• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

LANDASAN TEORI

A. Masa Kerja/Pengalaman Kerja 1. Pengertian Pengalaman

Pengalaman adalah hal atau peristiwa yang dialami oleh seseorang yang melakukan aktivitas. Seorang guru dituntut untuk dapat bekeija teratur dan konsisten, tetapi kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Kemantapan seorang guru dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai pendidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan.

Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang dijalankannya, demikian juga kemantapan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan berpengaruh terhadap situasi belajar mengajar yang diselenggarakan.

Guru harus peka terhadap apa yang berlangsung di sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan m asa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru sebagai jawaban atas perkembangan internal dan eksternal dalam dunia pendidikan yang cenderung mengejar efisiensi dan keefektifan.

Sebelum menyajikan bahan pelajaran, guru harus sudah menyiapkan berbagai kemungkinan permasalahan yang akan dihadapinya beserta alternatif pemecahannya. Panduan belajar untuk setiap pelajaran harus dibuat setiap awal catur wulan atau awal semester. Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Minimal guru harus mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu alternatif untuk kelancaran proses belajar mengajar dan peningkatan mutu pendidikan, atau guru harus mampu memilih jalan tertentu untuk memecahkan persoalan yang dihadapi demi ketenangan dan aktivitas proses belajar mengajar tersebut berhasil dengan baik. Guru harus bersikap adil, jujur dan obyektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam proses belajar mengajar. Sifat-sifat ini harus ditunjang oleh penghayatan dan pengalaman nilai-nilai moral dan nilai- nilai sosial budaya yang diperolehnya dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta pengalaman belajar yang diperolehnya.'^

Seorang guru harus pula memiliki sifat disiplin dalam melaksanakan tugas. Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar yang teratur serta mencinta dan menghargai pekeijaannya. Disiplin memerlukan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai. Untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan dan keguruan, sebab dewasa ini teijadi erosi sopan santun dan erosi disiplin dalam melaksanakan proses pendidikan baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun oleh para pendidik. 15

Seorang guru harus mau selalu belajar seperti sabda N a b i: .* n ' ti . • ' . 'y y\ »• f

Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.

Hadits ini menjelaskan bahwa kita harus selalu belajar waktu kita sudah menjadi seorang guru sekalipun. Seorang guru harus selalu mempunyai inovas- inovasi baru agar murid-murid tidak merasa jenuh dan bosan. Dan seorang guru harus bisa menerima kritik dan saran yang dilontarkan oleh siapapun termasuk dari murid-muridnya.

2. Macam-macam Pengalaman yang Menunjang Proses Belajar Mengajar a. Studi Lanjut

Studi lanjut ini diperlukan untuk meningkatkan mutu, kemampuan, dan kualifikasi guru yang belum memenuhi kualifikasi minimal yang dipersyaratkan. Misalnya program penyetaraan D-II guru SD yang dilaksanakan berdasarkan Keputusan Mendikbud No. 0854/0/1989 tanggal 30 Desember 1989. Program ini diselenggarakan mulai tahun 1990/1991 untuk program D-II guru SD atas keijasama anata Ditjen Dikdasmen dengan Ditjen Dikti. Pelaksanaannya dilakukan dengan dua sistem, yaitu Sistem Belajar Jarak Jauh (SB J J) dengan Universitas Terbuka (UT) dan sistem tatap muka bekeija sama dengan LPTK (IKIP, FKIP, STIKP) Negeri di seluruh Indonesia.

Untuk guru SLTP diadakan program penyetaraan D-III yang berdasarkan atas Keputusan Mendikbud No. 0318/0/1994, meskipun

sebenarnya program ini dirintis sejak tahun 1992/1993. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu guru SLTP dengan cara meningkatkan kualifikasi pendidikannya hingga setara D-II. Teknis pelaksanaan program ini pada dasarnya sama dengan program penyetaraan D-II guru SD, namun lebih menekankan belajar tatap muka di LPTK.

b. Penataran dan Seminar

Penyelenggaraan penataran tenaga pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di lingkungan Depdikbud, termasuk di BPG, berpedoman pada Keputusan Mendikbud No. 0161/0/1980 tanggal 12 Mei 1980 tentang Pedoman Penataran dalam Sistem Penataran Tenaga Kependidikan Terpadu. Penataran terpadu diartikan sebagai segala kegiatan dan usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan dengan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, penilaian dan pengembangannya mengarah pada pengembangan karier tenaga kependidikan.l0) Melalui sistem penataran terpadu, tenaga kependidikan diharapkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan, dapat mengembangkan dirinya sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperoleh pembinaan karier yang mantap. Dari segi penyelenggaraannya, sistem penataran diperlukan karena : (a) dapat memberikan arah dan pedoman yang jelas bagi keseluruhan kegiatan penataran; (b) seluruh penataran tercakup dalam suatu kerangka mekanisme yang jelas, terarah, dan serasi sehingga memudahkan dalam pengelolaan 6

aspek-aspek kualitatif maupun kuantitatif, (c) menjadikan penataran sebagai suatu kegiatan yang jelas tujuannya, relevan dengan kebutuhan, efektif dan efisien.

Penataran ini bersifat "in-service" (penataran dalam jabatan) yang diperuntukkan bagi tenaga kependidikan yang telah aktif mengajar, jadi tidak ditujukan untuk menyiapkan tenaga kependidikan yang baru. Bentuk penataran terpadu adalah tertulis, lisan dan latihan keija/ketrampilan. Tipenya terdiri atas Tipe A, B dan C. Tipe A (penataran penyegaran) adalah penataran untuk menyesuaikan tenaga kependidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan-tantangan baru dalam tugasnya. Tipe B (penataran peningkatan kualifikasi) adalah penataran yang berhubungan dengan profesi pendidikan sehingga peserta mencapai kualifikasi formal tertentu sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Tipe C (penataran penjenjangan) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan agar memenuhi syarat untuk suatu pangkat/jabatan tertentu. Sejak tahun 1995, sebagian BPG juga merintis kegiatan penataran model kualifikasi terakreditasi yang bekeija sama dengan LPTK.

Diakui bahwa peranan BPG dalam meningkatkan mutu tenaga kependidikan belum maksimal. Hal ini ditengarai dari kegiatan BPG yang sebagian besar hanya sebagai tempat penataran yang diselenggarakan oleh Kanwil Depdikbud (sekarang Dinas Pendidikan) Propinsi dan berbagai instansi lain. Program-program penataran Tipe A untuk guru SD dalam jum lah sasaran yang terbatas. Karena itu, diperlukan usaha yang

sungguh-sungguh agar lembaga ini dapat lebih meningkatkan peran dan kontribusinya terhadap peningkatan mutu tenaga pendidikan.

c. Studi Banding

Studi banding adalah menjadikan perbandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Ini berarti kita mengadakan perbandingan sekolah yang kita ajar dengan sekolah lain yang dianggap lebih maju dari sekolah kita.*'' Di sana kita bisa mempelajari tentang sesuatu yang mungkin tidak ada di sekolah kita. Biasanya yang kita pelajari adalah :

1) Bagaimana cara guru di sana mengajar 2) Pengelolaan keuangan

3) Pengadaan dana dan fasilitas

4) Bagaimana cara meningkatkan mutu sekolah dan lain-lain

Dengan studi banding ini kita berharap agar para guru dan staf pengajar bisa lebih baik lagi dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.

d. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP adalah forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di Sanggara.10' Pengertian musyawarah mencerminkan kegiatan “dari, oleh dan untuk guru”, sedangkan guru mata pelajaran yang dimaksud di sini adalah guru SLTP dan SMU Negeri maupun swasta yang mengasuh dan bertanggungjawab mengelola mata pelajaran yang ditetapkan 17 18

17) Dedi Supriadi, Guru di Indonesia, Geranusa Java, Jakarta, 2003, hal.565 18) Op.Cit. Hal. 567

di dalam kurikulum. Sanggar adalah tempat/pusat kegiatan MGMP sejenis. MGMP bertujuan:

1) Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar;

2) Menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan KBM sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan;

3) Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, kondisi sekolah dan lingkungan;

4) Membantu guru memperoleh informasi teknis-edukatif yang berkaitan dengan kegiatan keilmuan, perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi, pelaksanaan kurikulum, metodologi dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya;

5) Saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengembangan MGMP dilatarbelakangi oleh, pertama-tama, kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa unjuk keija (perform ance) guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat bervariasi

dan kualifikasi pendidikannya pun beraneka ragam. Untuk mengatasi keadaan ini, di beberapa propinsi pernah berkembang wadah-wadah kelompok kerja guru, seperti 1PSM (Ikatan Pengajar Sains dan Matematika) di Jakarta sejak tahun 1973 yang terdiri atas Kelompok Biologi, Kelompok Fisika, Kelompok Kimia, Kelompok Matematika, Pengajar Kimia, Pemantapan Kerja Guru (PKG) yang telah dirintis sejak tahun 1979/1980 dan sebagainya. Wadah- wadah kegiatan seperti ini pada dasarnya bertujuan untuk merespons perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa menuntut penyesuaian dan pengembangan profesional guru.

Keputusan Menpan No. 26/1989 mengenai kenaikan pangkat dengan angka kredit bagi jabatan fungsional guru seperti disebut di atas menuntut guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah serta ikut mengabdikan dirinya dalam masyarakat. Keputusan Menpan tersebut hanya akan dapat diwujudkan apabila guru berkesempatan untuk terus belajar dan saling membelajarkan di antara mereka secara teratur dalam wadah kegiatan yang sesuai dengan tuntutan tugas dan ketersediaan waktu mereka. Melalui wadah ini, para guru berkomunikasi, berkonsultasi dan saling berbagi informasi serta pengalaman.

MGMP adalah organisasi non-struktural di lingkungan Depdikbud (kini Depdiknas) yang memiliki struktur berjenjang mulai tingkat propinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga sekolah. Pengurus MGMP terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Susunan dan jum lah Pengurus

MGMP disesuaikan dengan kebutuhan dan dipilih atas dasar musyawarah serta diperkuat dengan surat keputusan oleh pejabat Depdikbud setempat pada tingkat propinsi, kabupaten atau kecamatan dengan masa bakti dua tahun.

Mekanisme keija MGMP dapat digambarkan sebagai berikut : Hubungan MGMP dengan Kepala Kanwil Depdikbud (kini, Dinas Pendidikan), Kepala Bidang di Kanwil dan pengawas bersifat fungsional atau pembinaan. Hubungan MGMP di tingkat kabupaten/kota dengan Kepala Kantor Depdikbud bersifat koordinatif/konsultatif. Huhbungan MGMP di tingkat kecamatan dengan Kepala Kantor Depdikbud bersifat konsultatif. Hubungan antara MGMP dengan Kelompok K eija Kepala Sekolah (KKKS) dan Kelompok K eija Pengawas (KKP) bersifat konsultatif dan koordinatif.

MGMP diharapkan dapat : (a) memberikan motivasi kepada guru- guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar; (b) meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan KBM, (c) memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan KBM; (d) menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan KBM, khususnya yang menyangkut materi pelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang; (e) menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha-usaha pembaharuan pendidikan di bidang kurikulum, metodologi, sistem evaluasi dan lain-lain; dan (f) merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya.

Anggota MGMP adalah semua guru mata pelajaran sejenis baik megeri maupun swasta. Setiap anggota MGMP wajib mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP tingkat sekolah sampai dengan tingkat propinsi sesuai dengan program yang te'ah disepakati. Setiap anggota MGMP yang mengikuti kegiatan dengan disertai bukti tertulis (surat keterangan, sertifikat atau yang lainnya) yang dapat diperhitungkan dalam pengumpulan angka kredit bagi kenaikan pangkatnya. Persentase kehadiran guru sebagai syarat untuk memperoleh bukti tersebut sekurang-kurangnya 75% dari seluruh kegiatan terprogram yang dilaksanakan.

e. Pemerataan Guru

Untuk mengatasi masalah penyebaran guru yang tidak merata, ditempuh beberapa kebijakan antara lain :

Pertama, memaksimalkan penggunaannya dengan mendistribusikan kembali para guru dari daerah/sekolah yang kelebihan ke daerah/tempat yang kekurangan guru.

Kedua, relokasi penempatan yang perlu dilakukan dalam satu wilayah kecamatan oleh Kandep Dikbud/Kanin Depdikbud/Kepala Dinas P & K Kabupaten/Kota khusus untuk guru-guru TK dan SD, antar kecamatan oleh Bupati/Walikota, antar kabupaten oleh Gubernur, dan antar propinsi oleh Dirjen Dikdasmen melalui Direktorat Dikgutentis bersama Setjen Depdikbud melalui Biro Kepegawaian Depdikbud dengan memperhatikan aturan yang berlaku dan tingkat kepentingannya.

Ketiga, alih kewenangan dalam satu sekolah untuk tingkat SLTP. Hal ini dilakukan apabila dalam satu sekolah terdapat kelebihan atau kekurangan guru untuk mata pelajaran yang terumpun. Misalnya : di suatu sekolah terdapat kelebihan satu orang guru IPA, sementara guru Matematika kurang satu orang. Maka guru IPA tersebut dapat diberi kewenangan untuk mengajar Matematika sehingga untuk mengalihtugaskan guru tersebut berada pada kepala sekolah yang bersangkutan.

Keempat, guru yang jum lah jam mengajarnya kurang dari yang diwajibkan akibat sekolah tempat tugasnya kelebihan guru dapat mengajar di sekolah lain yang kekurangan guru untuk mata pelajaran yang sama atau serumpun di lokasi yang tidak beijauhan dengan tidak mengubah status kepegawaiannya. Misalnya, guru IPA di SMPN 1 x yang kelebihan guru hanya mendapat jam mengajar seminggu 12 jam , maka kekurangan jam mengajarnya dapat ditambah di SMPN 2 x yang kekurangan guru sejauh lokasinya berdekatan. Status kepegawaian guru tersebut tetap di SMPN 1 x. Kewenangan untuk memberi izin mengajar di sekolah lain berada pada Kandep Dikbud/Kanin untuk SLTP dan SLTA dan Kepala Dinas P & K Kabupaten/Kota untuk TK dan SD.

f. Mutasi Guru

Sejalan dengan semangat reformasi, maka segala peraturan dan surat edaran yang berkaitan dengan mutasi guru perlu dikaji ulang. Berdasarkan masukan-masukan yang disusun oleh Tim Kecil yang anggotanya terdiri atas

perwakilan Direktorat Dikdas, Dikmenum, Dikmenjur, Direktorat Sekolah Swasta dan Direktorat Dikgutensis, telah diusulkan butir-butir m engenai: (a) mutasi guru dari luar Jawa dan ke Pulau Jawa, baik guru SD, SLTP, dan SMU maupun SMK; (b) alih tugas dari guru menjadi tenaga administrasi atau menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi maupun alih tugas dan penjaga sekolah ke tenaga administrasi; (c) pemberian tugas tambahan guru sebagai kepala sekolah sebagaimana diatur dalam Keputusan Mendikbud No. 0296/U/1996 tanggal 1 Oktober 1996; (d) alih tugas dari guru atau kepala sekolah menjadi pengawas sekolah. Upaya yang perlu segera dilakukan adalah menyiapkan SK Diijen Dikdasmen tentang ketentuan mengenai mutasi guru ini.i9i

g. Pemantapan Kerja Guru (PKG)

Pemantapan Keija Guru (PKG) dikembangkan sejak tahun 1979 oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) bagi guru SLTP dan SMU. Hingga tahun 1997, jaringan PKG telah dibangun mulai dari tin g k a t pusat, propinsi, hingga kabupaten/kota. Jaringan tersebut dapat berfungsi dengan efektif, terutama pada saat masih mendapatkan kucuran dana pinjaman dari Bank Dunia. Namun jaringan tersebut tidak mampu bertahan setelah pendanaan PKG terhenti. Penyebab lain adalah jaringan tersebut dibangun di luar sistem atau struktur organisasi lembaga Diklat Ditjen Dikdasmen, yaitu PPPG dan BPG.

Bagaimanapun, PKG merupakan salah satu jejak penting dalam pendidikan dan pelatihan guru di Indonesia yang telah melibatkan puluhan ribu guru SLTP dan SMU. Kegiatan-kegiatan PKG antara lain :

1) Latihan Keija Instruktur (LKI)

LKI bertujuan untuk membantu instruktur/guru inti dari seluruh propinsi dalam menyiapkan bahan PKG dan LKGI tingkat propinsi dan sejumlah center yang ditentukan. Waktu pelaksanaan LKI adalah satu kali setiap menjelang awal semester dengan masing-masing selama 2 minggu.

2) Kursus Pendalaman Materi (KPM)

KPM bertujuan untuk membantu instruktur dan guna inti dalam memahami materi bahan ajar. Frekuensi pelaksanaannya adalah satu kali setiap tahun, masing-masing selama dua minggu. KPM dilaksanakan di PPPG bidang studi/mata pelajaran, di kampus perguruan tinggi, atau tempat lainnya yang ditentukan.

3) Latihan Keija Guru Inti (LKGI)

LKGI bertujuan untuk membantu guru inti dalam menyiapkan kegiatan di sanggar PKG. Peserta kegiatan ini adalah guru inti dari seluruh sanggar PKG yang ada di tingkat kabupaten/kota.

4) Kegiatan-kegiatan penunjang PKG

a) Latihan K eija Pengawas (LKP) dan Latihan K eija Kepala Sekolah (LKKS) untuk menyiapkan pengawas dan kepala sekolah agar mampu menunjang kegiatan guru yang mengikuti kegiatan PKG.

b) Kursus di luar negeri, dilaksanakan oleh perguruan tinggi tertentu di luar negeri untuk jangka pendek bagi instruktur untuk memperluas wawasan dan mendalami materi.

c) Studi untuk mencapai diploma, dilakukan di perguruan tinggi tertentu di luar negeri bagi instruktur yang mencapai prestasi terbaik dalam kursus di luar n eg eri/”'

h. Pembekalan Guru Kelas

Penyelenggaran program khusus rintisan diklat guru kelas bertujuan untuk, pertama, memenuhi kebutuhan guru di sekolah yang belum memiliki guru tersebut tanpa harus merekrut baru (untuk sementara waktu sebelum pemerintah mengambil kebijakan lain). Kedua, membekali dan memberikan hak kewenangan mengajar kepada salah seorang guru kelas atau guru salah satu bidang studi agar memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah. Guru yang mengikuti program ini diharapkan mampu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang secara akademis dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan ad alah : (a) penyiapan modul; (b) penyiapan video kaset; (c) simulasi program dengan Dirjen Dikdasmen, (d) para Direktur di lingkungan Ditjen Dikdasmen; (e) Rapat koordinasi dengan para kepala bidang, Kakandep Dikbud dan Kakancam Dikbud; (f) penataran instruktur di Pusat; (g) penyelenggaraan diklat secara mandiri.

3. Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Guru dalam Proses Belajar Mengajar dan Pemecahannya

Di dalam pelaksanaan perencanaan instruksional, kadang-kadang timbul masalah yang tidak diduga sejak semula, sehingga mungkin akan menjadi penghambat untuk kelancaran pelaksanaan instruksional tersebut. Maka, seorang desainer harus sudah memikirkan waktu merencanakan suatu desain sistem instruksional, kemungkinan-kemungkinan timbulnya masalah itu. Dengan harapan paling tidak sudah meramalkan dan mencari jalan keluar untuk pemecahannya.

Seorang desainer yang terampil, pada kenyataannya memiliki perencanaan yang baik. Suatu strategi maupun seperangkat prinsip-prinsip, prosedur dan teknik-teknik yang digunakan bila diperlukan. Konsekuensinya desainer tidak akan memperbaiki proses desain begitu saja, seolah-olah hanya terdapat satu pendekatan saja untuk hal tersebut. Desainer sistem belajar paling kritis menyangkut pilihan teknik yang akan digunakan dan kapan menggunakannya. Walaupun demikian, kemampuan mendesain itu hanya dimiliki setelah seseorang mempunyai pengalaman di dalam mendisain bermacam-macam sistem belajar.

Berdasarkan pengalaman guru di lapangan, masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Masalah pengarahan

Di waktu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar, kebanyakan guru kurang memiliki ketrampilan dalam :

1) berorientasi kepada tujuan pelajaran;

2) mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa; 3) memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus;

4) menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa;

5) merumuskan tujuan instruksional dengan jelas

Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, maka seorang guru harus memiliki kemampuan sebagai b erik u t;

1) harus selalu berorientasi pada tujuan;

2) memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus; 3) merumuskan tujuan instruksional

4) menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa;

5) mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa dengan baik,

b. Masalah evaluasi atau penilaian

Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi dan mengadministrasikan hasil evaluasi, menemukan masalah-masalah demikian :

1) guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak j elas; 2) prosedur evaluasi tidak jelas; **'

3) guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif;

4) kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam; 5) dalam merumuskan tujuan evaluasi tidak jelas;

6) guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi; 7) guru menggunakan instrumen evaluasi tidak tepat;

8) guru tidak melakukan administrasi hasil evaluasi dengan baik;

9) guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan feed back.

Usaha untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah ini, kepada guru diharapkan memiliki kemampuan sebagai b e rik u t:

1) menentukan kriteria keberhasilan yang jelas; 2) menyusun prosedur evaluasi yang jelas;

3) melaksanakan prinsip evaluasi yang efektif dan efisien; 4) menyeragamkan sistem evaluasi;

5) merumuskan tujuan evaluasi yang jelas; 6) menguasai teknik-teknik evaluasi;

7) menggunakan instrumen evaluasi dengan tepat; 8) mengadministrasikan hasil evaluasi dengan baik;

9) menggunakan analisa hasil evaluasi untuk bahan umpan balik, c. Masalah isi dan urut-urutan pelajaran

Dalam membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian akan dilaksanakan dan dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran menemukan masalah sebagai b erik u t:

2) materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan; 3) sekuensa dari materi pelajaran tidak berstruktur; 4) materi yang diberikan sangat luas;

5) sekuensa materi tidak sistematis dan tidak logis;

6) guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia;

7) guru kurang trampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran;

8) guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya;

9) guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan.

Untuk mencegah kemungkinan ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan sebagai b e rik u t:

1) menguasai materi pelajaran dengan baik; 2) menyusun materi yang relevan dengan tujuan;

Dokumen terkait