PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
Roisatun Nisa’ 0913010068/ FE/ AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi
Oleh :
Roisatun Nisa’ 0913010068/ FE/ EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh :
Roisatun Nisa’ 0913010068/ FE / AK
Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional“Veteran” Jawa timur pada tanggal 27 september 2013
Dosen Pembimbing Tim Penguji :
Ketua
Dra. Erry Andhawati, MAks, Ak Dra. Ec Anik Yulianti, Maks
Sekretaris
Dra. Ec. Sari Andayani. Maks
Anggota
Dra.Ec.Erry Andhawati. Mkas
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
Segala puji syukur pada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang
Perguruan Tinggi. Berkat rahmat-Nya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi
dengan judul “ Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan profitabilitas Terhadap Praktik Perataan
Laba Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ”.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini
penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa
adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan
mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Hero Priono, M.SI, AK selaku Kepala Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas
kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” jawa timur
7. Kepada orang tua yang yang selalu memberikan restu, dukungan dan doanya selama
penulis menempuh kulia sampai dengan menyelesaikan skripsi.
8. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan
di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
pembaca
Surabaya, Maret 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 11
2.2.2 Tujuan Laporan Keungan ... 13
2.2.3 Teori agency ... 14
2.2.4. Ukuran Perusahaan ... 16
2.2.5. Profitabilitas ... 18
2.2.6. Laba ... 22
2.2.6.1 Pengertian Laba ... 22
2.2.6.2 Tujuan Pelapor Laba ... 22
2.2.7 Perataan Laba ... 23
2.2.7.1 Pengertian Laba ... 23
2.2.7.2 Tujuan Perataan Laba ... 26
2.2.7.3 Sasaran Perataan Laba ... 27
2.2.7.4 Alasan yang Dilakukan Praktik Perataan Laba 28 2.2.8 Kerangka pemikiran ... 30
2.2.8.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. ... 30
2.2.8.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ....31
2.3. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... ... 34
3.1.1. Variabel Bebas (X) ... ... 34
3.1.2. Variabel Terikat (Y) ... ... 35
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .... 36
3.2.1. Populasi ... ... 36
3.2.2. Sampel ... .. 37
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... . 39
3.3.1. Jenis Data ... 39
3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 40
3.4.1. Regresi Logistik ... 40
3.4.2 Uji Hipotesis ... 41
BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44
4.1.1 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 44
4.1.2 Sejarah singkat Perusahaan ... 45
4.2 Deskripsi hasil penelitian ... 56
4.2.1 Variabel Ukuran Perusahaan (X1) ... 56
4.2.2 Variabel Profitabilitas ( X2) ... 57
4.2.3 Variabel Perataan Laba ... 58
4.3 Teknis Analisis dan Uji Hipotesis ... 60
4.3.1. Teknis Analisis regresi Logistik ... 60
4.3.2 Uji hipotesis ... 61
4.4 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 64
4.5 Perbedaan penelitian yang dilakukan sekarang dengan Penelitian terdahulu ... .. 66
BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan ... ... 68
5.2 Saran ... ... 69
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.1 Data ukuran perusahaan otomotif Tahun 2008-2011 56
Tabel 4.2 Data profitabilitas perusahaan otomotif Tahun 2008-2011 57
Tabel 4.3. Data Perusahaan Perataan dan Non Perataan Laba 2008-2009 59
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Wald hitung menggunakan SPSS 60
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Hosmer and lemesshow test 61
Tabel 4.6 Hasil perhitungan Interation History 62
Tabel 4.7 Hasil perhitungan iteration history 62
Tabel 4.8 Hasil perhitungan Nagelkerke R Square dan Cox & Snell R Square 63
Grafik 1.1 Data Laporan Keuangan Perusahaan Otomotif ... 6
Lampiran Daftar perusahaan sampel
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Roisatun Nisa’
ABTRAKSI
Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba suatu perusahaan sangatlah beragam, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa penelitian terdahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi, rencana bonus kebangsaan. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian tersebut berbeda meskipun mengukur hal yang sama. Bedasarkan dari penjelasan diatas, maka penelitian ini akan membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan perataan laba yang belum sepenuhnya menunjukkan hasil yang konsisten antara penilitian yang satu dengan penelitian lainnya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas ukuran
perusahaan (X1), profitabilitas (X2), variabel terikat (Y) adalah perataan laba. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2009. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan dengan metode “purposive sampling”. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik regresi logistik.
Dari hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa variabel bebas, ukuran
perusahaan (X1) dan profitabilitas (X2) tidak mempengaruhi signifikan terhadap variabel terikat praktik perataan laba (Y). Di karenakan nilai signifikan lebih dari 0,05 sehingga hipotesis yang telah di temukakan mengatakan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba tidak dapat terbukti kebenerannya.
1.1 Latar belakang
Perkembangan zaman telah banyak membawa perubahan.
Kemajuan teknologi dan perkembangan dunia usaha dalam memasuki
pasar bebas telah menciptakan tingkat persaingan yang tinggi
perusahaan. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi setiap
perusahaan untuk bisa mempertahankan posisi dan menjaga
kelangsungan hidup perusahaan. Di samping itu, situasi perekonomian
yang tidak menentu mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja
lebih efektif dan efisien agar perusahaan mampu menjaga kestabilan
aktivitas operasinya sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk
mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan kepercayaan dari luar yaitu masyarakat dan para
investor.
Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung
di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal
maupun eksternal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen
laporan keungan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja
manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representastif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau
meminjamkan dana (Kirschencheiter 2002 dalam Juniarti dan Carolina
Adannya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan
melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup
berpengaruh terhadap tidak lanjut para pengguna informasi yang
bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu
perusahaan.
Dalam tindakan manajeman untuk melakukan perataan laba
umumnya didasarkan atas berbagai alasan baik untuk memuaskan
kepentingan pemilik perusahaan, seperti menaikan nilai dari perusahaan,
sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan
memiliki risiko yang rendah.
Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai
penghasilan laba menjadi menyedatkan. Oleh karena itu, akan
mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak
eksternal (Jatiningrum 2002 dalam Budiasih 2009 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba adalah suatu
perusahaan sangatlah beragam, sebagaimana dikemukakan oleh beberapa
peneliti terdahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan,
profitabilitas, sektor industri, harga saham, leverage operasi, rencana
bonus dan kebangsaan. Tetapi dalam beberapa hal, hasil dari penelitian
tersebut berbeda meskipun mengukur hal yang sama. Bedasarkan dari
penjelasan diatas, maka penelitian ini akan membuktikan faktor-faktor
sepenuhnya menunjukkan hasil yang konsisten antara peneliti yang satu
dengan penelitian lainnya.
Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh
informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam mengambilan keputusan ekonomi. Salah satu
informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan laba.
Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajemen sehingga
manajemen cenderung melakukan disfuncional behaviour (perilaku tidak
semestinya (Budiasih 2009).
Menurut Juniarti dan Carolina (2005), Banyak perusahaan
percaya bahwa harga saham akan meningkat apabila laba bersih yang
mereka laporkan meningkat secara konstan tiap tahun. Akibatnya mereka
akan memilih prosedur akuntansi yang menghasilkan laba tertentu untuk
memenuhi terget yang dikehendaki. Pemilik juga berusaha mencapai
target yang telah ditetapkan dalam usaha membuat perusahaan tampil
bagus dan mapan secara finansial. Praktek ini dikenal dengan manajemen
laba (earnings management). Praktek manajemen laba cukup banyak
mengundang kontroversi. Disatu sisi manjemen laba umumnya
merupakan tindakan yang tidak menyalahi hukum dan peraturan yang
berlaku umum.
Perataan laba mungkin terkait dengan ukuran perusahaan,
keberadaan insetif bonus, dan penyimpangan laba aktual dengan laba
pengaruhi oleh beberapa faktor. Apabila perusahaan itu mempunyai
ukuran besar dalam artian sudah sangat maju dan berkembang, dan
dikenal oleh kalangan investor maka laba yang terdapat pada perusahaan
itu besar.
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi
sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan (Nasir 2002 dalam Budiasih 2009 ). Tindakan perataan laba
adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi
fluktuasi pelaporan penghasilan dan manipulasi variabel-variabel
akuntansi atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil. Hal ini
menunjukkan bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan
oleh investor untuk pengambil keputusan apakah akan melakukan
investasi atau tidak. Oleh karena itu, manajer berusaha memberikan
informasi yang akan meningkat nilai perusahaan dan kualitas manajemen
dimata investor. Jadi perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik perataan laba.
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki oleh perusahaan dengan kata lain, apabila suatu perusahaan yang
ukurnya lebih besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk melakukan perataan laba ( Suwito dan Herawaty, 2005).
Dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan yang lebih kecil karena
pengawasannya lebih besar menjadi subyek pemeriksaan ( pengawasan
Selain ukuran perusahaan yang terkait dengan perataan laba
adalah profitabilitas. Kelompok usaha atau sektor industri, variabel
sektor industri tidak berpengaruh terhadap perataan penghasilan.
Ada beberapa macam tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen
dalam perataan laba yaitu mencapai kepentingan pajak, untuk
memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja
manajemen, mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi
resiko, sehingga harga sekuaritas yang tinggi menarik perhatian pasar,
untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil, dan untuk menjaga
posisi atau kedudukan mereka dalam perusahaan.
Beberapa faktor yang sering kali digunakan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi indeks perataan laba
meliputi ukuran perusahaan dan profitabilitas. Profitabilitas selain
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola
sumber daya yang dimiliki.
Perataan laba dipandang sebagai upaya yang secara sengaja
dimadsudkan untuk menormalkan income dalam rangkai mencapai
kecenderungan atau tingkat yang diingginkan. Perataan income atau laba
menurut Beidlemen (2000) dalam Budiasih (2009) sebagai berikut : “
meratakan earning yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja
fluktuasi disekitar tingkat earnings tertentu yang dianggap normal bagi
sebuah upaya yang dilakukan oleh menajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi tidak normal dalam earnings sepanjang diijinkan oleh
prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai
penghasilan laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, akan
mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak
eksternal (Jatiningrum, 2002 dalam Budiasih 2009). Hal ini menunjukan
bahwa laba adalah sesuatu yang paling dipertimbangkan oleh investor
untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak.
Oleh karena itu manajer berusaha memberikan informasi yang akan
meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen dimata investor.
Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya
didasarkan atas berbagai alasan di antaranya untuk memuaskan
kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan
sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan
memiliki risiko ketidak pastian yang rendah (Juniarti dan Carolina,
Grafik 1.1
Data Laporan Keuangan Perusahaan Otomotif
Grafik di atas di ambil dari data laporan keuangan perusahaan
otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia. Bedasarkan bahwa
rata-rata laba bersih mengalami penurunan pada tahun 2008 mencapai hasil
12.963.225, sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikkan mencapai
hasil 26.508.947. sedangkan rata-rata total asset mengalami penurunan
pada tahun 2008 mencapai hasil 124.275.784, sedangkan pada tahun
2011 mengalami kenaikkan mencapai nilai 235.358.182. Tetapi
peningkatan terjadi penjualan bersih perusahaan mengalami kenaikkan
yang sangat drastis pada tahun 2009 mencapai hasil 151.371.430.
Bedasarkan fenomena perusahaan otomotif dapat disimpulkan bahwa
nilai rata-rata perataan laba, profitabilitas dan total asset tidak memiliki
konsisten data karena dari tahun ke tahun nilai rata-rata presentase laba
2008 2009 2010 2011
pejualan bersih 150,610,379 151,371,430 199,099,860 260,501,601
t ot al asset 124,275,784 1,131,925,109 166,719,283 235,358,182
bersih, penjualan bersih dan total asset mengalami kenaikkan dan
penurunan.
Bedasarkan penjelasan diatas mengenai perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan guna mencapai kepentingan pajak,
memberikan kesan yang baik dan mengurangi fluktuasi pada pelaporan
laba mengurangi risiko. Maka, penulis memberi judul pada skripsi ini “
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS
TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ”
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian di atas dikemukakan sebelumnya maka permasalahan
yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
a.Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia.
b.Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba
perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia.
1.3 Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka yang dihendaki dicapai dalam penelitian ini
a. Menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh ukuran
perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di bursa efek indonesia.
b. Menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh profitabilitas
terhadap perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek
indonesia.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil akhir penilitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain bagi :
1. Bagi perusahaan
Memberikan informasi ilmiah yang akan bermanfaat dalam proses
pengambilan keputusan, serta menjadi bahan dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih efekif dan efesiensi.
2. Untuk penelitian selanjutnya
Dapat memberikan manfaat bagi penelitian-penelitian berikut
sebagai kajian lebih lanjut penelitian di pasar modal mengenai
praktik perataan laba.
3. Peneliti sendiri
a. Peneliti dapat lebih Menambah pengetahuan mengenai
faktor-faktor yang mngenai praktik perataan laba pada
perusahaan-perusahaan di indonesia.
b. Untuk meningkatkan, memperluas, serta mengembangkan
keilmuan peneliti secara umum, khususnya yang terkait dengan
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Juniarti dan Corolina (2005)
pada perusahaan-perusahaan go publik. Dalam penelitian tersebut Untuk
menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, terhadap perataan
laba dalam sektor industri, hasil penelitian tersebut menunjukkan ukuran
perusahaan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Hasil pengujian pada hipotesis kedua yang menunjukkan nilai signifikan
yaitu berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Masaodah (2007)
pada sektor industri perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Dalam
penelitian tersebut untuk menguji dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba bertujuan untuk menginvestigasi praktik
perataan laba yang terjadi pada sektor industri perbankan dan lembaga
lainya, hasil penelitian tersebut sektor perbankan dan lembaga keuangan
lainnya secara empiris teleh melakukan perataan laba, variabel yang
berpengaruh pada perataan laba adalah debt to equity. Sedangkan size,
bonus plan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Peneliti yang dilakukan oleh Suwito Herawaty pada perusahaan
menguji apakah terdapat pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan,
profitabilitas, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin
perusahaan terdahap praktik perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang terdaftar di BEJ, hasil penelitian tersebut semua
variabel terkait tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perataan
laba, menunjukkan hasil lebih besar dari nilai hitung 0,05 jadi tidak
berpengaruh pada praktik perataan laba.
Dalam Penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa
perataan laba tidak mengalami berpengaruh terhadap signifikan terhadap
perataan laba dan berpengaruhnya terhadap perataan laba. Maka
penelitian ini bermotivasi untuk ingin menguji kembali berpengaruh
terhadap perataan laba.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Laporan Keungan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007), pengertian
laporan keuangan adalah bagian dari proses pelapor keuangan, laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan dana),
catatan dan laporan selain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk
Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan perubahan harga.
Laporan keungan merupakan produk dari akuntansi yang
menyajikan data-data kualitatif keungan atas semua transaksi-transaksi
yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk satu periode
tertentu. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggung jawabkan atas
ke aktivitas perusahaan terhadap pemilik juga menambahkan informasi
mengenai posisi perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi
kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan
bagian laba ditahan atau laporan modal sendiri dan laporan perubahan
posisi keuangan atau laporan sumber dan pengguna dana. (Jumingan,
2008: 4). Laporan keungan merupakan hasil tindakan pembuatan
ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan
ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh
perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan
perusahaan.
Sedangkan untuk kepentingan para pemakai laporan keuangan
secara keseluruhan, maka perlu menyusun laporan keuangan gabungan,
yaitu menggabungkan laporan keuangan individual kantor pusat dan
bahwa laporan keungan merupakan hasil akhir suatu proses pembukuan
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama satu tahun periode akuntansi yang dinyatakan dalam
satuan uang yang disusun bedasarkan Standar Akuntansi Keuangan
setiap akhir periode akuntansi kantor pusat dan cabang menyusun laporan
keuangan individual.
Pada dasar kekayaan kantor cabang merupakan kekayaan kantor
pusat, pemisahan dalam sistem desentralisasinya dari segi administrasi
terhadap kegiatan perusahaan, oleh karena itu pertanggung jawaban
manjemen kepada para pemilik, harus meliputi baik kekayaan dan hutang
yang ada dikantor cabang dan kantor pusat. Demikian juga hasil usaha
yang diperoleh harus melaporkan hasil usaha kantor pusat individual
dengan hasil kantor cabang. Dengan demikian laporan keuangan
gabungan disusun dengan cara menggabungkan unsur-unsur yang sejenis
baik aktiva, kewajiban, pendapatan, beban yang ada dikantor pusat dan
kantor cabang. Langkah-langkah penyusun neraca gabungan :
1. Menghapuskan (mengeliminasi ) saldo rekening “ kantor
pusat” dengan “ kantor cabang” dan saldo utang dengan
piutang antara kantor pusat dan cabang yang ada pada
neraca individual.
2. Menjumlahkan ( menggabungkan ) saldo rekening aktiva
3. Mengeliminasi rekening-rekening timbal balik lain yang
mempengaruhi rekening neraca.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara
w ajar dan sesuai prinsip akunt ansi bert erima umum, posisi keuangan.
Hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
Laporan keuangan yang disusun unt uk t ujuan ini memenuhi
kebut uhan bersama sebagian pemakai. Nam un demikian, laporan
keuangan t idak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibut uhkan pemakai dalam pengambilan keput usan ekonomi karena
secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa
lalu, dan t idak diw ajibkan unt uk menyediakan informasi non keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja sert a perubahan posisi keuangan
suat u perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keput usan ekonom i. (Harahap 2007:66)
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang t elah dilakukan
manajemen (st ew ardship), at au pert anggung jaw aban manjemen at as
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
berbuat demikian agar mereka dapat membuat keput usan ekonomi,
keput usan ini mungkin mencangkup misalnya, keput usan unt uk
menahan at au menjual invest asi mereka dalam perusahaan at au
keput usan mengangkat kembali at au menggant i manajemen.
2.2.3 Teori Agency ( Agency Theory)
M enurut Ant ony dalam Budiasih 2009. Teory agency adalah
hubungan at au kont rak ant ara principal dan agent . Teory agency
memiliki asumsi bahw a t iap-t iap individu semat a-semat a t ermot ivasi
oleh kepent ingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepent ingan ant ara principal dan agent .
Prakt ik perat aan laba merupakan salah sat u pola manajemen
laba. Sement ara it u, t eori keagenan menjadi dasar t imbulnya
manajemen laba ( earning management ), sehingga prakt ik perat aan laba
didasari oleh t eori keagenan.
Teori keagenan mengasumsikan bahw a sem ua individu
bert indak at as kepent ingan mereka sendiri sehingga menimbulkan
kepent ingan ant ara principal dan agent . Pihak principal t ermot ivasi
mengadakan kont rak unt uk mensejaht erakan dirinya dalam
profit abilit as yang selalu meningkat . Agent t ermot ivasi unt uk
ant ara lain dalam hal memperoleh invest asi, pinjaman maupun kont rak
kompensasi.
Teori agensi merupakan suat u pendekat an yang dijabarkan
konsep manajemen laba yang akan dibahas dalam penelit ian ini.
M enurut Ant hony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada ket ika
salah sat u pihak (prinsipal) dalam hal ini adalah pemegang saham
menyew a pihak lain (agen) yait u manajemen unt uk melaksanakan suat u
jasa dan melakukan hal it u, mendelegasikan w ewenang unt uk membuat
keput usan kepada agen t ersebut . Prinsipal diasumsikan hanya t ert arik
pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari invest asi mereka
pada perusahaan. Sedangkan agensi yang diasumsikan akan menerim a
kepuasan t idak hanya dari kompensasi keuangan t et api juga dari
t ambahan lain yang t erlibat dalam hubungan keagenan sesuai dengan
asumsi t ersebut , maka akan manajer akan mengambil kebijakan yang
mengunt ungkan dirinya sebelum memberikan manfaat kepada
pemegang saham.
2.2.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan
yang dapat dilihat dari t ingkat penjulan, jumlah t enaga kerja at au jumlah
akt iva yang yang dimilki perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan
mungkin t imbul akibat berbagai sit uasi yang dihadapin perusahaan yang
berkait an dengan operasinya. Jika persahaan sensit if t erhadap variasi
ukuran perusahaan, maka perusahaan yang lebih besar akan lebih
menyukai prosedur ( met ode ) akunt ansi yang dapat menunda
pelaporan eaning.
Ukuran perusahaan adalah suat u skala, yait u dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara ant ara
lain t ot al akt iva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya
ukuran perusahaan hanya t erbagi dalam t iga kat egori yait u perusahaan
besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil, penent uan ukuran
perusahaan ini didasarkan kepada t ot al asset perusahaan (menurut Rit a,
2011).
Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaaan adalah perolehan
laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba
operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar dari pada
jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh
memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan
melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan
pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang
dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk manajemen
bahwa organisasi teleh melaksanakan strategi usahanya dengan efektif
Dalam aspek finansial, penjualan dapat dilihat dari sisi
perencanaan dan sisi realisasi yang diukur dalam satu rupiah. Dalam sisi
perencanaan, penjualan direfresikan dalam bentuk target yang diharapkan
dapat direalisir oleh perusahaan.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang
membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin
besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat
pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya
organisasi (modal) juga semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan
penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif, tetapi implikasi
tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap stuktur modal
yaitu dalam penentuan jenis modal yang digunakan.
Apabila perusahaan dihadapan pada kebutuhan dana yang
semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber
intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi
perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan,
baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Suatu
perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap
perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari
pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Dengan
saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai perubahan
penjualan dibandingkan dengan perushaan yang kecil.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses
yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai
sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan
lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki
profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan
dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih
fleksibel dalam menghadapi ketidak pastian, karena perusahaan kecil
lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu,
memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar
dari perusahaan yang berukuran kecil.
2.2.5 Profitabilitas
2.2.5.1. Pengertian profitabilitas
Menurut Kasmir (2008 :196), profitabilitas suatu perusahaan
yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang
maksimal, disamping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang
maksimal seperti yang teleh ditargetkan, perusahaan dapat berbuat
banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta peningkatkan mutu
produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen
perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi
dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung.
Kemampuan dalam mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan yang
digunakan sebagai rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal
dengan nama rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas atau disebut juga rentabilitas adalah
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Rasio ini juga menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba disebut juga operating ratio.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi.
Penggunaan profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yanga ada dilaporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran
dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi tujuannya adalah agar
terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika
berhasil mencari target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah
berhasil mencari target untuk periode atau beberapa periode, untuk
mencapai terget yang telah ditentukan akan menjadi pelajaran bagi
manajemen untuk periode ke depan.
2.2.5.2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan.
Masing-masing rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta
mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau
untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh rasio profitabilitas tergantung dari
kebijakan manajemen, jenis rasio yang digunakan semakin sempurna
hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi
profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah:
Angka ini menunjukkan beberapa besar presentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio
ini semakin baik baik karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Perhitungan margin laba
menggunakan rumus sebagai berikut:
Margin Laba = Pendapatan Bersih
Penjualan
2. Asset Turn Over ( Return on Asset)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume
penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti
bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Menurut juniarti carolina (2005) Rasio profitabilitas dihitung
dengan menggunakan rumus :
Return on Asset = Penjualan Bersih
Total Aktiva
3. Return on Invesment (Return on Equity)
Rasio ini mengukur bebrapa persen diperoleh laba bersih bila
diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
Return on Investmen = Laba Bersih
Rata-Rata Modal
Rasio ini menunjukkan beberapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
Return on Total Asset = Laba Bersih
Rata-rata Total Asset
2.2.6. Laba
2.2.6.1. Pengertian Laba
Menurut (Harahap, 2007:305) pengertian laba adalah perbedaan
antara revenue yang direlisasikan yang timbul dari transaksi pada periode
tertentu diharapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode
tertentu.
Pengertian laba dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini
adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan
dan biaya (Ghozali dan Chairi, 2007: 345). Besar kecil laba sebagai
pengukur aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran dan biaya.
Standart akuntansi keuangan (SAK) (2007:56) menyatakan
bahwa laba merupakan jumlah residu yang tertinggal setelah semua
beban dikurangi pada penghasilan. Laba bersih mencerminkan semua pos
laba rugi selama satu periode, kecuali untuk dikoreksi periode yang telah
lalu, koreksi masa lalu disajikan sebagai penyusunan atas saldo awal laba
yang ditahan. Pada pemakai laporan keuangan memiliki konsep laba
yang berbeda-beda karena sesuaikan dengan tujuan pengambilan
2.2.6.2 Tujuan Pelaporan Laba
Salah satuan tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan
informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam
menghasilkan laba, tanpa memperhatikan masalah yang muncul,
informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai
tujuan. Tujuan pelaporan laba antara lain yaitu :
a. Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan
dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal.
b. Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi
mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan.
Laba harus dievaluasi bedasarkan dimensi perilaku, salah satunya
adalah kemampuan beramal.
c. Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efesiensi
manajemen, pengguna angka laba historis untuk meramal keadaan
saham dan distribusi dividen dimasa akan datang dan
penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai
pedoman pengambilan keputusan manajerial dimasa yang akan
datang.
2.2.7. Perataan Laba
Perataan laba merupakan salah satu bentuk dari manajemen laba
yang dilakukan pihak manjemen sebagai agen dalam perusahaan. ( Salno
dan Baridwan 2000 dalam Rita 2011) menyatakan bahwa perataan
pengahasilan terkait erat dengan konsep manajemen laba. Konsep
manajemen menggunakan teori keagenan yang menyatakan bahwa
praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan
manajemen dan pemilik yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Belkoui (2006:73) menyatakan bahwa perataan laba (income
smoothing) dapat dipandang sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk
menormalkan laba dalam rangka mencapai upaya yang sengaja dilakukan
untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai kecenderungan atau
tingkat laba yang diinginkan.
Beberapa pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa peratan
laba (income smoothing) merupakan salah satu upaya para manajer
perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang diperoleh sehingga
kinerja perusahaan terlibat stabil.
Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola
dari manjemen laba (Cahan, 2008). Penejelasan konsep manajemen laba
menggunakan teori keagenan dan teori akuntansi pasif. Teori keagenan
menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
timbul kerena adanya keinginan untuk memaksimalkan kemakmuran
masing-masing. Teori akuntansi positif didasarkan pada adannya dalil
bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengaturan adalah rasional
dan mereka berusaha untuk memaksimalkan keagenan mereka, yang
secara langsung berhubungan dengan kompensasi serta kesejahteraan
mereka.
Konsep perataan laba sejalan dengan konsep manajemen laba
yang pembahasannya menggunakan pendekatan teori keagenan (agenncy
theory). Teori ini menyatakan bahwa praktik manjemen laba dipengaruhi
konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilikan (principal)
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Ketika manajer
mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan
pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya. Anggapan yang melekat pada teori
keagenan adalah bahwa antara agen dengan prinsipal terdapat konflik
kepentingan. Konflik kepentingan bisa terjadi antara seseorang manajer
yang ingin memaksimumkan kekayaannya sendiri dengan pemegangan
saham yang juga ingin memaksimumkan kekayaannya, konflik yang
akan terjadi jika usaha manajer untuk memaksimumkan kekayaan tidak
kepentingan antara agen dan prinsipal, maka manajer melakukan upaya
perataan laba .
Alasanya adanya perataan laba antara lain, pertama rekayasa
untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat
mengurangi hutang pajak. Kedua, Tindakan perataan laba dapat
meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan laba
dan kebijakan deviden sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan
perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan,
karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji oleh
karyawan atau pekerjaan. Keempat tindakan perataan laba memiliki
dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan
kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan
psimisme dapat ditekan.
Perataan laba mempunyai peranan penting untuk mengurangi
biaya dari pemegang saham dalam memperhitungkan laba dimasa lalu,
yang digunakan untuk memprediksi laba dimasa depan. Dalam setting
keagenan menyebutkan bahwa manajer dalam perusahaan yang memiliki
resiko kebangkrutan yang besar, menginginkan memperoleh hutang dan
pinjaman didalam pasar modal, memiliki daya dorong lebih besar untuk
melakukan tindakan perataan laba.
Beberapa studi terdahulu telah ditemukan bukti adanya berbagai
macam tujuan tujuan yang melatar belakangi perusahaan-perusahaan
melakukan perataan laba (income smoothing).
Bahwa manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan
suatu aliran laba yang stabil dan mengurangi convariannce atas return
dengan pasar. Bahwa manajer melakukan perataan laba untuk
mengurangi fluktuasi dalam laba yang melaporkan dan meningkatkan
kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas dimasa yang akan
datang.
Juniarti dan Carolina (2005), ada berbagai macam tujuan yang
ingin dicapai oleh manajemen dalam perataan laba, yaitu :
a. Mencapai keuntungan pajak.
b. Untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap
kinerja manajemen.
c. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi resiko,
sehingga harga sekuritas yang tinggi akan menarik perhatian
pasar.
d. Untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil.
e. Untuk menjaga posisi atau kedudukan mereka dalam perusahaan.
2.2.7.3 Sasaran Perataan Laba
Sasaran perataan laba dapat dilakukan terhadap
aliran data atau informasi. Dengan kata lain, untuk menciptakan laporan
keuangan yang sesuai yang diinginkan, manajer dapat memasukkan
informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode yang akan datang
kedalam laporan periode ini atau sebaliknya tidak melaporkan informasi
periode ini untuk dilaporkan pada periode yang akan datang.
(Foster,1986 dalam Silviana) mengklasifikasikan unsur-unsur laporan
keuangan yang sering kali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan
laba :
1. Unsur penjualan
a. Saat pembuatan faktur sebagai contoh, penjualan
yang sebenarnya untuk periode yang akan datamg
pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini
dan dilaporkan sebagai penjuala periode ini.
b. Pembuat pesanan atau penjulan fiktif.
c. Downgrading (penurunan) produk, sebgai contoh,
dengan cara mengklasifikasiakn produk yang
belum rusak kedalam kelompok produk rusak dan
selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga
yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya.
2. Unsur biaya
a. M emecah-mecah fakt ur, misalnya fakt ur unt uk
sebuah pembelian at au pesanan dipecah menjadi
selanjut nya dibuat kan beberapa fakt ur dengan
t anggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam
beberapa periode akunt ansi.
b. M encat at prepaym ent (biaya dibayar dimuka)
sebagai biaya. M isalnya melaporkan biaya
advert asi t ahun ini.
2.2.7.4 Alasan Praktik Perataan Laba
Alasan yang melat ar belakangi manajemen melakukan perat aan
laba dinyat akan oleh Juniart i dan Coroline (2005) yait u dapat merubah
kandungan informasi at as laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini perlu
diw aspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang
t elah mengalami penambahan at au pengurangan t ersebut dapat
menyesat kan pengambilan keput usan yang akan diambil.
Alasan ini mengapa manajer melakukan prakt ik perat aan laba,
yait u perat aan laba dapat mengurangi kesalahan dari pemegang saham
dalam memahami penghasilan periode lalu unt uk memprediksi
penghasilan dimasa yang akan dat ang.
Aliran laba yang merat a dapat memiliki pengaruh psikologis
pada ekonom i dalam hal kenaikan at au penurunan dapat dihindarkan
sert a rasa pesimis dan opt imal dapat dikurangi. M anajer perusahaan
manajer ingin merat akan laba yang dilaporkan dengan alasan
memperkecil t unt ut an pem ilik perusahaan. Pemilik mendukung
perat aan laba karena adanya mot ivasi int ernal dan mot ivasi ekst ernal.
M ot ivasi int ernal menunjukkan maksud pemilik unt uk meminimalisasi
biaya kont rak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan
prakt ik manajemen laba. M ot ivasi ekst ernal dit unjukkan oleh usaha
pemilik saat ini unt uk mengubah persepsi invest or prospekt if at au
pot ensial t erhadap nilai perusahaan.
Bahw a manjemen melakukan perat aan laba unt uk mencipt akan
suat u aliran kas yang st abil dan mengurangi covariance at as ret urn
dengan pasar. M anajer melakukan perat aan laba unt uk mengurangi
flukt uasi laba yang dilaporkan unt uk meningkat kan kemampuan
invest or unt uk memprediksi aliran kas di masa yang akan dat ang.
Beberapa pert anyaan diat as mot ivasi dapat disim pulkan bahw a
mot ivasi at au alasan adanya perat aan laba adalah bagi manajer
perusahaan, perat aan laba dilakukan dengan t ujuan agar kinerja
perusahaan t ersebut t erlihat baik dan unt uk mengurangi konflik
diant ranya manajer dengan karyaw an dan pemilik perusahaan,
sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya prakt ik perat aan laba maka
mereka akan lebih mudah unt uk dapat memperhit ungkan risiko, ret ur n
2.2.8 Kerangka pemikiran
2.2.8.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Untuk mengetahui ukuran perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai aktiva perusahaan, nilai aktiva dipakai sebagai
ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect
yang timbul karena perusahaan yang besar selalu dihentikam dengan nilai
aktiva yang besar pula. Keaadan ini membuat manajer termotivasi untuk
melakukan perataan laba, karena manajer percaya bahwa para pemakai
laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai
perusahaan pada angka nilai aktiva.
Teori signaling theory (teori sinyal ), teori ini berkaitan dengan
asimetri teori yang dapat terjadi bila salah satu pihak yang mempunyai
sinyal informasi yang lebih lengkap dari pada pihak lain (Brigham,
2006:38).
Ukuran perusahaan diduga mempengaruhi perataan laba karena
sesuai dengan teori sinyal diatas, pihak manajamen tidak menyampaikan
semua informasi yang dimilikinya secara penuh sehingga terjadi asimetri
informasi dipasar modal. Disamping itu adannya anggapan manajer
selama ini masih percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih
mendasarkan penilaiannya mengenai perusahaan pada total nilai aktiva.
Konsisten dengan hal tersebut maka para manajer yang mengelola suatu
perusahaan capital intensive (padat modal) yang nyatanya memang
dengan perusahaan labour intensive (padat karya) akan termotivasi untuk
melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk menimbulkan yang
lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporannya.
2.2.8.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan earnings. Analisis laba merupakan hal yang penting bagi
pemegang saham untuk mengetahui revenue yang akan diperoleh dari
pembagian deviden. Lebih jauh kenaikan laba dapat menyebabkan
peningkatan harga pasar, yang akan menghasilkan capital gains. Laba
juga penting bagi kreditor karena laba merupakan sumber pendanaan
untuk melunasi hutang. Manajemen menggunakan analisis laba untuk
mengukur kinerja perusahaan.
Profitabilitas merupakan indikator yang penting untuk menilai
suatu perusahaan selain itu digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektivitas
perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang memilikinya sehingga
profitabilitas diduga daapt mempengaruhi laba, karena secara logis
merupakan instrument yang terkait langsung dalam obyek perataan laba
karena informasi laba pada umum nya merupakan perhatian utama dalam
menaksir kinerja atau tanggung jawaban manajemen dan informasi laba
membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning
Teori pengharapan, teori ini menyatakan bahwa individu
mengubah perilaku mereka bedasarkan hasil yang diharapkan dari suatu
kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan
mengarah pada pencapaian balas jasa yang diinginkan..
Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba (income
smoothing), karena sesuai dengan teori penghargaan dalam pihak
manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang
tinggi dan kinerja manajemen terlihat baik.
Bedasarka penjelasan dari kerangka pikir di atas, maka dapat
dibuat satu bagan kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka pikir
variabel bebas (X) variabel t erikat (Y)
UKURAN PERUSAHAAN
(X1)
PROFITABILITAS
(X2)
PERATAAN LABA
(Y) Dummy
2.3 Hipotesis
Bedasarkan uraian diat as maka hipot esis dalam penelit ian ini yait u :
a. Diduga bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif.
b. Diduga bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan
3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak cara memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diberikan untuk
mengukur konstrak variabel tersebut ( Nazir, 2005:126).
Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti serta menghindari
kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian
ini, maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran
variabel sebagai berikut :
3.1.1. Variabel Bebas ( X )
a. Ukuran perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya
perusahaan yang diukur dari total aktiva bedasarkan nilai
buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala
pengukuran adalah rasio.
b. Profitabilitas ( X₂)
Profitabiltas merupakan ukuran penting perusahaan untuk
menilai sehat atau setidaknya perusahaan yang akan
mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.
Variabel ini diukur menggunakan Net Profit Margin ( NPM)
dengan skala pengukuran adalah skala rasio.
NPM = laba bersih setelah pajak
Total Penjualan
3.1.2. Variabel Terikat ( Y )
a. Perataan laba (Y)
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target
yang diinginkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah perataan
laba. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Kelompok
perusahaan yang melakukan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan
kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0.
Tindakan perataan laba ini di uji menggunakan indeks Eckel (1981).
Maka di gunakan rumus sebagai berikut :
Indeks Perataan Laba = CV ∆I CV ∆S
Di mana :
∆S = Perubahan penjualan dalam suatu periode
∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam suatu periode.
CV = Kofisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan.
CV ∆I = kofisiensi variasi untuk perubahan laba
CV ∆S = kofisiensi variasi untuk perubahan penjualan
Dimana CV∆S dan CV∆I dapat dihitung sebagai berikut :
CV∆S atau CV∆I = Standard Deviation
Expected value
CV∆S atau CV∆I = ∑(∆ − ∆ ) : ∆ n- 1
Di mana :
∆ x = Perataan laba ( I ) atau penjualan ( S)
∆ = Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (1) atau
penjualan (S) antara tahun n depan n-1.
n = Banyak tahun yang diamati
setelah CV diketahui, terhadap masing-masing perusahaan akan
diberi status untuk perusahaan dengan CV∆S > CV∆I berarti perusahaan
tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya perusahaan
dengan CV∆S < CV∆I berarti perusahaan tersebut tidak melakukan
perataan laba. Bedasarkan rumus Indeks Ekckel yang disimpulkan bahwa
perataan laba, Sebaliknya perusahaan dengan CV∆S < CV∆I berarti
perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perataan laba.
Satuan pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan
skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
(Juniarti dan Carolina, 2005)
3.2 Teknik Penentu Sampel
3.2.1 Populasi
Pupulasi menurut Sumarsono (2002:45) merupakan subyek
atau obyek yang dimiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang
berbeda dengan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok
tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian. Populasi yang
digunakan dalam penelitian adalah berupa laporan keuangan
perusahaan otomotif dari tahun 2008 sampai 2011, karena data yang di
peroleh dari Bursa Efek Indonesia adalah laporan keuangan dengan
tahun 2008- 2011. Dari data bursa efek indonesia terdapat sebanyak 19
perusahaan otomotif yang di jadikan populasi dalam penelitian ini
yaitu:
1. PT. Astra internasional, Tbk
2. PT. Astra otoport, Tbk
3. PT. Indo korsa, Tbk
4. PT. Indomobil sukses internasional, Tbk
5. PT. Idospring, Tbk
7. PT. Multi prima sejahtera, Tbk
8. PT. Selamat sempurna, Tbk
9. PT. Tunas ridean, Tbk
10. PT. United tractor, Tbk
11. PT. Multi strada arah sarana, Tbk
12. PT. Nippres, Tbk
13. PT. Polychem indonesia, Tbk
14. PT. Prima Alloy stell, Tbk
15. PT. Selamat sempurna, Tbk
16. PT. Sugi samapersoda, Tbk
17. PT. Tunas ridean, Tbk
18. PT. United tractor, Tbk
19. PT. Albont makmur usaha, Tbk
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah pupulasi, yang mempunyai
ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu
sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah pupulasi.
Secara umum semakin besar ukuran sampel maka sampel akan semakin
representatif. Mengingat bahwa analisis penelitian didasarkan pada
sampel sedangkan kesimpulan penelitian nantinya digeneralisasikan
kepada populasi maka tingkat representatif sebuah sampel terhadap
Dalam penelitian ini teknik penentuan ukuran sampel
menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan
menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek
indonesia dan masih aktif hingga tahun 2008 sampai
2011
b. Perusahaan memiliki data laporan keuangan tahun 2008
sampai 2011.
Bedasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan di atas maka
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan
otomotif yang go publik di bursa efek indonesia antara lain :
1. PT. Astra internasional, Tbk
2. PT. Astra otoport, Tbk
3. PT. Indo korsa, Tbk
4. PT. Indomobil sukses internasional, Tbk
5. PT. Idospring, Tbk
6. PT. Intaco penta, Tbk
7. PT. Multi prima sejahtera, Tbk
8. PT. Selamat sempurna, Tbk
9. PT. Tunas ridean, Tbk
10.PT. United tractor, Tbk
12.PT. Nippres, Tbk
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis-jenis data yang diperoleh adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,
sudah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak perusahaan. Data sekunder
ini meliputi data keuangan dari laporan keuangan suatu perusahaan
Otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia hingga 2011.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari
Bursa efek indonesia dan dari situs www.idx.co.id yang berupa laporan
keuangan perusahaan dan ICMD (Indonesian Capital Market
Directory).
3.3.3 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :
a. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan membaca
serta mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan
b. Studi pustaka
Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui buku-buku literatur
dan tulisan ilmiyah yang digunakan sebagai landasan teori yang
mendukung pelaksanaan penelitian.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Regresi Logistik
Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh
sejumlah variabel independen x1, x2, ...., xk terhadap variabel dependen
y yang berupa variabel kategorik (binominal, multinominal atau
ordinal) atau juga memprediksi nilai suatu variabel dependen y ( yang
berupa variabel kategorik) bedasarkan nilai variabel-variabel
independen x1, x2, ...., xk .
Regresi logistik Biner, adalah regresi logistik di mana variabel
dependennya berupa variabel biner. Contohnya adalah : sukses-gagal,
ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, pria-wanita dan seterusnya. Metode
regresi logistik digunakan mencari pengaruh satu atau lebih variabel
bebas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas yang berskala rasio
terhadap variabel terikat ( perataan laba) yang berskala nominal.
Model logit yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
p = probilitas perusahaan mengalami income smoting
Size = ukuran perusahaan (menggunakan log dari total aktiva)
NMP = profitabilitas (menggunakan net profit margin )
= error
3.4.2 Uji Hipotesis
Analisis pengujian model regresi logistik memperhatikan hal-hal berikut :
a. Menilai kelayakan model regresi
Pengujian menggunakan Hosmer and lemeshow’s goodness of fit.
Pengujian ini dilakukan untuk menilai model yang dihipotesiskan agar
dapat data empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai statistik
Hosmer and lemesshow’s goodness of fit sama dengan atau kurang dari
0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Sedangkan jika nilainya lebih
besar dari 0,05 maka hipotesis nol (Ho) tidak dapat ditolak, artinya
model mampu memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan data.
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Perhatikan angka -2 Log Likelihood (LL) pada awal (block Number = 0)
penurunan angka -2 Log Likelihood (block Number = 0 – block Number =
1. menunjukkan model regresi yang baik. Log Likelihood pada logistic
regression mirip dengan pengertian ”sum of squared error” pada model
regresi sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi
yang baik.
c. Menganalisis koefisien determatif
Koefisien determatif digunakan untuk mengetahui seberapa
besarvariabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas
variabilitas variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi pada
model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square dapat
dinterprestasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda. Nilai ini
dapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai
maksimumnya.
d. Menguji koefisien regresi dengan estimasi parameter dan interprestasinya
Pengujian keofisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh
variabel bebas dimasukkan dalam model mempunyi pengaruh terhadap
variabel terikat. Koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan
wald statistic dan nilai probabilitas (sig ) < 0,05. Dengan cara Wald statistic dibandingkan dengan Chi-Square tabel sedangkan nilai
probalitas (sig). Dibandingkan dengan tingkat signifikan ( ) .
Untuk menetukan penerimaan atau penolakan Ho dapat didasarkan pada
1. Ho tidak dapat ditolak apabila Wald hitung < Chi-Square tabel,
dan nilai asymptotic significance . tingkat signifikansi ( ). Hal
ini berarti bahwa H alternatif ditolak atau hipotesis yang
mengatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat ditolak.
2. Ho ditolak apabila Wald hitung > Chi-Square tabel, nilai
asymptotic significance . tingkat signifikansi ( ). Hal ini berarti
H alternatif diterima atau hipotesis yang mengatakan variabel
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 julli 1992, Bursa efek indonesia diswastakan
dan mulai menjalankan pasar saham di indonesia, sebuah awal
pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad
ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan kolonial belanda, Bursa efek
pertama di indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial
Belanda yang di kenal sebagai jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat di tutup selama perang Dunia dan
kemudian di buka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia,
pemerintahan kolonial juga mengkeuangan bursa pararel di surabaya
dan semarang. Namun kegiatan bursa saham ini di hentikan lagi ketika
terjadi pendudukan oleh tentara jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah indonesia
memproklamasikan kemerdekaan, bursa saham di buka lagi di Jakarta
dengan perdagangankan saham dan obligasi yang terbitkan oleh