• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Dalam dokumen RISSA MARINA WIDODO S4310027 (Halaman 30-53)

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Agensi

Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Govindarajan, 1998). Menurut Ali (2002) agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

Menurut Rahmawati (2006), salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan principal adalah adanya asimetris informasi. Asimetris informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott (2003), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

a) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

commit to user

15

b) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman, manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

2. Manajemen Laba

a. Pengertian manajemen laba

Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku oportunistic manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang, dan political cost (Scott, 2009). Perilaku opportunis ini

commit to user

16

direfleksikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient contracting yaitu meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi privat. Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan istilah manajemen laba atau earnings management. Menurut Scoot (2009) manajemen laba adalah pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Menurut Assih dkk. (2000) mengartikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dkk., 2000).

b. Faktor- faktor pendorong terjadinya manajemen laba

Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT). Scoot (2009) menyatakan tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba antara lain:

commit to user

17 1) The bonus planhypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Manajer dengan rencana bonus akan lebih memiliki prosedur akuntansi yang menggeser laba pada periode mendatang ke periode saat ini. Hal ini terjadi (paling tidak) sebagian gaji manajer bergantung pada bonus yang dihasilkan jika melaporkan laba bersih. Oleh karena itu, manajer akan berusaha untuk melaporkan laba setinggi mungkin.

2) The debt covenant hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa apabila perusahaan semakin dekat dengan pelanggaran perjanjian utang yang berdasarkan akuntansi, maka manajer mungkin akan untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba pada periode mendatang ke periode saat ini. Pelanggaran terhadap perjanjian hutang akan menyebabkan kreditor memberikan sanksi (penalty) seperti pembatasan pembagian deviden maupun pembatasan pinjaman baru. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap perjanjian utang (debt covebabt) berpotensi menghasilkan kendala bagi manajer dalam mengelola perusahaan.

3) The political cost hypothes

Hipotesis menyatakan bahwa semakin besar biaya politik (political cost) perusahaan, manajer akan lebih cenderung memilih kebijakan akuntansi yang dapat menangguhkan laba periode saat ini ke periode

commit to user

18

mendatang. Biaya politik dapat dipicu oleh proffitabilitas tinggi yang dapat memancing perhatian publik seperti media masa maupun konsumen. Perhatian publik ini akan direspons oleh politisi (pemerintah dan parlemen) dengan cara menetapkan regulasi baru seperti aturan pajak baru yang dapat memberatkan perusahaan. Ukuran perusahaan yang semakin besar juga dapat mengarahkan pada biaya politik yang tinggi. Dengan

demikian, untuk menekan biaya politik

ini manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba sebagai upaya untuk menunjukkan kepada publik (politisi, pemerintah) bahwa perusahaan sedang menderita kerugian.

Ketiga hipotesis diatas diinterpretasikan dalam bentuk oportunistik (opportunistic form). Perspektif oportunistik memiliki arti bahwa manajer dipandang akan memilih kebijakan akuntansi yang terbaik bagi kepentingan pribadinya meskipun kebijakan tersebut bukan yang terbaik bagi perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan dengan tujuan oportunistik manajer merupakan sisi buruk dari manajemen laba.

Adapun sisi baik dari praktek manajemen laba berkaitan dengan perspektif kontrak efesien. Ketika kontrak cenderung kaku dan tidak lengkap, maka manajemen laba diperlukan untuk bisa mendapatkan kontrak yang efesien. Selain itu, sisi baik dari manajemen laba adalah berkaitan dengan kemampuannya sebagai alat untuk menyampaikan informasi dalam (inside information) kepada

commit to user

19

pasar, sehingga harga saham akan semakin baik dalam merefleksikan prospek perusahaan.

Ketiga hipotesis PAT juga dapat diinterpretasikan dari perspektif kontrak efesien. Misalnya terkait dengan bonus plan hypothesis, manajer tidak akan menggunakan kebijakan akuntansi yang dapat menyebabkan laba perusahaan naik –turun (volatile).Terkait dengan debt covenant hypothesis, perusahan akan menghindari pelanggaran perjanjian utang untuk menekan cost of financial distress. Terkait dengan political cost hypothesis, perusahaan akan mendapatkan manfaat dari penghindaran biaya politik.

c. Pola dalam manajemen laba

Menurut Scott (2009) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam manajemen laba adalah:

1) Taking a bath

Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut.

commit to user

20 2) Income minimization

Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya.

3) Income maximization

Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.

4) Income smoothing

Bentuk ini mungkin yang paling menarik.Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholder yang terkait dan atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori

commit to user

21

stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya Hal tersebut didukung oleh Gray et al. (1987) yang menyatakan bahwa, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.

Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dkk., 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability). Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie et al., 1990).

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Corporate SocialResponsibility atau tanggung jawab sosial

commit to user

22

perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Gray et al. (1987) mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu di masyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi (terutama perusahaan), di luar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham.

Dari beragam definisi tanggung jawab sosial perusahaan, ada satu kesamaan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh Elkington (1990) sebagai triple bottom line, yaitu: Profit, People, dan Planet. Maksudnya, tujuan tanggung jawab sosial perusahaan harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan.

Tema pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukakan Hackston et al. (1996) terdiri dari 7 tema yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Ketujuh tema tersebut dijabarkan kedalam 78 item pengungkapan yang

commit to user

23

telah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan kondisi yang ada di indonesia, yaitu sebagai berikut ini:

a. Lingkungan

Pengendalian polusi, pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan, konservasi sumber alam, menerima penghargaan yang berkaitan dengan program lingkungan pengolahan limbah, mempelajari dampak lingkungan.

b. Energi

Menggunakan energi lebih efesien, memanfaatkan barang bekas, membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi produk, riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi produk, riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi, mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. c. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja

Mengurangi polusi, iritasi atau resiko dalam lingkungan kerja, mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, menaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja, menetapkan suatu komite keselamatan kerja.

d. Lain-lain tenaga kerja

Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu ditempat kerja, mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja, mengungkapkan presentase gaji untuk pensiun, mengungkapkan kebijakan penggajian dalam

commit to user

24

perusahaan, mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan, mengungkapkan tingkat manajerial yang ada, mengungkapkan jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia.

e. Produk

Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, pengungkapan informasi proyek riset, membuat produk lebih aman untuk konsumen, melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan, pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk, pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.

f. Keterlibatan masyarakat

Sumbangan tunai dan produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni, tenaga kerja paruh waktu, sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat, sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, membiayai program beasiswa, membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.

g. Umum

Pengungkapan tujuan kebijakan perusahaan secara umum yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang telah disebutkan diatas.

commit to user

25

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat memberikan berbagai manfaat potensial bagi perusahaan. Dalam ISO 26000 disebutkan manfaat CSR bagi perusahaan yaitu berikut ini:

a. Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspektasi masyarakat, peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk manajemen risiko hukum yang lebih baik) dan risiko jika tidak bertanggung jawab secara sosial.

b. Meningkatkan praktek pengelolaan risiko dari organisasi.

c. Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan publik yang lebih besar.

d. Meningkatkan daya saing organisasi.

e. Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholder dan kapasitasnya untuk inovasi, melalui paparan perspektif baru dan kontak dengan para stakeholder.

f. Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-laki maupun perempuan dan berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan.

g. Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan produktivitas dan efisiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah, mengurangi limbah, dan meningkatkan ketersediaan bahan baku.

commit to user

26

h. Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak adanya korupsi.

i. Mencegah atau mengurangi potensi konflik dengan konsumen tentang produk atau jasa.

j. Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka panjang organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya alam dan jasa lingkungan.

k. Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat masyarakat umum dan lembaga.

Ada berbagai motivasi bagi para manajer untuk sukarela melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti memutuskan untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan. Deegan et al. (2002) dalam penelitiannya merangkum beberapa alasan yang dikemukakan oleh berbagai peneliti untuk melaporkan informasi sosial dan lingkungan sebagai berikut :

a. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang. b. Pertimbangan rasionalitas ekonomi.

c. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. d. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman.

e. Untuk memenuhi harapan masyarakat, mungkin mencerminkan suatu pandangan yang sesuai dengan komunitas lisensi untuk beroperasi.

commit to user

27

4. Kompensasi Manajemen

Dalam teory agensi di asumsikan bahwa individu- individu bertindak untuk memaksimumkan kepentingan sendiri. Masing-masing individu di asumsikan termotivasi oleh kepentingan sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan diantara prinsipal dan agen (Scott, 2003). Kompensasi merupakan nilai jasa yang diberikan pemilik perusahaan kepada manajemen (Jensen, 1976). Adanya program kompensasi manajemen diharapkan dapat mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.

Kompensasi merupakan salah satu strategi manajemen sumberdaya manusia untuk menciptakan keselarasan kerja antara karyawan dengan pimpinan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan (Walker,1992). Watts et al. (1986) menyatakan bahwa mengapa rencana kompensasi manajemen (bonus plans) ada dalam suatu perusahaan (digunakan oleh perusahaan), tidak lain karena rencana tersebut merupakan sarana kontrak yang efisien (efficient contract) yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap. Menurut Pujiningsih (2010) sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan.

Scott (2009) menyebutkan bahwa dari 3 jenis komponen kompensasi yang diterima manajer adalah: Gaji, tunjangan-tunjangan dalam bentuk natura,

commit to user

28

kompensasi insentif. Menurut Scoot (2009) karakteristik rencana kompensasi insentif bisa dibagi menjadi 2 bagian :

a. Rencana kompensasi jangka pendek yang diberikan berdasarkan prestasi tahun yang bersangkutan (biasanya diberikan dalam bentuk kas), ada 3 macam kompensasi :

1) Total Bonus Pool

Diberikan berdasarkan rumusan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, kemudian ditetapkan persentasenya terhadap total laba atau per lembar saham. Hal ini tidak mempertimbangkan peningkatan investasi yang berakibat terhadap laba tahun berjalan, tetapi sudah mempertimbangkan hak dari pemegang saham.

2) Carry Overs

Adalah rencana insentif jangka pendek dengan pengaturan agar setiap tahun dapat dibagi bonus, caranya membentuk rekening khusus sehingga dapat ditentukan berapa bonus yang dapat ditambahkan pada dana bonus (carryover) dan berapa banyak yang dapat digunakan jika kegiatannya terlalu rendah.

3) Kompensasi yang ditunda

Jumlah bonus dihitung setiap tahun dan pembayarannya bisa saja dilakukan beberapa kali sepanjang periode tertentu. b. Kompensasi insentif jangka panjang yang didasarkan pada harga saham

commit to user

29 1) Stock Options

Bonus dalam bentuk hak membeli sejumlah saham di masa depan dengan harga yang disetujui pada saat opsi dilakukan, ini biasanya dibawah harga pasar saham pada saat itu. Menurut Fadjrih (2006) Salah satu jenis kompensasi yang diberikan berupa opsi saham eksekutif atau dikenal dengan Management Stock Option Program (MSOP) yang merupakan bentuk kompensasi untuk menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang perusahaan.

2) Phantom Stock

Memberikan saham sebagai penghargaan kepada manajer untuk tujuan pembukuan atau secara akuntansi saja, karena tidak mempunyai biaya transaksi.

Menurut Pujiningsih (2010), sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan mempertahankan karyawan. Dalam hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup para pegawai, suatu organisasi harus secara efektif memberikan kompensasi sesuai dengan beban kerja yang diterima pegawai. Kompensasi merupakan salah satu faktor baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Menurut Johnson (2007) pemberian kompensasi manajemen atau insentif berupa saham atau option dapat mengurangi kemungkinan fraud yang dilakukan oleh

commit to user

30

manajer atau eksekutif. Dan juga menurut Shuto (2007) manajer yang tidak mendapatkan bonus cenderung melakukan decreasing income dengan menggunakan metode Big Bath.

B. PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian lain menguji hubungan antara kompensasi manajemen dan manajemen laba. Penelitian-penelitian tersebut mengasumsikan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan kompensasi manajemen sebagai alat yang efektif memberikan dampak positif terhadap reputasi perusahaan yang rusak akibat praktek manajemen laba.

1. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen laba

Erica et al. (2011) melakukan penelitian terhadap perusahaan makanan yang memiliki 4 digit kode SIC mulai nomor 2000-2099, serta perusahaan minyak dan gas mulai nomor 2900-2999. Jumlah sampel yang didapat adalah 80 perusahaan makanan dan 30 perusahaan minyak dan gas. Erika et al. (2011) menguji pengaruh antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba. Dimana pengaruh negatif ditemukan untuk perusahaan minyak dan gas, sedangkan pengaruh positif ditemukan pada perusahaan makanan.

Rahmawati (2010) menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh praktik manipulasi aktivitas riil terhadap aktivitas tanggung jawab sosial

commit to user

31

perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan yang diinteraksikan dengan praktik manipulasi riil berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dimasa depan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan yang dinteraksikan dengan manipulasi aktivitas riil biaya discresioner berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dimasa depan. Selain itu, variabel manipulasi aktivitas riil biaya diskresioner, tanggung jawab sosial perusahaan, dan variabel kontrol secara bersamaan signifikan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dimasa depan.

Prior et al. (2008) meneliti pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen laba dengan dasar asumsi praktek manajemen laba akan berpengaruh negatif atas hubungan perusahaan dengan stakeholder dan reputasi perusahaan. Untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan kepuasan stakeholder perusahaan melakukan praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan menggunakan sampel 593 perusahaan dari 26 negara tahun 2002 dan 2004, penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan manajemen laba dan kombinasi praktek tanggung jawab sosial perusahaan dan manajemen yang berdampak negatif terhadap kinerja finansial perusahaan.

Chih et al. (2008) menguji pengaruh antara pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen pada 1653 perusahaan di 46 negara mempunyai efek positif atau negatif dalam hal kualitas informasi pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Dalam penelitian

commit to user

32

ini menemukan bahwa: manajemen laba yang diproksikan dengan earning smoothing yang meningkat berhubungan dengan dilakukannya tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosial

Dalam dokumen RISSA MARINA WIDODO S4310027 (Halaman 30-53)

Dokumen terkait