• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Penghormatan Hutan dalam Teks Agama Hindu

Dalam dokumen Buku Mencegah Deforestasi (Halaman 77-81)

2) Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional

4.2 Landasan Secara Religi: Kesadaran Hukum Masyarakat Hindu Mencegah Deforestasi dengan

4.2.1 Landasan Penghormatan Hutan dalam Teks Agama Hindu

Sengker (wawancara, tanggal 5 Oktober 2016), menyatakan pula “tiang ten bani ngusak hutan sawireh nika ten patut teken agama Hindu” terjemahannya Saya tidak berani merusak hutan karena itu tidak baik menurut ajaran agama Hindu. Selanjutnya, hal yang sama juga berasal dari pernyataan Ni Wayan Arniati (wawancara, tanggal 5 Oktober 2016) yang menyatakan pula “tiang ten bani ngusak hutan sawireh nika ten patut teken agama Hindu” terjemahannya Saya tidak berani merusak hutan karena itu tidak baik menurut ajaran agama Hindu.

Berdasarkan informasi dari informan tersebut dapat disampaikan bahwa alasan masyarakat Hindu desa adat Wangaya Gede tidak berani merusak hutan dan taat terhadap hukum larangan merusak hutan karena bertentangan dengan ajaran agama Hindu. Ajaran agama Hindu tersebut dapat diuraikan menjadi 2 (dua) yakni teks agama Hindu dan ritual agama Hindu. Lebih lanjut dijabarkan sebagai berikut.

4.2.1 Landasan Penghormatan Hutan dalam Teks Agama Hindu

Penghormatan hutan dalam teks agama Hindu yang ditaati oleh masyarakat Hindu secara umum dan secara khusus oleh masyarakat Hindu desa adat Wangaya Gede sebagai bagian dari umat Hindu dapat dilihat dari bunyi beberapa teks agama Hindu di bawah ini :

Osadhyah pasavo uriksaastir

Yancah paksinasttahaa Yajnyaartham nidhanam praaptaah Praapnu vantyutsritih punah (Manawa Dharmasastra V.40)

Teks di atas secara bebas dapat diartian bahwa tumbuh-tumbuhan semak, pohon-pohonan ternak, burung-burung lain, yang telah dipakai untuk sarana upacara akan hadir ke tingkat yang lebih tinggi pada kelahiran yang akan datang.

68 I Putu Sastra Wibawa

Selanjutnya upaya melestarikan atau penyejahteraan alam dalam Sarasmuscaya 135 dinyatakan dengan istilah bhuta hita. Kata bhuta artinya alam yang dibangun oleh lima unsur yang disebut panca maha bhuta. Sementara kata hita artinya ’sejahtera’ atau ’bahagia’. Dalam kitab Sarasmuscaya dinyatakan bahwa bhuta hita dilakukan untuk menegakkan tercapainya tujuan hidup yaitu mencapai dharma, arta, kama dan moksha. Tujuan hidup tidak akan tercapai jika alam ini dalam keadaan rusak.

Antara alam dan manusia haruslah saling memelihara berdasarkan yadnya (pengorbanan)

Tvam agne agniraso guhahitam

Anwavidan sinriyanam vane-vane (Reg Weda V.11.6)

Artinya

Ya Tuhan Yang Maha Esa, Dikau meliputi setiap hutan dan pohon.

Para bijak menyadari Dikau di dalam hati.

Dari sloka di atas dapat diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Tuhan untuk menunjang kebutuhan makhluk hidup termasuk manusia, agar dapat melangsungkan hidupnya dan berkembang biak. Tanpa tumbuh-tumbuhan manusia akan kehilangan oksigen yang bersih.

Dalam Reg. Veda X.97.A diuraikan Osadhir iti mataras

Tad vo devir upa Gruhe Artinya

Tanam-tanaman memberi makan dan melindungi alam semesta,

Oleh karena itu disebut sebagai para ibu.

Dalam Atharva Veda VIII.7.4, Virudho vaisvadevir

Ugrah purusajiwanih Artinya

69 I Putu Sastra Wibawa

Tanaman memiliki sifat para dewa

Mereka adalah prajuru selamat kemanusiaan.

Demikian besarnya arti tumbuhan bagi kehidupan manusia, sehingga tumbuh-tumbuhan diyakini memeiliki sifat seperti para Dewa. Bagaimana Weda menggambarkan arti tumbuh-tumbuhan bagi umat manusia dan alam semesta dapat dilihat pada sloka-sloka berikut :

Tam osadhis ca vaninas ca, garbham arbham , bhuis a visadhaasam bibharti (Rgveda VII. 4.5) Artinya : tanam-tanaman tumbuh-tumbuhan, dan bumi memelihara dan melindungi semua api yang memberikan makan di dalam diri mereka sendiri.

Air vai nama dewata, Rtena aste parivreta, Tasya rupena ime vrksah, Harita haritasrajah (Atharvaveda X.8.31) artinya terdapat zat warna hijau daun atau avi-pigment (unsur yang menyelematkan hidup yakni klorofil, zat hijau daun) di dalam tumbuh-tumbuhan. Ditutupi oleh rta (jaringan-jaringan). Oleh karena zat warna ini tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan berkasiat obat itu menjadi hijau.

Dalam Yajurveda LX.I menyebutkan:

“ Isa vasyam idam sarvam yat kim ca jagatyam jagat,tena tyakna

Bhunjitha ma grdah kasya svid dhanam”.

Artinya:

“ Segala sesuatu yang sungguh – sungguh ada, yang bergerak, yang memiliki kehidupan di alam semesta ini, diliputi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Pandanglah dunia yang serba benda itu dengan perasaan tanpa keterikatan, dan janganlah menginginkan kekayaan siapapun ( milik orang lain).

Dari kutipan mantra di atas dapat disimpulkan bahwa dalam konsepsi hindu alam diciptakan oleh

70 I Putu Sastra Wibawa

Tuhan,Tuhanlah sebagai penguasa alam semesta beserta isinya.Bumi dianggap sebagai ibu. Tuhan juga disebutkan meresapi segalanya, berada pada setiap ciptaan di alam semesta atau imanen. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap hubungan manusia baik dengan sesamanya, maupun dengan mahluk lain termasuk alam sekitarnya mempunyai aspek teologis, bermakna penghormatan atau pemujaan atau pemujaan kepada Tuhan, sehingga pelestarian lingkungan merupakan pemujaan kepada Tuhan. Jadi seharusnya alam dijadikan sahabat, bukan dikuasai. Persahabatan ini adalah keseimbangan dan harmonisasi.

Dalam kitab suci Bhagavad Gita III.10.

mengungkapkan bahwa inti ajaran Tri hita karana itu adalah membangun kehidupan yang bahagia lahir bathin dengan membangun sikap hidup yang seimbang antara berbakti kepada Tuhan, saling mengabdi pada sesama manusia dan menyayangi alam berdasarkan yadnya, ketiga hubungan berdasarkan yadnya itu merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisah- pisahkan dalam mengelola kehidupan bersama dalam berbagai sektor kehidupan (Pudja, 2005:84).

Mencermati ungkapan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan harus saling hormat- menghormati satu sama yang lainnya serta saling menjaga demi keutuhan isi jagat raya ini. Karena semua ciptaan Tuhan memiliki manfaat sesuai dengan kodratnya masing- masing, walaupun diantara ciptaan Tuhan itu manusia yang paling tinggi derajatnya, tapi bukan berarti manusia itu bisa seenaknya menggunakan kelebihan yang dimilikinya, namun dari kelebihan yang dimiliki itu harus mampu menjaga keseimbangan dan menciptakan keharmonisan di dunia ini, dengan jalan menjaga kelestarian lingkungan disekelilingnya yang sangat membantunya dalam

71 I Putu Sastra Wibawa

menjalani kehidupan, selain itu pula harus berbakti kepada Tuhan. Dalam Canakya Nitisastra, Sloka 14.menyebutkan bahwa: “ Seluruh hutan menjadi harum hanya karena ada sebuah pohon dengan bunga indah dan harum semerbak.Begitu juga halnya kalau didalam keluarga terdapat seorang anak yang suputra”

(Darmayasa,1992:64).

Menyimak isi sloka di atas itu mencerminkan bahwa kelestarian lingkungan itu harus tetap dijaga agar tetap terjaga keindahan dan keharumannya, dengan begitu akan tercipta kesejahteraan dan keharmonisan di dunia, begitu pula dalam sebuah keluarga untuk mendapatkan anak yang suputra, orang tua harus mampu menciptakan suasana yang tentram, damai, nyaman dengan penuh keharmonisan dalam keluarga itu sendiri.

4.2.2 Landasan Ritual Penghormatan Terhadap Hutan

Dalam dokumen Buku Mencegah Deforestasi (Halaman 77-81)