• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKAWINAN ENDOGAMI DI KALANGAN MASYARAKAT PEGUNUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERKAWINAN ENDOGAMI DI KALANGAN MASYARAKAT PEGUNUNGAN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERKAWINAN ENDOGAMI DI KALANGAN

MASYARAKAT PEGUNUNGAN

(Studi Kasus di Desa Petung Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Ahmad Mundhofar

Nim 211-13-048

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

ميح رلا نمح رلا الله مسب

“LOVE THE PAST and PLAY THE FUTURE”

( Cintai masa lalu dan mainkan masa

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini saya persembahkan kepada :

1. Allah Swt., Segala Puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga skripsi ini bisa terslesaikan.

2. Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi yaitu Bapak Ning Slamet dan Ibu Partinah serta adikku Muhammad Nadzir.

3. Tim bola voli IAIN Salatiga yang telah memberikan pengalaman tak terlupakan sepanjang penulis menempuh pendidikan di IAIN Salatiga. 4. Student Sport Club (SSC) IAIN Salatiga yang telah menjadi ajang mencari

ilmu praktek dalam hal berserikat dan berpendapat.

5. Pondok Pesantren Edi Mancoro tercinta. Khususnya Kiai Muhammad Hanif,.M.Hum. selaku Pengasuh dan juga kepada santriwan-santriwati pada umumnya.

6. Bapak Yahya,.S.Ag.,M.H.I selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis serta memotivasi dengan cara beliau yang khas. 7. Teman-temanku Mahasiswa Hukum Keluarga Islam angkatan 2013 yang

telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-temanku Parwanto, Khoirudin, Vatoni dan Asrodi.

9. Desaku Suringgono yang tercinta, semoga dapat menginspirasi warga lain di desaku untuk menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.

10.Teman-temanku yang tergabung dalam grup “Nge-free” yang telah menjadi ajang penyegaran bagi penulis dari sibuknya pengerjaan karya tulis ini.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur, dan terimakasih penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnnya yang telah menuntun penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi sesuai dengan yang diharapkan. Sholawat dan salam semoga senantiasa terpanjatkan kepada baginda Rasulallah SAW yang menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah yang gelap kepada zaman yang terang islamiah. Semoga kita senantiasa mendapatkan syafaatnya di dunia maupun di akhirat nanti.

Skripsi dengan judul FENOMENA PERKAWINAN ENDOGAMI DI

KALANGAN MASYARAKAT PEGUNUNGAN (Studi Kasus di Desa

Petung Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang) ini ditulis sebagai tugas untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum di jurusan S1 Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dr.Siti Zumrotun M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga 3. Bapak Sukron Ma’mun, S.HI.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Hukum

(7)

vii

4. Bapak Yahya, S.HI.,M.H.I. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya dalam membimbing dan megarahkan penulis hingga terselesainnya skripsi ini.

5. Segenap dosen pengajar Fakultas Syariah, atas ilmu yang telah disampaikan dan nasehat yang telah diberikan.

6. Orang tua Bapak Ning Slamet dan Ibu Paratinah, Adikku Muhammad Nadzir beserta keluarga besar Mbah Painten dan Mbah Supadi Klunthung yang telah memberikan doa dan dukunganya baik materi maupun immateril.

7. Pembantu Petugas Pencatat Nikah Desa Petung periode 2018 dan sahabat saya Asrodi yang telah membantu penulis dalam proses wawancara lapangan.

8. Tim Nasional Bola Voli IAIN Salatiga yang telah berjuang bersama dalam berbagai event nasional dan lokal serta formsal dan non formal dengan partner yang berbeda dari tahun ke tahun namun tetap solid dan jaya.

9. Kiai Muhammad Hanif, M.Hum. yang telah menjadi lentera dan inspirasi bagi penulis.

10.Kawan-kawan Student Sport Club (SSC) IAIN Salatiga yang telah menyehatkan penulis dengan memprestasikan olahraga dan mengolahragakan prestasi.

(8)

viii

12.Teman-teman santriwan santriwati Pondok Pesantren Edi Mancoro yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng.

13.Sahabat-sahabatku Thorriq, Imcil, Taril, Zabit, Za’far yang tergabung dalam grup “Free ra ?“ yang telah menjadi ajang refresh otak bagi penulis dari kesulitan proses dalam penyusunan skripsi ini.

14.Teman-temanku Parwanto, Khoirudin, Sriwidono, Vatoni yang menjadi sahabat yang menggembirakan bagi penulis.

15.Temanku Muchlas al Wibawi yang telah berkenan meminjamkan media penulisan skripsi bagi penulis.

16.Seorang wanita yang telah menjadi cambuk semangat tersendiri bagi penulis yang tidak penulis sebutkan sebelum sah menikahinya.

17.Semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan atas bantuanya baik moril maupun materil yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix ABSTRAK

Mundhofar, Ahmad. 2018. Perkawinan Endogami di Kalangan Masyarakat Pegunungan Studi Kasus di Desa Petung Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Skripsi Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Yahya, S.Ag.,M.H.I.

Kata kunci: Perkawinan, Endogami, Hukum Islam

Desa Petung Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang terletak di lereng Gunung Merbabu dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Perkawinan endogami banyak dilakukan oleh warga Desa Petung yaitu antar kerabat. Perkawinan ini terjadi secara terus menerus dari dulu hingga kini meskipun intensitasnya menurun.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif-analisis sehingga memerlukan data yang diambil dari lapangan. Pendekatan yang digunakan yaitu sosiologis-yuridis. Metode yang digunakan yaitu dengan metode wawancara, metode dokumentasi dan observasi. Data yang didapatkan dihimpun kemudian dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi masyarakat tetap mempertahankan perkawinan endogami diantaranya : perjodohan, untuk menjaga harta, adanya rasa cinta, menjaga harta, untuk merekatkan tali persaudaraan, kemurnian keturunan dan kewilayahan.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

D. Telaah Pustaka ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

1. Jenis Penelitian ... 7

2. Pendekatan Penelitian ... 7

3. Kehadiran Peneliti ... 8

4. Sumber Data ... 8

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 8

(11)

xi

F. Sistematika Penulisan Penelitian... 10

BAB II PERKAWINAN ENDOGAMI ... 11

A. Landasan Perkawinan Endogami ... 11

B. Bentuk- Bentuk Perkawinan Endogami ... 29

C. Faktor-Faktor Penyebab Perkawinan Endogami ... 30

D. Dampak Perkawinan Endogami ... 32

BAB III PERKAWINAN ENDOGAMI DI DESA PETUNG ... 34

A. Gambaran Lokasi Penelitian di Desa Petung Kecamatan Pakis Kaupaten Magelang ... 34

B. Perkawinan Endogami di Desa Petung ... 40

C. Faktor dan Dampak Perkawinan Endogami di Desa Petung ... 43

BAB IV KONTROVERSI PERKAWINAN ENDOGAMI DI DESA PETUNG .. 76

A. Analisis Perkawinan Endogami di Desa Petung ... 76

B. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Endogami di Desa Petung ... 89

C. Analisis Dampak-Dampak yang Ditimbulkan dari Adanya Perkawinan Endogami di Desa Petung ... 99

BAB V PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup, di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Secara garis besar masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga yang beragama Islam terdiri dari suami-isteri dan anak. Keluarga Islam tersebut hanya dapat terbentuk atas suatu ikatan suci yang diberi nama perkawinan.

Perkawinan sah yang terjadi antara seorang pria dan seorang wanita dengan terpenuhinya semua syarat dan rukunnya menyebabkan semua hubungan keduanya menjadi halal bahkan berpahala, padahal sebelumnya hukumnya haram dan berdosa. Yang dimaksud dengan hubungan terlarang (haram) antara laki-laki dan perempuan itu adalah berduaan, bertatapan, berhubungan badan dan seterusnya (Umay, 2004: 2).

(13)

2

Perkawinan adalah sunnah karunia yang apabila dilaksanakan akan mendapat pahala tetapi apabila tidak dilaksanakan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan karena tidak mengikuti sunnah Rosul (Muhammad, 1998: 375).

Apabila perkawinan merupakan sunnah Rosul maka jelaslah bahwa perkawinan adalah ibadah dan memiliki segala kebaikan duniawi maupun ukhrawi. Dan nilai perkawinan sebagai ibadah menjadi semakin luas dengan pengertian bahwa segala perbuatan baik apabila dengan niatan yang baik akan dicatat oleh Allah sebagai ibadah (Shiddieq, 2004: 5).

Allah menjelaskan hal yang menjadi dasar hukum perkawinan yaitu dalam al-Qur’an Surat al-Rum ayat 21:

ْمُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِل اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَيآ ْنِمَو

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(Departemen Agama RI, 1971: 644).

Di Indonesia, perkawinan merupakan hal yang sakral. Dan banyak hal yang unik yang terjadi dalam perkawinan di Indonesia, baik dari segi upacara perkawinannya maupun subjek perkawinan itu sendiri.

(14)

3

oleh beberapa orang yang sudah tua yaitu untuk memberikan nasehat seputar kehidupan(Bayuadhy, 2015: 65).

Perkawinan di Indonesia ada bermacam-macam salah satunya yaitu Perkawinan endogami. Perkawinan endogami adalah suatu bentuk perkawinan yang berlaku dalam masyarakat yang hanya memperbolehkan anggota masyarakat kawin atau menikah dengan anggota lain dari golongan sendiri (Goode, 2007: 134).

Perkawinan endogami pada saat ini sudah jarang kita temui didalam masyarakat, terutama pada masyarakat yang sudah modern. Masyarakat yang semakin modern menyebabkan tiap orang lebih bebas dalam menentukan pasangannya tanpa terikat adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Mereka cenderung menganut asas kebebasan dalam memilih pasangan hidupnya.

Namun perkawinan ini bisa kita temui di Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Desa ini terletak di lereng Gunung Merbabu oleh karena itu warganya termasuk dalam kategori masyarakat pegunungan. Mayoritas pekerjaan warga Desa Petung adalah petani. Di desa ini banyak warga yang melakukan perkawinan endogami, yaitu perkawinan yang dilakukan dengan sesama klan/kerabat.

(15)

4

penulis teliti dan membahasnya secara lebih lanjut dan mendalam dalam suatu skripsi yang berjudul “PERKAWINAN ENDOGAMI DI

KALANGAN MASYARAKAT PEGUNUNGAN ” Studi Kasus di Desa

Petung Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang skripsi ini, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana praktek perkawinan endogami terjadi di Desa Petung ? 2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan perkawinan tersebut terjadi ? 3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari perkawinan tersebut

terhadap keluarga besar mereka dan masyarakat sekitar ?

C. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan sejarah perkawinan endogami di Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perkawinan tersebut terjadi dari segi sosiologi.

3. Menjelaskan dampak yang telah ditimbulkan dari hasil perkawinan tersebut terhadap keluarga kedua mempelai.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

(16)

5

menjawab kenapa perkawinan endogami bisa menjadi sebuah fenomena setelah terangkum dalam skripsi.

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat dan aktual terhadap peneliti selanjutnya mengenai perkawinan endogami dari berbagai macam sudut pandang.

D. Telaah Pustaka

Telah ada beberapa karya ilmiah terdahulu yang terkait dengan dengan permasalahan yang peneliti lakukan. Penelitian tersebut yaitu tertera di paragraf selanjutnya.

Wafirotudl Dlomiroh, dengan judul,”Perkawinan Mintelu,” (Studi

Mitos Perkawinan Mintelu di Desa Wangen Kecamatan Gelagah Kabupaten Lamongan). Penelitian ini menitikberatkan pada pandangan masyarakat Desa Wangen Kecamatan Gelagah Kabupaten Lamongan, terhadap mitos larangan nikah antar saudara mintelu dari perspektif adat maupun perspektif hukum Islam. Yang dimaksud dengan perkawinan

mintelu adalah perkawinan yang dilakukan oleh garis keturunan ketiga yaitu cucu. Lebih tepatnya antar cucu dari sepupu baik dari ayah maupun ibu atau antar saudara secangkah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mitos larangan antar saudara mintelu bertentangan dengan dengan

al-Qur’an surat al-Nisa’ ayat 22-24 dan tidak perlu untuk dilestarikan, karena

(17)

6

Skripsi oleh Paramadina (2010) dengan judul “Kafa’ah pada Tradisi Perkawinan Masyarakat Arab Al-Habsyi di Kelurahan Mulyoharjo

Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang”. Hasil penelitian ini

menunjukkann bahwa kafa’ah yang terjadi pada masyarakat Arab Al-Habsyi adalah suatu prinsip yang sudah dipegang sejak leluhur mereka. Tinjauan Hukum Islam terhadap hal ini diperbolehkan asalkan merupakan adat yang tidak bertentangan dengan kaidah Islam. Implikasi yang terjadi di lapangan bagi yang melanggar prinsip kafaah tersebut akan mendapatkan sanksi moral dari keluarga sendiri.

E. Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat lazim digunakan oleh peneliti setiap melakukan penelitian ilmiah. Di dalam dunia penelitian, penggunaan metode penelitian untuk mengkaji dan meneliti suatu objek penelitian telah diatur dan ditentukan dengan persyaratan yang sangat ketat berdasarkan disiplin keilmuan yang telah diberlakukan. Hal ini dimaksudkan agar hasil temuan dari peneliti tersebut diakui kebenarannya oleh komunitas ilmuwan yang terkait dengan hal itu karena memiliki nilai ilmiah di bidang tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

(18)

7

dengan intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu objek penelitian, yang umumnya menggunakan strategi multi metode

yaitu wawancara, pengamatan serta penelaahan dokumen atau

study documenter yang antara satu dengan lainnya saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2005: 108).

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif . Moleong (2013: 6) mendeskripsikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat, masyarakat disini adalah warga desa yang melakukan perkawinan endogami di Desa Petung.

3. Kehadiran Peneliti

(19)

8

mulai dilakukan pada 20 Juli 2018 sampai dengan selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini pada 18 Agustus 2018.

4. Sumber Data

Data merupakan suatu fakta dan keterangan yang diperoleh saat penelitian. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a) Sumber Data Primer, yakni sumber yang langsung memberi data kepada peneliti (Tanzeh, 2009:55). Sumber tersebut diberikan oleh dua pasangan suami isteri yang melakukan perkawinan endogami dan orang tua mempelai tersebut.

b) Sumber Data Sekunder, yakni sumber data yang tidak langsung diberikan oleh peneliti (Tanzeh, 2009:57). Diantaranya ialah tetangga, ulama setempat, aparat desa dan pegawai KUA yang dilakukan di tempat penelitian. 5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, diperlukan teknik-teknik pengumpulan yang sesuai. Peneliti menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

(20)

9

orangtua mempelai, tetangga,tokoh masyarakat setempat, aparat desa dan pegawai KUA kecamatan Pakis.

b) Dokumentasi yaitu menelaah terhadap dokumen-dokumen tertulis menegenai seperti data catatan perkawinan yang ada di KUA, aparat desa yang telah menanganinya, maupun data lainnya yang berkaitan.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data, dengan mengorganisasi dan menguatkan data tersebut ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 2006:103).

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka peneliti menggunakan teknik analisa data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Deskriptif analisis, yaitu menganalisa dan menjelaskan data hasil penelitian mengenai perkawinan endogami. b) Induktif, yaitu mengemukakan kenyataan dari hasil

penelitian perkawinan endogami. F. Sistematika Penulisan

(21)

10

BAB I berisi pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II berisi tentang kajian pustaka dari tulisan ini terdiri dari landasan perkawinan endogami, bentuk perkawinan endogami dan dampaknya.

BAB III Metode Penelitian ini terdiri dari paparan data dan hasil penelitian meliputi gambaran umum lokasi penelitian, kronologi perkawinan endogami, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan endogami, dampaknya terhadap keluarga besar mempelai dan masyarakat sekitar serta pendapat ulama setempat mengenai perkawinan endogami.

BAB IV Analisa penelitian ini terdiri dari analisis huku perkawinan endogami, analisis faktor-faktor penyebab perkawinan endogami, dan analisis dampak-dampak yang ditimbulkan dari perkawinan endogami.

(22)

11 BAB II

PERKAWINAN ENDOGAMI

A. Landasan Perkawinan Endogami

Ada beberapa hal yang menjadi landasan dari perkawinan endogami yaitu :

1. Al-Qur’an

Dalam hal perkawinan endogami antar kerabat yang masih mempunyai hubungan keturunan, Rahmaniah (2014) menyatakan bahwa Dalam al Qur'an, tidak didapatkan ayat yang mengharamkan pernikahan endogami.

Dengan kata lain, endogami diperbolehkan dengan syarat batasan-batasan pertalian keluarga tidak terlalu dekat. Pernikahan endogami atau pernikahan dalam lingkup satu kekerabatan itu boleh dan halal hukumnya asalkan tidak menikahi mahromnya atau orang yang haram hukumnya untuk dinikahi.

Di dalam buku Risalah Nikah karya Hamdani membagi 7 atas larangan karena ada hubungan nasab yaitu :

1) Ibu

2) Anak perempuan 3) Saudara perempuan 4) Bibi dari pihak ayah 5) Bibi dari pihak Ibu

(23)

12

7) Anak perempuan dari saudara perempuan(Hamdani, 1989: 60).

Allah Swt. telah mengatur tentang siapa saja yang tidak boleh dinikahi oleh seseorang atau mahrom. Allah Swt.berfirman dalam Qs. al-Ahzab ayat 50.

bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula)anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu, dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu ”

(Departemen Agama RI, 1418 H: 342).

ayat ini secara rinci menggambarkan bentuk-bentuk saudara sepupu. Semua bentuk hubungan saudara sepupu di dalam ayat ini dihalalkan, yaitu :

(24)

13

(25)

14

(24) “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang

bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu; dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana.” (Departemen Agama RI, 1418 H:81-82).

Ayat ini dengan tegas menjelaskan golongan perempuan-perempuan yang haram untuk dikawini. Perempuan itu adalah: ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara laki-laki, keponakan dari saudara perempuan, ibu yang menyusui, saudara sesusuan, mertua, anak tiri dari isteri yang sudah diajak berhubungan intim, menantu, ipar (untuk dimadu), dan perempuan yang bersuami.

Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa ada empat kategori perempuan yang haram untuk dikawini;

1) karena ada hubungan darah ; 2) karena hubungan persusuan ;

3) karena ada hubungan perkawinan, baik yang dilakukan oleh ayah, diri sendiri, atau anak;

(26)

15

Oleh karena itu, selain dari perempuan-perempuan yang haram untuk dikawini seperti yang dijelaskan dalam QS.al-Nisa (4) ayat 22-24, maka boleh untuk dikawini(Rachman, 2016: 5).

2. Hadits

Hadits juga mengatur mengenai perkawinan endogami. Dari beberapa hadits salah satunya yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya Musnad al Imam Ahmad bin Hanbal dari Ali bin Abu Talib bahwa Rasulullah bersabda :

ِرِباَج ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ٌدْيِعَس اَنَ ثَّدَح َلَاَق ٍرْكَب ُنْباَو ٍرَفْعَج ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح

َو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها َلْوُسَر َّنَأ : ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع ٍدْيَز ِنْب

ىَلَع َدْيِرُأ ْمَّلَس

َنِم ُمُرَْيَ ُهَّنِإَف ِةَعاَضَّرلا َنِم يِخَأ ُةَنْ با اَهَّ نِإ َلاَقَ ف اَهَجَّوَزَ تَّ ي نَأ َةَزَْحْ ِةَنْ با

ِبَسَّنلا َنِم ُمُرَْيَ اَم ِعاَضَّرلا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far

dan Ibnu Bakar berkata telah menceritakan kepada kami Sa”id dari Qata:dah dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas bahwa dia mengizinkan agar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi puteri Hamzah. Beliau bersabda: "Dia itu tidak halal untukku. Dia adalah puteri saudaraku sepenyusuan dan apa yang diharamkan karena nasab (keturunan) juga diharamkan karena penyusuan."

(27)

16

keibuan dengan ibu susu itu, baik karena keturunan ataupun karena penyusuan. Sebagaimana haramnya juga menikahi saudara-saudara perempuan sepersusuan, yakni wanita yang mengisap lima kali penyusuan pada wanita yang sama dengan yang kau isap, baik sebelum, bersamaan, ataupun sesudah kamu mengisapnya.

Disebutkan wanita-wanita yang haram dinikahi karena faktor pernikahan, yaitu ibu-ibu istri kamu, yakni mertua, baik istri itu telah kamu gauli layaknya suami istri maupun belum, juga anak-anak anak-anak-anak-anak istri kamu yang sedang atau atau wajar dan berpotensi menjadi anak dalam pemeliharaan kamu, yakni anak tiri karena mereka dapat disamakan dengan kandung sendiri, dan istri yang telah kamu campuri sebagaimana layaknya suami istri. Tetapi jika kamu belum campur tangan istri kamu itu dan dia sudah kamu ceraikan atau istri yang belum kamu campuri itu meninggal dunia, maka tidak berdoa kamu menikahinya, yakni anak-anak tiri dari bekas istri yang telah kamu ceraikan sebelum bercampur itu; demikian juga diharamkan kamu istri-istri anak kandung kamu, yakni menantu(Shihab, 2002: 471).

3. Hukum Positif di Indonesia

(28)

17

dilarang antara mereka yang mana satu dengan yang lain bertalian keluarga dalam garis lurus keatas dan kebawah, baik karena kelahiran yang sah maupun tak sah atau karena perkawinan dan dalam garis menyimpang antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, sah atau tak sah (Pasal 30 KUH Perdata). Perkawinan dilarang juga :

1) Antara ipar laki-laki dan ipar perempuan, karena perkawinan sah atau tidak sah, kecuali si suami atau si istri yang mengakibatkan periparan itu telah meninggal dunia, atau jika karena keadaan tak hadirnya si suami atau si istri. Kepada istri atau suami yang ditinggalkannya, oleh hakim diizinkan untuk kawin dengan orang lain.

2) Antara paman atau paman orang tua dan anak perempuan saudara atau cucu perempuan saudara, seperti pun antara bibi atau bibi orang tua dan anak laki-laki saudara atau cucu laki-laki saudara yang sah atau tak sah (Pasal 31 KUH Perdata)

Untuk melakukan perkawinan, juga dilarang bagi mereka yang oleh putusan hakim terbukti melakukan perzinaan (overspel). Hal ini diatur dalam pasal 32 KUH Perdata yang menyebutkan:

”Barangsiapa dengan putusan hakim telah dinyatakan salah karena

(29)

18

Jadi berdasarkan penjabaran diatas, maka perkawinan endogami termasuk dalam kategori perkawinan yang tidak dilarang di Indonesia dan oleh karena itu perkawinan endogami pelaksanaanya legal secara hukum.

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Segala bentuk perkawinan tidak bisa dilepaskan dari Undang-undang ini termasuk perkawiann endogami. Ada bentuk penegasan tentang siapa yang boleh dinikahi maupun yang tidak boleh dinikahi. Sehubungan dengan itu Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pada Pasal 8, 9 dan pasal 10 menyatakan :

Pasal 8

Perkawinan dilarang antara dua orang yang :

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas;

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri;

(30)

19

e. Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal suami beristeri lebih dari seorang;

f. Yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.

Pasal 9

Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-undang ini.

Pasal 10

Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan, tidak menentukan lain.

(31)

20

Jadi berdasarkan penjabaran diatas, maka perkawinan endogami termasuk dalam kategori perkawinan yang tidak dilarang di Indonesia dan oleh karena itu perkawinan endogami pelaksanaanya legal menurut Undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang dijadikan landasan hukum utama dari suatu perkawinan.

5. Kompilasi Hukum Islam

Perkawinan endogami tidak secara langsung termaktub dalam Kompilasi Hukum Islam. Namun jika ditarik benang merahnya maka mengaitkannya dengan larangan perkawinan. Larangan perkawinan dijelaskan secara rinci dalam Pasal 39 KHI,sebagai berikut:

Pasal 39

Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita disebabkan :

1) Karena pertalian nasab

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkan atau keturunannya

b. Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu c. Dengan seorang wanita saudara melahirkannya 2) Karena pertalian kerabat semenda

(32)

21

b. Dengan seorang wanita bekas istri orang yang menurunkannya.

c. Dengan seorang wanita keturunan istri atau bekas istrinya kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas istrinya itu qobla al dukhul.

d. Dengan seorang wanita bekas istri keturunannya. 3) Karena pertalian susuan

a. Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus keatas.

b. Dengan seorang wanita susuan seterusnya menurut garis lurus kebawah.

c. Dengan seorang wanita saudara susuan dan kemenakan susuan kebawah.

d. Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan keatas.

e. Dengan anak yang disusui oleh istrinya dan keturunannya(Sarmadi, 2007: 53).

(33)

22 6. Landasan Sains

Menurut kamus Webster’s New World Dictionary,katascience

berasal dari kata latin,scire,yang artinya mengetahui. Secara

bahasa, science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering

diambil dalam arti pengetahuan(knowledge)yang dikontraskan dengan intuisiatau kepercayaan(Kartanegara, 2003: 2).

Pendekatan sains dalam pengkajian Islam seperti hadis misalnya yang merupakan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua dipandang sangat penting, sebab mungkin saja suatu hadis tertentu lebih tepat dipahami secara tersurat (tekstual), sedangkan ada hadits tertentu lainnya lebih tepat jika dimaknai secara tersitrat (konstektual)(Ismail, 1994: 6).

Dengan pendekatan melalui ilmu pengetahun (sains) dapat membentuk nalar ilmiah yang berbeda dengan nalar awam. Nalar ilmiah ini tidak mau menerima kesimpulan tanpa menguji premispremisnya, hanya tunduk kepada argumen dan pembuktian yang kuat, tidak sekedar mengikuti emosi dan dugaan semata(Qardawi, 998: 221).

Hadis Nabi Muhammad Saw yang berbunyi

َّدَح

ِرِباَج ْنَع َةَداَتَ ق ْنَع ٌدْيِعَس اَنَ ثَّدَح َلَاَق ٍرْكَب ُنْباَو ٍرَفْعَج ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ث

ىَلَع َدْيِرُأ ْمَّلَس َو ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها َلْوُسَر َّنَأ : ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع ٍدْيَز ِنْب

اَهَّ نِإ َلاَقَ ف اَهَجَّوَزَ تَّ ي نَأ َةَزَْحْ ِةَنْ با

َنِم ُمُرَْيَ ُهَّنِإَف ِةَعاَضَّرلا َنِم يِخَأ ُةَنْ با

(34)

23

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far

dan Ibnu Bakar berkata telah menceritakan kepada kami Sa”id dari Qata:dah dari Jabir bin Zaid dari Ibnu Abbas bahwa dia mengizinkan agar Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menikahi puteri Hamzah. Beliau bersabda: "Dia itu tidak halal untukku. Dia adalah puteri saudaraku sepenyusuan dan apa yang diharamkan karena nasab (keturunan) juga diharamkan karena penyusuan."

Menurut Lahmuddin (2017: 73) hadits ini menunjukan salah satu dari sekian banyak mukjizat ilmiah yang terkandung dalam sunnah Rasulullah saw. sebab, Nabi mengungkapkan suatu mekanisme pewarisan sifat-sifat seseorang dari orang tua atau leluhur mereka. Padahal, mekanisme pewarisan gen seperti ini baru diteliti dan diketahui fakta-fakta ilmiahnya pada abad ke-20. Dia juga mengatakan bahwa pernikahan endogami baik yang jelas sudah dilarang sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam al-Quran dan Hadis yaitu ada 7 kelompok yang dilarang dinikahi, sangat jelas banyak efek yang dihasilkan dari pernikahan tersebut, dan begitupun pernikahan endogami yang dibolehkan , yaitu menikahi kerabat.

(35)

24

atau penyakit pada keturunan hasil perkawinan antar keluarga. Sesorang yang mempunyai hubungan darah akan lebih mungkin memberikan gen yang sama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan darah. Apabila seorang heterozigot untuk gen resesif menikahi saudara sepupunya, maka kemungkinannya adalah 1/8 bahwa saudara sepupunya tadi juga membawa gen yang sama. Misalkan angka 1 dalam 10.000 seperti frekuensi albinisme pada populasi umum; berarti kira-kira 1 dari 50 orang tentunya adalah heterozigot untuk gen yang membawa kelainan tadi. Kemungkinan seseorang adalah heterozigot ialah sebesar 1/50, dan apabila menikah secara acak dengan orang yang tidak ada hubungan kerabat, maka kemungkinan pasangannya juga heterozigot adalah 1/50.

(36)

25

tetapi, gen yang rusak tadi akan terus diturunkan pada generasi berikutnya yang juga akan tetap sehat karena hanya akan jadi pembawa (carrier). Jika dua orang dengan gen yang rusak menikah, barulah terdapat risiko memiliki anak yang sakit. Pertemuan kedua orang yang memiliki gen yang samadan rusak, risikonya sangat besar pada perkawinan antarsaudara (sampai sejauh sepupu II - great grandparents yang sama). Hal ini disebabkan karena semakin dekat kekerabatan dua orang, maka semakin besar kemungkinannya memiliki urutan DNA yang mirip termasuk juga semakin besar kemungkinannya memiliki kerusakan gen yang sama. Di sini sulitnya mendeteksi. Jika dalam sebuah keluarga (dengan great grandparents yang sama) jarang atau tidak pernah terjadi perkawinan antar-saudara, maka akan sangat sulit menemukan.

(37)

26

Hasil penelitian dari Abdillah Mustari dengan judul Perkawinan antar Warga yang Memiliki Hubungan antar Kekerabatan terjadi di desa Lembana Kec. Bulkumba menunjukan bahwa hasil perkawinan endogami memilki resiko dihasilkan keturunan yang mengalami kecacatan fisik yang disebabkan oleh faktor keturunan dan bawaan dari orangtua. Meskipun begitu dalam contoh kasus yang ditemui, tidak semua perkawinan endogami/insect tersebut menghasilkan keturunan yang lemah mental atau cacat fisik. Salah satu contoh kasus dalam penelitian ini ditemui empat orang anak dari sembilan dalam pasangan perkawinan endogami mengalami kecacatan mental dan fisik(Mustari, 2014: 154).

7. Landasan Sosiologi

Secara etimologis, Sosiologi berasal dari kata latin, Socius yang berarti kawan dan dari kata Yunani, yaitu Logos yang berarti kata atau yang berbicara. Jadi Sosiologi adalah berbicara mengenai masyarakat.

(38)

27

antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidpuan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya.

Dalam sudut pandang sosiologi, hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok merupakan jaringan kontak dan komunikasi yang bersifat primer. Dalam menjalin komunikasi kita tidak diperbolehkan menghilang atau meregangkan hubungan jalinan diantara mereka. Dengan hubungan seperti inilah sebuah interaksi sosial akan tercapai dan kebutuhan keseharian pun secara mudah mampu diperoleh(Ibrahim, 2003: 13).

Dalam perspektif sosiologis, pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam suatu hubungan suami isteri yang diberikan kekuatan sanksi sosial. Dengan demikian keluarga merupakan kesatuan sosial yang dibentuk melalui perkawinan, yaitu penyatuan seksual antara dua orang dewasa yang diakui dan disetujui secara sosial(Aji, 2006: 38).

(39)

28

(2010:46) adalah kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antar individu, kelompok sosial, dan masyarakat.

Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang mendorong sehingga memunculkan proses terjadinya interaksi sosial. Faktor-faktor itu terdiri dari dua macam yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri dan faktor dari luar individu tersebut.

Dalam menganalisa suatu tindakan sosial ada beberapa teori yang telah dikembangkan yang bisa dijadikan alat analisis yaitu

1. Teori Tindakan Sosial (Max Weber)

Ritzer (2002: 40) tindakan sosial berarti mencari pengertian subyektif atau motivasi yang terkait pada tindakan-tindakan sosial. Max Weber memisahkan empat tindakah sosial: rational instrumental, rasional nilai, affektif, dan tradisional.

2. Teori Aksi/Tindakan (Talcott Parsons)

(40)

29

karena mendapat pengaruh orang lain atau juga bisa karena diri sendiri yang termotivasi sesuatu.

3. Teori yang dikemukakan oleh Ritzer (2013: 480) yang menyatakan bahwa orang bertindak secara sengaja untuk mencapai tujuan, dengan tujuan dan tindakan yang dibangun atas dasar nilai atau preferensi. Seseorang dapat mengalihkan kontrol tindakan yang mereka lakukan kepada orang lain sebagai upaya memaksimalkan keuntungan.

B. Bentuk-Bentuk Perkawinan Endogami

Sunarto (2004) menyatakan perkawinan endogami adalah perkawinan dengan anggota dalamkelompok yang sama. Adabermacam-macam jenis endogami,seperti endogami ras, agama,maupun suku.

Menurut William (2004: 134) menyatakan bahwa perkawinan endogami adalah suatu bentuk pernikahan yang berlaku dalam masyarakat yang hanya memperbolehkan anggota masyarakat kawin atau menikah dengan anggota lain dari golongan sendiri (yang masih memiliki satu keturunan) baik dari pihak ayah sesaudara (patrilineal) atau dari ibu sesaudara (matrilineal).

(41)

30

Jawa. Orang Bugis menikah dengan orang Bugis. Bentuk perkawinan ini dalam Islam dibolehkan selama tidak termasuk wanita yang haram dinikahi.

Dan yang terakhir yaitu menurut (Halim, 1987: 43) bahwa perkawinan endogami adalah suatu sistem pernikahan yang mengharuskan kawin dengan pasangan hidup yang se-klan (satu suku atau keturunan) dengannya atau melarang seseorang melangsungkan pernikahan dengan orang yang berasal dari klan atau suku lain.

Berdasarkan pengertian-pengertian perkawinan endogami seperti diatas, maka bentuk-bentuk perkawinan endogami yang ada di Indonesia adalah :

1. Perkawinan endogami antar sesama ras atau suku 2. Perkawinan endogami antar sesama agama 3. Perkawinan endogami antar sesama klan/kerabat

4. Perkawinan endogami antar sesama komunitas atau kelompok masyarakat.

C. Faktor-Faktor Penyebab Perkawinan Endogami

Faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat yang melakukan melakukan perkawinan endogami yaitu :

1. Kemurnian keturunan

(42)

31 2. Menjaga harta keluarga

Masyarakat yang memilih perkawinan endogami ini pada dasarnya menghendaki agar benda-benda/harta kekayaan yang mereka miliki dikuasai secara asli oleh keluarga sendiri, tanpa adanya orang asing atau orang diluar keluarga yang turut menguasai harta kekayaan itu(Ridwan Halim, 1987:45).

3. Perjodohan

Perjodohan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut biasanya hanya orang tua kedua belah pihak saja yang tahu sementara anak-anak yang dijodohkan tidak tahu jika mereka dijodohkan(Ridwan Halim, 1987:45).

4. Pendidikan yang rendah

Pendidikan merupakan peranan penting dalam membentuk watak kepribadian seseorang yang dapat juga dipengaruhi oleh pendidikan dari sekolah sebagai salah satu dampak mendapatkan ilmu pengetahuan(Gunawan, 2008:60).

5. Memperkuat pertahanan kelompok

Dalam hal ini Sunarto (2004) mengungkapkan bahwa pernikahan endogami salah satunya untuk memperkuat pertahanan klan dari serangan musuh.

6. Kewilayahan

(43)

32

satunya adalah sistem perkawinan antara orang-orang yang masih tinggal/berasal sewilayah atau sekampung.

7. Adanya rasa cinta

Pasangan perkawinan endogami telah saling mencintai dahulu meskipun dijodohkan tapi hal itu semata-mata berasal dari mrasa cinta mereka sendiri(Akbar, 2017: 58).

8. Lebih memperat lagi keluarga yang mulai renggang(Akbar, 2017: 58).

D. Dampak Perkawinan Endogami

Dampak perkawinan endogami ada dua macam yaitu dampak positif dan dampak negatif.

1. Dampak positif

a. Semakin tebalnya solidaritas kelompok(Keesing, 1981 :15). b. Terciptanya keluarga yag harmonis (Akbar, 2017: 58) c. Terjaganya harta warisan keluarga(Akbar, 2017: 58).

d. Meningkatnya status di tengah kelompok dan masyarakat (Simanjuntak, 2013: 3-4).

e. Hubungan keluarga yang semula renggang menjadi rekat kembali(Akbar, 2017: 58).

2. Dampak negatif

(44)

33

bahkan menimbulkan konflik yang menyebabkan kurangnya rasa aman dalam hubungan keluarga. (Keesing, 1981 :15) b. Kecacatan fisik/mental pada keturunan Keesing (1981 :15) c. keluarga terlalu ikut campur dalam hubungan rumah

(45)

34 BAB III

PERKAWINAN ENDOGAMI DI DESA PETUNG

A. Gambaran Lokasi Penelitian Desa Petung Kecamatan Pakis

Kabupaten Magelang

1. Letak geografis

Lokasi penelitian dari skripsi ini adalah Desa Petung. Desa ini berada pada ketinggian 750 mdpl dan merupakan wilayah lereng Gunung Merbabu yang terkenal sebagai salah satu gunung yang indah dan masyhur di kalangan para pendaki gunung. Suhunya berkisar antara 17-230C. Keadaan tanahnya subur sehingga merupakan daerah pengembangan pertanian pangan dan holtikultura. Desa Petung menjadi jalur alternatif bagi wisatawan dari Kota Magelang dan sekitarnya menuju beberapa objek wisata yaitu Ketep Pass, Top Selfi Pinusan Kragilan, dan objek wisata lain di daerah lereng Merbabu.

Desa Petung berbatasan wilayah dengan beberapa desa disekitarnya yaitu :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Daleman Kidul Kecamatan Pakis

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Banyusidi Kecamatan Pakis

(46)

35

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Trenten Kecamatan Candimulyo.

2. Sejarah singkat Desa Petung

Pada jaman Kerajaan Surakarta ada sebuah kadipaten yaitu Kadipaten Pati. Maka setiap tahunnya Kadidpaten Pati menyerahkan upeti ke Kerajaan Surakarta dan pada saat itu yang diutus untuk mengirim upeti tersebut adalah Kyai Wongsaito bersama beberapa prajurit.

Dalam perjalanan mereka bertemu sekawanan perampok yang hendak merampas upeti tersebut. Pertempuran pun tidak dapat dihindarkan dan semua prajurit Kadipaten Pati terbunuh terkecuali Kyai Wongsaito. Ia lalu melarikan diri kemudian bersembunyi di suatu tempat atau dalam bahasa jawa disebut dengan umpet. Saat bersembunyi Kyai Wongsaito beretemu dengan salah seorang bernama Ki Derpojoyo yang membantunya dalam persembunyian.

Setelah itu Kyai Wongsaito memutuskan untuk menetap di tempat tersebut dan berencana merintis sebuah perkampungan. Hal inipun disambut baik oleh Ki Derpojoyo dengan harapan bisa memperoleh ilmu dari seorang Punggawa Kadipaten.

(47)

36

Kyai Wongsaito dan Ki Derpojoyo sepakat untuk menjodohkan anak mereka dan dari pernikahan itu lahirlah cucu mereka yang diberi nama Diposenjoyo.

Diposenjoyo inilah yang menjadi lurah yang menjadi pemimpin pertama Desa Petung. Hal ini karena pada jaman penjajahan belanda dahulu setiap perkampungan wajib dikepalai oleh seorang lurah. Dan masyarakat sepakat memilih Diposenjoyo.

3. Luas Wilayah

a. Luas Wilayah menurut kegunaan lahan

Luas tanah di Desa Petung adalah 563,80 Ha. Sebagian besar fungsi tanah di Desa Petung digunakan sebagai lahan pertanian. Terdapat hutan negara seluas 13,6 Ha yang merupakan kawasan penyangga bagi Taman Nasional Gunung Merbabu. Sebagai gambaran berikut tabel penggunaan lahan di Desa Petung :

Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Petung menurut kegunaan lahan

No Lahan Luas

1 Pemukiman 31 Ha

2 Sawah 13,60 Ha

3 Kolam 250 m2

4 Hutan 13,6 Ha

5 Lain-lain 10 Ha

Jumlah 563 Ha

(48)

37 b. Pembagian Wilayah Dusun

Secara administratif Desa Petung dibagi menjadi 10 dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun yaitu :

1) Dusun Petung Kidul 2) Dusun Petung Lor 3) Dusun Kidangan 4) Dusun Ngalian 5) Dusun Suringgono 6) Dusun Rejosari 7) Dusun Seno 8) Dusun Ngrangkah 9) Dusun Wonokoso 10) Dusun Candran

Untuk memudahkannya lagi maka dibentuklah Rukun Warga (RW) sebanyak 10 RW dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 26 RT. Masing-masing dusun berbeda dalam jumlah RTnya sesuai dengan dengan jumlah penduduk dari dusun tersebut. Semakin banyak penduduknya maka semakin banyak RTnya.

4. Kependudukan

(49)

38

Mata pencaharian masyarakat Desa Petung mayoritas adalah petani dengan jenis komoditi yang dihasilkan beragam. Biasanya para petani di desa ini selain bertani juga beternak di rumah mereka masing-masing entah itu sapi maupun kambing dalam jumlah yang kecil. Kendati demikian ada beberapa jenis mata pencaharian lain yang digeluti. Jumlah angkatan kerja di Desa Petung 2437 jiwa dan pengangguran yaitu sekitar 576 jiwa. Untuk lebih jelasnya bisa disimak pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Mata pencaharian warga Desa Petung

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

1 Petani 1688

2 Pedagang 308

3 Wirausahawan 240

4 Buruh 201

Jumlah 2437

(Sumber data : Sekretaris Desa Petung tahun 2018 )

5. Pendidikan Masyarakat

(50)

39

Sedangkan untuk personal masyarakatnya untuk tingkat pendidikannya termasuk dalam kategori rendah. Lebih lengakapnya dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 3.3 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Petung

No Pendidikan Terakhir Jumlah (jiwa)

1 Tidak Tamat SD 1423

2 SD 1645

3 SLTP 690

4 SLTA 166

5 Akademi/Sederajat 6

6 Perguruan Tinggi 9

Jumlah 3939

(Sumber Data : Sekretaris Desa Petung tahun 2018 )

(51)

40 B. Perkawinan endogami di Desa Petung

Perkawinan endogami yang terjadi di Desa Petung adalah perkawinan endogami antar kerabat yaitu antara 2 orang yang masih mempunyai hubungan persaudaraan dalam suatu lingkup kekerabatan.

Menurut salah satu narasumber pasangan endogami yang tertua yaitu Bapak RM. Perkawinan endogami antar kerabat atau saudara sepupu di Desa Petung khusunya di kampungnya yaitu Dusun Suringgono telah terjadi sejak zaman dahulu. Menurut penuturan beliau ketika beliau kecil yaitu kisaran tahun 1960-an telah ada banyak pasangan perkawinan endogami yang hidup sebagai pasangan suami isteri dengan bahagia dengan kehidupan sederhana ala zaman dahulu yaitu jaman pasca kemerdekaan.

Beliau juga menambahkan bahwa pada jaman dahulu perkawinan endogami antar kerabat atau sepupu menjadi hal yang biasa dan lumrah, namun semenjak tahun 1990-an intensitasnya menurun tajam dibandingkan beberapa puluh tahun sebelumnya. Menurut beliau hal itu wajar karena pada sekitar tahun 1990-an masyarakat mulai mengenal urbanisasi atau bekerja keluar dari kampungnya dalam rangka mencari kehidupan yag layak.

(52)

41

pasangan. Dan perkawinan endogami yang terbaru terjadi adalah di Desa Ngalian yaitu pada pertengahan bulan agustus kemarin. Beliau juga mengutarakan bahwa intensitas perkawinan endogami dari tahun ke tahun semakin menurun kendati masih terus terjadi.

Beliau juga menambahkan bahwa terdapat 3 aspek utama persamaan yang menjadi pertimbangan utama perkawinan endogami yang terjadi di Desa Petung yaitu aspek kesamaan dalam 3 hal. Yang pertama yaitu dimana mempelai perkawinan endogami sama-sama beragama islam. Biasanya orangtua calon mempelai akan menanyakan dulu tentang boleh atau tidaknya perkawinan endogami dilakukan kepada Kepala adat setempat atau kalau dalam bahasa jawa disebut Kaum sekalian menannyakan hari baik untuk menikahkan anaknya. Yang kedua yaitu sama-sama anggota dari suatu kekerabatan. Maksudnya yaitu antar 2 caon mempelai masih mempunyai hubungan kekerabatan. Yang ketiga yaitu sama-sama warga Desa Petung.

(53)

42

pada umumnya yang menggelar syukuran perkawinan di rumah mempelai perempuan dan rumah mempelai laki-laki.

Ada semacam pantangan bagi pasangan perkawinan antar sesama warga Desa Petung namun dengan pedusunan yang berbeda yaitu setelah prosesi akad nikah dilarang melintasi suatu bukit yang bernama Bukit Candran selama 35 hari pasca akad perkawinannya termasuk ketika memboyong pengantin dari rumah mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki karena dikahawatirkan akan memicu gagalnya mahligai perkawinan. Entah mitos itu sudah berkembang dari mulut ke mulut sejak jaman orangtua mereka Kendati demikian ada sebagian masyarakat yang mempercayai isu tersebut dan ada masyarakat lain yang tidak percaya akan hal tersebut.

(54)

43

Tabel 3.4 Aspek utama yang pertimbangan perkawinan endogami di Desa Petung

NO Aspek yang menjadi pertimbangan Kesamaan

1 Kesamaan agama Sama-sama beragama

islam

2 Kekerabatan Masih satu keturunan

dari seseorang

3 Kewilayahan Sama-sama

masyarakat Desa Petung

C. Faktor dan Dampak perkawinan endogami di Desa Petung

Untuk mengetahui faktor dan dampak perkawinan endogami di Desa Petung penulis mengambil 10 narasumber dari 10 dusun yang berbeda. Setelah melakukan wawancara dengan para narasumber tersbut kemudian penulis rangkum dan hasilnya yaitu sebagai berikut :

1. Bapak RM dan Ibu YM warga Dusun Suringgono

Bapak RM dan Ibu YM adalah pasangan perkawinan endogami. Mereka berdua adalah saudara sepupu karena Ibu RM dan Ayah YM adalah saudara kandung. RM dan YM bertempat tinggal dalam satu pedusunan yang sama di wilayah kelurahan Petung. Yang membedakan adalah mereka dalam lingkup RT yang berbeda.

(55)

44

kutipan akta nikah nomor 425/49/XII/1976. RM kala itu berusia 21 tahun dan YM dalam usia 19 tahun.

Dari hasil wawancara, RM mengungkapkan bahwa semenjak kecil dia sudah sangat akrab dengan pamannya atau bapak dari YM. RM menjadikan bapak YM yaitu SK sebagai mentor dalam hal pertanian mulai dari mencangkul, menanam bibit tanaman sampai cara memanen hasil pertanian yang benar. Hal itu dilakukan RM karena ayahnya pada waktu ia masih kecil sudah sering sakit-sakitan sehingga sebagai anak laki-laki ia merasa mempunyai beban untuk belajar pertanian untuk mengolah sawahnya yang lumayan luas.

Pelajaran pertama mengenai pertanian yang didapat RM dari SK adalah ketika ia berusia 16 tahun. Kala itu sedang musim tanam tembakau. Untuk masyarakat dikawasan lereng Gunung Merbabu musim tanam tembakau menjadi musim yang diananti-nanti karena biasanya hasil panen dari tembakau sangatlah banyak jika harga tembakau sedang membaik.

(56)

45

anak SK dan harta warisan yang ditinggalkannya yaitu beberapa lahan pertania dan pekarangan tidak jatuh kepada orang yang tidak bertanggungjawab. Hal ini beliau beralasan karena telah mengenal RM sebagai pemuda yang baik secara tingkah laku dan mumpuni secara pekerjaaan.

Sampai pada suatu ketika terjadi pertemuan antara ayah RM dan ayah YM dalam suatu malam di tahun 1976 ketika ayah YM menjenguk ayah RM yang sedang sakit meskipun kondisi ayah YM saat itu juga dalam keadaan tidak begitu sehat. Tanpa sepengetahuan RM dan YM ternyata telah memutuskan untuk menjodohkan RM dan YM agar menjadi suami isteri.

Pagi hari setelah pertemuan itu ayah RM yaitu DJ memanggil RM ke kamarnya. DJ berkata “Le, bapakmu iki wes tua. Bapak

mung pingin kowe kuwi ndang golek bathir sing kena gawe

bebrayan sing tentrem lan ayem. Lha bapak mau bengi wes sarujuk

karo SK yen koe karo RM bakal tak jodohke. Kepriye penggalihmu

?”.

(57)

46

Tanpa berpikir panjang, RM langsung mengiyakan tawaran dari ayahnya tersebut. Hal itu karena semata-mata sebagai bentuk ketaatan seorang anak terhadap orangtuanya. Sejak pernikahan itu maka RM dan YM menempati satu rumah yang telah disediakan oleh ayah RM.

Kini pernikahan mereka selama 42 tahun berjalan dan mereka hidup dalam kedamaian dan dengan penghidupan yang lumayan berkecukupan. Kini beliau sedang menggeluti tanaman pepaya sebagai komoditi utama yang ditanam di lahan pertanian yang beliau miliki.

Pernikahan mereka di karuniai 4 orang anak dan 5 orang cucu yang masing masing dari mereka telah memiliki tempat tinggal sendiri-sendiri. Dan semua keturunan yang dihasilkan dari pasangan RM dan YM sampai tahun 2018 ini semuanya dalam kondisi sehat dan baik secara jasmani dan rohani(wawancara bapak YM dan ibu RM, 24 Juli 2018).

2. Bapak BN dan ibu ST warga Dusun Petung Kidul

(58)

47

BN dan ST menikah pada hari selasa legi tanggal 19 Mei 1987 di kediaman ST sebagai mempelai perempuan. Yang menikahkan adalah Petugas Pencatat Nikah kecamatan Pakis setelah ayah ST mewakilkan akad nikah tersebut kepada penghulu yang bertugas. Kala itu usia BN adalah 21 tahun dan usia ST dalah 19 tahun.

Ketika penulis datang ke rumah narasumber kedua yaitu Bapak BN dan Ibu ST mereka tengah santai di ruang keluarga sambil menonton acara televisi karena waktu itu adalah pukul 13.00 atau tepatnya jam istirahat siang.

Setelah sedikit berbasa-basi penulis langsung menyampaikan maksud kedatangan yaitu untuk mewawancarai narasumber dan narasumber bersedia untuk diwawancarai.

Menurut penuturan dari BN Ketika itu penulis menanyakan yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berbunyi

seperti ini “Bapak, bagaimana awal mula bapak bisa kenal dengan

ibu sampai kemudian menikah ?”. Beliau menjawab “Begini mas,

Saya dengan ibukne itu awalnya sering sekali bermain mainan tradisional itu secara bersama semenjak kecil. Waktu itu permainan yang populer adalah jlumpet atau dalam bahasa indonesia dimaknai petak umpet dari situ saya kemudian menjadi akrab sekali dengan

ST”.

(59)

48

datang kerumah ST dalam rangka untuk membantu ayah ST memanen cabai. Hal itu lumrah karena lahan yang ditanami cabai oleh ayah ST memang cukup luas yaitu hampir 4 petak lahan selain itu ayah ST dan ayah BN memang dikenal termasuk sebagai orang yang kaya di kampungnya dan lahannya banyak.

Sampai ditempat panen cabai BN dan ST memanen cabai secara bersama. Dan ada saat itu secara tiba-tiba BN menyatakan maksud untuk menikahi ST dengan alasan bahwa BN ingin menyatukan kembali sisa-sisa keluarga dari nenek BN dan ST yang selama ini hubungannya bisa dibilang renggang karena jarang sekali bersilaturahmi satu sama lain. BN juga sudah mempunyai rencana untuk membuat suatu acara rutinan bagi keluarga besarnya.

Orangtua mereka yang menyaksikan hal itu lantas hanya tersenyum sambil bisik-bisik satu sama lain lalu mereka melemparkan gurauan dengan suara yang cukup keras “ Rabi wae

po piye ? “ teriak mereka sambil tertawa. Rabi wae po piye apabila

diterjemahkan dalam bahasa indonesia artinya adalah menikah saja bagaimana. Hal itu mengindikasikan sebuah tawaran namun dengan guyonan. BN dan ST yang mendengar hal itu hanya tersenyum malu dan menyembunyikan senyum mereka satu sama lain karena memang mereka telah berkomitmen untuk menikah.

(60)

49

di pasar tradisional Muntilan dan hasilnya bagus da termasuk dalam kategori sukses.

Pada suatu hari di tahun 1987 BN memberanikan dirinya untuk mengatakan bahwa ia akan melamar ST kepada sang ayah dengan maksud untuk memohon ijin agar ayahnya mau merestui pernkahannya dengan ST. Dan jawaban dari ayah BN sangat memuaskan BN yaitu beliau merestui.

Setelah menikah, Pekerjaan utama dari BN adalah petani namun beliau hanya bertindak sebagai juragan dimana lahan pertanian yang cukup luas yang dimilikinya digarap oleh para pembantunya dan beliau lebih banyak duduk di rmah sambil mengurusi hasil wirausahanya yaitu membuka minimarket cukup besar yang menyediakan berbagai macam keperluan sehari-hari di rumahnya.

Lalu penulis menanyakan tentang bagaimana dampak dari

pernikahan tersebut. Lalu beliau menjawab ”Alhamdulillah Alloh

(61)

50

ketika sebelum berhaji tapi ya sudahlah namanya adat memang

seperti itu kok”Pungkasnya.

Kini pasangan ini hidup bahagia dalam ikatan suci pernikahan yang telah mereka jalani selama 31 tahun dan mereka telah dikaruniai 2 orang anak yang sedang menimba ilmu di salah satu Perguruan Tinggi di Jogjakarta. Ketika penulis hendak meminta foto bersama Ibu ST memohon ijin untuk melayani pelangganya di minimarket dan penulis mempersilahkan. Sehingga ketika berfoto penulis hanya bersama Bapak BN saja.(wawancara bapak BN, 25 Juli 2018).

3. Bapak JM dan IBU PN warga Dusun Wonokoso

Bapak JM dan ibu PN dalah sepasang suami isteri endogami. bertempat tinggal dalam satu pedusunan yang sama di wilayah kelurahan Petung. Yang membedakan adalah mereka dalam lingkup RT yang berbeda. Mereka adalah saudara sepupu dengan kakek dan nenek yang sama. Ayah JM dan Ibu dari PN dalah saudara kandung. Mereka menikah pada tanggal 20 September 1990. Saat itu 30 tahun dan PN berusia 18 tahun.

(62)

51

dan binatang ternak yang lumayan banyak. Sedangkan secara material keluarga ibu JM masuk dalam kategori biasa-biasa saja.

Ketika penulis menemui bapak JM dan ibu PN keduanya saat itu tengah berada di ladang. Mereka mencabuti gulma yang tumbuh di sekitar tanaman yang mereka tanam. Namun melihat kedatangan tamu yang mereka kenal mereka bersegera untuk mempersilahkan penulis untuk singgah di rumahnya supaya lebih enak dalam melakukan wawancara.

Tiba dirumah bapak JM dan ibu PN penulis disuguhi minuman dan makanan ringan. Tanpa berlama-lama penulis lalu menyampaikan maksud kedatangan penulis yaitu untuk memperoleh informasi dari mereka seputar pernikahan mereka.

Penulis menanyakan kepada ibu JM terlebih dahulu mengenai

pernikahan beliau “Kapan bapak JM melamar ibu dan menyatakan

cintanya pada ibu ?”. Ibu PN menjawab “Walah mas, jaman dulu itu

membicarakan masalah cinta bagi perempuan adalah sesuatu yang tabu. Taunya ya tinggal patuh kepada orangtua kalau ada yang

nembung(meminta) untuk dijadikan isteri kalau ayah merestui ya kita setuju saja begitu. Dan kami berdua menikah itu karena ayahnya bapakne atau mertua saya yang menjodohkan kami

berdua”.

(63)

52

hubungan mereka hanya sebatas hubungan teman biasa. Dan ketika dijodohkan dengan JM maka ia langsung menyetujui tanpa mengajukan syarat apapun karena sebagai bentuk ketaatan kepada ayahnya.

Penulis beralih mewawancarai Bapak JM. Wawancara berjalan mengalir begitu saja. Penulis menanyakan kepada Bapak JM

”Bagaimana sosok Ibu PN ini dimata bapak sebagai suaminya dan

keluarga bapak ?”. Kemudian beliau menjawab “Isteri saya ini

orangnya rajin mas. Sapi saya itu 4 dan saya bertanggungjawab untuk memberi makan setiap hari atau ngaritke suket itu 2 dan yang 2 lagi itu isteri saya yang bertanggungjawab memberi makan. Bisa dibayangkan to mas bagaimana hebatnya dia, sudah mengurus anak, mencuci, memasak dan masih ngaritke suket.”

Kemudian beliau melanjutkan ayahnya sebelum meninggal sempat menyatakan kekagumannya kepada menantunya karena PN menjadi menjadi inisiator dari diadakannya forum silaturahmi keluarga antar keluarga keturunan mbah HA yaitu kakeknya JM dan PN yang diadakan setahun sekali atau baninan dalam bahasa setempat.

(64)

53

secara jasmani dan rohani(wawancara bapak JM dan ibu PN, 26 Juli 2018).

4. Bapak NS dan ibu SR warga Dusun Rejosari

Ibu NS dan Ayah SR adalah sepasang suami isteri bertempat tinggal dalam satu pedusunan yang sama di wilayah kelurahan Petung. Yang membedakan adalah mereka dalam lingkup RT yang berbeda. Mereka berdua adalah saudara sepupu, ayah dari NS dan ibu dari SR adalah saudara. Jadi mereka adalah sepupu senenek.

Pekerjaan utama NS adalah petani. Selain itu pekerjaan sampingannya adalah membuat produk anyaman bambu untuk dijual di pasar.

Mereka berdua menikah pada tahun 2006. Tepatnya yaitu

Jum’at 30 Juni 2006 berdasarkan Akta Pernikahan mereka. NS

ketika itu berusia 28 tahun dan SR berusia 19 tahun.

Ketika penulis datang di rumah mereka, Bapak NS tengah memotong bambu untuk membuat tampah yaitu sejenis produk dari bambu yang berbentuk lingkaran sebagai alat pemisah beras dari kotorannya.

Kemudian penulis dipersilahkan masuk dan beliau menyuruh isterinya yang sedang di dapur untuk menyuguhkan the dan makanan ringan kepada penulis.

(65)

54

mas kuliah e wes rampung durung ?(Kuliahnya sudah selesai belum mas ?)”.Lalu saya menjawab “dereng pak (Belum pak). Kemudian

beliau berpesan yang cukup membuat penulis malu dan kaget “yo

wis ndang rampungno ben ndang rabi(Ya sudah, segera selesaikan supaya cepat menikah)”.

Tanpa berlama-lama penulis lalu menyampaikan maksud kedatangan penulis yaitu untuk mewawancarai beliau berdua dan mereka semua setuju untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan.

Yang pertama penulis bertanya kepada Ibu SR penulis bertanya

”Apa motivasi Ibu sampai mau diajak berumah tangga dengan

Bapak NS ?”. Kemudian SR menjelaskan bahwa dia ingin sekali

memiliki keturunan. Karena sebelum menikah dengan NS dia sudah pernikahan menjalin hubungan pernikahan dengan seseorang yang berinisial MD kemudian mereka tinggal bersama di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang. Namun hubungan mereka kandas pada tahun 2005 dikarenakan pertengkaran besar yang terjadi akibat mereka tidak mempunyai keturunan.

(66)

55

Sampai pada suatu ketika ia menghubungi keluarganya yang di kampung namun nomor telepon keluarganya tidak dapat di hubungi. Oleh karena itu ia menghubungi NS selaku kakak sepupunya menanyakan kabar dari keluarganya. Ternyata Handphone milik keluarga SR sedang rusak dan ayahnya sedang sakit.

Mendengar hal itu ia pun bergegas pulang ke kampung halamannya untuk mengurus orangtuanya. Sampai dikampung orangtuanya menceritakan bahwa selama ini mereka sangat ingin menimang cucu dari SR yang hal itu sampai menjadi beban pikiran yang berat dan akhirnya sampai membuat ayah dari SR sakit . Dan disaat sakit itulah ayahnya menganjurkan SR untuk menikah lagi namun dengan SR. Pertimbangannya adalah karena NS masih satu alamat dengan SR yaitu di Pedusunan yang sama sehingga mudah untuk berkomunikasi dengan orangtuanya apabila ada hal-hal yang mengganggu rumahtangga SR sehingga kegagalan pernikahan dapat dicegah sedini mungkin. Dan ternyata selang beberapa minggu setelah itu NS melamar SR kemudian SR menerima.

Sampai pada cerita itu tiba-tiba Ibu SR memohon ijin untuk meninggalkan tempat wawancara karena harus menjemput anaknya di Sekolah Dasar Negeri Petung 2. Penulis pun mempersilahkan.

Kemudian Penulis berpindah bertanya kepada Bapak NS.

Penulis bertanya “Pak, bagaimana bapak bisa memilih Ibu SR

(67)

56

masa mudanya dulu bekerja sehari-hari belajar kepada bapak saya membuat anyaman bambu. Tiba-tiba pada suatu hari bapak saya itu meminta saya untuk menikah karena sudah dewasa dan ayah saya

menganggap saya sudah siap untuk berumah tangga”. Beliau

melanjutkan “Saya kemudian menyanggupi permintaan itu dan

setelah sholat istikharah saya memutuskan untuk melamar SR. Dan

ternyata Paman saya atau ayah SR menerima lamaran saya”.

Kemudian Penulis memberikan pertanyaan terakhir kepada NS

“Terus setelah menikah bagaimana yang bapak rasakan sebagai

seorang suami dan sebagai seorang bapak ?”. Kemudian beliau

menjawab “ Alhamdulilah mas selama 12 tahun menikah saya

bersyukur karena rumah tangga kami berjalan harmonis atau kalau menurut pak kyai itu sakinah,mawaddah wa rahmah” candanya

sambil tertawa kecil.”Apalagi semenjak hadirnya anak kami

kebahagiaan itu semakin lengkap meskipun hidup dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan”.

Kini mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami isteri dan dikaruniai satu orang anak yang tengah menimba ilmu di Sekolah Dasar Negeri Petung 2(wawancara bapak NS dan ibu SR, 28 Juli 2018).

(68)

57

Bapak WD dan ibu LN adalah sepasang suami isteri dalam satu dusun yang sama. Mereka berdua adalah saudara sepupu, Ayah dari WD dan Ibu dari LN adalah saudara kandung.

WD adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Sebelum menikah WD adalah seorang lelaki yang setiap harinya bekerja di ladang pertanian. WD terkenal sebagai salah satu pemuda yang ulet. Oleh karena itu dia menjadi salah satu pengurus di organisasi karang taruna yang ada di desanya. Berbeda dengan WD, LN menamatkan sekolahnya sampai tingkat SLTP.

Ketika Penulis pukul 08.30 WIB Penulis mendatangi rumah mereka, LN berada seorang diri di rumah karena sang suami belum pulang dari rutinitasnya menjajakan sayuran keliling atau ngeyek

dalam bahasa setempat sebagai mata pencaharian sampingan selain bertani. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya WD pulang. Kemudian Penulis menyampaikan maksud kedatangan penulis kepada WD dan LN. Lalu mereka menerima dan siap memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Penulis. Penulis dan narasumber berdiskusi ringan sebentar dengan akrab dan santai karena secara usia antara Penulis dengan narasumber tidak terpaut terlalu jauh.

Lalu selang beberapa menit Penulis mulai masuk ke tahap

wawancara. Penulis bertam]nya kepada LN dan WD ” Bagaimana

awal mula kalian bisa menjadi sepasang suami isteri ?”. Kemudian

Gambar

Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Petung menurut kegunaan lahan
Tabel 3.2 Mata pencaharian warga Desa Petung
Tabel 3.3 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Petung
Tabel 3.4  Aspek utama yang pertimbangan perkawinan endogami di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan daftar pustaka untuk skripsi dan laporan PKL bagi Peserta Didik Program Keterampilan Man Babakan Lebaksiu Tegal Jawa Tengah, dengan ketentuan

Pelaksanaan inaportnet di pelabuhan Tanjung Perak dinilai telah dapat meningkatkan pelayanan kapal dengan baik. Bahkan, dengan adanya sistem online ini dapat menghindari

membujur pegunungan Meratus Utara dari barat ke timur yang juga menjadi.. batas wilayah Provinsi

Zirconia merupakan bahan keramik yang mempunyai sifat mekanis baik dan banyak digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketangguhan retak bahan keramik lain diantaranya

Sepeda motor terdiri dari beberapa komponen dasar. Bagaikan kita manusia, kita terdiri Sepeda motor terdiri dari beberapa komponen dasar. Bagaikan kita manusia, kita

Informasi yang diberikan dimaksudkan hanya sebagai panduan untuk penanganan, penggunaan, pengolahan, penyimpanan, transportasi, pembuangan dan pelepasan dan tidak dianggap

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Salah satu alasannya adalah eksternalitas dan free ridding – kekuatan pasar tidak bias memberikan perusahaan full social benefits terhadap keputusan produksi informasi