pertanggungjawaban peserta didik atas tugas yang diberikan; dan g. mengadakan evaluasi dan hasilnya dikembalikan kepada peserta didik.

Mekanisme pembinaan karier khususnya dalam bidang mutasi jabatan bagi personeldengan level kepangkatan Perwira Tinggi, Kombes Pol, AKBP Mantap dan AKBP Promosi(Kapolres), bertujuan untuk menempatkan personel pada jabatan yang tepat dan sesuaidengan kepangkatan, eselonisasi, nivellering, pendidikan pengembangan dan pendidikan umum, kompetensi, spesialisasi, pengalaman penugasan serta catatan personel. Hal inipenting karena penempatan personel yang tepat dalam jabatan yang tepat akanmenciptakan suatu harmonisasi untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja personel.

Mekanisme mutasi jabatan oleh Biro Binkar AsSDM Polri telah cukup baik dan tepat untuk mengakomodasi terselenggaranya prosespembinaan karier personel yang terencana, terarah, objektif dan berkeadilan. Sehinggadiharapkan setiap sistem tersebut dapat terlaksana secara konsisten maka perlu adanyakomitmen dari semua pihak terkait serta dilaksanakan sesuai dengan prosedur yangditetapkan.49

49

Gambar

Gambar 1. Susunan struktur organisasi Mabes POLRI

Referensi

Dokumen terkait

mengubah semua titik latar yang bertetangga dengan titik batas menjadi titik obyek (set setiap titik yang tetangganya adalah titik obyek menjadi titik obyek). mengubah semua titik

Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai berikut:.. Drum tersebut

Kecamatan di Jakarta pusat meliputi; Gambir , Tanah Abang , Menteng , Senen , Cempaka Putih , Johar Baru , Kemayoran , Sawah Besar . Hotel di Jakarta.. pusat banyak

Karena bidang momen selalu digambar pada sisi/bagian serat yang tertarik, maka gambar bidang momen boleh tidak menggunakan tanda + atau -... Bid D

dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata

• External entity  kata benda / kalimat yang menjelaskan sistem, agen, perangkat, dan sebagainya, dari data yang masuk dan ke mana data keluar sistem. • Data store  kata benda

Dalam upaya mengembangkan keterampilan kewarganegaraan guru PPKn di MTs Al – Ikhlas Tanjung Bintang menyisipkan nilai-nilai keislaman kepada peserta didik melalui