• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI : KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Pengrajin Batik

a. Pengertian Pengrajin Batik

pengrajin adalah orang yang pekerjaannya (profesinya) membuat barang kerajinan. Pengrajin batik adalah orang yang pekerjaannya membatik (membuat kain batik). (Kamus Bahasa Indonesia).

2. Industri Kecil

Industri kecil adalah yang memperkerjakan 5 sampai 19 orang pekerja. Industri yang asset nettonya bernilai kurang dari Rp 100 juta. (The Kian Gie, 1994:90-91).

Industri kecil adalah badan usaha yang penanaman modalnya dalam badan usaha berupa mesin, peralatan dan gedung (dengan pengecualian penanaman modal berupa lahan) tidak melebihi Rp 200 juta. (The Kian Gie, 1994:91).

Dilihat dari beberapa defenisi industri kecil dapat disimpulkan bahwa Industri Kecil adalah kumpulan dari usaha-usaha kecil yang memproduksi suatu produk dalam kapasitas yang tidak terlalu besar dengan mempekerjakan karyawan kurang dari 20 orang.

a. Klasifikasi Industri Kecil

Departemen perindustrian membedakan kategori-kategori Industri kecil (The Kian Gie, 1994:111) adalah sebagai berikut: 1) Industri kecil modern

ƒ Menggunakan teknologi proses madya

ƒ Mempunyai skala produksi yang terbatas

ƒ Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal lainnya

ƒ Dilibatkan dalam sistem produksi industri besar dan menengah serta dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.

2) Industri kecil tradisional

ƒ Teknologi proses yang digunakan secara sederhana

ƒ Lokasi daerah pedesaan

ƒ Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan langsungnya yang berdekatan terbatas

ƒ Mesin dan alat lainnya relatif sederhana 3) Industri kerajinan kecil

Industri kerajinan kecil menggunakan teknologi proses yang sederhana sampai yang menggunakan teknologi proses madya atau teknologi proses yang maju. Potensi industri kecil untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan memperoleh pendapatan bagi

kelompok-kelompok yang berpendapatan rendah terutama di daerah pedesaan.

b. Pengembangan Industri Kecil

1) Program pengembangan utama untuk industri kecil di Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama (The Kian Gie, 1994:91), yakni :

a) Program kredit bersubsidi

ƒ Program pengembangan usaha kecil

Merupakan program kredit bersubsidi utama yang mencakup seluruh negeri yang ditujukan untuk membantu usaha pribumi kecil, temasuk diantaranya industri kecil dan industri yang rumahan, memperoleh kredit bersubsidi untuk penanaman modal dan untuk modal kerja.

ƒ Program KUPEDES

Merupakan program tabungan umum pedesaan ditujukan seperti halnya KIK (kredit investasi kecil) atau KMKP (kredit modal kerja permanen), untuk mendorong perkembangan usaha kecil termasuk juga industri kecil.

b) Program bantuan teknis

Program terpenting pemberian pelatihan dan penyuluhan lapangan industri kecil ditangani oleh program pembinaan industri kepada industri kecil (BIPIK), yang diprakasai dan dilaksanakan oleh Direktoral Jendaral Industri Kecil dan departemen perindustrian. Program BIPIK adalah program penyediaan masukan yang diorganisasi untuk industri kecil, yang program bantuan tekniknya diberikan kepada kelompok industri kecil.

2) Sifat pengembangan Industri Kecil (Alan B. Mountsoy, 1983:162–165) adalah sebagai berikut:

a) Kebijakan padat karya

Produksi padat karya dianggap merupakan operasi skala kecil atau menengah untuk membuat barang-barang “konsumen ringan”.

b) Kebijakan padat-modal

Investasi modal mempunyai tujuan untuk meningkatkan kapasitas ketimbang menyediakan pekerjaan jumlah yang besar, dengan tercapainya itu maka jumlah kerjaan yang lebih banyak akan datang sendirinya.

c) Permasalahan Dalam Industrialisasi

Masalah yang sering dihadapi dalam industrialisasi (Alan B. Mountsoy, 1983 :91) adalah :

c.1) Kedudukan modal

Akibat kegiatan-kegiatan tradisional padat-karya terus berlangsung dan produktivitasnya yang rendah menjadi penyebab kemiskinan yang ada. Kepada situasi yang menekan ini ditambahkan pula angka-angka kenaikan populasi yang sangat tinggi, yang mengenyampingkan tuntutan yang semakin meningkat terhadap suplay modal yang sangat terbatas.

c.2) Pembentukan modal

Untuk tujuan-tujuan perencanaan, ada baiknya jika memiliki suatu gambaran mengenai produktivitasnya modal. Untuk maksud ini seringkali digunakan perbandingan antara modal yang investasi dengan kenaikan output yang dihasilkan.

c.3) Penarikan modal

Modal asing jarang sekali populer di negara-negara berkembang, terutama di negara-negara-negara-negara yang pernah menjadi daerah jajahan, padahal

jumlah bantuan luar negeri yang dibutuhkan negara berkembang semakin lama semakin meningkat. Persaingan untuk memperoleh bantuan luar negeri semakin tajam. Kini negara berkembang butuh dorongan yang memudahkan masuknya modal. c.4) Pasar dan pertumbuhan yang seimbang

Keberhasilan industri tidak terlepas dari kemampuannya memasarkan hasil-hasil yang diproduksinya, didalam atau diluar negeri. Gambaran yang umum terlihat di negara-negara berkembang adalah kecilnya pasaran didalam negeri, sehingga rendahnya daya beli sebagian besar populasi.

c.5) Posisi pemerintah

Pemerintah harus mengambil alih banyak peranan dan fungsi yang ada di negara-negara maju merupakan bidang kegiatan perusahaan swasta, bukan saja dalam menyiapkan suatu rencana tapi juga dalam pelaksanaannya. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan kekuatan produktif suatu negara serta menarik dan membentuk modal yang diperlukan bagi industri yang hendak ditingkatkan.

3. Kredit

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan (Ruddy Tri Santoso, 1994:111).

Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang dengan disertai suatu kontra prestasi (balas jasa) yang berupa bunga. (Achmad Anwari, 1981:163).

Kredit adalah uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu di masa mendatang, disertai dengan kontra prestasi berupa bunga. (Gilarso, 1986:287).

Kredit berarti pemberian uang atau barang/jasa kepada pihak lain, tenpa meneriman imbalan langsung atau bersamaan, tetapi dengan percaya bahwa pihak yang menerima uang atau barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi hutangnya sesudah jangka waktu tertentu. (Gilarso, 1986:287).

a. Ciri-ciri Kredit

Menurut Gilarso (1986:287) bahwa ciri-ciri yang penting dalam kredit adalah :

Misalnya penjual sudah menyerahkan barang tetapi pembeli baru membayar harganya sesudah tiga bulan. Atau uang diserahkan dulu, dan baru dikembalikan sesudah satu tahun. 2) Kepercayaan

Bahwa uang itu akan dibayar atau dikembalikan sesuai dengan janji.

3) Resiko

Bahwa pihak yang diberi kepercayaan itu mengingkar janji oleh karena itu perlu teliti dulu apakah seseorang pantas diberi kepercayaan itu.

4) Jaminan

Dalam urusan dagang kerapkali nama baik seseorang sudah cukup memberi jaminan. Tetapi betapapun orang percaya, kerapkali masih diminta jaminan-jaminan dapat berupa barang, surat berharga dan lain-lain. Seandainya yang meminjam tidak mampu mengembalikan kredit, maka jaminan itulah sebagai pengganti pembayaran hutangnya. 5) Balas jasa

b. Fungsi Kredit

Menurut Gilarso (1986 : 288) bahwa fungsi kredit adalah : 1) Kredit menjembatani jarak waktu antara saat uang

dibutuhkan dan saat uang itu akan ada.

Adanya kredit memungkinkan produksi atau konsumsi pada waktu dibutuhkan juga kalau pada saat itu uang atau modal yang diperlukan belum tersedia. Dengan demikian kredit memperlancar arus barang dan menunjang peningkatan produksi, perdagangan dan konsumsi.

2) Kredit menambah produktivitas uang

Uang yang ditabung dirumah saja, kalau dibiarkan menganggur tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi kalau disalurkan, entah langsung entah melalui perbankkan, kepada pengusaha yang memerlukan modal untuk membiayai suatu usaha produksi, uang tersebut diaktifkan.

Sebagai lembaga keuangan, peranan Bank dalam perekonomian sangatlah dominan. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan Bank dengan fasilitas kreditnya. Begitu dominannya pemberian kredit Bank, sampai banyak ahli berpendapat bahwa tidak satupun usaha bisnis di dunia ini yang bebas dari kredit dari lembaga keuangan Internasional, apalagi negara-negara menengah dan negara miskin (M. Sinungan, 1990:162).

Fungsi kredit dalam garis besarnya adalah sebagai berikut : a) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari

uang.

b) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.

c) Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d) Kredit adalah salah satu alat stabilitasasi ekonomi. e) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. f) Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan

pendapatan nasional.

g) Kredit adalah sebagai alat hubungan ekonomi Internasional.

c. Prinsip-prinsip Perkreditan

Setiap permohonan kredit perlu diteliti apakah memenuhi persyaratan kelayakan. Pedoman itu dikenal dengan nama 5C (Gilarso, 1986 :303) yang meliputi :

1) Character

Bagaimana watak atau sifat pribadi, cara hidup dan tingkah laku orang yang mengajukan permohonan kredit, dapatkah ia lakukan?

2) Capital

Berapa modal atau kekayaan yang dimilikinya, apakah ia akan mampu melunasi hutangnya.

3) Capacity

Bagaimana kemampuan dalam mengelola perusahaannya dengan baik sehingga mendatangkan hasil.

4) Collateral

Jaminan apa atau berapa yang dapat diberikannya. 5) Condition of the economy

keadaan atau iklim ekonomi, kemungkinan perkembangan dan peraturan-peraturan perkreditan yang berlaku.

Selain pedoman 5C untuk menentukan nilai kredit digunakan beberapa formulasi, formula yang sudah lazim digunakan adalah 4 P (M. Sinungan, 1993: 241) meliputi : a) Personality

Bank mencari data tentang kepribadian si peminjam seperti riwayat hidupnya, hobinya, keadaaan keluarga, pergaulan dengan masyarakat, serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam. b) Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. apakah akan digunakan untuk berdagang, berproduksi atau untuk membeli rumah.

c) Prospect

Harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan si peminjam. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa tahun, perkembangan keadaan ekonomi, keadaan ekonomi si peminjam dan kekuatan keuangan perusahaan.

d) Payment

Mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan.

d. Macam-macam Kredit

1) Macam-macam kredit menurut sifat penggunaannya : a) Kredit konsumtif

Kredit ini dipergunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhan. b) Kredit produktif

Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalama arti luas. Sebagai mana telah disinggung terdahulu dalam fungsi kredit, maka melalui kredit produktif

inilah suatu utility uang dan barang dapat terlihat dengan nyata.

2) Macam-macam kredit menurut keperluan: a) Kredit produksi

Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif ata mutu hasil produksi.

b) Kredit perdagangan

Kredit diperlukan untuk keperluan perdagangan yang bersifat peningkatan utility of place dari suatu barang. c) Kredit investasi

Kredit yang diberikan oleh bank untuk keperluan investasi untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun mendirikan suatu proyek baru.

3) Macam-macam kredit menurut jangka waktunya :

a) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun. Jadi pemakaian kredit itu tidak melebihi satu tahun.

b) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun.

c) kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya melebihi tiga tahun.

4) Macam-macam kredit menurut jaminan : a) Kredit tanpa jaminan

Kredit tanpa jaminan dalam dunia perbankan di Indonesia tidak lazim dan dilarang oleh Bank sentral. Jaminan atas kredit dimaksud adalah bonafiditas dan

prospect usaha nasabah bersangkutan. b) Kredit dengan jaminan

Kredit jangka jaminan digunakan oleh seluruh Bank di Indonesia. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik dan atau mesin-mesin pabrik, perhiasaan dan barang-barang fisik lainnya.

4. Jaminan

Jaminan adalah benda berwujud atau benda tidak berwujud uang digunakan nasabah untuk menutupi atau melunasi hutangnya. Adapun jaminan yang dapat dijadikan agunan kredit oleh calon debitur (Kasmir, 2002 :102) adalah :

a. Dengan Jaminan

1) Jaminan dengan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti:

• Tanah

• Bangunan

• Kendaraan Bermotor

• Mesin-mesin atau Peralatan

• Barang Dagangan

• Dan lain-lain

2) Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti:

• Sertifikat Saham

• Sertifikat Obligasi

• Sertifikat Tanah

• Sertifikat Deposito

• Dan lain-lain

3) Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itu yang mengganggu resikonya. b. Tanpa Jaminan

Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan

penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

5. Prosedur Kredit

Prosedur kredit adalah cara-cara pemberian kredit oleh lembaga kredit. beberapa prosedur perkreditan yang dilaksanakan oleh bank berskala kecil (M. Sinungan, 1990 : 179) adalah :

a. Permohonan kredit diajukan oleh nasabah kepada bank. Permohonan itu disampaikan kepada Direktur dan oleh Direktur segera diteruskan ke bagian untuk diolah.

b. Oleh kepala bagian kredit, permohonan itu diserahkan ke seksi Analisa atau seksi pemberian untuk dilakukan penelaahan atau analisa. Apabila data untuk pertimbangan cukup maha analisa terus dapat dilakukan. Tetapi bila masih ada kekurangan data, seksi analisa dapat meminta tambahan keterangan atau data kepada nasabah yang bersangkutan.

c. Setelah analisa dilakukan maka diperiksaa oleh kepala bagian kredit dan disusunlah analisa tertulis yang rapi ke direksi.

d. Direktur memeriksa analisa dan mengambil keputusan. Keputusan diteruskan ke bagian kredit untuk dilaksanakan. Persiapan perjanjian kredit diurus oleh seksi pemberian atau analisa dan setelah diparaf oleh bagian kredit, perjanjian ditanda tangani oleh nasabah dan direktur.

Bila prosedur itu digambarkan dalam bentuk skema, akan tampak sebagai berikut:

Gambar II.1. Pemeriksaan analisa dan Pengambilan keputusan kredit

Keterangan :

: arus permohonan kredit : arus persetujuan kredit

6. Lembaga Kredit a. Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan meyalurkannya kepada

NASABAH (Surat Pernohonan Kredit)

Perjanjian kredit Direktur

Bagian Kredit

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

1) Prosedur Kredit

Prosedur pemberian kredit pada pokoknya dapat dibagi dalam 4 tahap (Gilarso, 1986:298) yaitu :

• Persiapan kredit: si pemohon mengajukan permohonan kredit secara tertulis, kemudian mengisi formulir yang berupa daftar pertanyaan dan diminta melengkapi permohonan kredit dengan berkas-berkas yang diperlukan bank.

• Penilaian kredit: atas dasar informasi yang diperoleh (dilengkapi dengan pemeriksaan setempat oleh petugas bank), barulah dimasuki tahap penilaian kredit.

• Pelaksanaan: bila permohonan kredit dapat dikabulkan mulailah tahap pelaksanaan kredit. dalam tahap ini akan ditetapkan jumlah kredit yang diberikan, dan tujuan penggunaan, jangka waktu, besarnya suku bunga, cara pelunasan kredit, dan lain-lain syarat yang diperlukan. Kemudian dibuatlah akta perjanjian kredit yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Baru setelah itu pemohon dapat mulai menarik kredit yang diminta.

• Pengawasan: setelah itu baru mengadakan pengawasan kredit yaitu memonitor penggunaan dan jalannya perusahaan.

b. BPR

BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bawah ada dua jenis Bank, yaitu Bank Umum dan BPR.

Dalam UU secara tegas juga disebutkan bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensial atau berdasarkan prinsip syariah dan kegiatannya lebih sempit di banding dengan bank umum. Kegiatan usaha BPR yang terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

Adapun visi BPR adalah Terwujudnya industri BPR yang sehat, kuat, produktif, dan dipercaya untuk melayani UMK dan masyarakat, khususnya di pedesaan guna mendukung pertumbuhan perekonomian daerah. Dan misi BPR adalah Menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendorong

peningkatan kinerja dan pelayanan BPR kepada UMK dan masyarakat setempat, terutama di wilayah pedesaan.

Fungsi BPR sendiri tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Ada beberapa jenis layanan yang diberikan oleh BPR yaitu:

1) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, maupun Kredit Konsumsi.

3) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada Bank lain.

Dalam ketentuan-ketentuan pokok BPR, BPR merupakan salah satu jenis bank maka pengaturan dan pengawasan BPR dilakukan oleh Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Kewenangan pengaturan dan pengawasan BPR oleh Bank Indonesia meliputi kewenangan memberikan izin (right to license), kewenangan untuk mengatur (right to regulate), kewenangan untuk mengawasi (right to control) dan kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose

sanction). Pengaturan dan pengawasan BPR oleh Bank Indonesia diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi BPR sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah pedesaan.

Dengan demikian pengaturan dan pengawasan BPR yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik operasional BPR namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking) agar tercipta sistem perbankan yang sehat.

Dokumen terkait