• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Landasan Teori

Untuk keperluan penelitian ini, peneliti mengunakan landasan teori tentang (i) feature, (ii) definisi feature biografi, (iii) lead, (iv) jenis-jenis lead, (v) gaya bahasa, (vi) jenis-jenis gaya bahasa.

1.6.1 Feature

Feature adalah artikel yang kreatif yang terutama dimaksudkan untuk memuat kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Jadi feature adalah sebuah

tuturan mengenai tokoh tertentu, fakta, kejadian, peristiwa atau proses yang disertai penjelasan mengenai riwayat kejadiannya, duduk perkaranya, proses pembentukannya ataupun cara kerjanya (Koesworo, 1994:94).

Menurut Romli (2003:22) feature adalah sebuah “karangan khas” yang menuturkan fakta, atau proses disertai penjelasan riwayat terjadinya, duduk perkaranya, proses pembentukannya dan cara kerjanya. Menurut Romli (2003:24-25), ada lima jenis feature berdasarkan tipenya, yaitu, 1) feature human interest

yaitu feature yang menyangkut sentuhan keharuan, kegembiraan, kejengkelan, atau kebencian, simpati dan sebagainya. Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, atau kisah seorang penjahat yang dapat menimbulkan kejengkelan. 2) featurepribadi-pribadi menarik atau feature biografi adalah feature yang menyangkut riwayat hidup atau kepribadian seorang tokoh terkemuka. Misalnya riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi. 3) feature perjalanan. Misalnya kunjungan ke tempat bersejarah di dalam atau pun di luar negeri, atau ke tempat yang jarang dikunjungi orang. 4) feature sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan, atau peristiwa keagamaan, dengan memunculkan tafsir baru sehingga tetap terasa aktual untuk masa kini. 5) feature petunjuk praktis (tips), yaitu mengajarkan keahlian how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangun rumah, dan sebagainya.

Menurut Koesworo dkk (1994:96-97), ada enam jenis feature menurut objek utamanya, yaitu, 1) Human Interest Feature (feature yang mengutamakan segi rasa kemanusiaan), 2) Historical Feature (feature yang menyangkut peristiwa sejarah), 3) Biograpihcal and Personality Feature (feature yang menyangkut riwayat hidup atau kepribadian seseorang tokoh terkemuka), 4) Travel Feature (feature yang menuturkan suatu perjalanan ke suatu tempat yang memikat), 5)

Explanatory and How To Do It Feature ( feature yang menguraikan sesuatu atau bagaimana sesuatu harus dikerjakan), dan 6) Scientific Feature (feature yang menyangkut ilmu pengetahuan).

Feature berbeda dengan penulisan berita lainnya. Oleh karena itu, ada hal- hal penting dalam penulisan feature menurut Setiati (2005: 35), yaitu, Pertama kreativitas. Untuk membuat feature, dibutuhkan kreativitas dan imajinasi wartawan atau penulis untuk merangkai fakta menjadi sebuah cerita yang menarik. Kreativitas dan imajinasi sangat dituntut dalam penulisan feature

sehingga feature menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Kedua subjektivitas, dalam penulisan feature penuturan kisah kerap menggunakan kata ganti orang pertama ( aku, saya). Unsur subjektivitas sangat kentara. Dalam penulisan feature penuturan kisah tidak seperti pada berita langsung yang mengikuti pola piramida terbalik. Penulisan feature tidak mementingkan unsur piramida terbalik. Dalam feature penulis sering menggunakan kata ganti orang pertama dalam menyajikan apa yang diberitakan dan lebih subjektivitas.

Ketiga informatif, dalam penulisan feature harus ada informasi yang menarik perhatian pembaca. Dalam feature harus menyampaikan sesuatu yang menarik yang dtuliskan berdasarkan fakta bukan fiktif. Feature mengangkat kisah yang mengandung informasi yang sangat dibutuhkan oleh pembaca yang ditulis secara lebih mendalam.

Keempat menghibur, penulisan feature lebih berkesan menghibur pembaca dengan menyajikan berita ringan seperti anekdot kisah pembunuhan, skandal, atau bencana yang dapat membuat pembaca tertawa. Dalam feature kita bisa menemukan kisah-kisah ringan yang ditulis secara kreatif sehingga memikat untuk dibaca.

Kelima awet, tulisan feature bisa dinikmati untuk jangka waktu yang lebih lama. Penulisan feature lebih menekankan fakta- fakta yang dapat merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, di samping tidak meninggalkan unsur informasi). Feature ditulis secara lebih mendalam dalam mengupas sebuah berita sehingga kehadirannya menjadi tidak basi dan lebih awet.

1.6.2 Feature Biografi

Feature biografi atau personality feature adalah feature yang bercerita tentang riwayat perjalanan hidup seseorang, terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia (Sumadiria, 2005:152).

Menurut Romli (2003:24) feature biografi atau feature pribadi-pribadi menarik adalah feature mengenai riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal atau tentang seorang tokoh terkemuka. Misalnya riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan feature biografi adalah feature yang berisi tentang kisah seseorang tokoh ataupun bukan tokoh yang dapat mencapai kesuksesan maupun tidak, tetapi dalam perjalanan hidupnya selalu berjuang dan memiliki kepribadian, nilai atau sifat yang tidak dimiliki oleh orang lain.

1.6.3 Lead

Lead atau pembuka dalam feature, merupakan mata rantai antara penulis dan pembacanya untuk mengingatkan pembaca dengan seluruh permasalahan yang disajikan dalam tulisan untuk itulah feature ditulis dengan lead yang bervariasi untuk menarik perhatian pembaca.

Lead dalam penulisan feature sangat penting karena dapat menggiring pembaca untuk melahap seluruh isi berita. Buatlah pembuka yang pendek dengan gaya dan pengembangan ide dari isi berita. Susun sedemikian rupa hingga pembuka mampu bercerita. Pembukaan naratif ini akan memudahkan pembaca untuk memahami seluruh isi cerita (Setiati, 2005:39).

1.6.4 Jenis-Jenis Lead

Teori tentang jenis-jenis lead yang dianut adalah menurut pendapat Sumadiria dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Berikut ini uraian tentang jenis-jenis lead tersebut:

1.6.4.1 Lead Menceritakan

Penulisan lead ini mengambil gaya tulisan cerita pendek atau novel, ketika berusaha agar pembaca merasa seperti ikut atau merasa menjadi tokoh utama yang diceritakan dalam tulisan tersebut. Lead menceritakan, mengajak untuk dan sekaligus menempatkan pembaca, pendengar atau pemirsa, ke dalam realitas kisah cerita. Pembaca tidak dalam posisi menonton atau mendengar kisah peristiwa yang disampaikan penulis. Pembaca justru berada di tengah-tengah peristiwa. Ia bahkan membayangkan dan mengidentifikasikan dirinya seolah-olah menjadi tokoh utama dalam kisah peristiwa itu. Biasanya lead ini dipakai untuk feature

petualangan, pihak berwajib dalam action dan lain- lain.

(3) Langit cerah di Cirebon. Tanah basah sisa hujan semalam pun telah kering tak tersisa lagi. Awan kelabu yang menggayut. Terik matahari menerangi pelataran kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat. (Kompas, 20 Februari 2007). Contoh (3) merupakan jenis lead bercerita karena dalam lead tersebut penulis menceritakan suasana di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat. Diceritakan bahwa langit cerah tanah yang basah akibat hujan telah kering karena terkena sinar matahari.

1.6.4.2 Lead Menggambarkan

Dalam lead ini tulisan dibuka dengan lead yang digambarkan oleh penulis, dan berusaha memindahkan suasana ke dalam pembukaan tulisan. Lead

menggambarkan sangat disukai wartawan sewaktu ia membuat feature mengenai profil orang. Lead ini mencoba memberi pancingan dangan objek yang dibuat hidup seperti seorang pelukis membuat gambar sketsa atau karikatur atau juru foto menyuguhkan sebuah foto (Zain, 1992: 72).

Lead menggambarkan hanya menggambarkan kisah peristiwa. Lead jenis ini tidak mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk masuk ke dalamnya dan menjadi pemain atau aktor peristiwa. Lead ini hanya menempatkan kita sebagai penonton. Ibarat kompetisi sepak bola, kita hanya berada di pinggir lapangan. Kita hanya menyaksikan, mengamati, menilai jalannya pertandingan yang sedang digelar di tengah lapangan. Kita mungkin bisa marah atau bersorak, tetapi kita ikut dan merasakan, misalnya tentang sakitnya tulang kaki kering kita, ketika seorang pemain favorit kita harus dipapah ke luar lapangan setelah dijatuhkan dan dicederai oleh pemain lawan (Sumadiria, 2005: 201-202). Perhatikan contoh (4) berikut ini.

(4) Mata Sidik W.Martowidjoyo (70) yang sipit tiba-tiba membelalak. Cuaca petang di Yogyakarta pada awal tahun 2007 yang sejuk, justru membuat jantungnya seperti terguncang

(Kompas, 31 Januari 2007).

Contoh (4) merupakan contoh penulisan lead menggambarkan karena di dalam lead tersebut penulis mengambarkan bahwa mata Sidik yang sipit tiba-tiba

membelalak. Penulis menggambarkan juga cuaca yang sejuk pada awal tahun 2007 di Yogyakarta membuat jantung Sidik seperti terguncang.

1.6.4.3 Lead Kesimpulan

Lead ini merupakan intisari materi tulisan, yang meringkas seluruh isi

feature. Dalam lead ini disimpulkan kira-kira keseluruhan apa yang akan ditulis, kemudian disusun dengan baik pada lead. Biasanya ketika mencari bahan pun, penulis sudah tahu apa yang akan dis impulkan sebagai lead, karena sebenarnya dari mulai ide dikeluarkan, kemudian bergerak untuk menulis, plot cerita sudah bisa penulis buat dalam bayangan.Perhatikan contoh (5) berikut ini.

(5) Kalangan ibu rumah di desa maupun di kota agaknya tidak perlu khawatir akan kesulitan minyak tanah untuk memasak. Alfy Chalidyanto (38) menawarkan bahan energi alternatif baru kompor tanpa sumbu berbahan dasar biji jarak pagar. (Kompas, 16 Januari 2007).

Contoh (5) merupakan contoh penulisan lead kesimpulan karena dalam

lead tersebut penulis menyimpulkan terlebih dahulu apa yang diberitakan. Penulis menyimpulkan bahwa kalangan ibu rumah di desa maupun di kota agaknya tidak perlu khawatir akan kesulitan minyak tanah untuk memasak. Alfy Chalidyanto (38) menawarkan bahan energi alternatif baru kompor tanpa sumbu berbahan dasar biji jarak pagar. Lead kesimpulan digunakan karena mempunyai nilai berita (news value) yang lebih tinggi dibandingkan dengan lead-lead yang lain.

1.6.4.4 Lead Kutipan

Lead kutipan pada feature sama persis dengan teras berita kutipan pada penulisan berita langsung. Artinya mengutip perkataan nara sumber pada paragraf pertama feature yang diasumsikan bahwa kutipan tersebut memiliki nilai- nilai berita atau informasi yang cukup tinggi. Paling tidak, kutipan itu tidak sekadar perkataan langsung biasa yang tidak ada bobot isi, nilai, dan dampaknya. Di balik perkataan langsung tersebut, terdapat sesuatu yang akan menarik perhatian serta mungkin saja menjadi bahan pemikiran, tanggapan, atau bahkan sumber gugatan masyarakat.

Lead kutipan harus memenuhi tiga syarat apabila hendak kita pilih:i) perkataan langsung nara sumber atau tokoh cerita yang dikutip dinilai sangat penting atau luar biasa, ii) dinyatakan dalam kalimat jelas, ringkas, dan tegas, dan iii) mencerminkan watak pribadi, kebiasaan, gaya kepemimpinan, atau tinjauan dan kedalaman filosofi hidupnya. Perhatikan contoh (6) berikut ini.

(6) “Buat apa membangun website atau blog? sekarang eranya portal web. Jika pernah buat website, berarti bisa buat portal. Kalau pengin membangun portal, bisa mendapatkan gratis menggunakan open source, salah satunya eNdonesia,” kata Nurcholis, webmaster sekaligus tukang las, bahkan tukang batu. (Kompas, 2 April 2007).

Contoh (6) merupakan contoh penulisan lead kutipan karena di dalam lead

tersebut mengutip secara langsung perkataan dari nara sumber yaitu, “Buat apa membangun website atau blog? sekarang eranya portal web. Jika pernah buat website, berarti bisa buat portal. Kalau pengin membangun portal, bisa mendapatkan gratis menggunakan open source, salah satunya eNdonesia,” kata

yang dicetak miring adalah kutipan dari perkataan Nurcholis sebagai nara sumber yang diberitakan dalam feature karena mengutip langsung ucapan atau perkataan dari nara sumber maka disebut lead kutipan.

1.6.4.5 Lead Berurutan

Segi yang paling menarik dalam berita ditulis dalam gaya berurutan. Fakta-faktanya disusun secara kronologis untuk menunda klimaks atau kepuasan pembaca dalam memenuhi keingintahuannya sampai akhir berita. Perhatikan contoh (7) berikut ini.

(7) Tsunami digital akibat gempa bumi Taiwan, 26 Desember 2006, kini telah tertanggulangi. Penyelenggara telekomunikasi dan internet pun telah mengumumkan jasa pelayanan mereka pulih. Namun, masih banyak yang ingat, menyusul gempa Rabu (27/12/06) dan Kamis (28/12/06) koneksi internet putus total.

( Kompas, 27 Januari 2007).

Contoh (7) merupakan contoh penulisan lead berurutan karena di dalam

lead tersebut fakta- faktanya disusun secara kronologis untuk menunda klimaks atau kepuasan pembaca dalam memenuhi keinginan sampai akhir berita. Dalam

lead ini di tulis bahwa tsunami digital akibat gempa bumi Taiwan, 26 Desember 2006 telah tertanggulangi tetapi pada Rabu (27/12/06) dan Kamis (28/12/06) koneksi internet putus total.

1.6.4.6 Lead Gabungan

Lead gabungan atau kombinasi adalah lead yang mengkombinasikan beberapa lead menjadi satu, misalnya kombinasi antara lead bertanya dengan lead

kutipan dan lain- lain. Jurnalistik sastra berpendapat bahwa wartawan tidak hanya harus dibekali oleh fakta dan kesanggupan melakukan informasi, wartawan sekaligus juga disyaratkan untuk menguasai psikologi pesan. Caranya antara lain dengan melatih daya narasi serta mengembangkan ketajaman imajinasinya. Perhatikan contoh (8) berikut ini.

(8) Nurti Wijayanti (47) membuka dua tas besar, beberapa kotak kardus, serta lemari di ruang tamu dan ruang tengah rumahnya di Jalan Diponegoro 94 Pati, Jawa Tengah. Isinya bukan aneka benda berharga, melainkan ratusan lukisan dan berbagai hasil karya murid-murid sekolah taman kanak -kanak dari berbagai kota, khususnya kelompok bermain Aisyiyah Pati.

(Kompas, 12 Januari 2007).

Contoh (8) di atas merupakan contoh penulisan lead gabunganantara lead

menggambarkan dan lead nama. Lead nama yaitu lead yang diawali dengan nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa yang diberitakan. Pada contoh (8) paragraf diawali dengan nama orang atau nama tokoh yang diberitakan dalam feature yaitu “Nurti Wijayanti” yang merupakan lead nama. Nurti Wijayanti yaitu mem buka dua tas besar, beberapa kotak kardus, serta lemari di ruang tamu dan ruang tengah rumahnya yang berisi ratusan lukisan dan berbagai hasil karya murid sekolah taman kanak -kanak khususnya kelompok bermain Aisyiyah Pati

merupakan lead menggambarkan.

1.6.4.7 Lead Statistik

Lead ini mencoba menekankan atau menunjukkan suatu peristiwa dengan deretan angka yang spesifik dalam bahasa populer sehingga mudah dipahami

maksudnya, lead ini senang bermain dan selalu mendahulukan angka-angka setelah dio lah menurut kaidah logika dan bahasa jurnalistik. Hasilnya adalah suatu informasi berbobot ilmiah, beraroma akademis, tetapi disampaikan dalam bentuk dan gaya yang populer, ringkas, dan sederhana, informatif dan komunikatif. Perhatikan contoh (9) berikut ini.

(9) Lahan seluas 15 hektar itu dipenuhi biji dan setek jarak pagar (Jatropha curcas). Jumlah 250.000 setek itu sedang diupayakan bertambah 500.000 buah lagi selama musim hujan. (Kompas, 11 Januari 2007).

Contoh (9) merupakan contoh penulisan lead statistik karena di dalam lead

tersebut menekankan atau menunjukkan suatu objek yang dikisahkan dengan deretan angka-angka atau data yang spesifik yaitu, seluas 15 hektar, 250.000 setek dan 500.000 buah angka-angka atau data dalam lead tersebut ditulis dalam bahasa populer sehingga mudah dipahami maksudnya oleh pembaca.

1.6.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda tertentu dengan benda atau ha l lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Tarigan, 1985:5).

Keraf (2006:113) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa

membahas bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihat jiwa dan kepribadian penulis (pemakai

bahasa). Menurut Kridalaksana (1983:63), gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis.

Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan diri sendiri baik melalui bahasa maupun tingkah laku dan sebagainya. Gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan cara memperbandingkan dengan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

1.6.6 Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Teori-teori tentang jenis-jenis gaya bahasa yang dianut adalah pendapat Keraf (2006:124-145), yaitu gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna dan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Berikut ini uraian tentang jenis-jenis gaya bahasa tersebut:

1.6.6.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidak Makna 1) Gaya Bahasa Hiperbola

Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Gaya bahasa ini membesar-besarkan sesuatu dalam bentuk ukurannya, jumlahnya atau sifatnya sehingga menjadi lebih menarik.

2) Gaya Bahasa Elipsis

Gaya bahasa elipsis adalah gaya bahasa yang berwujud penghilangan suatu unsur kalimat dengan mudah, dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang

berlaku. Penghilangan kata-kata dalam gaya bahasa ini merupakan unsur terpenting dalam kontruksi sintaksis yang lengkap.

3) Gaya Bahasa Personifikasi

Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan idenya abstrak. Gaya bahasa ini melekatkan sifat-sifat manusia pada benda yang tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.

4) Gaya Bahasa Retoris

Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan dan tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Tujuan dari pertanyaan dalam gaya bahasa ini adalah untuk mencapai efek yang lebih mendalam sehingga tidak menunt ut adanya suatu jawaban.

5) Gaya Bahasa Asinde ton

Gaya bahasa asindeton adalah gaya bahasa yang berupa kata atau frase yang tidak dihubungkan dengan kata sambung, melainkan terpisahkan dengan tanda koma. Dalam gaya bahasa ini kata , frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.

6)Gaya Alusi

Gaya bahasa alusi adalah gaya bahasa yang menunjukkan secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang atau penulis dan pembaca serta adanya kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan itu.

7) Gaya Bahasa Sinekdoke

Gaya bahasa sinekdoke adalah gaya bahasa figuratif yang mempergunakan nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya

8) Gaya Bahasa Perumpamaan

Gaya bahasa semile adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat ekplisit. Maksudnya, adalah gaya bahasa menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam gaya bahasa ini adanya perbandingan antara dua hal yang pada hakekatnya berlainan dan sengaja dianggap sama.

9) Gaya Bahasa Epitet

Gaya bahasa epitet adalah gaya bahasa yang mengandung acuan dengan menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal. Dalam gaya bahasa ini keterangan itu adalah suatu frase deskriptif yang me njelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang.

10) Gaya Bahasa Pleonasme

Gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang mengacu pada pemakaian kata yang mubazir atau tidak perlu. Kata-kata yang ditambah berfungsi sebagai penegas, yang jika dibuang tidak akan mengurangi makna dasarnya.

11) Gaya Bahasa Eufimisme

Gaya bahasa yang menggunakan acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyingung perasaan orang lain, ungkapan- ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang dirasakan menghina, menyigung perasaan atau mengsugesti sesuatu yang tidak menyenangkan.

12) Gaya Bahasa Perifrasis

Gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja.

13) Gaya Bahasa Litotes

Gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Dalam gaya bahasa ini melukiskan suatu benda atau peristiwa dengan cara memperlemah atau memperkecil suasana makna yang sebenarnya.

14) Gaya Bahasa Antonomasia

Gaya bahasa antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau jabatan pengganti nama diri.

1.6.6.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat 1) Gaya Bahasa Klimaks

Gaya bahasa klimaks adalah gaya bahasa yang mengandung urutan pikiran yang semakin meningkat dari gagasan sebelumnya. Dalam gaya bahasa ini adanya penekanan gagasan yang semakin meningkat kepentingannya.

2) Gaya Bahasa Antiklimaks

Gaya bahasa antiklimaks adalah gaya bahasa yang tingkat gagasannya berurutan dari yang paling terpenting ke gagasan sebelumnya. Dalam gaya bahasa ini gagasan diurutkan dari paling penting kegagasan yang kurang penting.

3) Gaya Bahasa Repetisi

Gaya bahasa repetisi adalah gaya bahasa yang berupa perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks.

4) Antitesis

Gaya bahasa antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim. Dalam gaya bahasa ini melukiskan suatu hal atau peristiwa menggunakan paduan kata-kata yang maknanya saling beroposisi atau bertentangan.

1.7Metodologi Penelitian

Dokumen terkait