• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Landasan Teori

Salah satu bentuk komunikasi paling mendasar adalah persuasi. Persuasi didefinisikan sebagai “perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain” (Olson dan Zanna, 1993, hlm.135). Banyak riset telah dilakukan berkenaan dengan komunikasi yang ditujukan pada perubahan sikap.

Banyak sikap yang sulit untuk berubah. Sikap biasanya memiliki nilai dan manfaat bagi orang yang memegang sikap itu, dan biasanya sikap tersebut melekat erat pada ego atau jati diri seseorang. Sering usaha-usaha untuk mengubah sikap seseorang dipandang sebagai ancaman dan ditolak.

Selama berabad-abad manusia harus bertindak berdasarkan intuisi dan akal sehat dalam upaya mereka untuk melakukan persuasif. Aristotle salah satu orang

22

Fedri Apri Nugroho, Jurnal Skripsi Realitas Anak Jalanan di Kota Layak Anak Tahun 2014, Januari 2014.

23

Fachrudin HS, dkk, PILIHANSABDA RASUL (Hadis-hadis Pilihan), (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h.517.

33

yang pertama kali menganalisis dan menulis tentang persuasi dalam karya-karya klasiknya mengenai retorika. Beberapa tahun kemudian, khususnya ketika komunikasi massa menjadi lebih menyebar luas, orang mulai mempelajari

persuasi bahkan secara lebih sistematis.24

Selanjutnya teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kanon Retorika. Aristoteles yakin bahwa, agar suatu pidato persuasif dapat menjadi efektif, pembicara harus mengikuti tuntunan tertentu atau prinsip-prinsip, yang ia sebut kanon. Ini merupakan rekomendasi untuk membuat suatu pidato lebih menggugah. Para ahli retoris klasik telah mempertahankan pengamatan

Aristoteles ini, dan hingga hari ini, kebanyakan penulis mengenai teks public

speaking dalam komunikasi mengikuti kanon-kanon Aristoteles untuk

menghasilkan pidato yanng efektif.

Walaupun tulisannya dalam retorika berfokus pada persuasi, kanon-kanon ini telah diterapkan di dalam beberapa situasi pembicara. Aristoteles menyatakan ada lima hal yang paling dibutuhkan untuk pidato yang efektif: penemuan, pengaturan, gaya, penyampaian, dan ingatan.

Kanon yang pertama adalah penemuan. Istilahnya ini dapat menjadi sedikit membingungkan karena penemuan dalam sebuah pidato tidak berarti

penemuan dalam pengertian ilmiah. Penemuan (invention) didefinisikan sebagai

konstruksi atau penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Penemuan berhubungan erat dengan logos, yang telah dibahas sebelumnya. Penemuan, karenanya, dapat mencakup penggunaan cara berpikir

24

Werner J. Severin, James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi Sejarah, metode, dan terapan di dalam Media Massa, (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2005), h.177.

34

entimen dalam suatu pidato. Selain itu, penemuan diinterpretasikan secara luas sebagai sekelompok informasi dan pengetahuan yang dibawa oleh seorang pembicara ke dalam situasi berbicara. Tumpukan informasi ini dapat membantu seorang pembicara dalam pendekatan persuasifnya. Misalkan saja, contohnya, Anda sedang memberikan sebuah pidato mengenai keuntungan olahraga. Penemuan yang dikaitkan dengan pidato ini akan mencakup baik daya tarik logis yang ada di dalam pidato Anda (“Anda akan hidup lebih lama” atau “Asuransi kesehatan anda akan lebih rendah”) serta sekelompok informasi yang anda miliki mengenai kesehatan secara umum. Dalam mengonstruksi argumen Anda, anda akan menggunakan ini semua.

1. Penemuan. Definisi penemuan adalah integrasi cara berpikir dan

argumen di dalam pidato. Dan deskripsinya adalah menggunakan logika dan bukti di dalam pidato membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif.

2. Pengaturan. Definisi pengaturan adalah organisasi dari pidato.

Deskripsinya yakni mempertahankan struktur suatu pidato-Pengantar, Batang Tubuh, Kesimpulan-mendukung kredibilitas pembicara, menambah tingkat persuasi dan mengurangi rasa frustasi pada pendengar.

3. Gaya. Penggunaan bahasa di dalam pidato. Deskripsi dari gaya adalah

penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat dan bahwa ide-ide dari pembicara diperjelas.

35

4. Penyampaian. Presentasi dari pidato. Penyampaian yang efektif

mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.

5. Ingatan. Penyimpanan informasi di dalam benak pembicara.

Mengetahui apa yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara

untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.25

Menurut B. Aubrey Fisher, seseorang dapat memandang tindakan persuasi sebagai upaya sumber untuk memanipulasikan penerima atau persepsi penerima yang menyaring pesan-pesan manipulatif dengan jalan itu mengendalikan responsnya terhadap usaha persuasif. Akan tetapi, praktek persuasi dengan sendirinya berkaitan dengan sejenis efek. Perspektif-perspektif yang terdahulu menerangkan efek itu dalam pengertian stimuli atau dalam pengertian persepsi penerimanya. Sekalipun begitu, konsep persuasi umumnya adalah sebab-akibat, stimulus-respons, masukan-keluaran, yakni adanya hasil atau perubahan yang nyata pada penerimanya. Dengan kata lain, tindakan persuasi pada akhirnya

merupakan tindakan persuasi diri pada pihak orang yang dipersuasi.26

C.Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya pengulangan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang, baik dari buku ataupun bentuk tulisan lain dan

25

Richard West, Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 11.

26

B. Aubrey Fisher, Teori-Teori Komunikasi, terjemahan Jalaluddin Rakhmad (Bandung: Remadja Karya, 1986), h. 262.

36

untuk menghindari plagirisme, maka penulis sampaikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain :

1. Ira Pratiwi Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.

Skripsi tersebut berjudul “Strategi Dakwah Remaja Masjid (REMAS) Baitul-

Taqwa Dalam Upaya Meningkatkan Nilai Keislaman Bratang Surabaya”. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dengan skripsi terdahulu adalah terletak pada faktor obyeknya saja. Yang mana secara garis besar yang menjadi sasaran atau obyek dakwah dalam penelitian yang terdahulu meneliti para remaja non REMAS yang tinggal di wilayah Bratang Surabaya. Sedang skripsi ini meneliti seorang Ustadz Syuaib yang membahas mengenai bagaimana strategi dakwah dia agar mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat dan komunitas terpinggirkan tidak hanya remaja saja. Persamaan dalam penelitian yang terdahulu dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan strategi dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.

2. Adapun penelitian kedua yang berjudul “Strategi Dakwah Majelis Az-zikra

dalam Menciptakan Keluarga Sakinah”, yang diteliti oleh Bobby Rahman Manajemen Dakwah, UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dengan skripsi terdahulu adalah terletak pada faktor obyeknya saja. Yang mana secara garis besar yang menjadi sasaran atau obyek dakwah dalam penelitian yang terdahulu adalah khusus untuk yang sudah berkeluarga. Sedang skripsi ini sasaran atau obyeknya untuk komunitas

37

terpinggirkan. Persamaannya sama-sama menggunakan strategi dakwah ketika berdakwah atau sedang melakukan aktivitas dakwahnya

3. Penelitian ketiga berjudul “Strategi Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Anak Muda”, yang diteliti oleh Miss Patimoh Yeemayor Manajmenen Dakwah, UIN Walisongo, 2015. Yang menjadi perbedaan dengan skripsi ini adalah sasaran atau obyeknya, yakni lebih tertuju kepada anak muda. Sedangkan skripsi ini sasaran atau obyeknya untuk komunitas terpinggirkan. Persamaan skripsi Miss Patimoh Yeemayor dengan skripsi ini adalah sama- sama mengkaji strategi dakwah.

4. Pada tahun 2010 Sri Wahyuni juga menulis skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah M. Natsir dalam Menghadapi Misionaris Kristen” dalam penelitian ini dapat disimpulkan yang menjadikan perbedaan adalah, skripsi terdahulu sasaran dakwahnya adalah misionaris Kristen. Sedangkan skripsi ini sasarannya untuk komunitas terpinggirkan. Persamaan dengan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah, membahas tentang strategi dakwah

yang digunakan para da’i.

5. Nur Rochman, 2014, dengan judul “Strategi dakwah melalui pemasaran online

pada situs www.sahabataqsa.com”. Yang menjadi perbedaan dalam penelitian

ini adalah obyeknya berbeda. Obyeknya menggunakan media online. Sedangkan dalam skripsi ini obyeknya adalah komunitas terpinggirkan. Dan persamaannya adalah membahas tentang strategi dakwah.

38

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu yang Relevan No Nama, Tahun, Judul Skripsi Masalah penelitian Metode Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Ira Pratiwi, 2014 Strategi Dakwah Remaja Masjid (REMAS) Baitul-Taqwa Dalam Upaya Meningkatkan Nilai Keislaman Bratang Surabaya Membahas bagaimana strategi dakwah remaja masjid (REMAS) dalam upaya meningkat kan nilai keislaman remaja Bratang? Kualitatif deskriptif Sama- sama membahas masalah strategi dakwah Perbedaan mendasar terletak pada sasaran dakwah. skripsi iniobyek dakwahnya adalah remaja Bratang Surbaya 2 Bobby Rahman, 2010 Strategi Dakwah Majelis Az- zikra dalam Menciptakan Keluarga Sakinah Penelitian ini membahas tentang bagaimana membang un keluarga sakinah Kualitatif deskriptif Sama- sama membahas masalah strategi dakwah Perbedaan terletak pada sasaran dakwah. Skripsi ini sasaran dakwahnya adalah keluarga 3 Miss Patimeh Yeemay or, 2015 Strategi Dakwah dalam meningkatkan Pemahaman Agama Anak Muda Penelitian ini membahas bagaimana meningkat kan pemahama n agama pada anak muda Kualitatif deskriptif Sama- sama membahas strategi dakwah Sasaran dakwahnya adalah anak muda 4 Sri Wahyuni ,2010 Strategi dakwah M. Natsir dalam menghadapi Misionaris Kristen Bagaiman a pandangan dan strategi dakwah M. Natsir Kualitatif Sama- sama membahas strategi dkawah Perbedaan terletak pada sasaran dakwah, yakni Misionaris Kristen

39 tentang Misionaris Kristen 5 Nurroch man, 2014 Stratgi Dakwah melalui pemasaran media online pada situs www.sahabata qsa.com Membahas bagaimana strategi dakwah melalui online Library research deskriptif Sama- sama membahas strategi dakwah Objeknya berbeda. Yakni melalui media online

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian “Strategi Dakwah Ustadz Syuaib” yaitu metode penelitian kualitatif. Metodologi artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporannya. Manfaat metodologi penelitian antara lain, dapat menuyusun laporan baik dalam bentuk skripsi, mengetahui arti pentingnya riset dan dapat menilai hasil-hasil

penelitian yang sudah ada.1

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Maksudnya adalah data-data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.2 Penelitian deskriptif kualitatif adalah

titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dan suasana alamiah dimaksudkan peneliti terjun ke lapangan, peneliti tidak berusaha untuk memanipulasikan variabel.

1

Cholid Narbuko, dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hh. 1-12.

2

41

Penelitian deskriptif ditujukan untuk:

(1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada.

(2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang

berlaku.

(3) Membuat perbandingan atau evaluasi.

(4) Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

keputusan pada waktu yang akan datang.3

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen aktif dalam upaya pengumpulan data yang ada di lapangan. Peneliti langsung terjun ke tempat penelitian yakni Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial), di pondok pesantren Al- Muchtar Mleto, selain itu di rumah warga yang beralamatkan di Mleto nomor 37 dan melakukan observasi serta wawancara secara mendalam terhadap Ustadz Syuaib dan para informan lainnya. Kehadiran peneliti di Liponsos dan di Mleto merupakan hal yang wajib peneliti lakukan. Karena hal tersebut merupakan tolak ukur keberhasilan seorang peneliti untuk memahami permasalahan yang sedang diteliti yakni strategi dakwah Ustadz Syuaib. Peneliti juga mempunyai peran sebagai pengamat partisipan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan rumusan masalah. Ketika dalam penelitian, peneliti diketahui statusnya oleh

3

Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 25.

42

subjek serta informan penelitian. Dengan kata lain, peranan manusia sebagai alat

atau instrumen penelitian besar sekali dalam penelitian kualitatif.4

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya. Data primer diperolehnya sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut.5

Data primer dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara serta observasi langsung kepada Ustadz Syuaib saat dia melakukan aktifitas dakwahnya.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan. Pada umumnya untuk mendapatkan data sekunder, tidak lagi dilakukan wawancara atau melalui instrumen jenis lainnya melainkan meminta bahan-bahan sebagai pelengkap dengan melalui petugas atau dapat tanpa melalui petugas yaitu mencarinya sendiri dalam file-file yang tersedia. Data sekunder akan mudah

didapatkan apabila data primer cukup lengkap dalam menunjang

permasalahannya.6

4

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ..., h. 163.

5

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam teori dan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 87.

6

43

Data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip-arsip yang dimiliki oleh Ustadz Syuaib dan beberapa dokumentasi kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Ustadaz Syuaib. Semua hal yang berkaitan dengan foto, audio, video dan arsip tertulis lainnya merupakan sebuah dokumen yang akan dapat mendukung dan menjadi data sekunder dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1987 : 4) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.7

Sumber data adalah sumber yang dibutuhkan untuk sebuah penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi serta wawancara kepada Ustadz Syuaib.

D. Tahap Penelitian

Penelitian kualitatif tidak terlepas dari tahap-tahap penelitian. Menurut Lexy J. Moleong terdapat tiga pokok tahapan penelitian kualitatif, yaitu:

a. Tahap pra lapangan

Tahap ini adalah tahap paling awal untuk melakukan penelitian sebelum terjun ke lapangan. Tahap ini dilakukan agar peneliti menyiapkan apa saja yang dilakukan sebelum meneliti langsung ke lapangan. Dalam tahap pra lapangan ada tujuh hal yang harus dilakukan, antara lain:

7

44

1) Menyusun rancangan penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menyusun rancangan penelitian. Rancangan ini mulai dari pemilihan judul yang sesuai dengan jurusan yang telah dipilih peneliti. Setelah judul disetujui oleh ketua jurusan, peneliti menyusun proposal. Proposal adalah langkah awal apakah penelitian ini dapat diteruskan atau harus ganti judul.

2) Memilih lapangan penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian.

Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.

3) Mengurus perizinan

Peneliti mengurus surat izin terebih dahulu ke fakultas, surat perizinan ini ditujukan untuk diberikan kepada Ustadz Syuaib. Karena pihak yang berwenang, berhak menolak atau menerima penelitian yang peneliti lakukan. Mereka memiliki kewenangan secara formal. Dengan diterimanya surat izin, peneliti bisa lebih dalam lagi untuk melakukan penelitian.

4) Menjajaki dan menilai lapangan

Maksud dari penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal tempat yang akan diteliti, mulai dari lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam. Dan tujuan lainnya yakni agar peneliti mempersiapkan diri, mental maupun fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

45

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian melalui surat atau melalui orang yang dikenal sebagai penghubung ataupun secara resmi dengan surat melalui jalur instansi pemerintahan. Hal lain yang diperlukan ialah pengaturan perjalanan, terutama jika lapangan penelitian itu jauh letaknya. Alat tulis seperti pensil atau ball point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, karet, dan lain-lain jangan dilupakan pula.

7) Persoalan etika penelitian

Beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam menghadapi etika diuraikan antara lain: sewaktu tiba dan berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian, beritahukan secara jujur dan secara terbuka maksud dan tujuan kedatangan peneliti; pandang dan hargailah orang-orang yang diteliti bukan objek; hargai, hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai masyarakat, kepercayaan, adat isitiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu yang hidup dalam masyarakat tempat penelitian dilakukan; peganglah kerahasiaan segala sesuatu

46

yang berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh subjek; tulislah segala kejadian, peristiwa, cerita dan lain-lain secara jujur, benar, jangan ditambah dan diberi bumbu, dan nyatakanlah sesuai dengan keadaan aslinya.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di samping itu, perlu mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun secara mental di samping harus mengingat persoalan etika.

2) Memasuki lapangan

Untuk memasuki lapangan yaitu mengikuti kegiatan Ustadz Syuaib di Liponsos serta di Mleto. Dalam memasuki lapangan ini biasanya peneliti melakukan keakraban dengan lingkungan, mempelajari bahasa serta peneliti harus berperan besar dalam penelitian ini.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Yang dilakukan saat berperan serta mengumpulkan data antara lain adalah, pengarahan batas studi, mencatat data, petunjuk cara mengingat data, meneliti suatu latar yang di dalamnya terdapat pertentangan dan analisis di

lapangan.8

8

47

c. Tahap pengumpulan data

Peneliti akan terus mencari informasi yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut. Informasi yang didapat berdasarkan wawancara, observasi serta mengikuti kegiatan Ustadz Syuaib. Informasi tersebut dicatat kemudian dikumpulkan serta disusun secara sistematis berdasarkan kriteria masing- masing.

Sebelum melakukan analisis data peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu dengan Ustadz Syuaib karena dia selaku kunci informasi dari peneliti untuk melengkapi data-data dalam skripsi ini.

d. Tahap analisis data

Berikut adalah kegiatan tahap penelitian dalam skripsi ini:

1) Proses analisis data dimulai dengan menalaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, gambar foto dan sebagainya.

2) Mengadakan redukasi data yang dilakukan dengan abstraksi. Abstraksi

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan- pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

3) Menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian

dikategorisasikan. Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding.

4) Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.9

9

48

e. Penulisan Laporan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan hasil penelitian yang sesuai dengan buku panduan skripsi

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dan sesuai dengan arahan dosen pembimbing.

2) Penyimpulan penelitian.

3) Pengesahan skripsi oleh dosen pembimbing.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Karl Weick (dikutp dari Seltiz, Wrightsman dan Cook 1976: 253) mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in

situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.”10

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala- gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.

Observasi dilakukan memakan waktu yang lebih lama apabila ingin melihat suatu proses perubahan, dan pengamatan dilakukan dapat tanpa suatu

pemberitahuan khusus atau dapat pula sebaliknya.11

Observasi ini dilakukan oleh peneliti langsung terjun ke lapangan dimana

Ustadz Syuaib melakukan aktifitas dakwahnya untuk mengamati jama’ahnya.

10

Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi,.... h. 83.

11

49

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Pembagian wawancara pertama dikemukakan oleh Patton (1980: 197) sebagai berikut:

(a) Wawancara pembicaraan informal. Pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja.

(b) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. (c) Wawancara baku terbuka. Wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Wawancara jenis ini bermanfaat pula dilakukan apabila pewawancara ada beberapa orang dan terwawancara cukup

banyak jumlahnya.12

Interview yang peneliti lakukan tertuju kepada subyek langsung yakni Ustadz Syuaib Mohammed Arsalan Ar Rinbany. Jawaban-jawaban yang didapat oleh peneliti akan langsung dicatat atau direkam dengan menggunakan alat perekam. Pada tahap ini peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang diteliti yaitu Strategi Dakwah Ustadz Syuaib

12

50

Mohammed Arsalan Ar Rinbany. Dalam teknik wawancara ini, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara yang disesuaikan dengan pertanyaan pada sub masalah. Dengan tujuan, agar proses wawancara lebih terarah dan teratur.

Selain Ustadz Syuaib sebagai subjek penelitian, peneliti juga mewawancarai beberapa dari jamaah pengajian Ustadz Syuaib sebagai data pendukung yang diambil saat setelah Ustadz Syuaib ceramah dan memiliki pengaruh dalam kegiatan ceramah tersebut juga beberapa orang yang kenal sosok Ustadz Syuaib.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record,

yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.13 Jadi

peneliti selain menggunakan observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan dokumentasi. Karena sebagai bahan penunjang skripsi ini. Seperti dokumentasi foto-foto saat Ustadz Syuaib melakukan aktifitas dakwahnya.

Dokumen terkait