• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN KERJA DENGAN MOTIVASI MENINGKATKAN MUTU PRESTASI BELAJAR MURID PADA GURU MAN 1 SALATIGA TAHUN 2006/2007 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN KERJA DENGAN MOTIVASI MENINGKATKAN MUTU PRESTASI BELAJAR MURID PADA GURU MAN 1 SALATIGA TAHUN 2006/2007 - Test Repository"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN KERJA DENGAN MOTIVASI

M E N IN G K A T K A N M U T U P R E S T A S I b e l a j a r M U K II)

PA D A G U R U M A N 1 S A L A T IG A T A H U N 2 0 0 6 / 20 0 7

SKRIPSI

P erp u stakaan S T A IN S alatig a

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban Dan Melengkapi Syarat (imia M em peroleh Cielar Sarjana Pendidikan Islam (S.IM.U

Dalam Ilmu Tarbiyah

NIM :

114

01

106

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

D E P A R T E M E N A G A M A

SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N EG E R I (ST A IN ) SA L A T IG A

JL . ST A D IO N NO . 3 SA LA T IG A

Drs. Sa’adi, M Ag STAIN SALATIGA Jl. Stadion No. 3

N ota P e m b im b in g

Lamp : 3 Eksemplar

Hal Naskah Skripsi S au d ara Said Kam al

Kepada

Yth. Ketua STAIN di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara

Nama : Said Kamal NIM : 11401106

Judul : “Hubungan Antara Pengalaman Kerja Dengan Motivasi Meningkatkan

atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih. W assalaniu’alaikum Wr. Wb.

Mutu Prestasi Belajar Murid Pada Guru MAN 1 Salatiga Tahun 2006/2007” .

(3)

DEPARTEMEN AGAMA

iEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : Hubungan Antara Pengalaman Kerja Dengan Motivasi Meningkatkan Mutu Prestasi Belajar Murid Pada Guru MAN 1 Salatiga 2006/2007.

NAMA : SAID KAMAL

NIM : 11401106

Telah diuji di depan sidang Munaqasyah pada tanggal 23 Shafar 1428 H / 13 Maret 2007, dah dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Agama Dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Salatiga23 Shafar 1428 H 13 Maret 2007 M

Panitia Munaqosah

retaris Sidang

Drs. Ahmad Sultoni, MPd. NIP. 150 204 602

r. H. Muh. Saerozi, M.Ag. NIP. 150 247 014

Jaka Siswlanra, MPd. NIP. 150 299 493

Pembimbing

(4)

MOTTO

Dalam hidup manusia harus berjuang sekuat tenaga dan harus di sertai dengan doa yang tulus

Seorang guru harus bisa dicontoh baik ucapan,tingkah laku dan akhlaknya

Jadikanlah m urid - muridmu sebagai sahabat untuk bertukar pengalaman dan menambah ilmu

Jangan mengganggap remeh m urid - muridmu mungkin m u rid - muridmu itu mempunyai

Kelebihan yang tidak kamu punyai

Hormatilah orang yang lebih tua, hargailah orang yang seumur dan sayangilah orang yang lebih muda

Cintailah sesuatu itu apa adanyajangan berlebih - lebihan jik a sesuatu itu hilang

K ita tidak akan merasa sakit yang berlebihan ju g a

Cintailah Allah m elebihi apapun ju g a

Segala sesuatu yang kita lakukan harus kita niati hanya untuk mencari ridho Allah semata

Setiap melangkah harus dipikir dulu

jangan sampai kita salah melangkah dan m enyesal kemudian

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada : ♦ Almameter STAIN Salatiga.

♦ Orang tuaku yang selalu membantu kehidupanku. ♦ Saudara - saudaraku yang yang tersayang. ♦ Teman - temanku yang memberi dorongan

semangat agar segera menyelesaikan skripsi ini. ♦ Calon istriku yang telah memberikan semagat

(6)

KATA PENGANTAR

^L)i& ^ L u J l

Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah swt dan karena hidayah yang diberikan serta kecerahan fikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, walaupun isinya belum dapat memenuhi yang semestinya karena penulis yakin bahwa dalam penulisan skripsi jauh dari kesempurnaan.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar saijana dalam ilmu tarbiyah jurusan pendidikan agama islam pada Sekolah Tinggi Agama Negeri (STAIN) yang beijudul: HUBUNGAN ANTARA PENGALAMAN KERJA DENGAN MOTIVASI MENINGKATKAN MUTU PRESTASI BELAJAR MURID PADA GURU MAN I SALATIGA TAHUN 2006 / 2007.

Sehubungan dengan telah terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, terutama yang telah banyak membantu dalam proses studi dan penulisan skripsi ini:

1. Drs. Imam Sutomo, M. Ag. selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Drs. Sa’adi, M. Ag. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Semua dosen dan staf Akademik Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

(7)

5. Seluruh keluargaku yang telah banyak memberikan saran dan motifasi baik material dan moril sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang berlimpah kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis berharap apabila dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini belum memenuhi syarat untuk dibaca hendaknya pembaca sekalian berkenan memberikan solusi, saran dan kritikan yang membangun dan besar harapan saya sumbangan fikiran yang menuju kearah perbaikan dan penyempurnaan. Akhirnya ucapan terimakasih yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dan dengan kerendahan hati semoga penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi penulis serta berguna bagi pengembangan da’wah Islamiyah, Amin.

Salatiga, 26 Februari 2007 Penulis

(8)

D A FTA R ISI

HALAM AN JU D U L ... i

HALAM AN N OTA P E M B IM B IN G ... u HALAM AN P E N G E S A H A N ... iii

HALAM AN M O T T O ... iv

HALAM AN PE R S E M B A H A N ... v

K A TA P E N G A N T A R ... vi

DAFTAR I S I ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan M asalah... ... 4

C. Tujuan P enelitian... 4

D. Manfaat P enelitian... 4

E. Definisi O perasional... 5

F. Indikator... 6

G. Kajian Pustaka dan Pengembangan T e o ri... 7

H. H ipotesis... 8

I. Metodologi P enelitian... 8

J. Subyek P enelitian... 11

K. Validitas dan R eliabilitas... 12

L. Metode Analisis D a ta ... 15

(9)

BAB

n

LANDASAN TEORI

A. M asa Keija/Pengalaman K e rja ... 20

1. Pengertian Pengalam an... 20

2. Macam-macam Pengalaman yang Menunjang Proses Belajar M engajar... 22

3. Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Guru Guna Meningkatkan Kemampuan dalam Proses Belajar M engajar... 35

B. Motivasi Meningkatkan Prestasi Belajar Murid .... 41

1. Pengertian M otivasi... 41

2. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh Murid dalam Meningkatkan Prestasi B elajarnya... 44

3. Cara Guru Mengatasi Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh Murid dalam Meningkatkan Prestasi B elajarnya... 49

C. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Motivasi Meningkatkan Mutu Prestasi Belajar M urid... 55

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi P enelitian... 61

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN I S alatiga... 61

2. Keadaan Guru dan K aryaw an... 62

(10)

4. Letak G eografis... 65

5. Sarana dan P rasarana... 67

6. Struktur Organisasi MAN I ... 68

7. Denah Gedung di M A N ... 72

B. Susunan Personalia dan Keadaan G u ru ... 76

1. Penentuan P opulasi... 76

2. Penentuan S am pel... 80

3. Laporan Hasil A n g k et... 83

C. Penyajian D a ta ... 84

1. D a ta ... 84

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis P ertam a... 92

B. Analisis K e d u a ... 101

C. Analisis K e tig a ... 113

BAB V PENUTUP

A. K esim pulan... 121

B. Saran-saran... 122

C. P enutup... 122

LAMPIRAN -LAMPIRAN

A. Surat Keterangan pengajuan penelitian di MAN 1 Salatiga B. Surat Keterangan penelitian dari MAN 1 Salatiga

C. Daftar pertanyaan berupa Angket untuk Guru dan Murid

(11)

BABI

PENDAHULUAN

A. L a ta r B elakang

Pendidikan adalah suatu proses komunikasi antara guru dan siswa yang diikat dengan minat dan perhatian antara keduanya. Demikian pula proses belajar mengajar akan efektif dan efisien bila minat dan perhatian guru dan anak didik berfungsi dengan aktif. Pada dasarnya proses komunikasi ini merupakan kegiatan alamiah manusia dalam masyarakat yang dinamis di mana hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain saling berinteraksi.1*

Dalam proses kependidikan, jika ditinjau dari segi psikologi sosial, guru berfungsi sebagai komunikator dan anak didik sebagai komunikan yang menerima pesan-pesan (message) dari komunikator. Di samping itu guru juga berfungsi sebagai inovator (pembaharu), sedang siswa berada dalam posisi sasaran ide pembaharuan dari guru. Fungsi lainnya dari guru adalah sebagai emansipator yaitu memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan bakat, minat dan perhatiannya dalam proses belajar mengajar sehingga ia mampu melakukan penjelajahan (eksplorasi) terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada saat ini diperlukan seorang guru yang mempunyai pengalaman yang benar-benar bisa menunjang siswa untuk kehidupan masa depannya. Seorang guru yang mempunyai masa keija yang bertahun-tahun akan dengan mudah menemukan kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Berbekal pengalaman yang

(12)

didapat selama bertahun-tahun tersebut seorang guru seharusnya bisa belajar bagaimana cara menghadapi murid namun kadang-kadang ada seorang guru yang tidak mau belajar dengan apa yang telah dialaminya. Seorang guru seharusnya

mencari inovasi-inovasi baru dalam proses belajar mengajar dan bisa memotivasi murid agar prestasi mereka lebih baik, bisa memberi jalan keluar bila ada

muridnya yang mengalami masalah dalam proses belajar mengajar tersebut. Ada bermacam-macam pendekatan strategis serta metode yang dipergunakan orang dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Akan tetapi pendekatan tersebut harus dapat ditelusur dan dipulangkan saja kepada sumber- sumber teknis tentang prosedur dan teknik mengajar, juga kepada tujuan-tujuan pendidikan yang lebih umum, Setiap tindakan guru tidak hanya harus dibaca apa dan bagaimananya (apa yang sedang dikeijakan dan bagaimana cara mengajarkannya), melainkan harus dapat ditelusuri mengapanya (mengapa harus demikian tindakannya).

(13)

Tujuan-tujuan pendidikan itu tidak sekaligus dapat direalisasikan dalam sekali atau beberapa tahap proses, melainkan haras dicapai melalui tahap-tahap proses berjenjang atau bertingkat sejalan dengan tingkat perkembangan

kemampuan psikologi dan fisiologis siswa. Ditinjau dari segi prestasi belajar indikatif taraf perkembangan yang optimal itu tampak pada tercapainya pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan kapasitas bakat dan karakteristik kepribadiannya. Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa tidak semua siswa mencapai taraf kemajuan belajar yang optimal tersebut. Tidak jarang di antara mereka mengalami berbagai kendala dalam mencapainya. Kendala itu bukan semata-mata disebabkan oleh potensi yang rendah, tetapi bisa juga disebabkan

oleh masalah-masalah pribadi yang bersifat psikososial.

(14)

B. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang ingin saya tulis di sini adalah :

1. Bagaimana variasi pengalaman kerja guru ?

2. Bagaimana variasi motivasi guru untuk meningkatkan mutu preestasi belajar murid.

3. Adakah hubungan pengalaman kerja guru dengan motivasi meningkatkan mutu prestasi belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang saya lakukan di sini bertujuan :

1. Untuk mengetahui variasi pengalaman pengalaman kerja garu .

2. Untuk mengetahui variasi motivasi hubungan guru untuk meningkatkan mutu prestasi belajar m u rid .

3. Untuk mengetahui hubungan pengalaman kerja guru dengan motivasi meningkatkan mutu prestasi brlajar m u rid .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan perbandingan jika ingin meneliti hubungan antara masa kerja dengan motivasi meningkatkan mutu prestasi belajar mengajar pada guru, sehingga lebih teliti dan bisa mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi prestasi murid.

(15)

E. Definisi O perasional

Definisi operasional bermaksud untuk mengubah konsep pada variabel- variabel penelitian yang bersifat teoritis atau abstrak menjadi konsep yang dapat diukur secara empiris.2) Agar tidak ada kaji kesalahan dalam pengertian atau masalah-masalah dalam pembuatan skripsi ini, maka di sini akan diartikan

definisi yang ada dalam judul skripsi i n i :

1. Pengalaman adalah hal atau peristiwa yang dialami oleh seseorang dalam melakukan aktivitas yang menjadi pekeijaannya.

2. Motivasi adalah dorongan atau seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya.

3. Mutu prestasi belajar adalah kualitas sebuah prestasi yang diperoleh siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

4. Murid adalah orang yang menerima informasi dalam proses belajar mengajar. 5. Guru adalah orang yang memberikan informasi dalam proses belajar

mengajar.

F. Indikator

1. Indikator pengalaman bekerja m elip u ti: a. Studi lanjut

b. Penataran dan seminar

c. Study banding

d. Musyawarah guru mata pelajaran e. Pemerataan guru

(16)

g. Pemantapan kerja guru h. Pembekalan guru kelas

2. Indikator motivasi meningkatkan mutu prestasi murid : a. Pengertian motivasi

b. Seberapa pentingkah memotivasi murid bagi guru bila ada murid yang

mengalami penurunan dalam prestasinya

c. Bagaimana cara guru memotivasi murid yang sedang mengalami penurunan prestasi mereka

d. Bagaimana cara guru memotivasi murid agar bisa mempertahankan prestasi belajar mereka

e. Hambatan-hambatan yang dihadapi murid untuk meningkat prestasi belajar mereka

f. Bagaimana cara guru menghadapi hambatan - hambatan yang dihadapi oleh murid - muridnya untuk meningkatkan prestasi belajar mereka

g. Hambatan - hambatan yang dihadapi oleh guru untuk memotivasi prestasi belajar murid - muridnya

h. Bagaimana cara guru menghadapi hambatan - hambatan yang dialaminya dalam memotivasi prestasi belajar murid - muridnya

G. Kajian Pustaka dan Pengembangan Teori

(17)

Muhammad Abduh. Beliau telah belajar selama dua tahun di Masjid Syekh Ahmad tanpa mengerti apa-apa. Tentang pengalaman ini, beliau mengatakan : “Satu setengah tahun saya belajar di masjid Syekh Ahmad dan tak mengerti suatu apapun”.3) Menyimak dari kata-kata Muhammad Abduh tersebut bahwa lamanya

masa kerja seorang guru belum tentu bisa mengetahui apa dan mengapa prestasi

belajar murid tidak sesuai dengan keinginan guru tersebut. Seharusnya guru harus mempunyai inovasi-inovasi baru agar murid tersebut tertarik dengan materi yang diajarkannya. Dan ada kalanya murid tersebut memang daya pikirnya kurang atau murid tersebut mempunyai masalah di rumah dan masih banyak lagi masalah-

masalah yang dihadapi oleh murid-murid yang prestasi belajar mereka.

Di sinilah peran guru yang harus diutamakan untuk mengetahui masalah- masalah yang dihadapi oleh murid-muridnya. Seorang guru harus selalu memantau murid-muridnya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kalau di luar sekolah guru bisa bekeija sama dengan orang tua mereka. Dan jangan terburu- buru menganggap bodoh seorang murid yang jelek dalam prestasi belajar mereka.

H. Hipotesis

Hipotesa adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah. Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

(18)

I. M etode Penelitian 1) Angket/Kuesioner

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

mendapatkan data/informasi dari responden dalam bentuk jawaban tertulis. Metode angket efektif digunakan untuk responden yang daerahnya luas, atau jum lah sampelnya cukup banyak.

Macam-macam a n g k et: a. angket terbuka b. angket tertutup

Angket yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah angket tertutup, alasannya dengan angket ini penulis bisa memaksimalkan dan mengoptimalkan penelitian yang penulis ad ak an .

2) Wawancara/interview

Wawancara yaitu metode pengumpulan data dimana peneliti langsung mengajukan pertanyaan kepada informan/responden/subyek penelitian, baik tatap muka secara langsung maupun tidak langsung (misal telepon).

Metode wawancara dimaksudkan untuk menggali/mengungkap data/informasi secara mendalam mengenai aspek-aspek yang diteliti. 3

3) Pengamatan

(19)

Pengamatan seharusnya: 1. Terencana secara sistematik

2. Harus berkaitan dengan tujuan penelitian 3. Dicatat secara sistematik

4. Dikontrol validitas dan rehabilitasnya.

Macam-macam pengam atan: a. Partisipatif

b. Non partisipatif

Pengamatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan partisipatif, alasannnya dengan pengamatan ini penulis bisa mendapatkan hasil yang lebih akurat.

4) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang intinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan dikerjakan dengan sengaja untuk menyimpan keterangan mengenai peristiwa tersebut4).

Mer.ode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.

5) Skala

Skala merupakan suatu metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh setiap obyek penelitian.5) Bentuk skala yang akan digunakan adalah skala tertutup, dengan alasan agar jawaban tidak

(20)

meluas dan akan lebih terfokus pada tujuan pengukuran dan memudahkan pelaksanaan penelitian. Adapun alasan dipilih skala dalam bentuk pilihan

jawaban adalah dengan berdasarkan pertimbangan yang menyatakan baliwu butir-butir dalam bentuk pilihan pada umumnya lebih menarik bagi subyek dibanding dengan skala berbentuk lain.6) Penulis menggunakannya agar

pertanyaan - pertanyaan dalam angket yang disebar oleh penulis lebih terarah kepada pokok permasalahan yang telah ditentukan dalam penelitian i n i .

J. Subyek Penelitian

Salah satu cara yang perlu dilakukan dalam melaksanakan penelitian adalah menentukan populasi dari penelitian yang akan dilaksanakan. Populasi

adalah keseluruhan individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel hendak digeneralisasikan. Sedang generalisasi yang dimaksud di sini

adalah mengenai kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.7) 8 Jadi populasi adalah seluruh individu yang akan dijadikan subyek penelitian yang mempunyai sifat yang sama.

Sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki.^ Sampel adalah sejumlah individu yang dikenai perilaku untuk diambil kesimpulan dan digeneralisasikan terhadap populasi. Hal ini dapat dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, artinya sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

(21)

subyeknya besar dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih. Adapun penelitian ini mengambil populasi sebagian dari guru dan siswa MAN I Salatiga. Populasi guru yang ada di MAN I Salatiga ada ± 68 orang PNS 49 orang; GTT

19 orang, sampel guru yang akan digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ada ± 49 orang yang merupakan guru PNS. Populasi murid yang ada di MAN I

Salatiga ada ± 847 murid, sampel murid yang akan digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ada ± 105 murid.

Berdasarkan populasi yang telah ditentukan tersebut maka penelitian ini

mengambil sebagian siswa dan guru untuk dijadikan subyek penelitian sehingga dalam penelitian ini menggunakan random sampling. Dalam random sampling semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.9)

K. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Masalah yang dihadapi dalam sebuah pengukuran adalah sejauh mana skala pengukuran dapat mengungkap dengan jelas gejala atau bagian dari gejala dan seberapa jauh skala pengukuran dapat memberikan gambaran yang teliti. Kedua hal tersebut ada dalam validitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa validitas mempunyai dua unsur yaitu kejituan dan ketelitian.10)

Adapun teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumusan sebagai b erik u t:

(22)

Sicy. w - m

7 N

r*y = /

V (Zx2 - ( L x ) 2 } { Z f - ( Z y ) 2}

N N

K eterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment N = jumlah subyek yang diteliti

Ix y = jum lah hasil kali antara nilai tiap aitem dengan nilai total aitem

Zx = jumlah nilai tiap aitem

Zy = jum lah nilai total aitem

1x2 = jum lah kwadrat skor aitem

Iy 2 = jum lah kwadrat total aitem 1

Koefisien validitas yang diperoleh kemudian dikorelasikan dengan rumus part whole untuk menghindari teijadinya over estimate (masuknya nilai dari butir yang bersangkutan pada total faktor) terhadap korelasi sebenarnya. Rumusan part whole adalah sebagai berikut :* 12)

(rxy) (SDx) - (SDy)

rbt =,---J(S D x 2) + (SD y 2) - 2(rxy)(SD xXSD y)

K eterangan:

(23)

rxy = koefisen korelasi product moment SDx = standar deviasi total

SDy = standar deviasi aitem 13)

2. Reliabilitas

Reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama.

Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini akan diungkap dengan

menggunakan pendekatan analisa varians dari Hoyt dengan rumusan sebagai berikut

M ku

r xx - 1 -

---Mk

5

K eterangan:

rxx = reliabilitas ukur

Mkis = mean kwadrat interaksi aitem subyek Mks = mean kwadrat antar subyek

I = bilangan konstan14)

L. Metode Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

(24)

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik dengan dasar pertimbangannya statistik bekeija dengan angka-angka,

bersifat obyektif dan bersifat universal . Statistik bekeija dengan angka artinya

angka tersebut menunjukkan jum lah frekwensi dan nilai, sedangkan bersifat obyektif dimaksudkan supaya unsur-unsur subyektif dapat dihindarkan, dalam arti statistik sebagai alat penelitian tidak dapat berbicara lain selain apa adanya, dan universal artinya dapat digunakan semua bidang penelitian . Sesuai dengan sifat data yang diperoleh dan juga sesuai dengan hipotesa yaitu hubungan antara persepsi terhadap insentif dengan prestasi keija maka teknik yang digunakan adalah korelasi product moment, karena untuk menguji antara dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel tergantung.

Rumus korelasi product moment dari Pearson yang digunakan adalah sebagai b erik u t:

jDfv. w M )

N

r*y ~ I

v

(n ? -JM .) ( & z lM )

N N

K eterangan:

rxy = koefisien korelasi persepsi terhadap insentif dengan prestasi keija Ex = jum lah nilai persepsi terhadap insentif

Sy = jum lah nilai prestasi keija

(25)

M. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian E. Definisi Operasional F. Indikator

G. Kajian Pustaka dan Pengembangan Teori H. Hipotesis

I. Metodologi Penelitian J. Subyek Penelitian

K. Validitas dan Reliabilitas L. Metode Analisis Data M. Sistematika Penulisan BAB II LAND ASAN TEORI

A. Masa Keija/Pengalaman Keija 1. Pengertian Pengalaman

2. Macam-macam Pengalaman yang Menunjang Proses Belajar Mengajar

(26)

II Motivnrii Mriiiiigkiilknn Prcntnni Molitjm Mui'ul 1. Pengertian Motivasi

2. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh Murid dalam Meningkatkan Prestasi Belajarnya

3. Cara Guru Mengatasi Hambatan-hambatan yang

Dihadapi oleh Murid dalam Meningkatkan Prestasi Belajarnya

C. Hubungan Pengalaman K eija Dengan Motivasi Meningkatkan Mutu Prestasi Belajar Murid

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN I Salatiga 2. Keadaan Guru dan Karyawan

3. Keadaan Siswa 4. Letak Geografis 5. Sarana dan Prasarana 6. Struktur Organisasi MAN I 7. Denah Gedung di MAN

B. Susunan Personalia dan Keadaan Guru 1. Penentuan Populasi

2. Penentuan Sampel 3. Laporan Hasil Angket C. Penyajian Data

(27)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama

B. Analisis Kedua C. Analisis Ketiga BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran-saran

LAMPIRAN -LAM PIRAN

A. Surat Keterangan pengajuan penelitian di MAN 1 Salatiga B. Surat Keterangan penelitian dari MAN 1 Salatiga

C. Daftar pertanyaan berupa Angket untuk Guru dan Murid

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Masa Kerja/Pengalaman Kerja

1. Pengertian Pengalaman

Pengalaman adalah hal atau peristiwa yang dialami oleh seseorang yang

melakukan aktivitas. Seorang guru dituntut untuk dapat bekeija teratur dan konsisten, tetapi kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Kemantapan seorang guru dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai pendidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan.

Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas yang dijalankannya,

demikian juga kemantapan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan berpengaruh terhadap situasi belajar mengajar yang diselenggarakan.

Guru harus peka terhadap apa yang berlangsung di sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan m asa yang akan datang

(29)

Sebelum menyajikan bahan pelajaran, guru harus sudah menyiapkan

berbagai kemungkinan permasalahan yang akan dihadapinya beserta alternatif pemecahannya. Panduan belajar untuk setiap pelajaran harus dibuat setiap awal catur wulan atau awal semester. Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Minimal guru harus mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu alternatif untuk kelancaran proses belajar mengajar dan peningkatan mutu pendidikan, atau guru harus mampu memilih jalan tertentu untuk memecahkan

persoalan yang dihadapi demi ketenangan dan aktivitas proses belajar mengajar tersebut berhasil dengan baik. Guru harus bersikap adil, jujur dan obyektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam proses belajar mengajar. Sifat-sifat

ini harus ditunjang oleh penghayatan dan pengalaman nilai-nilai moral dan nilai- nilai sosial budaya yang diperolehnya dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta pengalaman belajar yang diperolehnya.'^

Seorang guru harus pula memiliki sifat disiplin dalam melaksanakan tugas. Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar yang teratur serta mencinta dan menghargai pekeijaannya. Disiplin memerlukan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai. Untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu kependidikan dan keguruan, sebab dewasa ini teijadi erosi sopan santun dan erosi disiplin dalam melaksanakan proses pendidikan baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun oleh para pendidik. 15

(30)

Seorang guru harus mau selalu belajar seperti sabda N a b i: .* n ' ti . • ' . 'y y\ »• f

Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat.

Hadits ini menjelaskan bahwa kita harus selalu belajar waktu kita sudah

menjadi seorang guru sekalipun. Seorang guru harus selalu mempunyai inovas- inovasi baru agar murid-murid tidak merasa jenuh dan bosan. Dan seorang guru harus bisa menerima kritik dan saran yang dilontarkan oleh siapapun termasuk

dari murid-muridnya.

2. Macam-macam Pengalaman yang Menunjang Proses Belajar Mengajar a. Studi Lanjut

Studi lanjut ini diperlukan untuk meningkatkan mutu, kemampuan, dan kualifikasi guru yang belum memenuhi kualifikasi minimal yang dipersyaratkan. Misalnya program penyetaraan D-II guru SD yang

dilaksanakan berdasarkan Keputusan Mendikbud No. 0854/0/1989 tanggal 30 Desember 1989. Program ini diselenggarakan mulai tahun 1990/1991 untuk program D-II guru SD atas keijasama anata Ditjen Dikdasmen dengan

Ditjen Dikti. Pelaksanaannya dilakukan dengan dua sistem, yaitu Sistem Belajar Jarak Jauh (SB J J) dengan Universitas Terbuka (UT) dan sistem tatap muka bekeija sama dengan LPTK (IKIP, FKIP, STIKP) Negeri di seluruh Indonesia.

(31)

sebenarnya program ini dirintis sejak tahun 1992/1993. Tujuannya adalah

untuk meningkatkan mutu guru SLTP dengan cara meningkatkan kualifikasi

pendidikannya hingga setara D-II. Teknis pelaksanaan program ini pada dasarnya sama dengan program penyetaraan D-II guru SD, namun lebih

menekankan belajar tatap muka di LPTK.

b. Penataran dan Seminar

Penyelenggaraan penataran tenaga pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di lingkungan Depdikbud, termasuk di BPG, berpedoman pada Keputusan Mendikbud No. 0161/0/1980 tanggal 12 Mei 1980 tentang Pedoman Penataran dalam Sistem Penataran Tenaga

Kependidikan Terpadu. Penataran terpadu diartikan sebagai segala kegiatan dan usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan dengan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, penilaian dan pengembangannya mengarah pada pengembangan karier tenaga kependidikan.l0) Melalui sistem penataran terpadu, tenaga kependidikan diharapkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan, dapat mengembangkan dirinya sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperoleh pembinaan karier yang mantap. Dari segi penyelenggaraannya, sistem penataran diperlukan karena : (a) dapat memberikan arah dan pedoman yang jelas bagi keseluruhan kegiatan penataran; (b) seluruh penataran tercakup dalam suatu kerangka mekanisme yang jelas, terarah, dan serasi sehingga memudahkan dalam pengelolaan 6

(32)

aspek-aspek kualitatif maupun kuantitatif, (c) menjadikan penataran sebagai suatu kegiatan yang jelas tujuannya, relevan dengan kebutuhan, efektif dan

efisien.

Penataran ini bersifat "in-service" (penataran dalam jabatan) yang

diperuntukkan bagi tenaga kependidikan yang telah aktif mengajar, jadi tidak ditujukan untuk menyiapkan tenaga kependidikan yang baru. Bentuk penataran terpadu adalah tertulis, lisan dan latihan keija/ketrampilan. Tipenya terdiri atas Tipe A, B dan C. Tipe A (penataran penyegaran) adalah penataran untuk menyesuaikan tenaga kependidikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta tantangan-tantangan baru dalam tugasnya. Tipe B (penataran peningkatan kualifikasi) adalah penataran yang

berhubungan dengan profesi pendidikan sehingga peserta mencapai kualifikasi formal tertentu sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Tipe C (penataran penjenjangan) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan agar memenuhi syarat untuk suatu pangkat/jabatan tertentu. Sejak tahun 1995, sebagian BPG juga merintis kegiatan penataran model kualifikasi terakreditasi yang bekeija sama dengan LPTK.

(33)

sungguh-sungguh agar lembaga ini dapat lebih meningkatkan peran dan kontribusinya

terhadap peningkatan mutu tenaga pendidikan.

c. Studi Banding

Studi banding adalah menjadikan perbandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Ini berarti kita mengadakan perbandingan sekolah yang kita ajar dengan sekolah lain yang dianggap lebih maju dari sekolah kita.*'' Di sana kita bisa mempelajari tentang sesuatu yang mungkin tidak ada di sekolah kita. Biasanya yang kita pelajari adalah :

1) Bagaimana cara guru di sana mengajar 2) Pengelolaan keuangan

3) Pengadaan dana dan fasilitas

4) Bagaimana cara meningkatkan mutu sekolah dan lain-lain

Dengan studi banding ini kita berharap agar para guru dan staf pengajar bisa lebih baik lagi dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.

d. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP adalah forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di Sanggara.10' Pengertian musyawarah mencerminkan kegiatan “dari, oleh dan untuk guru”, sedangkan guru mata pelajaran yang dimaksud di sini adalah guru SLTP dan SMU Negeri maupun swasta yang mengasuh dan bertanggungjawab mengelola mata pelajaran yang ditetapkan 17 18

(34)

di dalam kurikulum. Sanggar adalah tempat/pusat kegiatan MGMP sejenis. MGMP bertujuan:

1) Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar;

2) Menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan KBM sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan;

3) Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam

melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari cara penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, kondisi sekolah dan lingkungan;

4) Membantu guru memperoleh informasi teknis-edukatif yang berkaitan dengan kegiatan keilmuan, perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi, pelaksanaan kurikulum, metodologi dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya;

5) Saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

(35)

dan kualifikasi pendidikannya pun beraneka ragam. Untuk mengatasi keadaan ini, di beberapa propinsi pernah berkembang wadah-wadah kelompok kerja

guru, seperti 1PSM (Ikatan Pengajar Sains dan Matematika) di Jakarta sejak tahun 1973 yang terdiri atas Kelompok Biologi, Kelompok Fisika, Kelompok

Kimia, Kelompok Matematika, Pengajar Kimia, Pemantapan Kerja Guru (PKG) yang telah dirintis sejak tahun 1979/1980 dan sebagainya. Wadah- wadah kegiatan seperti ini pada dasarnya bertujuan untuk merespons

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa menuntut penyesuaian dan pengembangan profesional guru.

Keputusan Menpan No. 26/1989 mengenai kenaikan pangkat dengan angka kredit bagi jabatan fungsional guru seperti disebut di atas menuntut guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah serta ikut mengabdikan dirinya dalam masyarakat. Keputusan Menpan tersebut hanya akan dapat diwujudkan apabila guru berkesempatan untuk terus belajar dan saling membelajarkan di antara mereka secara teratur dalam wadah kegiatan yang sesuai dengan tuntutan tugas dan ketersediaan waktu mereka. Melalui wadah ini, para guru berkomunikasi, berkonsultasi dan saling berbagi informasi serta pengalaman.

(36)

MGMP disesuaikan dengan kebutuhan dan dipilih atas dasar musyawarah serta diperkuat dengan surat keputusan oleh pejabat Depdikbud setempat pada

tingkat propinsi, kabupaten atau kecamatan dengan masa bakti dua tahun.

Mekanisme keija MGMP dapat digambarkan sebagai berikut : Hubungan MGMP dengan Kepala Kanwil Depdikbud (kini, Dinas Pendidikan), Kepala Bidang di Kanwil dan pengawas bersifat fungsional atau pembinaan. Hubungan MGMP di tingkat kabupaten/kota dengan Kepala Kantor Depdikbud bersifat koordinatif/konsultatif. Huhbungan MGMP di tingkat kecamatan dengan Kepala Kantor Depdikbud bersifat konsultatif. Hubungan antara MGMP dengan Kelompok K eija Kepala Sekolah (KKKS) dan Kelompok K eija Pengawas (KKP) bersifat konsultatif dan koordinatif.

(37)

Anggota MGMP adalah semua guru mata pelajaran sejenis baik megeri maupun swasta. Setiap anggota MGMP wajib mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP tingkat sekolah sampai dengan tingkat propinsi sesuai dengan program yang te'ah disepakati. Setiap anggota MGMP yang mengikuti kegiatan dengan disertai bukti tertulis (surat keterangan, sertifikat atau yang lainnya) yang dapat diperhitungkan dalam pengumpulan angka kredit bagi kenaikan pangkatnya. Persentase kehadiran guru sebagai syarat untuk memperoleh bukti tersebut sekurang-kurangnya 75% dari seluruh kegiatan terprogram yang dilaksanakan.

e. Pemerataan Guru

Untuk mengatasi masalah penyebaran guru yang tidak merata, ditempuh beberapa kebijakan antara lain :

Pertama, memaksimalkan penggunaannya dengan mendistribusikan kembali para guru dari daerah/sekolah yang kelebihan ke daerah/tempat yang kekurangan guru.

Kedua, relokasi penempatan yang perlu dilakukan dalam satu wilayah

(38)

Ketiga, alih kewenangan dalam satu sekolah untuk tingkat SLTP. Hal ini dilakukan apabila dalam satu sekolah terdapat kelebihan atau kekurangan

guru untuk mata pelajaran yang terumpun. Misalnya : di suatu sekolah terdapat kelebihan satu orang guru IPA, sementara guru Matematika kurang satu orang. Maka guru IPA tersebut dapat diberi kewenangan untuk mengajar Matematika sehingga untuk mengalihtugaskan guru tersebut berada pada kepala sekolah yang bersangkutan.

Keempat, guru yang jum lah jam mengajarnya kurang dari yang diwajibkan akibat sekolah tempat tugasnya kelebihan guru dapat mengajar di sekolah lain yang kekurangan guru untuk mata pelajaran yang sama atau serumpun di lokasi yang tidak beijauhan dengan tidak mengubah status

kepegawaiannya. Misalnya, guru IPA di SMPN 1 x yang kelebihan guru hanya mendapat jam mengajar seminggu 12 jam , maka kekurangan jam mengajarnya dapat ditambah di SMPN 2 x yang kekurangan guru sejauh lokasinya berdekatan. Status kepegawaian guru tersebut tetap di SMPN 1 x. Kewenangan untuk memberi izin mengajar di sekolah lain berada pada Kandep Dikbud/Kanin untuk SLTP dan SLTA dan Kepala Dinas P & K Kabupaten/Kota untuk TK dan SD.

f. Mutasi Guru

(39)

perwakilan Direktorat Dikdas, Dikmenum, Dikmenjur, Direktorat Sekolah Swasta dan Direktorat Dikgutensis, telah diusulkan butir-butir m engenai: (a)

mutasi guru dari luar Jawa dan ke Pulau Jawa, baik guru SD, SLTP, dan SMU maupun SMK; (b) alih tugas dari guru menjadi tenaga administrasi atau menjadi tenaga pengajar di perguruan tinggi maupun alih tugas dan penjaga

sekolah ke tenaga administrasi; (c) pemberian tugas tambahan guru sebagai kepala sekolah sebagaimana diatur dalam Keputusan Mendikbud No.

0296/U/1996 tanggal 1 Oktober 1996; (d) alih tugas dari guru atau kepala

sekolah menjadi pengawas sekolah. Upaya yang perlu segera dilakukan adalah menyiapkan SK Diijen Dikdasmen tentang ketentuan mengenai mutasi

guru ini.i9i

g. Pemantapan Kerja Guru (PKG)

Pemantapan Keija Guru (PKG) dikembangkan sejak tahun 1979 oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) bagi guru SLTP dan SMU. Hingga tahun 1997, jaringan PKG telah dibangun mulai dari tin g k a t

pusat, propinsi, hingga kabupaten/kota. Jaringan tersebut dapat berfungsi dengan efektif, terutama pada saat masih mendapatkan kucuran dana

pinjaman dari Bank Dunia. Namun jaringan tersebut tidak mampu bertahan setelah pendanaan PKG terhenti. Penyebab lain adalah jaringan tersebut dibangun di luar sistem atau struktur organisasi lembaga Diklat Ditjen Dikdasmen, yaitu PPPG dan BPG.

(40)

Bagaimanapun, PKG merupakan salah satu jejak penting dalam pendidikan dan pelatihan guru di Indonesia yang telah melibatkan puluhan

ribu guru SLTP dan SMU. Kegiatan-kegiatan PKG antara lain :

1) Latihan Keija Instruktur (LKI)

LKI bertujuan untuk membantu instruktur/guru inti dari seluruh

propinsi dalam menyiapkan bahan PKG dan LKGI tingkat propinsi dan sejumlah center yang ditentukan. Waktu pelaksanaan LKI adalah satu kali setiap menjelang awal semester dengan masing-masing selama 2 minggu.

2) Kursus Pendalaman Materi (KPM)

KPM bertujuan untuk membantu instruktur dan guna inti dalam memahami materi bahan ajar. Frekuensi pelaksanaannya adalah satu kali setiap tahun, masing-masing selama dua minggu. KPM dilaksanakan di

PPPG bidang studi/mata pelajaran, di kampus perguruan tinggi, atau tempat lainnya yang ditentukan.

3) Latihan Keija Guru Inti (LKGI)

LKGI bertujuan untuk membantu guru inti dalam menyiapkan kegiatan di sanggar PKG. Peserta kegiatan ini adalah guru inti dari seluruh sanggar PKG yang ada di tingkat kabupaten/kota.

4) Kegiatan-kegiatan penunjang PKG

(41)

b) Kursus di luar negeri, dilaksanakan oleh perguruan tinggi tertentu di luar negeri untuk jangka pendek bagi instruktur untuk memperluas

wawasan dan mendalami materi.

c) Studi untuk mencapai diploma, dilakukan di perguruan tinggi tertentu di luar negeri bagi instruktur yang mencapai prestasi terbaik dalam kursus di luar n eg eri/”'

h. Pembekalan Guru Kelas

Penyelenggaran program khusus rintisan diklat guru kelas bertujuan

untuk, pertama, memenuhi kebutuhan guru di sekolah yang belum memiliki guru tersebut tanpa harus merekrut baru (untuk sementara waktu sebelum pemerintah mengambil kebijakan lain). Kedua, membekali dan memberikan hak kewenangan mengajar kepada salah seorang guru kelas atau guru salah satu bidang studi agar memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah. Guru yang mengikuti program ini diharapkan mampu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang secara akademis dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan ad alah : (a) penyiapan modul; (b) penyiapan video kaset; (c) simulasi program dengan Dirjen Dikdasmen, (d)

para Direktur di lingkungan Ditjen Dikdasmen; (e) Rapat koordinasi dengan para kepala bidang, Kakandep Dikbud dan Kakancam Dikbud; (f) penataran instruktur di Pusat; (g) penyelenggaraan diklat secara mandiri.

(42)

3. Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Guru dalam Proses Belajar Mengajar dan Pemecahannya

Di dalam pelaksanaan perencanaan instruksional, kadang-kadang timbul

masalah yang tidak diduga sejak semula, sehingga mungkin akan menjadi penghambat untuk kelancaran pelaksanaan instruksional tersebut. Maka, seorang desainer harus sudah memikirkan waktu merencanakan suatu desain sistem instruksional, kemungkinan-kemungkinan timbulnya masalah itu. Dengan harapan paling tidak sudah meramalkan dan mencari jalan keluar untuk pemecahannya.

Seorang desainer yang terampil, pada kenyataannya memiliki perencanaan yang baik. Suatu strategi maupun seperangkat prinsip-prinsip, prosedur dan teknik-teknik yang digunakan bila diperlukan. Konsekuensinya desainer tidak akan memperbaiki proses desain begitu saja, seolah-olah hanya terdapat satu pendekatan saja untuk hal tersebut. Desainer sistem belajar paling kritis menyangkut pilihan teknik yang akan digunakan dan kapan menggunakannya. Walaupun demikian, kemampuan mendesain itu hanya dimiliki setelah seseorang mempunyai pengalaman di dalam mendisain bermacam-macam sistem belajar.

Berdasarkan pengalaman guru di lapangan, masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Masalah pengarahan

(43)

1) berorientasi kepada tujuan pelajaran;

2) mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa; 3) memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus;

4) menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa;

5) merumuskan tujuan instruksional dengan jelas

Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, maka seorang guru harus memiliki kemampuan sebagai b erik u t;

1) harus selalu berorientasi pada tujuan;

2) memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus;

3) merumuskan tujuan instruksional

4) menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa;

5) mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa dengan baik,

b. Masalah evaluasi atau penilaian

Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi dan mengadministrasikan hasil evaluasi, menemukan masalah-masalah demikian :

1) guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak j elas; 2) prosedur evaluasi tidak jelas; **'

3) guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif;

(44)

4) kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam;

5) dalam merumuskan tujuan evaluasi tidak jelas; 6) guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi; 7) guru menggunakan instrumen evaluasi tidak tepat;

8) guru tidak melakukan administrasi hasil evaluasi dengan baik;

9) guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan feed back.

Usaha untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah ini, kepada guru diharapkan memiliki kemampuan sebagai b e rik u t:

1) menentukan kriteria keberhasilan yang jelas; 2) menyusun prosedur evaluasi yang jelas;

3) melaksanakan prinsip evaluasi yang efektif dan efisien; 4) menyeragamkan sistem evaluasi;

5) merumuskan tujuan evaluasi yang jelas; 6) menguasai teknik-teknik evaluasi;

7) menggunakan instrumen evaluasi dengan tepat; 8) mengadministrasikan hasil evaluasi dengan baik;

9) menggunakan analisa hasil evaluasi untuk bahan umpan balik, c. Masalah isi dan urut-urutan pelajaran

Dalam membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian akan dilaksanakan dan dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran menemukan masalah sebagai b erik u t:

(45)

2) materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan; 3) sekuensa dari materi pelajaran tidak berstruktur;

4) materi yang diberikan sangat luas;

5) sekuensa materi tidak sistematis dan tidak logis;

6) guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia;

7) guru kurang trampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran;

8) guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya;

9) guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan.

Untuk mencegah kemungkinan ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan sebagai b e rik u t:

1) menguasai materi pelajaran dengan baik; 2) menyusun materi yang relevan dengan tujuan;

3) membuat sekuensa materi pelajaran yang berstruktur;

4) membatasi daerah materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan;

5) menyusun sistematika dan logika dari urutan materi pelajarannya; 6) mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran;

7) menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia;

(46)

B. Motivasi Meningkatkan Prestasi Belajar Murid 1. Pengertian Motivasi

Kata motif daput diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. M otif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan m otif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “m o tif’ itu, maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. M otif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Menurut Me. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut maka motivasi mengandung tiga elemen penting.23)

(47)

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal

ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan teijadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

(48)

Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar yang penting bagaimana seorang guru menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar, dengan cara melakukan

usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Apabila seorang guru mempunyai keinginan di dalam dirinya dan mencari inovasi-inovasi agar murid-muridnya bisa meningkat prestasinya itu merupakan motivasi instrinsik dari guru tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar murid-muridnya. Seorang guru juga harus bisa memotivasi murid- muridnya untuk meningkatkan prestasi belajar. Maksudnya adalah seorang guru harus bisa memberi dorongan kepada murid-muridnya agar mereka bisa meningkatkan prestasi belajar mereka serta mencari pemecahan masalah-masalah apabila murid-muridnya mengalamai masalah-masalah dalam peningkatan prestasi belajar mereka.

2. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh Murid dalam Meningkatkan Prestasi Belajarnya.

(49)

Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari

nampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan

belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Sementara itu penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada

umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang menjadi terabaikan. Hal inilah yang menimbulkan apa yang disebut dengan kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tin g g i.24)

a. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, y a k n i:

a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa;

b) yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

(50)

c) yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

2) Faktor ekstern siswa

Adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa yaitu yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak menganding aktivitas belajar siswa. Faktor ini terdiri dari 3 macam

a) Lingkungan keluarga, misalnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

c) Lingkungan sekolah contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar.

b. Diagnosis Kesulitan Belajar

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip oleh Wardani sebagai berikut :25

(51)

2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.

3) Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal

keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.

5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalamai kesulitan belajar.

c. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai b erik u t:

1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.

3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).

(52)

penyelenggaraannya bisa di mana siya, asal tempat itu memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut

dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.

Dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak hambatan, di antaranya ialah :

1) banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar 2) guru kurang membimbing bagaimana seharusnya cara belajar efektif itu 3) guru kurang kompeten

4) guru kurang memperhatikan dan memanfaatkan assesment siswa 5) guru belum menggunakan media dengan tepat

6) guru kurang memperhatikan latar belakang siswa yang tidak sama 7) guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang 8) kurangnya buku-buku bacaan ilmiah

9) keadaan sarana yang kurang

10) jum lah buku-buku yang berbahasa Indonesia masih terbatas 11) guru dan murid kurang mmapu dalam menguasai bahasa Inggris26

(53)

mengajar, agar hasilnya efektif dan efisien. Begitu juga siswa sendiri kurang bersemangat untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang diperolehnya di

bangku sekolah/kuliah. Akibat selanjutnya siswa menerima begitu saja kebenaran

yang didengarnya tanpa daya kritik dan tanpa keinginan untuk meneliti lebih lanjut.

3. Cara Guru Mengatasi Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh Murid dalam Meningkatkan Prestasi Belajarnya.

Perkembangan murid merupakan tujuan semua sekolah dan semua guru. Memang, metode mengajar yang digunakan guru dan dianjutkan oleh semua Kepala Sekolah menyebabkan murid-murid tetap tidak matang, dan tetap bersifat kekanak-kanakkan. Berlawanan dari pertumbuhan rasa tanggung jawab, guru dan kepala sekolah mendikte dan mengontrol semua murid seolah-olah tidak bisa dipercaya dan tidak akan pernah dapat bertanggung jawab. Berlawanan dari rangsangan tumbuhnya kebebasan, sekolah menanamkan sikap ketergantungan terhadap guru, dan guru yang menentukan apa yang harus dipelajari oleh murid, bagaimana mereka harus belajar, kapan murid harus belajar, dan seberapa jauh mereka belajar.

(54)

dan metode II biasanya membuat pihak yang kalah menjadi marah dan dendam. Banyak guru yang melakukan metode ini sebab telah terbiasa diperlakukan

demikian oleh gurunya atau oleh orang tuanya, sewaktu mereka masih sekolah atau sewaktu masih anak-anak,

a. Metode I

Maksud dari metode I (guru menang murid kalah) adalah guru selalu melaksanakan kehendaknya tanpa mau tahu apa keinginan murid-muridnya seorang hanya mengajar dan memberikan solusi yang menurut guru tersebut baik tanpa mencari inovasi-inovasi baru.

Di bawah ini disajikan daftar tentang apa yang terjadi bila metode I d ip ak ai:

1) Dapat cepat efisien untuk situasi yang memerlukan tindakan secara darurat.

2) Metode ini merupakan satu-satunya metode pilihan bila sejumlah orang terlihat di dalamnya sehingga sulit untuk membicarakan satu persatu. 3) Metode ini menimbulkan rasa dendam pada pihak yang kalah terhadap

pihak yang menang. Tidak ada seorangpun yang senang diperintah dan kebutuhannya dikecewakan.

4) Metode ini hanya memberikan motivasi yang kecil pada pihak yang kalah untuk melakukan penyelesaian. Sering pihak yang kalah hanya asal bergerak saja untuk melaksanakan yang diperintahkan.

(55)

6) Metode ini menghambat tumbuhnya rasa tanggung jawab sendiri dan mengangkat ketergantungan dan selalu harus dikatakan tentang apa

yang harus dilakukan.

7) Meningkatkan timbulnya keluhan dan rasa ketakutan, menghambat

perkembangan keqa sama dan timbang rasa untuk kepentingan pihak lain. Keija sama tidak pernah bisa dikembangkan apabila murid-murid selalu diperintah saja.

8) Menghambat kreatifitas, eksplorasi, dan inovasi. Kualitas yang baik jarang timbul dalam suatu iklim ketakutan dan tekanan.

9) Memerosotkan produktivitas, moral yang rendah, kepuasan keija yang rendah, dan mengakibatkan tingginya angka drop out.

10) Menghambat perkembangan disiplin dari diri sendiri dan kontrol sendiri. Kesempatan untuk mengontrol diri sendiri tidak akan muncul bila anak-anak selalu dikontrol oleh orang lain.

11) Menghambat penyelesaian yang kreatif, seperti para ahli psikologi mengatakan “penyelesaian yang baik”.

12) Sering membuat pemenang merasa bersalah.

13) Selalu memerlukan pihak pemenang untuk menggunakan kekuatan dan otoritasnya untuk memperoleh kepatuhan.27

b. Metode II

Maksud dari metode II (guru kalah, murid menang) adalah guru selalu menuruti apa-apa keinginan murid tanpa mempedulikan tugasnya sebagai seorang

(56)

guru dan murid-muridnya akan tanpa mempertimbangkan apa hal itu berguna bagi murid-muridnya atau tidak.

Di bawah ini penemuan studi tentang pengaruh metode II untuk penyelesaian k o n flik :

1) Dapat cepat terselesaikan asalkan anda tidak menghiraukan perilaku murid supaya tidak terjadi pergolakan pada murid.

2) Dapat menimbulkan rasa dendam pada pihak yang kalah terhadap pemenang.

3) Meningkatkan pihak pemenang, menjadi mementingkan diri sendiri,

kurang bekerja sama, kurang timbang rasa terhadap pihak lain. Murid- murid menjadi sulit diatur, tidak disiplin, selalu menuntut, sehingga kelas menjadi kacau.

4) Cenderung lebih meningkatkan kreatifitas murid dibanding dengan metode yang pertama.

5) Tidak menghasilkan produktifitas dan moral yang tinggi. Banyak waktu terhambur sebab hanya sedikit sekali yang dapat dihasilkan.

6) Menimbulkan rasa bersalah pada pihak pemenang tentang tidak tercapainya guru memenuhi kebutuhannya.

7) Menyebabkan murid tidak menghormati guru. Murid-murid melihat

(57)

8) Menyebabkan murid selalu ingin menggunakan power dan kekuasaan

mereka. 28)

Hampir semua guru dalam menyelesaikan masalah selalu berorientasi pada menang atau kalah. Bila masalah terjadi, kebanyakan guru ingin

menyelesaikan sedemikian rupa sehingga mereka menang, atau paling sedikit tidak kalah. Ini berarti bahwa murid akan kalah atau sedikit tidak menang. Sebagian guru yang lain, yang tidak menyukai jeritan dan teriakan, mereka

merasa lebih baik mengalah kepada murid. Sikap perm isif ini didasarkan atas filsafat bahwa mengecewakan dorongan alamiah anak-anak adalah kurang baik. Menurut mereka, sikap perm isif ini merupakan sebagian dari tugas mereka, agar murid-murid tidak mengalami kerusakan pada jiw a mereka.

c. Metode III

Maksudnya dari metode III (sama menang, tidak ada yang kalah) adalaah seorang guru tidak memaksakan kehendaknya dan tidak menuruti semua

keinginan murid-muridnya kalau ada masalah dibicarakan dan cari solusinya bersama-sama antara guru dan murid-muridnya.

Keuntungan-keuntungan penggunaan metode III di dalam kelas adalah tidak ada balas dendam. Dengan menggunakan metode III kedua pihak (guru dan murid) sama-sama terpenuhi kebutuhannya, sama-sama menang, tidak ada yang kalah. Oleh sebab itu tidak ada seorangpun yang balas dendam, seperti halnya metode I dan II.

(58)

Baik guru dan terutama murid bergairah untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil sebab mereka merasa ikut terlibat dalam pengambilan

keputusan untuk memecahkan masalah. Metode III merangsang berpikir kreatif.

Pengetahuan dan pengalaman guru akan menjadi lebih kaya dan lebih bervariasi

setelah ditambah dengan pengetahuan dan pengalaman semua murid seluruh kelas.

Dalam melaksanakan metode I biasanya setelah keputusan diambil oleh guru, guru terpaksa harus mengajak murid-murid untuk melaksanakan keputusan itu. Dalam metode III hal yang demikian tidak diperlukan lagi sebab murid-murid dengan penuh antusias ingin melaksanakan keputusan yang telah diambil bersama. Di samping itu, dengan melaksanakan keputusan tersebut berarti kebutuhan anak terpenuhi.

(59)

konflik ini, misalnya dengan memberikan hukuman, baik berupa ancaman maupun teguran, bentakan dan maki-maki an.

Metode III yang menggunakan pendekatan tanpa ada yang kalah ini dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik antara murid ini. Dalam konflik antar murid ini guru bertindak sebagai fasilitator untuk melakukan enam langkah, pemecahan masalah. Guru seakan-akan sebagai perantara pihak yang konflik.

Dalam melaksanakan metode I biasanya setelah keputusan diambil oleh guru, guru terpaksa harus mengajak murid-murid untuk melaksanakan keputusan itu. Dalam metode III hal yang demikian tidak diperlukan lagi sebab murid-murid dengan penuh antusias ingin melaksanakan keputusan yang telah diambil bersama. Di samping itu, dengan melaksanakan keputusan tersebut berarti kebutuhan anak terpenuhi.

C. Hubungan Pengalaman Keija dengan Motivasi Meningkatkan Mutu Prestasi Belajar Murid

(60)

sedang mengalami masa mereka dan peningkatan prestasi mereka. Caranya

apabila ada seorang siswa yang sedang mengalami masalah, seorang guru harus

daya pikirnya untuk membaca apa penyebabnya dan apa solusinya. Apabila sudah tahu penyebabnya maka seorang guru harus menggunakan instinknya

untuk memecahkan masalah-masalah siswa tersebut. Apabila ide berhasil, maka seorang guru harus berinisiatif mencari cara-cara yang lain agar masalah-masalah siswa tersebut bisa terselesaikan dengan mengetahui bahwa siswa tersebut mempunyai karakter, kebutuhan dan masalah-masalah yang berbeda dengan siswa lain. Seorang guru yang tahu benar akan kewajiban dan tugasnya serta rela menyerahkan segala tenaga, pikiran, sikap dan perhatiannya untuk mengajari apa yang harus dikeijakannya untuk mengajar. Sekalipun harga yang harus dibayarnya untuk semua itu tidak murah, akan mencapai banyak biarpun keadaan

tidak menguntungkan sama sekali. Setiap guru yang benar-benar memahami pekerjaannya dapat menggambarkan apa yang ingin dicapainya.

Sebagaimana seorang pendidik memelihara motivasi kebutuhan- kebutuhan dan keinginan-keinginan, tujuan-tujuan, kesediaan-kesediaan dan perbedaan-perbedaan individual muridnya, guru pun harus berusaha menyiapkan peluang berpartisipasi praktis, mereka akan menjadikan dirinya tauladan dalam segala masalah yang guru ajarkan. Mereka menaruh perhatian terhadap faktor kepahaman mengetahui hubungan di antara pengalaman yang mereka berikan, pembaharuan keadaan kebebasan berpikir.

(61)

termasuk partisipasi orang tua dan masyarakat. Pengetahuan tentang jenis-jenis bahan bidang studi itu akan membantu kita dalam meningkatkan motivasi

prestasi belajar murid.

Ketrampilan berkomunikasi maupun tertulis baik melalui bahasa lisan

maupun tertulis sangat diperlukan oleh guru agar siswa dapat memahami bahan yang disampaikan oleh guru dan lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa. Mengingat siswa berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial yang berbeda, guru dituntut untuk meampu menghadapinya secara individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati perasaan siswa yang dihadapinya.

Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu bagi semua siswa. Setiap siswa prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapi prestasi yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari nampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lainnya.

Seorang guru seharusnya tidak membedakan siswa yang satu dengan yang lain.

(62)

dan kemajuan-kemajuan teknologi semakin canggih. Pengalaman itu pernah

dialami oleh tokoh terkenal dalam agama Islam yaitu “ Muhammad Abduh”. Tentang pengalaman ini beliau mengatakan “satu setengah tahun saya belajar di masjid Syeh Ahmad dengan tak mengerti suatu apapun". Ini adalah karena guru-

guru mulai mengajar kita dengan menghafal istilah-istilah tentang nama atau fiqih yang tak kita mengerti. Guru-guru tak merasa penting apa kita mengerti atau tidak mengerti arti istilah-istilah itu. Namun pada suatu hari dia bertemu dengan Syekh Darwisy Khadr. Dari Syekh Darwisy Khadr ini beliau bisa mengetahui maksud yang terkandung dalam istilah-istilah yang dulu tidak dimengertinya waktu dia belajar di tempat Syekh Ahmad dalam beberapa hari saja. Semua itu dikarenakan Syekh Darwisy menerangkan setiap satu kalimat yang telah dibaca oleh Muhammad Abduh. Sehingga beluai berubah sikapnya tentang ilmu dan

buku pengetahuan. Ia sekarang mulai mengerti apa yang dibacanya dan ingin mengerti dan mengetahui lebih banyak.29

Berdasarkan keterangan di atas, seharusnya guru mengetahui perbedaan yang dipunyai oleh murid-muridnya dan dia harus mau mengadakan perubahan- perubahan yang sesuai dengan keadaan dan perbedaan murid-muridnya.

Keterangan di atas juga menunjukkan bahwa pengalaman keija yang banyak akan ada hubungan antara pengalaman keija dengan motivasi meningkatkan mutu prestasi belajar murid pada guru. Semua ini tergantung pada guru itu sendiri. Bagaimana dia menyingkapi perbedaan yang dipunyai oleh

Gambar

Tabel 1. Hasil dari penyebaran Angket
Tabel 2. Laporan Pengalaman Guru
Tabel 3 Laporan Tanggapan Murid terhadap Guru
Tabel 1Pengalaman Guru di MAN I Salatiga
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan air kelapa pada maskulinisasi ikan cupang ( Betta splendens ) menggunakan metode perendaman embrio memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase ikan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara reputasi toko dengan minat beli anggota pada Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu Jakarta

[r]

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing melalui pemberian bantuan terhadap materi sifat- sifat bangun terlaksana dengan baik, perubahan sikap siswa

EIS seringkali dikombinasikan dengan konsep DSS membentuk suatu ODSS (Organizational DSS), sebuah sistem pendukung keputusan yang digunakan untuk mendukung masalah-masalah

Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :.. a) Persepsi (perception), yaitu

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan model analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hasil hypothesis.The dari penelitian ini

Penerimaan dosis di masyarakat untuk postulasi pada kondisi severe accident berdasarkan zona, untuk zona EPZ ( Exclusion Population Zone ) untuk semua postulasi di bawah