• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Perkawinan Endogami

BAB II PERKAWINAN ENDOGAMI

A. Landasan Perkawinan Endogami

Ada beberapa hal yang menjadi landasan dari perkawinan endogami yaitu :

1. Al-Qur’an

Dalam hal perkawinan endogami antar kerabat yang masih mempunyai hubungan keturunan, Rahmaniah (2014) menyatakan bahwa Dalam al Qur'an, tidak didapatkan ayat yang mengharamkan pernikahan endogami.

Dengan kata lain, endogami diperbolehkan dengan syarat batasan-batasan pertalian keluarga tidak terlalu dekat. Pernikahan endogami atau pernikahan dalam lingkup satu kekerabatan itu boleh dan halal hukumnya asalkan tidak menikahi mahromnya atau orang yang haram hukumnya untuk dinikahi.

Di dalam buku Risalah Nikah karya Hamdani membagi 7 atas larangan karena ada hubungan nasab yaitu :

1) Ibu

2) Anak perempuan 3) Saudara perempuan 4) Bibi dari pihak ayah 5) Bibi dari pihak Ibu

12

7) Anak perempuan dari saudara perempuan(Hamdani, 1989: 60).

Allah Swt. telah mengatur tentang siapa saja yang tidak boleh dinikahi oleh seseorang atau mahrom. Allah Swt.berfirman dalam Qs. al-Ahzab ayat 50.

ْتَكَلَم اَمَو َّنُهَروُجُأ َتْيَ تآ ِتِ َّلَّلا َكَجاَوْزَأ َكَل اَنْلَلْحَأ اَّنِإ ُِّبَِّنلا اَهُّ يَأاَي

َكُنيَِيَ

َكِلاَخ ِتاَنَ بَو َكِتاَّمَع ِتاَنَ بَو َكِّمَع ِتاَنَ بَو َكْيَلَع ُهَّللا َءاَفَأ اَِّمِ

اَهَسْفَ ن ْتَبَهَو ْنِإ ًةَنِمْؤُم ًةَأَرْماَو َكَعَم َنْرَجاَه ِتِ َّلَّلا َكِت َلَاَخ ِتاَنَ بَو

َكَل ًةَصِلاَخ اَهَحِكْنَ تْسَي ْنَأ ُِّبَِّنلا َداَرَأ ْنِإ ِِّبَِّنلِل

ْدَق َينِنِمْؤُمْلا ِنوُد ْنِم

َنوُكَي َلَّْيَكِل ْمُهُ ناَْيََأ ْتَكَلَم اَمَو ْمِهِجاَوْزَأ ِفِ ْمِهْيَلَع اَنْضَرَ ف اَم اَنْمِلَع

ًميِحَر اًروُفَغ ُهَّللا َناَكَو ٌجَرَح َكْيَلَع

(50)

Artinya : “Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan

bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula)anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu, dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu ”

(Departemen Agama RI, 1418 H: 342).

ayat ini secara rinci menggambarkan bentuk-bentuk saudara sepupu. Semua bentuk hubungan saudara sepupu di dalam ayat ini dihalalkan, yaitu :

1) Anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapak 2) Anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapak 3) Anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibu 4) Anak-anak perempuan dari saudara peremp uan ibu

13

Selain ayat diatas al-Qur’an juga memberikan aturan yang

tegas dan terperinci yang lain dalam QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 Allah Swt.berfirman :

ًةَشِحاَف َناَك ُهَّنِإ َفَلَس ْدَق اَم َّلَِإ ِءاَسِّنلا َنِم ْمُكُؤاَبآ َحَكَن اَم اوُحِكْنَ ت َلََو

َو اًتْقَمَو

( ًلَّيِبَس َءاَس

11

ْمُكُتاَوَخَأَو ْمُكُتاَنَ بَو ْمُكُتاَهَّمُأ ْمُكْيَلَع ْتَمِّرُح )

ِتِ َّلَّلا ُمُكُتاَهَّمُأَو ِتْخُْلْا ُتاَنَ بَو ِخَْلْا ُتاَنَ بَو ْمُكُت َلَاَخَو ْمُكُتاَّمَعَو

َو ْمُكِئاَسِن ُتاَهَّمُأَو ِةَعاَضَّرلا َنِم ْمُكُتاَوَخَأَو ْمُكَنْعَضْرَأ

ِفِ ِتِ َّلَّلا ُمُكُبِئاَبَر

َلََّف َّنِِبِ ْمُتْلَخَد اوُنوُكَت َْلَ ْنِإَف َّنِِبِ ْمُتْلَخَد ِتِ َّلَّلا ُمُكِئاَسِن ْنِم ْمُكِروُجُح

َْينَ ب اوُعَمَْتَ ْنَأَو ْمُكِب َلَّْصَأ ْنِم َنيِذَّلا ُمُكِئاَنْ بَأ ُلِئ َلََّحَو ْمُكْيَلَع َحاَنُج

َم َّلَِإ ِْينَ تْخُْلْا

اًميِحَر اًروُفَغ َناَك َهَّللا َّنِإ َفَلَس ْدَق ا

)

12

(

ُتاَنَصْحُمْلاَو

َءاَرَو اَم ْمُكَل َّلِحُأَو ْمُكْيَلَع ِهَّللا َباَتِك ْمُكُناَْيََأ ْتَكَلَم اَم َّلَِإ ِءاَسِّنلا َنِم

َمَف َينِحِفاَسُم َرْ يَغ َينِنِصُْمُ ْمُكِلاَوْمَأِب اوُغَ تْبَ ت ْنَأ ْمُكِلَذ

ِهِب ْمُتْعَ تْمَتْسا ا

ْنِم ِهِب ْمُتْيَضاَرَ ت اَميِف ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلََو ًةَضيِرَف َّنُهَروُجُأ َّنُهوُتآَف َّنُهْ نِم

( اًميِكَح اًميِلَع َناَك َهَّللا َّنِإ ِةَضيِرَفْلا ِدْعَ ب

13

)

Artinya “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).” (23) “Diharamkan atas

kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

14

(24) “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang

bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu; dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana.” (Departemen Agama RI, 1418 H:81-82).

Ayat ini dengan tegas menjelaskan golongan perempuan-perempuan yang haram untuk dikawini. Perempuan itu adalah: ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara laki-laki, keponakan dari saudara perempuan, ibu yang menyusui, saudara sesusuan, mertua, anak tiri dari isteri yang sudah diajak berhubungan intim, menantu, ipar (untuk dimadu), dan perempuan yang bersuami.

Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa ada empat kategori perempuan yang haram untuk dikawini;

1) karena ada hubungan darah ; 2) karena hubungan persusuan ;

3) karena ada hubungan perkawinan, baik yang dilakukan oleh ayah, diri sendiri, atau anak;

15

Oleh karena itu, selain dari perempuan-perempuan yang haram untuk dikawini seperti yang dijelaskan dalam QS.al-Nisa (4) ayat 22-24, maka boleh untuk dikawini(Rachman, 2016: 5).

2. Hadits

Hadits juga mengatur mengenai perkawinan endogami. Dari beberapa hadits salah satunya yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya Musnad al Imam Ahmad bin Hanbal dari Ali bin Abu Talib bahwa Rasulullah bersabda :

ِرِباَج ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ٌدْيِعَس اَنَ ثَّدَح َلَاَق ٍرْكَب ُنْباَو ٍرَفْعَج ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح

َو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها َلْوُسَر َّنَأ : ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع ٍدْيَز ِنْب

ىَلَع َدْيِرُأ ْمَّلَس

َنِم ُمُرَْيَ ُهَّنِإَف ِةَعاَضَّرلا َنِم يِخَأ ُةَنْ با اَهَّ نِإ َلاَقَ ف اَهَجَّوَزَ تَّ ي نَأ َةَزَْحْ ِةَنْ با

ِبَسَّنلا َنِم ُمُرَْيَ اَم ِعاَضَّرلا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far

dan Ibnu Bakar berkata telah menceritakan kepada kami Sa”id

dari Qata:dah dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas bahwa dia mengizinkan agar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi puteri Hamzah. Beliau bersabda: "Dia itu tidak halal untukku. Dia adalah puteri saudaraku sepenyusuan dan apa yang diharamkan karena nasab (keturunan) juga diharamkan karena penyusuan."

Hadits ini menguraikan yang haram dinikahi karena adanya faktor-faktor ekstern yang dimulai penyebutannya dengan ibu-ibu kamu yang menyusui kamu; karena persamaannya dengan ibu dari yang menyusukan sehingga semua wanita yang pernah menyusui seorang anak dengan penyusuan yang memenuhi syarat yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, ia sama dengan ibu kandung. Demikian juga haram dinikahi semua wanita yang berhubungan

16

keibuan dengan ibu susu itu, baik karena keturunan ataupun karena penyusuan. Sebagaimana haramnya juga menikahi saudara-saudara perempuan sepersusuan, yakni wanita yang mengisap lima kali penyusuan pada wanita yang sama dengan yang kau isap, baik sebelum, bersamaan, ataupun sesudah kamu mengisapnya.

Disebutkan wanita-wanita yang haram dinikahi karena faktor pernikahan, yaitu ibu-ibu istri kamu, yakni mertua, baik istri itu telah kamu gauli layaknya suami istri maupun belum, juga anak-anak anak-anak-anak-anak istri kamu yang sedang atau atau wajar dan berpotensi menjadi anak dalam pemeliharaan kamu, yakni anak tiri karena mereka dapat disamakan dengan kandung sendiri, dan istri yang telah kamu campuri sebagaimana layaknya suami istri. Tetapi jika kamu belum campur tangan istri kamu itu dan dia sudah kamu ceraikan atau istri yang belum kamu campuri itu meninggal dunia, maka tidak berdoa kamu menikahinya, yakni anak-anak tiri dari bekas istri yang telah kamu ceraikan sebelum bercampur itu; demikian juga diharamkan kamu istri-istri anak kandung kamu, yakni menantu(Shihab, 2002: 471).

3. Hukum Positif di Indonesia

Membahas mengenai perkawinan kaitannya dengan huku positif di Indonesia adalah tidak adanya bentuk pelarangan terhadap perkawinan endogami khususnya endogami antar kerabat. Didalam kitab Undang-undang Hukum Perdata, perkawinan

17

dilarang antara mereka yang mana satu dengan yang lain bertalian keluarga dalam garis lurus keatas dan kebawah, baik karena kelahiran yang sah maupun tak sah atau karena perkawinan dan dalam garis menyimpang antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, sah atau tak sah (Pasal 30 KUH Perdata). Perkawinan dilarang juga :

1) Antara ipar laki-laki dan ipar perempuan, karena perkawinan sah atau tidak sah, kecuali si suami atau si istri yang mengakibatkan periparan itu telah meninggal dunia, atau jika karena keadaan tak hadirnya si suami atau si istri. Kepada istri atau suami yang ditinggalkannya, oleh hakim diizinkan untuk kawin dengan orang lain.

2) Antara paman atau paman orang tua dan anak perempuan saudara atau cucu perempuan saudara, seperti pun antara bibi atau bibi orang tua dan anak laki-laki saudara atau cucu laki-laki saudara yang sah atau tak sah (Pasal 31 KUH Perdata)

Untuk melakukan perkawinan, juga dilarang bagi mereka yang oleh putusan hakim terbukti melakukan perzinaan (overspel). Hal ini diatur dalam pasal 32 KUH Perdata yang menyebutkan:

”Barangsiapa dengan putusan hakim telah dinyatakan salah karena

berzina, sekali-kali tak diperbolehkan kawin dengan kawan berzinanya(Soimin, 1992: 26).

18

Jadi berdasarkan penjabaran diatas, maka perkawinan endogami termasuk dalam kategori perkawinan yang tidak dilarang di Indonesia dan oleh karena itu perkawinan endogami pelaksanaanya legal secara hukum.

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Segala bentuk perkawinan tidak bisa dilepaskan dari Undang-undang ini termasuk perkawiann endogami. Ada bentuk penegasan tentang siapa yang boleh dinikahi maupun yang tidak boleh dinikahi. Sehubungan dengan itu Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pada Pasal 8, 9 dan pasal 10 menyatakan :

Pasal 8

Perkawinan dilarang antara dua orang yang :

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas;

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri;

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan;

19

e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal suami beristeri lebih dari seorang;

f. Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.

Pasal 9

Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-undang ini.

Pasal 10

Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan, tidak menentukan lain.

Orang-orang Indonesia asli yang beragama Kristen dan orang-orang yang takluk pada BW, seperti orang-orang Tionghoa dan Eropa ada suatu kemungkinan diizinkannya dan mendapat dipensasi untuk melakukan perkawinan dengan saudara ibu, saudara bapak, saudara nenek, anak saudara, dan cucu saudara(Soimin, 1992: 49).

20

Jadi berdasarkan penjabaran diatas, maka perkawinan endogami termasuk dalam kategori perkawinan yang tidak dilarang di Indonesia dan oleh karena itu perkawinan endogami pelaksanaanya legal menurut Undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang dijadikan landasan hukum utama dari suatu perkawinan.

5. Kompilasi Hukum Islam

Perkawinan endogami tidak secara langsung termaktub dalam Kompilasi Hukum Islam. Namun jika ditarik benang merahnya maka mengaitkannya dengan larangan perkawinan. Larangan perkawinan dijelaskan secara rinci dalam Pasal 39 KHI,sebagai berikut:

Pasal 39

Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita disebabkan :

1) Karena pertalian nasab

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkan atau keturunannya

b. Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu c. Dengan seorang wanita saudara melahirkannya 2) Karena pertalian kerabat semenda

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan istrinya atau bekas istrinya.

21

b. Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkannya.

c. Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas istrinya itu qobla al dukhul.

d. Dengan seorang wanita bekas istri keturunannya. 3) Karena pertalian susuan

a. Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus keatas.

b. Dengan seorang wanita susuan seterusnya menurut garis lurus kebawah.

c. Dengan seorang wanita saudara susuan dan kemenakan susuan kebawah.

d. Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan keatas.

e. Dengan anak yang disusui oleh istrinya dan keturunannya(Sarmadi, 2007: 53).

Jadi berdasarkan penjabaran diatas, maka perkawinan endogami antar kerabat termasuk dalam kategori perkawinan yang tidak dilarang di Indonesia dan oleh karena itu perkawinan endogami pelaksanaanya legal bagi orang yang beragama islam menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI).

22 6. Landasan Sains

Menurut kamus Webster’s New World Dictionary,katascience

berasal dari kata latin,scire,yang artinya mengetahui. Secara

bahasa, science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering

diambil dalam arti pengetahuan(knowledge)yang dikontraskan dengan intuisiatau kepercayaan(Kartanegara, 2003: 2).

Pendekatan sains dalam pengkajian Islam seperti hadis misalnya yang merupakan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua dipandang sangat penting, sebab mungkin saja suatu hadis tertentu lebih tepat dipahami secara tersurat (tekstual), sedangkan ada hadits tertentu lainnya lebih tepat jika dimaknai secara tersitrat (konstektual)(Ismail, 1994: 6).

Dengan pendekatan melalui ilmu pengetahun (sains) dapat membentuk nalar ilmiah yang berbeda dengan nalar awam. Nalar ilmiah ini tidak mau menerima kesimpulan tanpa menguji premispremisnya, hanya tunduk kepada argumen dan pembuktian yang kuat, tidak sekedar mengikuti emosi dan dugaan semata(Qardawi, 998: 221).

Hadis Nabi Muhammad Saw yang berbunyi

َّدَح

ِرِباَج ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ٌدْيِعَس اَنَ ثَّدَح َلَاَق ٍرْكَب ُنْباَو ٍرَفْعَج ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ث

ىَلَع َدْيِرُأ ْمَّلَس َو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها َلْوُسَر َّنَأ : ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع ٍدْيَز ِنْب

اَهَّ نِإ َلاَقَ ف اَهَجَّوَزَ تَّ ي نَأ َةَزَْحْ ِةَنْ با

َنِم ُمُرَْيَ ُهَّنِإَف ِةَعاَضَّرلا َنِم يِخَأ ُةَنْ با

ِبَسَّنلا َنِم ُمُرَْيَ اَم ِعاَضَّرلا

23

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far

dan Ibnu Bakar berkata telah menceritakan kepada kami Sa”id

dari Qata:dah dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas bahwa dia mengizinkan agar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi puteri Hamzah. Beliau bersabda: "Dia itu tidak halal untukku. Dia adalah puteri saudaraku sepenyusuan dan apa yang diharamkan karena nasab (keturunan) juga diharamkan karena penyusuan."

Menurut Lahmuddin (2017: 73) hadits ini menunjukan salah satu dari sekian banyak mukjizat ilmiah yang terkandung dalam sunnah Rasulullah saw. sebab, Nabi mengungkapkan suatu mekanisme pewarisan sifat-sifat seseorang dari orang tua atau leluhur mereka. Padahal, mekanisme pewarisan gen seperti ini baru diteliti dan diketahui fakta-fakta ilmiahnya pada abad ke-20. Dia juga mengatakan bahwa pernikahan endogami baik yang jelas sudah dilarang sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam al-Quran dan Hadis yaitu ada 7 kelompok yang dilarang dinikahi, sangat jelas banyak efek yang dihasilkan dari pernikahan tersebut, dan begitupun pernikahan endogami yang dibolehkan , yaitu menikahi kerabat.

Hal ini sudah berlangsung lama sebelum studi genetis memberikan alasan ilmiah untuk menghindari hubungan-hubungan semacam ini. Pembatasan terhadap perkawinan antar keluarga bersumber dari pengamatan berabad-abad bahwa perkawinan antar keluarga cenderung menghasilkan keturunan yang abnormal lebih sering daripada perkwinan bukan antar keluarga.Sejumlah penelitian telah mencatat data perkawinan antar keluaraga, menunjukan bahwa hampir selalu terjadi peningkatan kematian

24

atau penyakit pada keturunan hasil perkawinan antar keluarga. Sesorang yang mempunyai hubungan darah akan lebih mungkin memberikan gen yang sama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan darah. Apabila seorang heterozigot untuk gen resesif menikahi saudara sepupunya, maka kemungkinannya adalah 1/8 bahwa saudara sepupunya tadi juga membawa gen yang sama. Misalkan angka 1 dalam 10.000 seperti frekuensi albinisme pada populasi umum; berarti kira-kira 1 dari 50 orang tentunya adalah heterozigot untuk gen yang membawa kelainan tadi. Kemungkinan seseorang adalah heterozigot ialah sebesar 1/50, dan apabila menikah secara acak dengan orang yang tidak ada hubungan kerabat, maka kemungkinan pasangannya juga heterozigot adalah 1/50.

Menurut dr.Teguh Haryo Sasongko, Phd.(Sasongko: 2012) mengatakan “Yang perlu dipahami mengenai ilmu pengetahuan

genetik dalam kaitan perkawinan antar saudara sepupu bahwa risiko terbesar terkait dengan penyakit-penyakit autosomal recessivedan risiko yang terkait dengan gen-gen tertentu. Pembawa (carrier) penyakit genetik dengan sifat autosomal recessive adalah orang-orang sehat yang tidak menunjukkan gejala-gejala apapun, walaupun dalam gennya terdapat kerusakan. Jika orang ini kawin dengan orang lain yang gennya tidak rusak, maka tidak akan ada diantara keturunannya yang menderita penyakit tersebut. Akan

25

tetapi, gen yang rusak tadi akan terus diturunkan pada generasi berikutnya yang juga akan tetap sehat karena hanya akan jadi pembawa (carrier). Jika dua orang dengan gen yang rusak menikah, barulah terdapat risiko memiliki anak yang sakit. Pertemuan kedua orang yang memiliki gen yang samadan rusak, risikonya sangat besar pada perkawinan antarsaudara (sampai sejauh sepupu II - great grandparents yang sama). Hal ini disebabkan karena semakin dekat kekerabatan dua orang, maka semakin besar kemungkinannya memiliki urutan DNA yang mirip termasuk juga semakin besar kemungkinannya memiliki kerusakan gen yang sama. Di sini sulitnya mendeteksi. Jika dalam sebuah keluarga (dengan great grandparents yang sama) jarang atau tidak pernah terjadi perkawinan antar-saudara, maka akan sangat sulit menemukan.

kemungkinan anggota keluarga yang menderita kerusakan gen, sehingga seolah-olah baik-baik saja, padahal tersembunyi. Terdapat sekitar 25.00030.000 gen dalam tubuh manusia. Tidak mungkin melakukan scanning keseluruhan gen itu untuk menyingkirkan atau mengidentifikasi semua kemungkinan kelainan yang ada.Yang paling mungkin dilakukan adalah kedua pasangan sama-sama berusaha meng identifikasi jika terdapat diantara anggota keluarga yang menderita penyakit genetik tertentu.(Sasongko, 2012)

26

Hasil penelitian dari Abdillah Mustari dengan judul Perkawinan antar Warga yang Memiliki Hubungan antar Kekerabatan terjadi di desa Lembana Kec. Bulkumba menunjukan bahwa hasil perkawinan endogami memilki resiko dihasilkan keturunan yang mengalami kecacatan fisik yang disebabkan oleh faktor keturunan dan bawaan dari orangtua. Meskipun begitu dalam contoh kasus yang ditemui, tidak semua perkawinan endogami/insect tersebut menghasilkan keturunan yang lemah mental atau cacat fisik. Salah satu contoh kasus dalam penelitian ini ditemui empat orang anak dari sembilan dalam pasangan perkawinan endogami mengalami kecacatan mental dan fisik(Mustari, 2014: 154).

7. Landasan Sosiologi

Secara etimologis, Sosiologi berasal dari kata latin, Socius yang berarti kawan dan dari kata Yunani, yaitu Logos yang berarti kata atau yang berbicara. Jadi Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur Sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsurunsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah social (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik

27

antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidpuan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.

Dalam sudut pandang sosiologi, hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok merupakan jaringan kontak dan komunikasi yang bersifat primer. Dalam menjalin komunikasi kita tidak diperbolehkan menghilang atau meregangkan hubungan jalinan diantara mereka. Dengan hubungan seperti inilah sebuah interaksi sosial akan tercapai dan kebutuhan keseharian pun secara mudah mampu diperoleh(Ibrahim, 2003: 13).

Dalam perspektif sosiologis, pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam suatu hubungan suami isteri yang diberikan kekuatan sanksi sosial. Dengan demikian keluarga merupakan kesatuan sosial yang dibentuk melalui perkawinan, yaitu penyatuan seksual antara dua orang dewasa yang diakui dan disetujui secara sosial(Aji, 2006: 38).

Oleh karena itu pernikahan merupakan wujud dari interaksi sosial. Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi

28

(2010:46) adalah kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar individu, kelompok sosial, dan masyarakat.

Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang mendorong sehingga memunculkan proses terjadinya interaksi sosial. Faktor-faktor itu terdiri dari dua macam yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri dan faktor dari luar individu tersebut.

Dalam menganalisa suatu tindakan sosial ada beberapa teori yang telah dikembangkan yang bisa dijadikan alat analisis yaitu

1. Teori Tindakan Sosial (Max Weber)

Ritzer (2002: 40) tindakan sosial berarti mencari pengertian subyektif atau motivasi yang terkait pada tindakan-tindakan sosial. Max Weber memisahkan empat tindakah sosial: rational instrumental, rasional nilai, affektif, dan tradisional.

2. Teori Aksi/Tindakan (Talcott Parsons)

Ritzer (2002: 48) Talcott Parsons menjelaskan bahwa teori aksi sangat memperhatikan sifat kemanusiaan manusia dan subyektivitas tindakan manusia. Tindakan tersebut dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan karena mendapat pengaruh orang lain atau juga bisa karena diri sendiri yang termotivasi sesuatu. Tindakan tersebut dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan

29

karena mendapat pengaruh orang lain atau juga bisa karena diri sendiri yang termotivasi sesuatu.

3. Teori yang dikemukakan oleh Ritzer (2013: 480) yang menyatakan bahwa orang bertindak secara sengaja untuk mencapai tujuan, dengan tujuan dan tindakan yang dibangun atas dasar nilai atau preferensi. Seseorang dapat mengalihkan kontrol tindakan yang mereka lakukan kepada orang lain sebagai upaya memaksimalkan keuntungan.

Dokumen terkait