• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Persediaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah, persediaan adalah aset:

a. Untuk dijual alam kegiatan normal

b. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa (IAI, 2016:21)

Persediaan adalah barang dagang yang masih ada sampai akhir periode akuntansi dan dinamakan persediaan barang dagang. (Hery, 2013:27)

2. Pengakuan dan Pengukuran Persediaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah, pengakuan dan pengukuran persediaan adalah:

a. Entitas mengakui persediaan ketika diperoleh, sebesar biaya perolehannya.

b. Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi siap digunakan.

c. Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan, dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya perolehan.

d. Entitas dapat memilih menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang dalam menentukan biaya perolehan persediaan.

e. Jumlah persediaan yang mengalami penurunan dan/atau kerugian,

misalnya karena persediaan rusak atau usang, maka diakui sebagai

beban pada periode terjadinya penurunandan/atau kerugian tersebut (IAI, 2016:21).

3. Kepemilikan Persediaan Barang

Untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai persediaan, dasar yang digunakan adalah hak pemilikan. Barang-barang akan dicatat sebagai persediaan pihak yang memiliki barang tersebut, sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak pemilikan barang. Kadang-kadang terdapat keadaan dimana sulit untuk menentukan hak pemilikan barang sehingga dalam praktek akan ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan. Kesulitan menentukan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan berikut ini:

a. Barang-barang dalam Perjalanan (Goods in Transit)

Barang-barang yang ada pada tanggal neraca masih dalam perjalanan menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli. Untuk mengetahui barang-barang itu milik siapa, harus diketahui syarat pengiriman barang-barang tersebut. Ada 2 syarat pengiriman, yaitu:

1) FOB (Fire on Board) shipping point, apabila barang-barang dikirim dengan syarat FOB shipping point maka hak atas barang yang dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-barang tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. Pada saat tersebut penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan 8 barangnya. Prinsip pengakuan hak seperti ini biasanya sulit dilakukan dalam praktek karena biasanya pembeli tidak mengetahui kapan barangnya dikirim.

Oleh karena itu untuk memudahkan pencatatan persediaan,

maka pembeli akan mencatat pembelian dan menambah

persediaan barangnya pada waktu barang-barang tersebut

diterima oleh pembeli, sedangkan penjual akan mencatat

penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada waktu pengiriman barang-barang tersebut. Penyimpangan ini baru menjadi masalah jika pada tanggal penyusunan laporan keuangan ada barang-barang yang masih dalam perjalanan.

Agar laporan keuangan itu benar maka barang-barang dalam perjalanan pada tanggal neraca ditentukan milik siapa.

2) Syarat pengiriman FOB destination berarti bahwa hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli.

Pada saat tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan mencatat penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. Seperti halnya FOB shipping point, ada kesulitan bagi penjual untuk menentukan kapan barang-barang tersebut sampai di tangan pembeli. Oleh karena itu dalam praktek terjadi penyimpangan-penyimpangan yaitu penjual sudah mencatat penjualan dan mengurangi barangnya pada saat mengirimkan barang-barang tersebut, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada saat menerima barangbarang tersebut. Pada tanggal neraca, perlu ditentukan dengan jelas barang dalam perjalanan itu milik penjual atau pembeli agar dapat ditentukan jumlah persediaan barang dagang yang benar. (Baridwan, 2015: 152-153).

b. Barang-barang yang Dipisahkann (Segregated Goods)

Kadang-kadang terjadi suatu kontrak penjualan barang dalam jumlah besar sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus. Barang-barang yang dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan walaupun belum dikirim, haknya sudah berpindah pada pembeli.

Oleh sebab itu pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika ada

barang-barang yang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu pula pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. (Baridwan, 2015: 153)

c. Barang-barang Konsinyasi (Consignment Goods)

Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan untuk dijualkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada yang menitipkan sampai saat barang-barang tersebut dijual. Sebelum barang-barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang menitipkan (consignor). Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual maka yang menerima titipan membuat laporan pada yang menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya.

(Baridwan, 2015: 154)

d. Penjualan Angsuran (Installament Sales)

Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan mencatat barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayarnya.

Apabila dianggap bahwa kemungkinanan pembatalan

penjualan tersebut adalah kecil maka penjual dapat mengakuinya

sebagai penjualan biasa yang diangsur dan pembeli dapat

mencatatnya sebagai pembelian biasa yang pembayarannya

diangsur. (Baridwan, 2015:154).

4. Pembebanan Persediaan barang Dagangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah tahun 2016 yang efektif berlaku 1 Januari 2018 bahwa pembebanan persediaan barang dagang oleh entitas dapat dilakukan saat penjualan (metode perpetual) atau saat akhir periode pelaporan (metode periodik). Entitas dapat memilih rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang untuk menentukan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP).

Contoh:

Metode ini mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian, serta HPP dicatat saat transaksi penjualan.

Pencatatan saat terjadi penjualan:

Kas Rp1.500.000

Metode ini mengasumsikan biaya setiap barang ditentukan

berdasarkan biaya rata-rata tertimbang persediaan awal periode dan

persediaan yang dibeli atau diproduksi selama periode, serta HPP dicatat saat transaksi penjualan. Pencatatan saat terjadi penjualan:

Kas Rp1.500.000

Penjualan Rp1.500.000

(=Rp1.500 x 1.000)

HPP Rp1.050.000

Persediaan Rp1.050.000

(=Rp1.050 x 1.000)

Rp1.050={(Rp1.000 x 1.000)+(Rp1.100x 1.000)}/(1.000 + 1.000) c. Metode Periodik

Dengan metode periodik, HPP dihitung dan dicatat entitas pada akhir periode pelaporan. Untuk persediaan barang dagang, HPP dihitung dengan formula sebagai berikut:

Persediaan awal xxx (+) Pembelian xxx (-) Persediaan akhir xxx

(=) HPP xxx

Nilai persediaan akhir yang digunakan begantung pada rumus

biaya yang digunakan. Dengan rumus MPKP maka nilai pesediaan

akhir diasumsikan adalah nilai pembelian akhir. Sementara itu

dengan rumus rata-rata, nilai persediaan akhir adalah nilai

pembelian rata-rata (IAI, 2016:56-57). Berikut adalah contoh tabel

perhitungan untuk rumus biaya MPKP-periodik dan metode

rata-rata tertimbang-periodik. (Lihat tabel 2.1. dan 2.2.)

Tabel 2. 1 Rumus Biaya MPKP - Periodik

Sumber: (IAI, 2016:57)

Tabel 2. 2 Metode Rata-rata Tertimbang - Periodik

Sumber: (IAI, 2016:58)

5. Metode Pencatatan Persediaan Barang

Ada 2 metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan, yaitu:

a. Metode Fisik

Penggunaan metode fisik ini mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan (Stock Opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini

Persediaan Awal Rp xxx

mutasi persediaan barang dagang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian persediaan barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu.

Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah dihitung.

Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persediaan barang awal Rpxxx

Pembelian (neto) Rpxxx +

Tersedia untuk dijual Rpxxx Persediaan barang akhir Rpxxx –

Harga pokok penjualan Rpxxx

Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek (interim) misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan. (Baridwan, 2015:151).

b. Metode Buku (Perpetual)

Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu

jika diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek

(interim) misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan

perhitungan fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki

jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan

memakan waktu yang cukup lama dan akhibatnya laporan keuangan

juga akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan. (Baridwan, 2015:151).

Tabel 2. 3 Pencatatan Transaksi Menggunakan Sistem Fisik dan Sistem Perpetual

No Transaksi Sistem Fisik Sistem Perpetual

1 Transaksi Pembelian Tunai

Pembelian xx Persediaan barang dagangan xx Kas xx Kas xx 2 Transaksi Pembelian

Kredit

Pembelian xx Persediaan barang dagangan xx Utang dagang xx Utang dagang xx 3

Transaksi Pengurangan dari Transaksi Kredit

Utang Dagang xx Utang Dagang xx

Pengurangan Pembelian xx Persediaan Barang Dagangan xx

Utang Dagang xx Utang Dagang xx

Kas xx Kas xx

Piutang Dagang xx Piutang dagang xx Penjualan xx Penjualan xx

Pengurangan Penjualan xx Pengurangan Penjualan xx Kas xx Kas xx

Lanjutan

10 Transaksi Retur Penjualan

Retur Penjualan xx Retur Penjualan xx Utang Dagang xx Utang Dagang xx

Persediaan barang dagangan xx

Kos Barang Terjual xx

Sumber: Warsono (2013:193-218)

6. Kartu Persediaan

Kartu persediaan adalah kartu catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat penyesuaian terhadap data persediaan barang dagangan (kuantitas dan harga pokok total) yang berdasarkan hasil perhitungan fisik persdiaan (Mulyadi, 2016:486). Berikut adalah contoh tabel perhitungan kartu persediaan dengan menggunakan Rumus Biaya MPKP-perpetual pada tabel 2.4. dibawah ini.

Tabel 2. 4 Kartu Persediaan MPKP-Perpetual

Tanggal Pembelian Penjualan Saldo

Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah

Sumber: (Baridwan, 2015:159)

7. Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan. Karena jurnal merupakan pencatatan akuntansi yang pertama diselenggarakan dalam proses akuntansi, maka dalam sistem akuntansi, jurnal harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi ada satu transaksi yang tidak dicatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan, tanggal dan informa si lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya. (Mulyadi, 2016:79).

8. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Pada perusahaan dagang atau manufaktur, harga pokok barang yang dijual pada suatu periodeharus dihitung. Harga pokok barang tersediadijual dihitung terlebih dahulu. Nilai ini merupakan penjumlahan persediaan awal, pembelian bersih, dan semua pembelian, beban angkut dan semua dan penyimpanan barang yang terkait dengan pembelian barang. Harga pokok penjualan kemudian dihitung dengan mengurangkan persediaan akhir dari harga pokok barang tersedia untuk dijual (Stice dkk, 2009:215)

9. Harga Pokok Persediaan

Dasar utama yang digunakan dalam akuntansi persediaan adalah

harga pokok (cost) yang dirumuskan sebagai harga yang dibayar atau

yang dipertimbangkan untuk memperoleh suatu aktiva. Nilai persediaan

barang dagang ditentukan oleh gabungan dua faktor, yaitu kuantitas dan

harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan

secara fisik. Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh

persediaan tersebut. Dalam hubungannya dengan persediaan, harga

pokok adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau

tidak langsung yang berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan

penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual. Perumusan harga

pokok seperti diatas sulit dijalankan dalam praktek sehingga biasanya

terjadi penyimpangan-penyimpangan di mana harga pokok terdiri dari

harga faktur ditambah biaya angkut, sedangkan biaya-biaya yang lain diperlakukan sebagai biaya waktu (period cost) yang dibebankan pada periode yang bersangkutan (Baridwan, 2015:156).

10. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi sendiri bisa diartikan sebagai sebuah indikator atau pengukuran seberapa besar keuntungan atau kerugian yang diperoleh oleh entitas yang biasanya bisa dilihat pada akhir periode akuntansi dan disajikan dalam sebuah laporan laba rugi. Di dalam laporan laba rugi tersebut terdapat jumlah keseluruhan pendapatan dan beban-beban yang didapatkan oleh entitas selama periode tertentu.

(Sasongko, 2016:156) B. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu adalah referensi bagi penulis untuk mengerjakan Tugas Akhir dengan tema materi yang sama. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan referensi tidak terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai persediaan barang dagangan. Berikut ini adalah tabel dari hasil penelitian terdahulu:

Tabel 2. 5 Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Noor Habibah (2019) Rizky Maulana Saputra (2019) Tahun 2018 Pada Toko Fajar Komputer Tanjung Provinsi

Lanjutan

1 Oktober-31Desember 2018 1 Februari–30 April 2020 tahun 2018 pada Toko Fajar Komputer Tanjung.

Lanjutan

Hasil Penelitian Jumlah persediaan akhir 10 jenis obat

Penelitian yang penulis lakukan secara umum memiliki kesamaan dan

perbadaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Kesamaan dari penelitian

penulis dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah menggunakan rumus

biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP), dan menggunakan jenis dan

pendekatan penelitian yang sama yaitu penelitian kualitatif dan pendekatan

deskriptif. Perbedaan dari penelitian penulis dengan penelitian-penelitian

terdahulu adalah objek penelitian dan periode penelitian yang penulis

lakukan.

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif yaitu data-data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. (Sugiyono, 2017:243)

Pendekatan penelitian yang dilakukan penulis adalah pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada sesuai dengan apa adanya. Setelah data dari seluruh sumber terkumpul maka selanjutnya akan dilakukan analisis data. (Hikmawati, 2017:88)

Jenis penelitian kualitatif yang penulis lakukan pada Apotek Firdaus Banjarmasin adalah dengan mengumpulkan semua data-data yang diperlukan hingga semua data yang diperlukan terkumpul. Pendekatan penelitian yang penulis lakukan pada Apotek Firdaus Banjarmasin adalah dengan menyusun data yang diperoleh dan menganalisis data. Kegiatan menganalisis data dilakukan dengan mengelompokkan dan menyajikan data variabel yang diteliti dan melakukan perhitungan untuk menjawab perumusan masalah.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang penulis kumpulkan pada tugas akhir ini yaitu:

1. Pengakuan dan Pengukuran serta Penyajian Persediaan Barang Dagangan

Menurut SAK EMKM pengakuan dan pengukuran yaitu entitas

mengakui persediaan ketika diperoleh sebesar biaya perolehannya. Biaya

perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi

dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi

dan lokasi siap digunakan. Teknik pengukuran biaya persediaan. Entitas

dapat memilih menggunakan rumus biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang dalam menentukan biaya perolehan persediaan. Jumlah persediaan yang mengalami penurunan dan atau kerugian, dikarenakan persediaan rusak atau usang, maka diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan dan atau kerugian tersebut (IAI, 2016:21).

“Menurut SAK EMKM penyajian persediaan yaitu persediaan disajikan dalam kelompok aset dalam laporan posisi keuangan. Lalu jika persediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai beban periode dimana pendapatan yang terkait diakui” (IAI, 2016:21).

2. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

Metode Masuk Pertama Keluar Petama (MPKP) adalah harga pokok persediaan akan digunakan sesuai dengan urutan terjadinya.

Apabila ada penjualan dan pemakaian barang dagangan, maka harga pokok yang lebih terdahulu, disusul dengan yang masuk berikutnya.

(Baridwan, 2015:158-159).

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

“Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar” (Sugiyono, 2017:30).

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah struktur organisasi dan sejarah Apotek Firdaus Banjarmasin.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif data yang berupa angka-angka yang dapat

dihitung serta mempunyai satuan dan dapat dijalankan secara

metematis. Misalnya data persediaan awal, data pembelian, data

penjualan. (Sugiyono, 2016:155).

20

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data-data transaksi pembelian dan transaksi penjualan pada Apotek Firdaus Banjarmasin.

2. Sumber Data a. Data Primer

“Data primer adalah data atau informasi yang berasal dari pihak pertama yang dapat diperoleh dengan melakukan studi kasus, wawancara, survei dan angket” (Hikmawati, 2017:18).

Data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang diterima penulis langsung dari pihak apotek seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, jenis obat yang akan dibahas penulis dan sistem pencatatan persediaan Apotek Firdaus Banjarmasin.

b. Data Sekunder

“Data sekunder adalah data atau informasi yang berasal bukan dari pihak pertama agar dapat menjawab masalah yang diteliti baik melewati pihak ketiga atau dokumen” (Hikmawati, 2017:19).

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data pembelian dan penjualan, surat perijinan, dan dokumen pendukung lainnya.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data dalam Studi Lapangan

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan pada Apotek Firdaus Banjarmasin dengan studi lapangan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Penulis langsung melakukan wawancara dengan pemilik Apotek Firdaus Banjarmasin untuk melengkapi data-data pembuatan laporan tugas akhir.

b. Observasi

21

Penulis melakukan pengamatan langsung ke Apotek Firdaus Banjarmasin mengenai keperluaan data-data pembuatan laporan tugas akhir.

c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data-data catatan akuntansi seperti pembelian dan penjualan barang dagangan, dan dokumen pendukung lainnya.

2. Metode Pengumpulan Data dalam Studi Pustaka

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan pada Apotek Firdaus Banjarmasin dengan studi pustaka adalah dengan mempelajari teori dan mengutip teori atau informasi dari literatur seperti buku, serta dari tugas akhir terdahulu.

E. Teknis Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian adalah sebegai berikut:

1. Mengumpulkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas seperti data persediaan awal, data pembelian serta data penjualan yang ada pada Apotek Firdaus Banjarmasin.

2. Mengolah data kembali dari data yang ada dengan membuat kartu persediaan menggunakan rumus biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)-Perpetual periode 01 Februari s.d 30 April 2020 berdasarkan SAK EMKM.

3. Membuat jurnal umum untuk transaksi pembelian dan penjualan.

4. Membuat laporan laba rugi (sebagian) untuk 10 jenis barang yang diteliti.

5. Membuat laporan posisi keuangan (sebagian) untuk 10 jenis barang yang

diteliti.

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Apotek Firdaus Banjarmasin

Apotek Firdaus Banjarmasin merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang kesehatan, yaitu menjual berbagai macam obat-obatan yang langsung diresepkan oleh dokter ataupun obat yang bebas jual. Apotek ini merupakan usaha keluarga yang terus diturunkan dan dijalankan oleh penerusnya sampai sekarang, dari toko obat kecil sampai menjadi apotek.

Apotek Firdaus Banjarmasin didirikan mulai dari tahun 1975 yang beralamat di Jalan Niaga Timur No.22 Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin. Apotek ini sekarang dimiliki oleh Bapak Muhammad Amin dan penanggung jawab Apoteker Mustaqimah, S.Farm, M.Si, Apt.

2. Struktur Organisasi Apotek Firdaus Banjarmasin

Organisasi merupakan hal penting dan pasti dimiliki oleh suatu usaha atau perusahaan. Organisasi melakukan berbagai pekerjaan dan saling bekerja sama agar suatu usaha atau perusahaan terus berjalan.

Agar suatu organisasi memiliki manajemen yang baik, maka diperlukannya pembagian pekerjaan atau bidang sesuai dengan keahlian yang dikuasai. Struktur organisasi dapat terbentuk dengan sengaja atau tanpa disadari dengan tujuan yang sama yaitu untuk meperbaiki kualitas pekerjaan, penjualan dan pendapatan yang telah ditargetkan.

Berikut ini adalah bentuk struktur organisasi yang ada di Apotek

Firdaus Banjarmasin.

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Apotek Firdaus Banjarmasin Sumber: Apotek Firdaus Banjarmasin (dibuat oleh penulis)

Berdasarkan struktur organisasi yang telah digambarkan di atas, berikut ini penjelasan mengenai tugas-tugas dan tanggung jawab dari struktur organisasi Apotek Firdaus Banjarmasin, yaitu:

a. Pemilik Apotek

Tugas pemilik apotek adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pengawasan dan arahan secara keseluruhan terhadap aktifitas jual beli.

2) Menetapkan segala keputusan yang harus diambil.

3) Melakukan perencanaan biaya dan pembelian.

4) Membantu dalam proses kegiatan penjualan dan pembelian.

5) Melakukan pembelian persediaan obat pada pemasok.

6) Memberikan gaji karyawan.

b. Karyawan

Tugas karyawan adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pelayanan pada pelanggan setiap saat.

2) Melakukan transaksi pembelian dan penerimaan pembayaran dari pelanggan.

3) Melakukan pengantaran barang (obat) kepada pelanggan.

4) Menyusun atau menata barang di toko.

5) Melakukan pemeriksaan persediaan barang di gudang.

c. Apoteker

Tugas Apoteker adalah sebagai berikut:

Pemilik Apotek

Apoteker Karyawan

1) Melakukan peracikan dan penyerahan obat.

2) Menjadi seorang pemimpin di apotek.

3) Membantu melayani pelanggan dan menerima pembayaran.

3. Sistem Pencatatan dan Penyajian Transaksi Pembelian dan Penjualan Apotek Firdaus Banjarmasin

Apotek Firdaus Banjarmasin tidak mencatat transaksi pembelian

dan transaksi penjualan. Apotek Firdaus Banjarmasin hanya menyimpan

nota-nota transaksi pembelian dan penjualan yang dikumpulkan dan

Apotek Firdaus Banjarmasin tidak mencatat transaksi pembelian

dan transaksi penjualan. Apotek Firdaus Banjarmasin hanya menyimpan

nota-nota transaksi pembelian dan penjualan yang dikumpulkan dan

Dokumen terkait