• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Konsep

2.2.1 Konsep Daya Tarik Wisata

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya

Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,

kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

Menurut Cooper (1993) daerah tujuan wisata harus didukung empat

komponen utama daya tarik wisata atau yang dikenal dengan ”4A”, yaitu: 1. Attraction

Attraction atau atraksi adalah motivasi utama bagi wisatawan dalam

melakukan perjalanan ke suatu daerah.Atraksi berkaitan dengan what to

see dan what to do, yaitu hal yang dapat dilihat dan dilakukan oleh wisatawan

di destinasi tersebut.Atraksi bisa berupa keindahan dan keunikan alam,

budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah, serta atraksi

buatan seperti sarana permainan dan hiburan.Seharusnya sebuah atraksi harus

mempunyai nilai diferensiasi yang tinggi. Unik dan berbeda dari daerah atau

wilayah lain.

2. Amenities

Secara umum pengertian amenities (fasilitas) adalah segala macam fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata.Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti akomodasi (hotel, guest

parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah) serta usaha makanan dan

minuman (restoran, warung, cafe).Tentu saja fasilitas-fasilitas tersebut juga

perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi sendiri dan

kebutuhan wisatawan.Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di

daerah utama destinasi.Destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya

agak berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel, restoran

dan rest area.

3. Accessibility

Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju

destinasi. Akses infrastruktur (kendaraan umum, air, jalan, listrik, pelabuhan),

ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan

aspek penting bagi sebuah destinasi. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang

mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada

wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika

diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk

mengunjunginya.Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja

tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi.Bagi

individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan

mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga

sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik.

4. Ancilliary

Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau pelaku

penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan

amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka ke

depannya pasti akan terbengkalai. Organisasi sebuah destinasi akan

melakukan tugasnya seperti sebuah perusahaan. Mengelola destinasi sehingga

bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah,

masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya.

Dalam penelitian ini, komponen 4A akan digunakan sebagai alat analisis

upaya pengembangan potensi pariwisata di Desa Tamkesi, Kabupaten Timor

Tengah Utara karena dianggap sesuai untuk menganalisis potensi pariwisata

di Desa Tamkesi.

2.2.2 Konsep Desa Wisata

Menurut Chafid Fandeli (2002) secara lebih komprehensif menjabarkan

desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan

suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial

budaya, adat istiadat, aktifitas keseharian, arsitektur bangunan, dan struktur tata

ruang desa, serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik wisata,

misalnya: atraksi, makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan

kebutuhan wisata lainnya.

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi,

dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan

masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa

alam perdesaan, maupun kehidupan sosial budaya masyarakatnya) yang dikemas

secara alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan

kunjungan wisatawan ke desa tersebut (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,

2011).

Masyarakat menjadikan rumah-rumah mereka atau sebagian kamar-kamar mereka

menjadi tempat tinggal tamu sementara (homestay) dalam suatu desa wisata.Akan

menjadi komplit apabila tamu-tamu bisa menikmati keseharian rakyat (live in)

merasakan sajian makan dan jenis atraksi kebudayaan desa. Desa wisata akan

sukses kalau seluruh anggota masyarakat baik kepala keluarga, ibu-ibu rumah

tangga, pemuda, dan anak-anak ikut mendukung keberadaan desa wisata tersebut

(Hasbullah Asyari, 2010).

2.2.3 Konsep Budaya

Soelaiman Soemardi dan Selo Soemardjan (1995) menerangkanbahwa budaya adalah hasil kerja atau usaha manusia yang berupa benda maupun hasil buah pemikiran manusia dimasa hidupnya.Potensi budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budaya yang berwujud kebendaan (tangible) seperti monumen, arsitektur bangunan, tempat peribadatan, peralatan, kerajinan tangan, dan budaya yang tidak berwujud kebendaan (intangible) berupa berbagi atribut kelompok atau masyarakat, seperti cara hidup, folklore, norma daken tata nilai.

2.2.4 Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Budaya

Strategi Pengembangan Desa Wisata yang dimaksud dalam penelitian ini

dilakukan untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam usaha

meningkatkan dan memperbaiki desa wisata, sehingga kelangsungan hidup desa

wisata tersebut dapat dinikmati oleh wisatawan nantinya dan dapat memberikan

manfaat kepada semua pihak.

Menurut Destination British Columbia (2014), berikut tujuh strategi yang

dapat membantu dalam pengembangan wisata di pedesaan:

1. Identify cultural amenities.

2. Create tourism business cluster initiatives by partnering with others. 3. Use a regional approach to develop visitor experiences.

4. Use circle tours or routes to draw visitors into rural areas. 5. Use cooperative marketing tools.

6. Promote a unique rural experience.

7. Conduct market research to minimize risk and enhance experience.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai strategi yang dapat membantu

pengembangan wisata budaya di pedesaan:

1. Identify cultural amenities (Mengidentifikasi fasilitas pariwisata).

Langkah terpenting yang paling utama adalah mewawancarai

orang-orang di komunitas untuk mengembangkan pemahaman yang kuat tentang

jenis fasilitas budaya unik yang ada di wilayah pedesaan.Wawancarailah

partisipasi yang luas seperti stakeholder yang memiliki kepentingan yang

berbeda, bukan hanya mereka yang terlibat dalam kegiatan

contoh kelompok yang bisa memberikan perspektif tentang cerita yang tak

terhitung yang dapat membuat wisatawan tertarik.

Tabel 2.1 Identifikasi Fasilitas Budaya

Kategori Potensi Nilai Fasilitas (nilai yang berasal dari kemudahan) Peran dalam Pembangunan Pariwisata

Budaya Situs Bangunan:

situs warisan, museum, situs arkeologi, situs suci, rute.

Acara dan kegiatan: cerita, tradisi, festival dan acara warisan terkait. Koneksi ke warisan, patriotisme, perayaan, keluarga, dan masyarakat obligasi. Dapat dipromosikan dan diakui sebagai atribut daerah pedesaan yang menarik untuk mendorong migrasi, kunjungan dan firma, dan harus dilindungi untuk mempertahankan nilai masa depan

Rekreasi dan Olah

Raga

Fasilitas yang dibangun: bukit ski, jalan, taman,

lapangan golf, marina, gelanggang es, pertanian, arena pertunjukan dan pusat berkuda. Acara dan kegiatan: rekreasi outdoor dan pariwisata berbasis alam (ski,kereta luncur, balap kereta salju, berburu,

menunggang kuda , memancing, kano, skating, mendaki, kayak, satwa liar).

Akses ke kesempatan liburan, kesehatan, kesejahteraan, ekspresi, identitas, gaya hidup, status, nilai properti .

Seni Fasilitas yang

dibangun: galeri, pusat, bioskop . Acara dan kegiatan: perayaan, festival, pertunjukan (seni, tari, musik). Akses ke kesempatan liburan, kesehatan, kesejahteraan, ekspresi, identitas, gaya hidup, status.

Pekerjaan Kehutanan, perikanan, pertambangan, pertanian, energi, pariwisata, ritel, jasa, tenaga kerja mandiri.

Akses ke pekerjaan yang berarti, ekspresi diri, nilai, status, pendapatan, rezeki. Komunitas Berwujud: bangunan bersejarah, makanan, arsitektur, ruang hijau, lansekap, pemakaman, dan komunitas kecantikan. Tidak berwujud: suasana, kecepatan, keramahan, ketenangan, semangat, nilai-nilai, milik, bahasa.

Rasa memiliki, keterhubungan, pemandangan, ekspresi, nilai-nilai bersama, keamanan, warisan dan nilai properti.

Sumber: Destination British Columbia Corp. 2014. Cultural and Heritage Tourism Development. Canada: Destination BC Corp.

2. Create tourism business cluster initiatives by partnering with others

(Membuat inisiatif kelompok usaha pariwisata melalui kemitraan dengan

orang lain).

Setelah fasilitas regional telah dipahami dan diprioritaskan dengan lebih

baik untuk digunakan dalam budaya pariwisata, penting untuk terhubung

dengan masyarakat yang berdekatan atau bisnis yang berbagi tujuan yang

untuk pariwisata; berpikir tentang siapa yang harus berkontribusi, dan

manfaat dari pengembangan pariwisata budaya.

3. Use a regional approach to develop visitor experiences (Menggunakan

pendekatan regional untuk mengembangkan pengalaman wisatawan).

Sejalan dengan hal di atas, ingat bahwa wisatawan berkunjung ke daerah

dan melalui komunitas untuk pengalaman otentik.Sebar dan bagikan tujuan

pariwisata budaya anda dengan kelompok-kelompok regional dan temukan

bagaimana mereka dapat membantu anda.Atau jika diperlukan, buatlah grup

sub-regional yang dapat berkolaborasi dengan anda.

4. Use circle tours or routes to draw visitors into rural areas (Menggunakan

treking atau rute untuk menarik wisatawan ke wilayah pedesaan).

Treking atau rute membuat wisatawan jauh lebih mudah dalam

melakukan perjalanan ke daerah pedesaan.Menggabungkan peta, pengalaman

dan informasi membuat perjalanan lebih mudah diakses.Ketika ada kisaran

dari potensi pengalaman pariwisata yang tersedia, bisnis pariwisata pedesaan

dapat mengatasi hambatan waktu dan jarak.

5. Use cooperative marketing tools (Menggunakan alat pemasaran koperatif).

Banyak pengusaha besar dan usaha skala kecil pariwisata atau non profit

asosiasi pariwisata budaya memiliki anggaran pemasaran yang terbatas.Mirip

dengan dasar pemikiran untuk treking dan rute, bekerjalah dengan asosiasi

regional anda dalam inisiatif pemasaran koperatif untuk membantu dalam

6. Promote a unique rural experience. (Mempromosikan pengalaman pedesaan

yang unik).

Terkadang ada kecenderungan untuk mencoba dan meniru pengalaman

perkotaan di tempat pedesaan.Ingat bahwa budaya pedesaan adalah bagian

yang membuat pengalaman wisatawan meenjadi otentik.Menahan diri untuk

meniru standar di daerah perkotaan, gambarkan warna lokal dan budaya

hidup yang otentik di daerah pedesaan anda. Hal ini juga akan memastikan

wisatawan memperoleh apa yang telah dijanjikan, dan warga akan merasa

seperti bagian dari keseluruhan pengalaman.

7. Conduct market research to minimize risk and enhance experience.

(Melakukan riset pasar untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan

pengalaman).

Temukan cara untuk berkolaborasi di kawasan ini untuk memperoleh

informasi wisatawan, seperti dengan melakukan survei, menggunakan

jaringan sosial, atau mengajukan beberapa pertanyaan sederhana pada

wisatawan di situs utama di wilayah ini. Ini merupakan cara untuk lebih

memahami siapa yang datang dan mengapa, apa yang mereka lakukan, dan

yang paling penting, seberapa puas mereka dengan pengalaman mereka.

Dalam penelitian ini, strategi pengembangan desa wisata berbasis budaya

akan digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan yang ada di Desa

Wisata Tamkesi, Kabupaten Timor Tengah Utara, karena dianggap lebih sesuai

untuk menganalisis strategi pengembangan berbasis budaya yang ada di Desa

2.2.5 Konsep Potensi Wisata

Menurut Mariotti (dalam Yoeti 1983) potensi wisata adalah segala sesuatu

yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang

mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi (1998), juga mengungkapkan

pengertian yang sama mengenai potensi wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh

suatu daya tarik wisata dan berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di

daerah tersebut. Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang

dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.

Dalam penelitian ini potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu

potensi alam, budaya, dan potensi manusia.Yang dimaksud dengan potensi alam

adalah keadaan fisik suatu daerah, jenis flora dan fauna suatu daerah, dan bentang

alam suatu daerah, misalnya gunung dan hutan. Kelebihan dan keunikan yang

dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan memperhatikan lingkungan

sekitarnya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut. Yang

dimaksud dengan potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa

manusia baik berupa adat dan istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan

bersejarah nenek moyang berupa bangunan, dan monument.Manusia juga

memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat

pementasan dan pertunjukan seni budaya suatu daerah.

Dalam penelitian ini, potensi yang dimaksud adalah potensi desa yang

dengan 4A (attraction, amenities, accessibilities, dan ancilliary) yang ada di Desa

Dokumen terkait