2.2.1 Pengertian Laporan Keungan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007), pengertian
laporan keuangan adalah bagian dari proses pelapor keuangan, laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan dana),
catatan dan laporan selain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk
Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan perubahan harga.
Laporan keungan merupakan produk dari akuntansi yang
menyajikan data-data kualitatif keungan atas semua transaksi-transaksi
yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk satu periode
tertentu. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggung jawabkan atas
ke aktivitas perusahaan terhadap pemilik juga menambahkan informasi
mengenai posisi perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi
kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan
bagian laba ditahan atau laporan modal sendiri dan laporan perubahan
posisi keuangan atau laporan sumber dan pengguna dana. (Jumingan,
2008: 4). Laporan keungan merupakan hasil tindakan pembuatan
ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan
ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh
perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan
perusahaan.
Sedangkan untuk kepentingan para pemakai laporan keuangan
secara keseluruhan, maka perlu menyusun laporan keuangan gabungan,
yaitu menggabungkan laporan keuangan individual kantor pusat dan
bahwa laporan keungan merupakan hasil akhir suatu proses pembukuan
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama satu tahun periode akuntansi yang dinyatakan dalam
satuan uang yang disusun bedasarkan Standar Akuntansi Keuangan
setiap akhir periode akuntansi kantor pusat dan cabang menyusun laporan
keuangan individual.
Pada dasar kekayaan kantor cabang merupakan kekayaan kantor
pusat, pemisahan dalam sistem desentralisasinya dari segi administrasi
terhadap kegiatan perusahaan, oleh karena itu pertanggung jawaban
manjemen kepada para pemilik, harus meliputi baik kekayaan dan hutang
yang ada dikantor cabang dan kantor pusat. Demikian juga hasil usaha
yang diperoleh harus melaporkan hasil usaha kantor pusat individual
dengan hasil kantor cabang. Dengan demikian laporan keuangan
gabungan disusun dengan cara menggabungkan unsur-unsur yang sejenis
baik aktiva, kewajiban, pendapatan, beban yang ada dikantor pusat dan
kantor cabang. Langkah-langkah penyusun neraca gabungan :
1. Menghapuskan (mengeliminasi ) saldo rekening “ kantor
pusat” dengan “ kantor cabang” dan saldo utang dengan
piutang antara kantor pusat dan cabang yang ada pada
neraca individual.
2. Menjumlahkan ( menggabungkan ) saldo rekening aktiva
3. Mengeliminasi rekening-rekening timbal balik lain yang
mempengaruhi rekening neraca.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara
w ajar dan sesuai prinsip akunt ansi bert erima umum, posisi keuangan.
Hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
Laporan keuangan yang disusun unt uk t ujuan ini memenuhi
kebut uhan bersama sebagian pemakai. Nam un demikian, laporan
keuangan t idak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibut uhkan pemakai dalam pengambilan keput usan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa
lalu, dan t idak diw ajibkan unt uk menyediakan informasi non keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja sert a perubahan posisi keuangan
suat u perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keput usan ekonom i. (Harahap 2007:66)
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang t elah dilakukan
manajemen (st ew ardship), at au pert anggung jaw aban manjemen at as
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
berbuat demikian agar mereka dapat membuat keput usan ekonomi,
keput usan ini mungkin mencangkup misalnya, keput usan unt uk
menahan at au menjual invest asi mereka dalam perusahaan at au
keput usan mengangkat kembali at au menggant i manajemen.
2.2.3 Teori Agency ( Agency Theory)
M enurut Ant ony dalam Budiasih 2009. Teory agency adalah
hubungan at au kont rak ant ara principal dan agent . Teory agency
memiliki asumsi bahw a t iap-t iap individu semat a-semat a t ermot ivasi
oleh kepent ingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepent ingan ant ara principal dan agent .
Prakt ik perat aan laba merupakan salah sat u pola manajemen
laba. Sement ara it u, t eori keagenan menjadi dasar t imbulnya
manajemen laba ( earning management ), sehingga prakt ik perat aan laba
didasari oleh t eori keagenan.
Teori keagenan mengasumsikan bahw a sem ua individu
bert indak at as kepent ingan mereka sendiri sehingga menimbulkan
kepent ingan ant ara principal dan agent . Pihak principal t ermot ivasi
mengadakan kont rak unt uk mensejaht erakan dirinya dalam
profit abilit as yang selalu meningkat . Agent t ermot ivasi unt uk
ant ara lain dalam hal memperoleh invest asi, pinjaman maupun kont rak
kompensasi.
Teori agensi merupakan suat u pendekat an yang dijabarkan
konsep manajemen laba yang akan dibahas dalam penelit ian ini.
M enurut Ant hony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada ket ika
salah sat u pihak (prinsipal) dalam hal ini adalah pemegang saham
menyew a pihak lain (agen) yait u manajemen unt uk melaksanakan suat u
jasa dan melakukan hal it u, mendelegasikan w ewenang unt uk membuat
keput usan kepada agen t ersebut . Prinsipal diasumsikan hanya t ert arik
pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari invest asi mereka
pada perusahaan. Sedangkan agensi yang diasumsikan akan menerim a
kepuasan t idak hanya dari kompensasi keuangan t et api juga dari
t ambahan lain yang t erlibat dalam hubungan keagenan sesuai dengan
asumsi t ersebut , maka akan manajer akan mengambil kebijakan yang
mengunt ungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada
pemegang saham.
2.2.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan
yang dapat dilihat dari t ingkat penjulan, jumlah t enaga kerja at au jumlah
akt iva yang yang dimilki perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan
mungkin t imbul akibat berbagai sit uasi yang dihadapin perusahaan yang
berkait an dengan operasinya. Jika persahaan sensit if t erhadap variasi
ukuran perusahaan, maka perusahaan yang lebih besar akan lebih
menyukai prosedur ( met ode ) akunt ansi yang dapat menunda
pelaporan eaning.
Ukuran perusahaan adalah suat u skala, yait u dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara ant ara
lain t ot al akt iva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya
ukuran perusahaan hanya t erbagi dalam t iga kat egori yait u perusahaan
besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil, penent uan ukuran
perusahaan ini didasarkan kepada t ot al asset perusahaan (menurut Rit a,
2011).
Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaaan adalah perolehan
laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba
operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar dari pada
jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh
memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan
melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan
pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang
dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk manajemen
bahwa organisasi teleh melaksanakan strategi usahanya dengan efektif
Dalam aspek finansial, penjualan dapat dilihat dari sisi
perencanaan dan sisi realisasi yang diukur dalam satu rupiah. Dalam sisi
perencanaan, penjualan direfresikan dalam bentuk target yang diharapkan
dapat direalisir oleh perusahaan.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang
membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin
besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat
pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya
organisasi (modal) juga semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan
penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif, tetapi implikasi
tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap stuktur modal
yaitu dalam penentuan jenis modal yang digunakan.
Apabila perusahaan dihadapan pada kebutuhan dana yang
semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber
intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi
perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan,
baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Suatu
perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari
pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Dengan
saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai perubahan
penjualan dibandingkan dengan perushaan yang kecil.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses
yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai
sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan
lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki
profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan
dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih
fleksibel dalam menghadapi ketidak pastian, karena perusahaan kecil
lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu,
memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar
dari perusahaan yang berukuran kecil.
2.2.5 Profitabilitas
2.2.5.1. Pengertian profitabilitas
Menurut Kasmir (2008 :196), profitabilitas suatu perusahaan
yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang
maksimal, disamping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang
maksimal seperti yang teleh ditargetkan, perusahaan dapat berbuat
banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta peningkatkan mutu
produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen
perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi
dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung.
Kemampuan dalam mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan yang
digunakan sebagai rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal
dengan nama rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas atau disebut juga rentabilitas adalah
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Rasio ini juga menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba disebut juga operating ratio.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi.
Penggunaan profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yanga ada dilaporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran
dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi tujuannya adalah agar
terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika
berhasil mencari target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah
berhasil mencari target untuk periode atau beberapa periode, untuk
mencapai terget yang telah ditentukan akan menjadi pelajaran bagi
manajemen untuk periode ke depan.
2.2.5.2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan.
Masing-masing rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta
mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau
untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh rasio profitabilitas tergantung dari
kebijakan manajemen, jenis rasio yang digunakan semakin sempurna
hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi
profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah: