• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menguraikan tentang definisi Keluarga Berencana dan menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB 3 : SEJARAH SINGKAT BKKBN

Bab ini menerangkan tentang sejarah berdirinya BKKBN

BAB 4 : ANALISA DATA

Bab ini menerangkan tentang hasil analisis data

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini mencakup atau menyimpulkan hasil yang diperoleh dari penelitian Menyajikan saran dari penulis untuk kepentingan perusahaan.

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.

Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep mandiri merupakan suatu inovasi baru dimana titik berat dalam penawaran dalam awal pelaksanaan program KB, berubah menjadi fokus permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam program KB meminta masyarakat untuk berinisiatif serta berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan alat kontrasepsi di tempat pelayanan KB.

Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.

Pelayanan kontrasepsi sebagai sebagian dari pelayanan KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile ( TKBK, Pusling ) dan diselenggarakan oleh tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang terpencil. Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna.

Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti kondom, obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan berupaya rujukan. Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau bidan yang dilatih. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan. Upaya ini bersifat sementara dapat juga bersifat permanen, penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas, konsumen memerlukan kontrasepsi dengan kemampuan yang dapat dipercayai untuk mencegah kehamilan.

Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : punya daya guna, aman, estestis, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi

terus-menerus dan efek sampingnya sedikit-dikitnya. Angka-angka konkret mengenai jumlah konsumen yang harus menderita akibat komplikasi pemakaian KB, jumlah kegagalan alat kontrasepsi, berapa banyak pengguna KB yang dapat ditolong ataupun tidak dan berapa jumlah akseptor yang harus drop – out.

Begitu banyak masalah yang terdapat dalam pemakain alat kontrasepsi tetapi penulis hanya mengambil asalah mengenai kegagalan pengguna alat kontrasepsi. Penulis menggunakan data pengguna alat kontrasepsi yang tercatat oleh BKKBN (Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang mempunyai tingkat kegagalan. Maka penulis menentukan jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh masyarakat yang dan data kegagalan alat kontrasepsi tersebut.

2.2 Jenis – jenis Alat Kontrasepsi

Jenis-jenis alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan adalah :

1. IUD ( INTRA UTERINA DEVICE)

IUD ( INTRA UTERINA DEVICE ) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang halus dan berbentuk spiral atau lainnya yang dipasang ke dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter dan bidan yang sudah dilatih.

Kontra indikasi pemasangan IUD / AKDR 1. Adanya sangkaan kehamilan

2. Pendarahan di saluran kencing

Efektivitas : Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun penggunaan.

2 . IMPLANT

Adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet elastis yang ditanam

dibawah kulit dan pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun. Kontraindikasi penggunaan IMPLANT :

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa bercak Pendarahan ( spotting, hipermenorea serta amenorea ).

Evektivitas : Sangat efektif ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan ).

3 . MOW ( Metode Operatif Wanita )

Metode Operatif Wanita adalah metode operasi melalui operasi rongga perut

dengan pemotongan pada tubapalopi. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.

Kontraindikasi penggunaan MOW :

Alergi terhadap obat anastesi, berat badan berlebihan ( obesitas ), infeksi pada saat melahirkan ( intrapartum ) dan nifas.

Efektivitas : Sangat efektif ( gagal 0,1 – 0,7 per 100 perempuan.

Didapat dari data sumber BKKBN kabupaten Langkat bahwa 3 alat kontrasepsi ini yang memiliki data tingkat kegagalan maka dari data tersebut yang dijadikan data yang akan diolah pada bab berikutnya.

2.3 Pengertian Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan sementara mengenai suatu percobaan yang dibuat atau ingin diteliti, untuk menjawab atau menjelaskan hipotesis sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Hipotesis statistik adalah jika asumsi atau dugaan dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai parameter populasi.

2.4 Macam – macam Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis atau menolak hipotesis. Dengan demikian terdapat dua pilihan antara hipotesis nol (

H0 ) adalah pengujian terhadap hipotesis yang perumusnnya mengandung pengertian

sama atau tidak memiliki perbedaan sedangkan hipotesis tandingan ( H1 ) adalah

pengujian hipotesis yang perumusnnya mengandung pengertian tidak sama, lebih besar atau lebih kecil.

Ada beberapa macam pengujian hipotesis, diantaranya sebagai berikut :

2.4.1 Pengujian Rata – rata µ : Uji dua pihak

Sebuah populasi berdistribusi normal dengan rata – rata µ dan simpangan baku σ yang telah diketahui dan akan diuji mengenai perameter rata – rata µ .

Dengan kriteria pengujian :

H1 : µ µ 0

Dengan perumusan statistiknya adalah :

z =

Jika – z ½ (1 – α) < z < z ½ (1= α)

dengan z ½ (1 – α) dari daftar normal baku dengan peluang ½ ( 1 – α ) dalam hal lainnya,

H0 ditolak.

2.4.2 Pengujian Rata – rata µ : Uji satu pihak

Sebuah populasi berdistribusi normal dengan rata – rata µ dan simpangan baku σ yang populasinya telah diketahui. Perumusan untuk uji pihak kanan mengenai rata – rata µ.

Kriteria pengujian hipotesis :

H0 : µ0 = µ0

H0 : µ0 > µ0

Dengan perumusan statistiknya adalah :

Jika z z0,5 – α dengan z0,5 – α didapat dari daftar normal baku menggunakan peluang

( 0,5 – α ).

2.4.3 Pengujian Proporsi π : Uji dua pihak

Sebuah populasi binom dengan proporsi dimana sebuah sampel acak yang diambil dari populasi itu, akan diuji mengenai uji dua pihak. Dengan π 0 yang telah diketahui.

Kriteria pengujian hipotesis : s

H0: π = π0

H1 : π ≠ π 0

Dengan Perumusan statistiknya :

z =

Dengan taraf nyata α adalah terima H0 jika –z1/2( 1 – α ) < z < z ½ ( 1 – α ) dimana z1/2 ( 1 – α ) didapat dari daftar normal baku dengan peluang ½ ( 1 – α ) . Dalam hal ini lainnya, hipotesis H0 ditolak.

2.4.4 Pengujian Proporsi : Uji Satu Pihak

Sebuah populasi binom dengan proporsi dimana sebuah sampel acak yang diambil dari populasi itu, akan diuji mengenai pihak kanan.

Kriteria Pengujian untuk satu pihak kanan :

H0 : π = π 0

Ho : π > π 0

Dengan perumusan statistiknya :

z =

Dengan taraf nyata α adalah tolak H0 jika z ≥ z 0,5-α dengan peluang ( 0,5 – α )

2.4.5 Analisis Pengujian Proporsi π Uji Satu Pihak

Tujuan penganalisisisan adalah untuk menganalisis tingkat pengguna KB denga tingkat kegagalan pengguna KB menurut alat kontrasepsi yang digunakan. Apakah ada perbandingan yang signifikan antara pengguna KB tingkat kegagalan pengguna dalam menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Jika pengujian hipotesis yang diterapkan menunjukkan signifikan dengan tingkat kepercayaan 90% dari tingkat kegagalan 10% maka dapat dikatakan pengujian hipotesis tersebut dapat digunakan dalam maksud penganalisisan

BAB 3

SEJARAH SINGKAT BKKBN

3.1 Perkembangan Program KB di Indonesia

Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan.Di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat Hindu Bali sejak dulu hanya ada nama untuk empat orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan suami istri mengatur kelahiran anaknya.

Di Indonesia, keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Perluasan dan pengembangan program keluarga berencana nasional secara bertahap dilakukan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan. Perkembangan program keluarga berencana diharapkan dapat merata ke seluruh lapisan masyarakat. Kebijakan gerakan KB Nasional diarahkan untuk memanfaatkan landasan pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional yang sanggup memperluas mengintensifkan serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga mampu melaksanakan program ini dengan baik.

3.2 PKBI ( Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia )

PKBI merupakan salah satu LSM yang menjadi pelopor Keluarga Berencana dan berkomitmen meningkatkan status kesehatan reproduksi rakyat Indonesia. Pemikiran tentang KB di Indonesia pada permulaan, yaitu pada dasawarsa 60-an, tidak mempersoalkan angka kelahiran, tetapi tingginya angka kematian Ibu akibat terlalu sering melahirkan. Pada waktu itu angka kematian Ibu melahirkan berkisar pada 800 per 100.000 kelahiran ( Widyaantoro 1995 ). Bahkan tidak jarang Ibu meninggal bersama dengan bayinya. Hal inilah yang menggugah ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kala itu Sarwono Prowirohardjountuk mendirikan wadah dengan nama perkumpulan keluarga Berencana Indonesia ( PKBI ) dan bergerak silent operation membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga berencana nasional.

Konsep yang dikembangkan PKBI adalah kesehatan Ibu dan anak lewat balai kesehatan Ibu dan anak, organisasi ini sebenarnya memberikan inspirasi bagi pendiriannya BKKBN ( Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional ) yang kemudian dikelola oleh pemerintah Orde Baru. Pada masa Orde Baru, program KB mendapat persetujuan dari pemerintah, ditandai dengan penandatanganan deklarasi PBB mengenai kependudukan dan pendirian Lembaga Keluarga Berencana Nasional ( LKBN ) pada bulan Oktober 1968. Pada tahun 1970 lembaga ini berubah nama menjadi BKKBN, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Secara organisasi, perluasan program KB hingga kini dapat dilihat dari kapasitas BKKBN yang terus membesar. Masalah kependudukan yang

semula ditangani bersama dengan masalah lingkungan hidup telah dipisahkan dan dipegang oleh pejabat khusus. Menteri kependudukan, yang juga menjabat sebagai kepala BKKBN.

3.3BKKBN ( Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional )

Keputusan Presiden no. 20 tahun 2000 mengatur tentang BKKBN . Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang selanjutnya disingkat BKKBN adalah lembaga pemerintah Non – Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BKKBN dipimpin oleh seorang Kepala yang dijabat oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.

Tugas BKKBN adalah merumusakan kebijakan pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera, mengembangkan dan memantapkan peran serta masyarakat, meningkatkan kualitas program Keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera serta pemberdayaan perempuan secara terpadu bersama instansi terkait.

Fungsi BKKBN :

a) Penetapan kebijakan pengelolaan program Keluarga Berencana Nasional dan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden.

b) Koordinasi dan penyelenggaraan management dan administrasi umum program Keluarga Berencana Nasional dan pembangunan Keluarga sejahtera. c) Koordinasi dan perencanaan program dan bantuan Luar Negri serta

mengumpulkan data dan informasi Keluarga.

d) Koordinasi dan penyelengaraan, peningkatan peran serta masyarakat dalam program Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. e) Koordinasi dan penyelenggaraan pembinaan program pembangunan Keluarga

Sejahtera.

f) Koordinasi dan penyelenggaraan pembinaan program keluarga berencana nasional dan kesehatan reproduks.

g) Koordinasi dan peyelenggaraan pelatihan Nasional dan Internasional, pengembangan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera.

h) Koordinasi dan penyelengaraan fungsional administrasi umum dan keuangan, ketenangan material, serta pengelolaan program Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Kelurga Sejahtera.

SUSUNAN ORGANISASI BKKBN

a) Kepala

b) Sekretariat Utama

c) Deputi bidang perencanaan dan Informasi Keluarga

d) Deputi bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan masyarakat e) Deputi bidang keluarga berencana dan kesehatan Reproduksi f) Deputi bidang pelatihan dan pengemban program

g) Inpektorat utama

Dalam penyelenggaraan program keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan keluarga sejahtera, Koordinasi pelaksanaan kegiatan – kegiatan dilakukan oleh BKKBN, sedangkan pelaksanaan kegiatan – kegiatan dilakukan oleh unit pelaksana. Unit – unit pelaksana yang dimaksud adalah :

a) Departemen / Isntansi Pemerintah pusat maupun daerah yang atas dasar fungsional mengadakan usaha – usaha yang mengambil bagian dalam penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera.

b) Perkumpulan / Organisasi Masyarakat formal maupun informal dan pelaksana –pelaksana lainnya yang atas dasar sukarela dan kemampuan sendiri mengadakan usaha – usaha dan mengambil bagian dan penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera.

BAB 4

ANALISA DAN EVALUASI

4.1 ANALISIS DATA

Untuk memulai Minitab for Windows dapat dilakukan melalui langkah – langkah sebagai berikut :

1. Klik STAR

2. Pindahkan pointer mouse ke Program kemudian geser ke icon Minitab 3. Klik icon Minitab

Setelah langkah – langkah diatas maka akan muncul tampilan layar Minitab seperti di bawah ini:

Program minitab merupakan salah satu software yang sering digunakan dalam pengolahan data statitik. Minitab mempunyai dua layar primer, yaitu worksheet atau

lembar kerja yang digunakan untuk melihat dan mengedit lembar kerja, serta sesi command yang merupakan layar untuk menampilkan hasil kerja.

Analisis data yang digunakan penulis merupakan analisis uji z yaitu uji proporsi yang merupakan uji statistik satu pihak, minitab menyediakan cara kerja menggunakan uji satu pihak tersebut.

4.2 Menguji Proporsi π : Uji satu pihak

Kriteria pengujian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah : Untuk uji pihak kanan :

H0 : π = 0,1 H0 : π > 0,1

Dengan perumusan statistiknya :

z =

Dengan taraf nyata α = 0,01 dari daftar normal baku memberikan Z0,49 = 2,33

4.3 Menghitung Proporsi menggunakan Minitab

Langkah – langkah yang digunakan untuk menentukan nilai uji prorsi satu arah dengan menggunakan minitab adalah sebagai berikut :

1. Entry data Tingkat kegagalan pengguna alat kontrasepsi KB (x) dan data pengguna alat kontrrasepsi KB ( n ).

2. Pilih Menu Stat – Basic Statistik – 1 Proportion sehingga muncul jendela Proportion

GAMBAR 4.3 TAMPILAN MEMBUKA PROPORTION

3. Pilih Summarized data, pada Number of trials masukkan data tingkat pengguna KB ( n ) dan pada number of events masukkan data tingkat kegagalan pengguna KB ( x ).

GAMBAR 4.4 TAMPILAN JENDELA ONE PROPORTION

4. Pilih option pada jendela proportion, lalu muncul gambar seperti di bawah ini :

5. Pada Confidence level masukkan tingkat kepercayaan sebesar 99,0 hypothesized proportion sebesar 0,1.

6. Kemudian pilih alternatife greater than ( lebih besar ) 7. Setelah itu klik OK

Hasil Analisis Data Pada Tahun 2008 Welcome to Minitab, press F1 for help.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value

1 3 1182 0.002538 0.000000 -11.17 1.000

2 2 715 0.002797 0.000000 -8.66 1.000

3 2 1403 0.001426 0.000000 -12.31 1.000

Hasil Analisis Data Pada Tahun 2009 Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value

1 6 1554 0.003861 0.000201 -12.63 1.000

2 2 1048 0.001908 0.000000 -10.59 1.000 3 2 1756 0.001139 0.000000 -13.81 1.000 Keterangan : Sample 1 = IUD Sample 2 = MOW Sample 3 = IMPLANT

4.4 Analisis data dengan menggunakan Uji z

Untuk mengetahui apakah ada tingkat efektivitas alat – alat kontrasepsi yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya, maka akan dilakukan uji satu pihak dengan menggunakan uji statistik z.

4.4.1 Hasil Perhitungan Alat Kontrasepsi IUD Tahun 2008

a. Hipotesa yang digunakan untuk alat kontrasepsi IUD

H0 : Tidak ada tingkat efektivitas IUD yang digunakan pengguna KB

berdasarkan tingkat kegagalannya.

H1 : Ada tingkat efektivitas IUD yang digunakan pengguna KB berdasarkan

tingkat kegagalannya.

b. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,01 atau 1%

c. Dari perhitungan analisis menggunakan minitab dapat kita lihat bahwa pada IUD tahun 2008

Zhitung = - 11,17 Ztabel = 2,33

Sehingga Zhitung < Ztabel , maka H0 diterima. Kesimpulan yang didapat adalah tidak ada tingkat efektivitas IUD yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

4.4.2 Hasil Perhitungan Alat Kontrasepsi MOW Tahun 2008

a. Hipotesa yang digunakan untuk alat kontrasepsi MOW

H0 : Tidak ada tingkat efektivitas MOW yang digunakan pengguna KB

berdasarkan tingkat kegagalannya.

H1 : Ada tingkat efektivitas MOW yang digunakan pengguna KB

berdasarkan tingkat kegagalannya.

b. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,01 atau 1%

c. Dari perhitungan analisis menggunakan minitab dapat kita lihat bahwa pada MOW tahun 2008

Zhitung = - 8,66

Ztabel = 2,33

Sehingga Zhitung < Ztabel , maka H0 diterima. Kesimpulan yang didapat adalah tidak ada

tingkat efektivitas MOW yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

4.4.3 Hasil Perhitungan Alat Kontrasepsi IMPLANT Tahun 2008

a. Hipotesa yang digunakan untuk alat kontrasepsi IMPLANT

H0 : Tidak ada tingkat efektivitas IMPLANT yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

H1 : Ada tingkat efektivitas IMPLANT yang digunakan pengguna KB

berdasarkan tingkat kegagalannya.

b. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,01 atau 1%

c. Dari perhitungan analisis menggunakan minitab dapat kita lihat bahwa pada IMPLANT tahun 2008

Zhitung = - 12,31 Ztabel = 2,33

Sehingga Zhitung < Ztabel , maka H0 diterima. Kesimpulan yang didapat adalah tidak ada

tingkat efektivitas IMPLANT yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

4.4.4 Hasil Perhitungan Alat Kontrasepsi IUD Tahun 2009

a. Hipotesa yang digunakan untuk alat kontrasepsi IUD

H0 : Tidak ada tingkat efektivitas IUD yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

H1 : Ada tingkat efektivitas IUD yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

b. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,01 atau 1%

c. Dari perhitungan analisis menggunakan minitab dapat kita lihat bahwa pada IUD tahun 2009.

Zhitung = -12,63

Ztabel = 2,33

Sehingga Zhitung < Ztabel , maka H0 diterima. Kesimpulan yang didapat adalah tidak ada

tingkat efektivitas IUD yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

4.4.5 Hasil Perhitungan Alat Kontrasepsi MOW Tahun 2009

a. Hipotesa yang digunakan untuk alat kontrasepsi MOW

H0 : Tidak ada tingkat efektivitas MOW yang digunakan pengguna KB

H1 : Ada tingkat efektivitas MOW yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalannya.

b. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,01 atau 1%

c. Dari perhitungan analisis menggunakan minitab dapat kita lihat bahwa pada MOW tahun 2009.

Zhitung = -10,59

Ztabel = 2,33

4.4.6 Hasil Perhitungan Alat Kontrasepsi IMPLANT Tahun 2009

a. Hipotesa yang digunakan untuk alat kontrasepsi IMPLANT

H0 : Tidak ada tingkat efektivitas IMPLANT yang digunakan pengguna KB

berdasarkan tingkat kegagalannya.

H1 : Ada tingkat efektivitas IMPLANT yang digunakan pengguna KB

berdasarkan tingkat kegagalannya.

b. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,01 atau 1%

c. Dari perhitungan analisis menggunakan minitab dapat kita lihat bahwa pada IMPLANT tahun 2009.

Zhitung = -13,81 Ztabel = 2,33

Sehingga Zhitung < Ztabel , maka H0 diterima. Kesimpulan yang didapat adalah tidak ada tingkat efektivitas IMPLANT yang digunakan pengguna KB berdasarkan tingkat kegagalan.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan penulis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Uji proporsi satu pihak yang dilakukan terhadap tiga alat kontrasepsi yang memiliki data kegagalan seperti IUD, MOP dan IMPLANT maka diperoleh hasil zhitung < ztabel maka H0 diterima.

Maka pengguna alat kontrasepsi tersebut tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi melihat dari tingkat kegagalannya.

2. Alat kontrasepsi yang sering mengalami kegagalan pada tahun 2008-2009 di Kabupaten Langkat adalah alat kontrasepsi IUD, MOW dan IMPLANT.

5.2 Saran

1. Kepada seluruh penguna alat kontrasepsi di kabupaten Langkat agar menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai, agar tidak terjadi kegagalan yang lebih besar.

2. Kepada seluruh pengguna alat kontrasepsi yang mengalami kegagalan hendaknya melapor pada Bidan yang bertugas agar bisa ditanggulangi dan mencari solusi untuk pengganti alat kontrasepsi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, Buku Sumber Pendidikan KB, JAKARTA, 1989.

Juliantoro, Dadang. 30 Tahun Cukup ( Keluarga Berencana dan Hak Konsumen ), JAKARTA, 2000.

Dyah Novianti Setya Arum, S.Si.T dan Sujiantini S.Si.T. Panduan Lengkap

Pelayanan KB Terkini, JOGYAKARTA, 2009

————— 4/16/2011 11:55:26 AM ————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value 1 3 1182 0.002538 0.000000 -11.17 1.000

Using the normal approximation.

The normal approximation may be inaccurate for small samples.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value 1 2 715 0.002797 0.000000 -8.66 1.000

Using the normal approximation.

The normal approximation may be inaccurate for small samples.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value 1 2 1403 0.001426 0.000000 -12.31 1.000

Using the normal approximation.

The normal approximation may be inaccurate for small samples.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value 1 6 1554 0.003861 0.000201 -12.63 1.000

Using the normal approximation.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value 1 2 1048 0.001908 0.000000 -10.59 1.000

Using the normal approximation.

The normal approximation may be inaccurate for small samples.

Test and CI for One Proportion Test of p = 0.1 vs p > 0.1

99% Lower

Sample X N Sample p Bound Z-Value P-Value 1 2 1756 0.001139 0.000000 -13.81 1.000

Using the normal approximation.

Dokumen terkait