Kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Pada lingkup pembelajaran, seorang guru juga akan mengharapkan hasil yang baik dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal.
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan. “Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya” (Hamzah B. Uno, 2009:2). Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dilain pihak “...strategi mengajar dapat dikatakan sebagai ketrampil -an-ketrampilan tertentu yang telah dikuasai guru dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga merupakan pola perilaku mengajar yang bertujuan membantu siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran” (Abdul Azis Wahab, 2009:83).
Pada konteks pembelajaran, strategi pembelajaran adalah suatu pola umum dalam kegiatan pembelajaran yang agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien, “Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien” (Mulyani Sumantri, 2001:36). Garis besar ini sama halnya dengan pola umum berarti bahwa suatu strategi pada hakikatnya masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh. “...strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman
commit to user
(petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.” (Wina Sanjaya, 2008:99).
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving
something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, metode pada dasarnya berangkat dari suatu strategi tertentu. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meng-implementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi; laboratorium; pengalaman lapangan; brainstorming; debat, simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Sementara taktik pembelajaran, merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Pada penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor, sementara yang satunya lagi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
commit to user
11
Istilah yang lebih umum dari strategi pembelajaran adalah istilah pendekatan (approach). Pendekatan memang tidak sama dengan strategi. “Pendekatan adalah istilah yang diberikan untuk hal yang bersifat lebih umum; dan strategi adalah penjabaran dari pendekatan yang digunakan itu.” (Wina Sanjaya, 2008:100). Pendekatan dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Killen dalam Wina Sanjaya, 2008:100, “ada dua pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered
approach). Maka tampak jelas, untuk menunjukkan proses pembelajaran dapat
dimulai dari istilah pendekatan, kemudian dijabarkan melalui strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik dan baru taktik.
Berdasarkan berbagai uraian diatas dapat disimpulkan, strategi pembelajaran merupakan penjabaran dari pendekatan dan merupakan pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
b. Komponen Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan meteri secara sistematis sehingga menghasilkan hasil belajar tertentu. Terdapat beberapa pendapat mengenai komponen pembelajaran, sebagaimana diungkapkan Atwi dalam Hamzah B Uno (2009:6) “secara garis besar strategi pembelajaran mengandung komponen-komponen yaitu urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan waktu pembelajaran”.
Komponen strategi juga dapat dilihat dalam prosedur pembelajaran, sebagaimana dikemukakan Dick dan Carey dalam Hamzah B Uno, (2009:3) “terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes dan kegiatan lanjutan”.
commit to user
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada kegiatan pendahuluan ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi yang akan disampaikan sehingga akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Penyampaian informasi, kegiatan ini seringkali dianggap sebagai kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal kegiatan ini juga merupakan salah satu komponen strategi pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi menjadi tidak berarti.
Partisipasi, berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran. Maknanya bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran.
Tes digunakan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai pada diri peserta didik. Terakhir, kegiatan lanjutan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar siswa mampu mengembangkan kompetensi yang telah diperoleh selama proses pembelajaran maupun untuk menguasai sebagian kompetensi yang belum dikuasainya pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran memiliki beberapa komponen yang berfungsi dalam penyampaian isi/meteri pembelajaran yaitu adanya kegiatan pembelajaran yang runtut mulai dari kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi yang meliputi metode maupun media pembelajaran, adanya partisipasi peserta didik, serangkaian tes dan kegiatan lanjutan.
c. Jenis Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa pendapat mengenai jenis strategi pembelajaran. Menurut Rowntree dalam Wina
commit to user
13
Sanjaya, 2008:104, “strategi pembelajaran dikelompokkan kedalam strategi penyampaian penemuan (exposition–discovery learning); strategi pembelajar-an kelompok–strategi pembelajaran invidual (group-individual learning)”.
Pada strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Sedangkan dalam discovery bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktifitas.
Selain itu, strategi pembelajaran juga dapat dilihat dari pembelajaran secara individual dan secara kelompok. strategi belajar secara individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasil-an pembelajarkeberhasil-an siswaskeberhasil-angat ditentukkeberhasil-an oleh kemampukeberhasil-an individu siswa sendiri. Sedangkan, pembelajaran berkelompok dilakukan secara beregu. Bentuk pembelajaran kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau siswa belajar dalam kelompok kecil. Strategi kelompok, tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Ada 2 jenis strategi yaitu strategi penyampaian-penemuan dan strategi pembelajaran kelompok-individu.
2. Tinjauan Strategi Memulai Pembelajarandengan Pertanyaan
a. Strategi Memulai Pembelajarandengan Pertanyaan
Strategi pembelajaran merupakan keseluruhan proses pembelajaran yang melibatkan berbagai komponen sebagai bagian dari prosedur yang digunakan untuk menghasilkan hasil belajar tertentu. Bila dilihat dari pengertian tersebut maka strategi memulai pembelajaran dengan pertanyaan ini lebih mengarah pada strategi pembelajaran kelompok karena dalam strategi ini siswa akan dibagi sebuah kelompok kecil dan berinteraksi didalamnya.
Strategi memulai pembelajaran dengan pertanyaan merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang diperkenalkan oleh pakar psikologi pendidikan Melvin L Silberman. Pembelajaran ini memungkinkan siswa
commit to user
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar baik dalam hal interaksi antar siswa maupun dengan guru terutama dalam hal bertanya. “Strategi sederhana ini merangsang siswa untuk bertanya, kunci belajar” (Silberman, 2007:145). Hal ini senada dengan “Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan sesuatu dan berfikir mengenai apa yang dikerjakannya” (Haviluddin, 2010:29).
Selain itu, strategi pembelajaran aktif juga dapat memacu siswa untuk memunculkan ide-ide yang kreatif melalui perubahan sikap siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan “Active learning strategies encourage creative application of knowledge by changing attitudes about the variety of opportunities to use the material from class”. (Lightner, Benander, dan Kramer, 2008:64). Strategi-strategi pembelajaran aktif mendorong penerapan ide-ide kreatif yang dilakukan dengan merubah sikap yang berkaitan dengan macam-macam peluang untuk menggunakan materi yang telah didapatkan di dalam kelas.
Strategi ini dalam berbagai referensi dikenal dengan sebutan
Learning Starts with a Question (LSQ), merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan terus bertanya daripada hanya menerima apa yang disampaikan guru. “Para peserta didik akan lebih ditantang untuk membuat berbagai pertanyaan karena mereka mempunyai kesempatan untuk memikirkan keseluruhan materi pelajaran”. (Melvin L Silberman, 2007:143).
Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat siswa ini akan membangkitkan minat, mendorong para siswa untuk berfikir lebih dalam dan menyediakan peserta didik suatu keadaan belajar yang bermakna. Hal ini sesuai dengan pernyataan “... Essential Questions (e.g., “Why do we need others?”) are intriguing, open-ended questions that organize a project and are an effective way to encourage students to think deeply and to provide them with a
meaningful context for learning...”(Light, 2009:14).
Berdasarkan pemahaman diatas strategi memulai pembelajaran dengan pertanyaan ini merupakan strategi yang pelaksanaannya berfungsi
commit to user
15
membantu siswa agar bersedia menyampaikan berbagai pertanyaan sejak awal dan membuat siswa aktif karena mereka akan berfikir mengenai keseluruhan materi.
b. Langkah-langkah Strategi Memulai Pembelajaran dengan Pertanyaan
Strategi Memulai Pembelajaran dengan Pertanyaan tersusun dari beberapa prosedur yang sistematis. Berikut langkah-langkah strategi Memulai Pembelajaran Pertanyaan menurut Agus Suprijono (2010:112) :
1) Pilih bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa. dalam hal ini bacaan tidak harus difotocopy. Cara lain adalah dengan cara memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan berbeda-beda.
2) Mintalah kepada siswa untuk mempelajari bacaan secara sendirian atau dengan teman.
3) Mintalah kepada siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.
4) Didalam pasangan atau kelompok kecil, minta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca. 5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa. 6) Sampaikan materi pelajaran dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Prosedur strategi Memulai Pembelajaran dengan Pertanyaan menurut Melvin L Silberman (2007:145-146) sebagai berikut:
1) Distribusikan kepada peserta didik sebuah hand-out materi pelajaran pilihan (Anda boleh menggunakan satu halaman dari satu buku teks daripada satu hand-out). Kunci pemilihan materi adalah kebutuhan untuk merangsang pertanyaan bagi sebagian pembaca. Selebaran yang memberikan informasi luas tapi kurang detail atau penjelasan yang dibatasi sangatlah sesuai. Sebuah grafik atau diagram yang menaruk (sic) dan menggambarkan beberapa disiplin ilmu merupakan pilihan yang baik. Teks yang terbuka untuk diinterpretasi juga pilihan yang baik. Dengan harapan untuk menimbulkan rasa ingin tahu.
commit to user
2) Suruhlah peserta didik mempelajari selebaran tersebut dengan seoarang (sic) teman. Mintalah pasanan tersebut membuat pengertian hand-out sebanyak mungkin dan identifikasi apa yang tidak mereka mengerti. Dengan memberi tAnda (sic) dokumen dengan pertanyaan-pertanyaan pada informasi yang tidak mereka mengerti, doronglah peserta didik memasukkan tanda tanya sebanyak mungkin yang mereka harapkan. Jika waktu mengizinkan, benuklah pasangan kedalam kwartet dan berikan waktu pada masing-masing untuk saling membantu. Seorang pengajar fisika, misalnya membagikan diagram yang menggambarkan bagaimana energi potensial berubah menjadi kinetik dengan menampilkan seorang penyelam sirkus yang melompat dari ketinggian 50 kaki. Para peserta didik bekerja sama dengan seorang partner untuk memberikan tinjauan dan menentukan pertanyaan (contoh: Ketika energi potensial berubah menjadi energi kinetik. Apa perbedaan mendasar antara energi kinetik dan potensial?).
3) Berkumpul lagi di kelas, dan jawab pertanyaan peserta didik dengan tangkas. Anda mengajar dengan jawaban Anda terhadap pertanyaan peserta daripada melalui sebuah “preset lesson” atau jika Anda ingin, dengarlah seluruh pertanyaan dan kemudian ajarkan sebuah “presed lesson”, buatlah usaha khusus untuk meresponss (sic) pertanyaan yang diajukan peserta.
VARIASI
1) Jika Anda rasa bahwa peserta didik. (sic) Anda tidak ingin mencoba memahami seluruh materi mereka sendiri, berikan informasi yang mengorientasikan mereka atau beri mereka pengetahuan dasar yang mereka butuhkan agar dapaat (sic) menjawab pertanyaan mereka sendiri. Kemudian didahului dengan beberapa kelompok belajar. 2) Mulailah prosedur dengan belajar sendiri daripada belajar dengan
teman.
Lebih lanjut langkah-langkah strategi pembelajaran dimulai dari pertanyaan menurut Hisyam Zaini (2007: 46-47)
1) Pilih bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa/mahasiswa. Dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi kemudian dibagi pada siswa/mahasiswa, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.
2) Mintalah siswa/mahasiswa untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman,
3) Minta siswa/mahasiswa untuk memberikan tanda pada bagian yang tidak dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain,
commit to user
17
kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda,
4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta siswa/mahasiswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca,
5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa/mahasiswa,
6) Sampaikan pelajaran/perkuliahan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Berdasarkan beberapa uraian langkah-langkah pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi Pembelajaran Dimulai dari Pertanyaan memiliki prosedur yang mengharuskan siswa untuk membuat pertanyaan sebanyak mungkin mengenai materi yang akan mereka pelajari dalam pembelajaran, sehingga akhirnya melalui pertanyaan tersebut pembelajaran akan dimulai atau berlangsung.
c. Penerapan Pembelajaran Dimulai dari Pertanyaan untuk Akuntansi
Penerapan strategi pembelajaran dimulai dari Pertanyaan dalam penelitian ini akan memanfaatkan hand out materi sebagai sumber belajar yang diperoleh dari buku paket perpustakaan. Langkah-langkah penerapan strategi Pembelajaran dimulai dari Pertanyaan pada mata diklat akuntansi adalah sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa dalam 9 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi dan terus memberikan instruksi agar memberi tanda pada materi yang tidak dipahami sebanyak mungkin.
3) Guru meminta siswa untuk membahas bersama kelompok poin-poin yang belum diketahui yang telah diberi tanda.
4) Guru meminta setiap kelompok menuliskan pertanyaan. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk menuliskan pertanyaan sebanyak-banyaknya.
commit to user
5) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan kertas pertanyaan kemudian merotasinya pada kelompok yang lain.
6) Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengutarakan jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya diterima, sehingga terjadi diskusi antar kelompok.
7) Guru menyampaikan materi sebagai mediator maupun fasilitator.
Secara teknis, aplikasi dari strategi ini dimulai sejak awal pembelajaran, yaitu membagi dalam beberapa kelompok secara heterogen kemudian siswa mempelajari materi pelajaran. Setelah selesai siswa diminta untuk menyampaikan pertanyaan melalui tulisan. Berdasarkan pertanyaan tersebut, guru akan mengembangkannya dan selanjutnya akan digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Tinjauan Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. “Motif adalah daya seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.” (Moh. Uzer Usman, 2005:28). Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga sehingga muncul suatu tingkah laku tertentu.
“Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.” (E.Mulyasa, 2006:58). Motivasi akan tumbuh dengan adanya dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan sesuatu kalau memiliki tujuan atas perbuatannya, demikian halnya karena adanya tujuan yang jelas maka akan bangkit dorongan untuk mancapainya. Motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi
commit to user
19
yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan, maupun emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Dipandang dari faktor yang mempengaruhi, motivasi merupakan suatu dorongan timbul dari dalam diri individu sendiri maupun timbul akibat pengaruh dari luar dirinya yang biasa disebut dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hal ini senada dengan pendapat bahwa ”Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku.” (Hamzah B. Uno, 2007:10).
Motivasi dan belajar memiliki kaitan yang erat, karena peserta didik belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi belajar yang tinggi. Maka bila motivasi dan belajar dikaitkan, dapat diartikan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul dalam diri peserta didik untuk melakukan proses belajar. Hal ini senada dengan pendapat yang menyatakan, “Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.” (Hamzah B. Uno, 2007:23).
Lebih jauh fokus motivasi belajar akan mengarah pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi ini mengacu standar keunggulan, bukan hanya sekedar dorongan untuk bertindak, tetapi mengacu pada suatu ukuran kebehasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang. “Motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. (Djaali, 2009:107).
Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan-kekuatan yang mendorong peserta didik dalam belajar yang berasal dari dalam diri pribadi maupun luar peserta didik untuk mencapai tujuan berdasarkan standar tertentu.
commit to user
b. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi diperlukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan semakin optimal bila didalamnya terdapat motivasi, jadi dapat dikatakan bahwa motivasi berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang. Sardiman (2001:83) menyebutkan fungsi dari motivasi, antara lain :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4) Sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
c. Indikator Motivasi Belajar
Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat diketahui dari tingkah lakunya. Ada beberapa pendapat dalam menilai seberapa tinggi motivasi seseorang. Menurut Sardiman (2001: 81) motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untu berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya). 4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu.
commit to user
21
Peserta didik yang memikili ciri-ciri diatas, maka dapat dikatakan siswa tersebut memiliki motivasi yang cukup tinggi. Kegiatan pembelajaan akan berhasil baik apabila siswa bersemangat untuk belajar, memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik selanjutnya akan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan