• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

H. UMKM

2. Bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam mendukung keberlangsungan UMKM Kerajinan Perak di kelurahan Purbayan Kotagede?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance (GCG) di UMKM Kerajinan Perak di kelurahan Purbayan Kotagede.

2. Untuk mengetahui penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam mendukung keberlangsungan UMKM Kerajinan Perak di kelurahan Purbayan Kotagede.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi Pelaku Usaha Kerajinan Perak

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para pengusaha Kerajianan Perak di Kotagede tentang penerapan prinsip Good Corporate

Governance (GCG) demi keberlangsungan UMKM

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang didapat diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Penelitian ini juga sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan di bidang penelitian ilmiah dalam mengungkap sebuah permasalahan yang terjadi.

3. Bagi Universitas

Hal penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan koleksi dan mengembangkan penelitian khususnya dalam bidang akuntansi.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibagi dalam enam 6, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Pada bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung topik penelitian yang akan digunakan peneliti dalam membahas permasalahan yang ada.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini memuat penjelasan tentang metode penelitian yang digunakan. Meliputi jenis penelitian, jenis dan sumber data, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan variable penelitian.

Bab IV : Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada bab ini menuliskan tentang gambaran umum perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Bab V : Analisis Data Dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang analisis data dan pembahasannya menggunakan hasil temuan lapangan.

Bab VI : Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya.

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Fundamental Corporate Governance 1. Pengertian Corporate Governance

a. Corporate governance menurut Turnbull Report

Pengertian corporate governance menurut Turnbull Report di Inggris (April 1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma adalah sebagai berikut:

“Corporate governance is company’s system if internal control has as its principal aim the management of risk that are significant to the fulfiment of its business objectives with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing overtime the value of the shareholders Investment”. Berdasarkan

pengertian di atas, corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendali internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelolah risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan niali investasi pemegang saham dalam jangka panjang. (Effendi, 2016 : 2)

b. Corporate Governance menurut World Bank

Menurut Bank Dunia (World Bank), pengertian good corporate

governance (GCG) adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah

yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja, sumber - sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai

ekomomi jangka panjang yang bekesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan

publik. Pengertian good governance sering diartikan sebagai

kepemerintahan (tata pemerintahan) yang baik. World Bank memberikan definisi governance sebagai: “the way state power is used in managing

economic and social resources for development of society”.

World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan

bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat.

Ada prinsip yang mendarasi pentingnya pemahaman good governance. Prinsip – prinsip pada World Bank yaitu :

1. Partisipasi masyarakat 2. Tegaknya supermasi hukum 3. Transparansi

5. Berorientasi dan consensus 6. Kesetaraan

7. Efektifitas dan efisiensi 8. Akuntabilitas

9. Visi strategis

c. Corporate Governance menurut FCCG

Lembaga Corporate governace di Malaysia, Finance Committee on

Corporate Governance (FCCG), mendefinisikan corporate governance

sebagai proses dans struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. (Effendi, 2016 : 2)

d. Corporate Governance menurut FCGI

Menurut forum Corporate Governance on Indonesia (FGCI), corporate

governance adalah separangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereja atau dengan kata lain suatu system yang mengendalikan perusahaan.

e. Corporate Governance menurut kementrian BUMN

Sesuai pasal 1 ayat 1, Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN,

disebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik, yang selanjutkan disebut dengan GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika perusahan.

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

1. Transparency (Transparansi) yaitu keterbukaan dalam proses

pengambilan keputusan dan penyampaian informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan.

2. Accountability (Akuntabiltas) yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana dengan efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban) yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

4. Independency (Kemandirian) yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (Kewajaran) yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak Stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. (Effendi, 2016 : 3)

B. Konsep Corporate Governance

Implementasi prinsip – prinsip GCG menyangkut pengembangan dua aspek yang saling berkaitan satu dengan lain, yaitu: perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Dalam praktik nyata di dunia bisnis, sebagian besar perusahaan ternyata lebih menekankan pada aspek hardware seperti penyusunan system prosedur serta pembentukan stuktur organisasi. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena aspek hardware hasilnya lebih mudah dilihat dan dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan aspek software. Gede Raka, salah seorang panel ahli dari Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG), menyatakan dalam GCG tersirat secara implisit bahwa sebuah perusahaan bukanlah mesin pencetak keuntungan bagi pemiliknya melainkan sebuah entitas untuk menciptakan nilai bagi semua pihak berkepentingan. Selain itu perusahaan bukanlah sekadar mesin pengubah input menjadi output melainkan sebuah lembaga insani sebuah masyarkat yang punya nilai, cita-cita, jati diri dan tanggungjawab social. Konsep GCG mencerminkan pentingnya sikap berbagi, peduli, dan melestarikan. Dengan demikian, jelaslah bahwa perubahan menuju praktik GCG yang lebih baik haruslah mencakup perubahan pada dimensi psikososial perusahaan. (Effendy, 2009)

C. Prinsip – Prinsip Corporate Governance

Prinsip – prinsip corporate governance biasanya dikenal dengan singkatan TARIF, yaitu Transparency (transparansi), Accountability (Akuntabilitas),

Responsibility (responsibilitas), Independency (independensi), dan Fairness (kesetaraan). Berikut penjelasn singkat dari masing-masing prinsip good

corporate governance tersebut:

1. Prinsip Transparansi

Transparansi mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, kinerja operasional dan kepemilikan perusahaan. Di dalam sebuah usaha tentu butuh adanya keterbukaan, seperti contohnya keterbukaan mengenai sistem penggajian. Jika seorang pegawai diinfokan mengenai sistem penggajian yang jelas tentu ia akan dapat lebih fokus dan semangat dalam bekerja. Ia akan memperoleh gaji sesuai dengan porsi kerja yang dilakukan. Selain itu, dalam hal pembuatan laporan keuangan, sebuah usaha memerlukan adanya laporan keuangan. Laporan keuangan memiliki peran yang penting dalam memprediksi keuangan perusahaan kedepan dan akan berpengaruh terhadap keberlangsungan sebuah usaha. Dalam prinsip transparansi, pengungkapan infomasi tidak terbatas pada informasi material tentang:

a. Keuangan dan hasil operasi perusahaan

Laporan keuangan yang sudah diaudit adalah sumber informasi yang berguna untuk memonitor kinerja keuangan dan menjadi dasar untuk menilai asset sekuritas. Para manajer dan pengambil keputusan sering berdiskusi dengan menggunakan bahan dari laporan keuangan.

Pengungkapan hal – hal yang berkaitan dengan perusahaan secara benar akan sangat bermanfaat.

1.) Tujuan – tujuan perusahaan

Tujuan perusahaan harus disosialisasikan kepada lingkungan bisnis dan masyarakat umum. investor dan pengguna lainnya terkadang melihat tujuan perusahan untuk tujuan evaluasi antara operasi perusahaan dan langkah-langkah apa yang diambil perusahaan untuk mencapai tujuan. 2.) Kepemilikan saham mayoritas dan hak – hak suara dengan adanya

keterbukaan, investor mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hak – hak mereka sebagai pemilik saham.

3.) Anggota dewan komesaris serta penghasilannya

Dasar membutuhkan informasi ini untuk mengevaluasi kinerja dan kualifikasi anggota dewan serta mengukur seberapa besar potensi konflik kepenntingan akan mempengaruhi keputusan mereka.

4.) Faktor-faktor risiko akan datang yang material informasi yang penting lainnya adalah tentang risiko yang sekiranya dapat diduga dari informasi yang didapatkan.

- Isu – isu yang berhubungan dengan para karyawan dan pihak pihak yang berkepentingan lainnya.

- Struktur dan kebijakan governance perusahaan disini lebih ditekankan bagaimana usaha perusahaan dalam mewujudkan good

- Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas yang tinggi di bidang akuntansi, pengungkapan keuangandan non-keuangan serta audit.

- Pemeriksaan tahunan disiapkan, diaudit dan diungkapkan sesuai dengan standar kkualitas yang tinggi di bidang akuntansi, pengungkapan keuangan dan non-keuangan serta audit.

- Jalur penyebaran informasi harus mencerminkan keadilan, ketepatan waktu dan efisiensi biaya agar informasi yang dihasilkan relevan.

2. Prinsip Akuntabilitas

Akuntabilitas dimaksudkan sebagai prinsip mengatur peran dan tanggungjawab manajeman agar dalam mengelola perusahaan dapat mempertanggungjawbakan serta mendukung usaha utuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Perusahaan seharusnya mendefiniskan fungsi, hak, tanggungjawab, dan kewajiban masing-masing organ perusahaan serta mengomunikasikan hal – hal tersebut kepada setiap pihak yang berkepentingan. Setiap keputusan yang diambil oleh manajemen erusahaan seharusnya jelas aspek akuntabilitasnya.

Tingkatan akuntabilitas , yaitu sebagai berikut a. Akuntabilitas Individual

Akuntabilitas individual merujuk kepada hubungan akuntanbilitas dalam konteks atasan-bawahan. Akuntabilitas berlaku kepada kedua belah pihak, baik yang mempunyai wewenang dan yang mendapatkan penugasan dari pemegang wewenang.

b. Akuntabilitas tim

Akuntabilitas tim merujuk kepada adanya akuntabilitas yang ditanggung bersama oleh suatu kelompok kerja atas kondisi dari kinerja yang tercapai.

c. Akuntabilitas korporasi

Akuntabilitas korporasi merujuk kepada akuntabilitas perusahaan dalam menjalankan perannya sebagai entitas bisnis. Dalam hal ini perusahaan bertanggungjawab atas aktivitas yang dilakukannya.

3. Prinsip Responsibilitas

Perusahaan memastikan pengelolaan perusahaan dengan mematuhi peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku sebagi cermin tanggungjawab korporasi sebagai warga korporasi yang baik. Perusahaan selalu mengupayakan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan dalam batas-batas peraturan perundang- undangan dan etika bisnis yang sehat.

4. Prinsip Independensi

Perusahaan menyakini bahwa kemandirian merupakan keharusan agar organ perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan yang baik bagi perusahaan. Setiap organ perusahaan akan melasanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip GCG. Selain organ perusahaan tidak boleh ada pihak-pihak yang dapat mencampuri pengurusan perusahaan.

5. Prinsip kesetaraan

Kesetaraan mengandung makna bahwa terdapat perlakuan yang sama terhadap semua pemegang saham, termasuk investor asing dan pemegang saham minoritas, yaitu semua pemegang saham dengan kelas yang sama harus mendapat perlakuan yang sama pula. (Effendi, 2016:11-14)

D. Unsur-unsur Good Corporate Governance

Dalam penerapan good corporate governance pada perbankan dibutuhkan unsur yang mendukung. Adapun menurut Sutedi (2011), unsur-unsur dalam GCG di dalam perusahaan adalah :

1. Corporate Governance – External Perusahaan : a. Pemegang saham;

b. Direksi;

c. Dewan komisaris; d. Manajer;

e. Karyawan;

f. Sistem remunerasi berdasar kinerja; g. Komite audit.

Unsur-unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, antara lain meliputi : 1.) Keterbukaan dan kerahasiaan (disclosure);

2.) Transparansi; 3.) Akuntabilitas; 4.) Kesetaraan;

5.) Aturan dari code of conduct.

2. Corporate Governance – External Perusahaan

Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah : a. Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum; b. Investor;

c. Institusi penyedia informasi; d. Akuntan publik;

e. Intitusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan; f. Pemberi pinjaman;

g. Lembaga yang mengesahkan legalitas.

Unsur-unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan antara lain meliputi: 1) Aturan dari code of conduct;

2) Kesetaraan; 3) Akuntabilitas;

4) Jaminan hukum.

Perilaku partisipasi pelaku Corporate Governance yang berada di dalam rangkaian unsur-unsur internal maupun eksternal menentukan kualitas

Corporate Governance

E. Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) Tahun 2008

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa Prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

1. Transparansi (Transparency) a. Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability) a. Prinsip Dasar

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate

values), dan strategi perusahaan.

2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment

5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

3. Responsibilitas (Responsibility) a. Prinsip Dasar

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4. Independensi (Independency) a. Prinsip Dasar

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) a. Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

b. Pedoman Pokok Pelaksanaan

1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

F. Manfaat penerapan Good Corporate Governance (GCG) bagi UMKM

Penerapan Corporate Governance yang efektif dapat memberikan sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta menghindari terjadinya krisis dan kegagalan di masa depan. Penerapan Corporate Governance memberikan manfaat sebagai berikut (Andrew, 2012:25)

1. Perbaikan dalam komunikasi 2. Meminimalisasi benturan potensi 3. Focus pada stategi utama

4. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi 5. Kesinambungan manfaat

6. Promosi ciri korporat

7. Peningkatan kepuasan pelanggan 8. Perolehan kepercayaan investor

Pemisahan wewenang antara otoritas satu dengan lainnya akan meminimalkan adanya kesalahan yang mungkin dapat dilakukan oleh pemilik yang biasanya berperan sekaligus sebagai manajer atau peran penting lainnya. Suatu UMKM dengan memiliki struktur tatas kelola yang baik akan membantu mereka dalam mengelola keuangan. Pengelolaan keuangan yang baik akan berdampak pada peningkatan keuntungan dan pengembalian modal. Hal ini tentu akan membantu UMKM dalam menjaga bahkan meningkatkan keberlangsungan UMKM (Aronoff dan Wani, 2011 dalam Cahya, 2017)

G. Perkembangan Corporate Governance di Indonesia

Implementasi GCG di Negara kita sangat terlambat jika dibandingkan dengan Negara-negara lain, mengingat masuknya konsep GCG di Indonesai relative masih baru. Konsep GCG di Indonesia awalnya diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) dalam rangka pemulihan ekonomi pascakrisis.

Pada April 2001, Komite Nasional Indonesia untuk Tata Kelola Perusahaan (CORPORATE Governance Policies) mengeluarkan The Indonesia Code for Good Corporate Governance (Kode Tata Kelola Perusahaan yang baik) bagi masyarakat bisnis Indonesia. Dalam Indnesia Code for Good Corporate Governance tersebut dimuat hal-hal yang berkaitan dengan:

1. Pemegang saham dan hak mereka 2. Fungsi dewan komisaris perusahaan

3. Fungsi direksi perusahaan 4. Sistem audit

5. Sekretaris perusahaan 6. Pemangku kepentingan

7. Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan 8. Prinsip kerahasiaan

9. Etika bisnis dan korupsi

10. Perlindungan terhadap lingkungan hidup

Pada tahapan pertama, ketentuan tentang tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) tersebut (terutama) ditujukan bagi perusahaan – perusahaan publik, badan usaha milik Negara dan perusahaan- perusahaan yang menggunakan dana publik atau ikut serta dalam pengelolaan dana publik.

H. Usaha Mikro dan Menengah (UMKM)

Sesuai dengan undang- undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

1. Pengertian UMKM

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar.

Terdapat beberapa acuan definisi yang digunakan berbagai instansi di Indonesia, yaitu:

a. UU no.9 tahun 1995 tentang mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan

Dokumen terkait