• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penugasan Personal Polri Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Sampali Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Penugasan Personal Polri Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Sampali Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah lembaga eksekutif dalamhal keamanan negara di seluruh wilayah negara Indonesia.POLRI memiliki peran untukmewujudkan keamanan dalam negeri Indonesia yang meliputi terpeliharanya keamanandan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat denganmenjunjung tinggi hak asasi manusia. Demikian pada prinsipnya pengaturan ketentuanPasal 2, Pasal 4, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia.

POLRI dalam pengertian di atas, dapat dilihat secara organisasional maupunpersonal.Aspek organisasional melihat pada kelembagaan dari POLRI itu sendiri,sedangkan aspek personal melihat pada anggota POLRI yang menjalankan peran, fungsi,tugas, dan tanggung jawab dari organisasi.Pertanggungjawaban dari wujud visi, misi,tugas, wewenang, kedudukan, dan fungsi POLRI secara organisasional dan secarapersonal dapat dilihat dari sisi akuntabilitas dan responsibilitas.Sisi akuntabiltasbermakna bahwa realisasi dari otorisasi yang diperoleh sedangkan sisi responsibilitasyang bermakna bahwa kewajiban hukum yang harus dilakukan dan bentuk otoritas yangdiberikan untuk melaksanakan kebijakan.Berdasarkan kedua makna pertanggungjawabantersebut, sistem

(2)

pertanggungjawaban hukum bagi aspek organisasional dan aspekpersonal berbeda dan memiliki bentuknya masing-masing.4

Pendidikan pada dasarnya adalah proses kumunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke generasi.

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia.Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia.Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.

5

Pola Pendidikan Kepolisian Negara RepublikIndonesia merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan dalam negeri (videPasal 5 (1) UU 2/2002). Untuk menjalankan fungsitersebut, pola pendidikan yang baik menjadi salah satucara untuk membentuk polisi yang handal. Polapendidikan polisi saat ini mengacu pada PeraturanKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan

4 Maria Ulfah, dkk, “sistem pertanggungjawaban hukum kepolisian negara republik

ndonesia secara organisasional maupun personal”penelitian dan pengabdian masyarakat (Bandung:univesitas khatolik parayangan, 2013), Hlm, 1

5 Halim Malik, “ Dasar Hukum Pendidikan Di Indonesia”, Opini, 20 Februari 2011, Hlm

(3)

KepolisianNegara Republik Indonesia. Dijelaskan bahwa jalurpendidikan polisi, meliputi:6

a) Jalur Pendidikan Formal, merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan di dalam system pendidikan Polri;

b) Jalur Pendidikan Non Formal, dilaksanakan secara terstruktur dan atau tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan, dalam bentuk, antara lain: 1) Pelatihan dan Kursus yang diselenggarakan di lingkungan Polri;

2) Penugasan Pendidikan di luar lingkungan Polri (vide Pasal 7-9 Perkap 4/2010).

Pendidikan Polri merupakan suatu proses untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang dibutuhkan dalam pemenuhan tuntutan tugas-tugas kepolisian. Selain itu pendidikan Polri juga merupakan suatu rangkaian kegiatan dari siklus pembinaan manajemen sumber daya manusia sehingga penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Polri tetap berpegang pada prinsip keterpaduan dengan tujuan untuk mengakomodir system pendidikan yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).Prinsip keterpaduan ini dapat dilihat dengan adanya ketentuan bahwa semua system dan jenjang kependidikan Polri berada dalam satu institusi/lembaga yaitu Lemdikpol (sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 21 tahun 2010), yang mengarah pada sistem pendidikan satu pintu.7

6 Dian Agung Wicaksono,” Revitalisasi Sumber Daya Manusia POLRI untuk Sinergitas

Kinerja dalam Integrated Criminal Justice System” (Yogyakarta:UGM, 2012), Hlm, 140

7 Tri Suryanti, “Mewujudkan Lembaga Pendidikan POLRI Sebagai Centre Of

(4)

Kepala lembaga pendidikan polri adalah pimpinan satuan pendidikan pada Polri yang terdiri dari gubernur/kasespim/kapusdik/ka sekolah.Tenaga Pendidik yang selanjutnya disingkat Gadik adalah seseorang yangberkualifikasi sebagai guru, pelatih, dosen, konselor, widyaiswara, instruktur,fasilitator, dan tutor.Peserta didik adalah setiap orang yang berusaha mengembangkan potensi dirimelalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan Polri.8

Menurut Soekidjo Notoadmodjo

Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu interaksi antara pendidik/pelatih dengan para peserta didik/latih untuk mencapai suatu tujuan daripada diklat.Oleh karena adanya suatu interaksi untuk mencapai tujuan pendidikan, terdapat tiga (3) komponen utama yang penting dan membentuk sebuah triangle/segitiga. Dalam hubungan segitiga tersebut jika salah satu sisi terganggu atau hilang maka akan terganggu atau hilang pula hakikat daripada pendidikan tersebut. Hakikat pendidikan selalu dihubungkan dengan hakikat manusia yang memiliki aspek personal dan aspek sosial, yaitu proses pemberdayaan. Sedangkan dalam pendidikan profesi hakikatnya adalah upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia dalam suatu organisasi untuk melaksanakan serangkain pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

9

pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan menurut Marzuki10

8 Pasal 1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2010 9

Soekidjo Notoatmodjo,” pendidikan dan prilaku kesehatan”, (Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2003), Hlm 16

10 Marzuki, “Pendidikan Nonformal”, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm 102

(5)

sistematik, dan terencana untuk menjadikan individu, kelompok, dan masyarakat menjadi sosok yang bertanggungjawab untuk memperbaiki dirinya. Lebih lanjut Nugroho11

Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan isu yang terus menerus berkembang.Dewasa ini pengembangan sumberdaya manusia berbasis ekonomi telah berhasil mewujudkan kemakmuran, tetapi gagal mewujudkan kesejahteraan yang merata di segala aspek, bahkan sebaliknya menimbulkan permasalahan yang sulit dicari penyelesaiannya. Pendidikan

mengatakan pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia.

Pendidikan bagi personal POLRI dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pendidikan bagi calon personal POLRI baru, yaitu untuk mengenal dan menguasai pekerjaannya sedangkan bagi personal POLRI lama, yaitu untuk meningkatkan hasil pekerjaan/outcomes baik sekarang maupun di masa datang, meningkatkan kinerja personal apabila mendapatkan promosi. Pendidikan untuk personal POLRI lama juga menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi, personal-personal lain, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dalam organisasi dan lingkungan.Pendidikan bagi personal POLRI merupakan suatu persyaratan pekerjaan untuk memperbaiki keterampilan, keahlian dan pengetahuan berdasarkan aktivitas-aktivitas rutin agar dapat menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

(6)

dikembangkan sebagai salah satu cara untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul akibat perkembangan zaman.

Menurut Kamil 12

Seiring perkembangan zaman, institusi kepolisian sebagai institusi yang melaksanakan tugas-tugas profesional dituntut untuk lebih menjadi pelayan publik yang profesional dalam melaksanakan tugas kesehariannya.Untuk menjadi pelayan publik yang profesional dibutuhkan upaya-upaya pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya polisi yang berkualitas.Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dalam institusi kepolisian merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya polisi dalam profesinya.Berbeda dengan

masalah-masalah baru, prosedur-prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan-pengetahuan baru, jabatan-jabatan baru selalu timbul dalam organisasi yang dinamis, dan merupakan kebutuhan manajemen untuk menghadapinya dengan mengembangkan sumberdaya manusia yang dimilikinya. Pemimpin-pemimpin yang progresif harus menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkelanjutan. Penyelenggaraan pendidikan mempunyai tujuan-tujuan tertentu, baik bagi peserta maupun bagi kepentingan organisasi. Oleh karena itu tujuan pendidikan perlu diperhatikan karena tujuan tersebut merupakan landasan penetapan metode pendidikan mana yang akan diadopsi untuk diterapkan, materi-materi selama pendidikan, peserta pendidikan serta siapa tenaga pengajar yang cocok menyampaikan subjek tersebut, sehingga pendidikan tersebut sejalan dengan tujuan, visi dan misi organisasi.

12 Kamil,”Homeschooling Pendidikan Multikultural untukk remaja”, (Yogyakarta:UII,

(7)

pendidikan pada umumnya, Pendidikanpada institusi kepolisian merupakan pendidikan yang lebih menekankan aspek profesionalitas. Akan tetapi sama dengan pendidikan profesional lainnya pendidikan kepolisian mempunyai tujuan untuk mewujudkan sumberdaya manusia profesional berdaya saing tinggi dan bermoral di lingkungan organisasi dan lingkungan global.

Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat berdampak pada polarisasi, rasionalisasi baru pada lingkup kejahatan modern sehingga berpengaruh kepada profesionalisme Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002, dengan dampak tersebut anggota Polri dituntut untuk meningkatkan kualitasnya melalui proses pendidikan yang menggunakan teknologi informasi.13

13Kepala Pusat Pendidikan Administrasi, “Kerangka Grand Design Pendidikan Polri”,

Bandung, 2011, Hlm 2-3

(8)

Sebagai salah satu contoh tujuan pendidikan POLRI sebagaimana termuat dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI (Perkap) nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa;

“Tujuan Sisdik POLRI meliputi: (a) terwujudnya hasil didik yang profesional, bermoral, dan modern sesuai tuntutan kompetensi POLRI; (b) terbentuknya potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi patuh hukum, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan (c) terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok POLRI”.

(9)

menghadapi situasi-situasi tertentu polisi dituntut profesionalitasnya yang bertanggungjawab melakukan diskresi terhadap aturan yang berlaku. Untuk itu maka pendidikan diharapkan tidak hanya menekankan pada konsep dan teori kepolisian tetapi juga bagaimana membentuk moral dan mental sesuai konteks dimana mereka akan bertugas.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka akan dilakukan pembahasan dan penelitian dengan judul “PROSEDUR PENUGASAN

PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI SAMPALI

MEDAN)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanapenugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian berdasarkan UU No.2 Tahun 2002?

2. Bagaimanaprosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian?

3. Bagaimana akibat hukum dari penugasan pengajar pendidikan kepolisian?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

(10)

1. Untuk mengetahui dan mendalami penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian berdasarkan UU No.2 Tahun 2002.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata cara prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian.

3. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum dari penugasan pengajar pendidikan kepolisian.

Adapun manfaat penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat kepada para pihak, baik secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah:

1. Secara teoritis

Penelitian ini dapat membuka wawasan dan paradigma berfikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum khususnya pemahaman tentang prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya serta sebagai kontribusi bagi penyempurnaan perangkat peraturan mengenai masalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia.

2. Secara praktis

(11)

D. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara (studi sampali medan) . Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa hukum Universitas Sumatera Utara, karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, dan terbuka. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulis melakukan tinjauan kepustakaan berdasarkan referensi dari buku-buku.BerdasarkanUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 (UU Kepolisian) dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI (Perkap) nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa;

(12)

kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok POLRI”.

Kepolisian berasal dari istilah polisi yang beragam penyebutannya di setiapnegara.Istilah polisi pertama kali berasal dari Yunani yakni politeia dari tokoh Plato yangberlatar belakang pemikiran bahwa suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan citacitanya,suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempatkeadilan dijunjung tinggi.14Keragaman istilah lain dapat dilihat di Inggris dengan police,Jerman polizei, dan Belanda dengan

politie.15

Sebagaimana diketahui Indonesia dahulu pernah dijajah oleh Belanda, maka secara historis istilah polisi di Indonesia dapat dikatakan mengikuti istilah polisi Negara Belanda yaitu politie.Makna politie menurut Van Vollenhoven adalah “organ pemerintah yang bertugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan supaya yang diperintah menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah”.16Polisi sebagai bagian dari organ pemerintah dapat dikatakan secara jelas bahwa polisi adalah organisasi dan alat pemerintah.Selain itu, polisi adalah birokrasi tanpa loket dan sekat yang memisahkannya dengan masyarakat, hubungan polisi dengan masyarakat itu bagai air dengan ikan di dalamnya.Tidak ada masyarakat tanpa polisi (ubi society ubi politie).17

14

Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-Unsurnya, (Jakarta:UI Press,,1995), Hlm. 19.

15 Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, , (Yogyakarta:LaksBang PRESSSindo,

2010), Hlm. 1

16

Ibid, Hlm. 3

17 Ismantoro Dwi Yuwono, Memahami Berbagai Etika Profesi & Pekerjaan,

(13)

Kepolisian di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sebagai hal yang bertalian dengan polisi.Pengertian polisi itu sendiri adalah badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang melanggar undang-undang dan sebagainya), serta diartikan sebagai anggota badan pemerintah (pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan dan sebagainya). 18 Selanjutnya Momo Kelana mengatakan bahwa istilah polisi memiliki dua arti.Pertama, polisi dalam arti formal yang mencakup organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian.Kedua, polisi dalam arti material yang memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan tugas danwewenang dalam menghadapi gangguan ketertiban dan keamanan berdasarkan peraturanperundang-undangan.19

POLRI secara personal bermakna sebagai anggota POLRI yang telah melaluipersyaratan yang ditentukan UU Kepolisian untuk mengisi dan mengoperasionalkanorganisasi POLRI.Anggota POLRI tersebut adalah pegawai negeri yang diberi pangkatyang mencerminkan peran, fungsi, kemampuan POLRI serta sebagai keabsahanwewenang dan tanggung jawab dalam penugasannya.Sebagaimana telah diketahuibahwa POLRI memiliki dua fungsi yakni fungsi preventif yang dilaksanakan dalamrangka memberi perlindungan, pengayoman, pelayanan pada masyarakat dan fungsirepresif yaitu sebagai penegak hukum. 20

18

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2008), Hlm. 1091

19 Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) Suatu Studi Historis

Komperatif, (Jakarta:PTIK,, 1972), Hlm. 22.

20 Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance, (Surabaya:Laksbang

Mediatama, 2008),Hlm. 61.

(14)

dipergunakan sebagai pijakan sistem pertanggungjawaban hukum POLRI secarapersonal.21

Asas-asas Hukum Administrasi Relevan Mengenai Pertanggungjawaban POLRImenurut J.M. Baron de Geraldo adalah peraturan-peraturanyang mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah denganrakyat.

Ketika anggota POLRI sebagai subjek hukum melaksanakan kedua fungsitersebut dengan menyalahgunakan wewenang yang diberikan untuk tujuan lain melaluiwujud perbuatan (aktif dan pasif) yang dilarang atau diperintahkan oleh perundang-undanganpidana yang memiliki sanksi pidana (tindak pidana), maka berlaku lah hukumpidana (dalam arti material dan formal) pada diri anggota POLRI tersebut.

22

sedangkanBelifante berpendapat bahwa hukum administrasi adalahkaidah-kaidah hukum yang mengatur fungsi pemerintahan yang merupakan tugaspenguasa yang tidak termasuk pembentukan undang-undang maupun peradilan.Secara ringkas, hukum administrasi adalah serangkaian asas-asas hukum, kaidah-kaidahhukum, pranata-pranata hukum yang berkenaan dengan aspek yakni:23

a. kekuasaan eksekutif;

b. fungsi penyelenggaraan pemerintahan;

c. badan, lembaga, jabatan, struktur pemerintahan tingkat Pusat dan Daerah; d. hubunganantara pemerintah dengan warga negara.

21 Hukum lain yang dapat digunakan adalah hukum perdata

22 Philipus M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi Dalam Mewujudkan

Pemerintahan yang Bersih,Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum Unair, 1994, hlm. 5.

23 Asep Warlan Yusuf, Hukum Administrasi, di dalam Diktat Pengantar Hukum

(15)

Adapun objek studi Hukum Administrasi adalah:24

a. keseluruhan kegiatan pemerintahan yang dijalankan oleh pemegang kekuasaan eksekutif, kecuali di bidang pembentukan undang-undang yang dijalankan olehkekuasaan legislatif dan peradilan yang dijalankan oleh kekuasaan yudikatif;

b. Keseluruhan aturan hukum yang relevan dengan penyelenggaraan urusanpemerintahan, kecuali diatur oleh norma hukum pidana maupun perdata;

c. Keseluruhan fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahanyang dilakukan organ-organ, badan-badan, dan jabatan-jabatan pemerintah.

Dalam proses pengembangan pendidikan, menurut Hasibuan25

24Ibid, Hlm. 119.

25 Hasibuan, “Proses Pengembangan pendidikan”, (Yogyakarta:UII, 2007), Hlm, 75-76

(16)

tercapai; dan (f) Pelaksanaan, yaitu para instruktur mendidik dan melatih sesuai bidangnya, terjadi proses belajar mengajar yang diakhiri dengan evaluasi untuk mengukur pencapaian sasaran pendidikan.

Langkah-langkah yang telah ditetapkan tersebut akan berjalan dengan baik dan berhasil, apabila didukung dengan aspek-aspek lain yaitu; kurikulum yang dipakai dalam pendidikan, sarana prasarana fisik, peserta pendidikan, pelatih/instuktur, dan dukungan dari piha-pihak lain yang relevan.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Pendekatan yuridis normatif ini digunakan dengan maksud untuk mengadakanpendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundangundanganyang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori. 26 Pendekatan yuridisnormatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti sumber-sumber bacaanyang relevan dengan tema penelitian, yang meliputi penelitian terhadap asas-asashukum, 27 sumber-sumber hukum, 28

26 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990), Hlm11.

27

M. Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung: Alumni, 1997), Hlm. 89, mengatakan asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat.

28 Amiruddin A. Wahab, dkk., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk

Kalangan Sendiri, (Banda Aceh, FH-Unsyiah, 2007), Hlm. 73.

(17)

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menganalisa yang dilakukan dengan cara memaparkan atau menggambarkan permasalahan mengenai prosedurpenugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data sekunder. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan.29

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur mengenai POLRI dalam hukum acara pidana

Data dari pemerintah yang berupa dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan, di antaranya:

2) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002TentangKepolisian Negara Republik Indonesia.

(18)

3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

4) Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI Nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku, penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis maupun disertasi.30

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan.31

4. Analisa Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut dianalisa secara kualitatif32 yakni denganmengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungan tiap-tiap datayang diperoleh tersebut dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-asas hukum yangterkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga dengan logika deduktif,33

30 Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), Hlm12. 31 Soerjono Soekanto, Op Cit, Hlm7.

32

Bambang Sunggono, Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), Hlm 10

33Ibid.

(19)

konstruksi hukum sehingga diharapkandapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dantujuan.

Dalam menganalis data berupa peraturan perundang undangan maka akan dilakukan langkah langkah sebagai berikut :

a. Inventarisasi aturan hukum yang terkait dengan fakta hukum b. Klasifikasi aturan hukum dan buat sistematika pengaturannya c. Deskripsikan konsistensi, kontradiksi pada aturan hukum

Dalam proses ini akan dipergunakan asas hukum untuk menganalis mengenai prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara. Selanjutnya akan diperhatikan sifat pengaturan (bersifat umum atau khusus) dalam aturan, bentuk hukum (hierarchi) dari aturan dan pengundangan dan atau pengumuman (lama atau baru) dari aturan hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data

(20)

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:34

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan objek penelitian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.

c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.

e. Penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara kepada informan, yaitu Kepala SPN Sampali Medan kemudian kepada pengajar pendidikan POLRI

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi skripsi, penulis menggunakan sistematika didalam pembahasannya, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini Memuat latar belakang pembuatan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan penelitian ini.

(21)

BAB II : PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI

PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN

BERDASARKAN UU NO. 2 TAHUN 2002

Bab II ini terdiri dari tiga sub, yaitu: susunan dan kedudukan kepolisian Republik Indonesia, tugas dan fungsi kepolisian Republik Indonesia, dan landasan hukum penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian.

BAB III : PROSEDURPENUGASAN PERSONAL POLRI

MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN

Bab III ini Membahas secara menyeluruh mengenai objek penelitian ini yaitu mengenai persyaratan pemberian izin penugasan POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian, mekanisme perolehan penugasan pengajar pendidikan kepolisian, dan hambatan yang dihadapi dalam penugasan pengajar pendidikan kepolisian

BAB IV : AKIBAT HUKUM DARI PENUGASAN PENGAJAR

PENDIDIKAN KEPOLISIAN

(22)

hukumpersonal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian

BAB V : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Jenis tindakan yang memerlukan Informed Consent (PANDUAN)1. Posted on January 27, 2015

Karena bidang momen selalu digambar pada sisi/bagian serat yang tertarik, maka gambar bidang momen boleh tidak menggunakan tanda + atau -... Bid D

Masalah rendahnya hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas V SD Inpres Bontomanai Kota Makassar akan diatasi dengan menerapkan media komik dalam pembelajaran.Dengan

Gambar 1 menguraikan proses manajemen proyek dimulai dengan kegiatan perencanaan hingga kegiatan pengendalian yang didasarkan atas input , seperti tujuan dan sasaran

Permasalahan yang saat ini muncul dalam Unit Sinyal Telekomunikasi dan Kelistrikan (Sintelis) belum tersedianya model SI/TI yang menyebabkan arah pengembangan

Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai berikut:.. Drum tersebut

dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata

• External entity  kata benda / kalimat yang menjelaskan sistem, agen, perangkat, dan sebagainya, dari data yang masuk dan ke mana data keluar sistem. • Data store  kata benda