• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Teori

Dalam dokumen Pengaruh Pemberdayaan Perempuan dan Fakt (Halaman 21-42)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Keluarga Berencana

Menurut World Health Organization (WHO), KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami-istri untuk:

1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan (unmet need)

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval di antara kehamilan

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-istri

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, menyebutkan bahwa keluarga berencana sebagai upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Tujuan program KB adalah agar pasangan atau perseorangan mampu menentukan secara bebas dan responsibel jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang ingin mereka miliki. Selain itu, program KB berfungsi agar masyarakat mengetahui informasi lebih sehingga mampu menentukan pilihan dan memakai

10

alat atau cara yang aman dan efektif (ICPD, 1995). Berdasarkan lembar fakta mengenai keluarga berencana (WHO, 2017), memakai kontrasepsi memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Mencegah risiko kesehatan terkait kehamilan pada wanita

Kemampuan wanita dalam menentukan kapan memakai kontrasepsi dan kontrasepsi apa yang akan dipakai akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraannya. Selain pembatasan kelahiran, pada wanita yang lebih tua juga bias mencegah kehamilan karena peningkatan risiko kehamilan seiring penambahan usia. Selain itu, pemakaian kontrasepsi mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.

2. Mengurangi angka kematian bayi

Pemakaian kontrasepsi berkaitan dengan penundaan kelahiran dan jarak kelahiran yang terlalu dekat, yang keduanya berkaitan erat dengan tingkat kematian bayi. Bayi yang lahir dari ibu yang meninggal akibat melahirkan juga memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

3. Membantu mencegah HIV/AIDS

Pemakaian kontrasepsi mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita yang memiliki penyakit HIV, yang dapat menularkan penyakit pada bayinya. Selain itu, pemakaian kondom pria dan wanita memberikan perlindungan ganda terhadap kehamilan dari HIV dan IMS.

4. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan pendidikan

Keluarga berencana memungkinkan orang untuk menentukan pilihan berdasarkan informasi kesehatan reproduksi dan seksual. Pemakaian kontrasepsi

11 merupakan kesempatan bagi wanita untuk melanjutkan pendidikan, berpartisipasi dalam masyarakat, bekerja, dan berorganisasi. Memiliki keluarga kecil memberikan kesempatan bagi orang tua untuk berinvestasi lebih banyak untuk kehidupan masa depan anak.

5. Mengurangi kehamilan remaja

Kehamilan pada remaja cenderung melahirkan bayi prematur dan berat lahir rendah. Bayi yang lahir dari kelompok umur remaja memiliki tingkat kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak remaja yang hamil dan meninggalkan sekolah. Padahal, menerukan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi memiliki implikasi terhadap kehidupan mereka sebagai individu, keluarga, dan masyarakat.

6. Memperlambat pertumbuhan penduduk

Keluarga berencana adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan populasi yang tidak berkelanjutan dan dampak negatif yang dihasilkan pada upaya pembangunan ekonomi, lingkungan, dan nasional.

Kontrasepsi

Bongaarts (1978), menyatakan bahwa kontrasepsi adalah segala alat, cara, dan kegiatan sukarela dan bebas—termasuk abstensi dan sterilisasi—untuk mengurangi risiko terjadinya konsepsi (pembuahan). Dalam keluarga berencana, kontrasepsi merupakan variabel utama yang digunakan untuk menurunkan angka kelahiran. Kontrasepsi atau alat/cara KB adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara (reversible) dan permanen (irreversible) (BKKBN, 2009).

12

Kontrasepsi yang dianggap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (IBI, 2006):

1. Dapat dipercaya

2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan

3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus

6. Mudah pelaksanaannya

7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan

Untuk mengurangi unmet needs, negara harus mengidentifikasi dan menghapuskan semua penghalang yang tersisa untuk menggunakan pelayanan KB. Beberapa penghalang tersebut diantaranya ketidakcukupan alat KB, kualitas KB yang buruk, dan harga yang mahal untuk pelayanan KB (ICPD, 1995).

Jenis Kontrasepsi

Kontrasepsi terbagi menjadi dua, yaitu kontrasepsi modern dan kontrasepsi tradisional. Kontrasepsi modern terdiri dari sterilisasi wanita, sterilisasi pria, pil, IUD, suntikan, susuk, kondom, diafragma, metode amenore laktasi (MAL), dan kontrasepsi darurat. Sedangkan kontrasepsi tradisional terdiri dari pantang berkala dan senggama terputus (SDKI, 2012). Yang dimaksud dengan sedang memakai kontrasepsi modern apabila wanita atau suami/pasangan memakai salah satu atau lebih kontrasepsi modern di bawah ini:

13

1. Sterilisasi Wanita/Tubektomi/Kontrasepsi Mantap Wanita

Kontap wanita adalah tindakan operasi menyumbat (mengikat dan atau memotong) saluran keluar ovum, sehingga perjalanan ovum dari ovarium saat ovulasi tidak sampai ke tempat pembuahan di uterus. Dengan demikian, kehadiran sperma tidak mengakibatkan konsepsi, dan tidak terjadi kehamilan. Metode kontap wanita hanya untuk wanita yang tidak ingin memiliki anak lagi, karena tidak mudah untuk kembali seperti semula.

2. Sterilisasi Pria/Vasektomi/Kontrasepsi Mantap Pria

Kontap pria merupakan tindakan operasi memotong dan mengikat saluran sperma, sehingga sperma tidak sampai keluar dan membuahi ovum. Meski memiliki manfaat efektif, aman, dan tidak ada risiko kesehatan jangka panjang, namun kontap pria tidak mudah dikembalikan ke semula. Sehingga kontap pria ditujukan kepada pria yang benar-benar tidak ingin punya anak lagi. Wanita yang suami/pasangannya telah melaksanakan operasi sterilisasi pria, maka wanita tersebut dianggap memakai kontrasepsi modern.

3. IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR merupakan alat kecil yang dipasang dalam rahim, terbuat dari rangka plastik yang lentur dengan tembaga dan benang. Alat ini bisa dicabut kapan saja dan dapat bekerja hingga 10 tahun lamanya tergantung jenisnya. AKDR merupakan alat yang sangat efektif dan aman. Meski demikian, efek samping pemakaian adalah dapat menambah pendarahan menstruasi atau menyebabkan kram. Wanita yang berkemungkinan hamil, belum mencapai 28 hari pasca melahirkan, memiliki risiko IMS/HIV, mengalami menstruasi yang tak biasa, dan infeksi organ kewanitaan tidak bisa memakai AKDR.

14

4. Suntik/Injeksi

Suntik merupakan metode kontrasepsi dengan cara menyuntikkan cairan yang mengandung hormon progestin dan estrogen setiap bulan atau tiga bulan sekali. Metode ini sangat efektif selama klien kembali tepat waktu untuk disuntik. Suntik aman bagi klien, mudah berhenti, dan hanya membutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk bisa hamil. Efek samping dari suntik adalah dapat mengalami flek dan haid ringan biasa, mengubah periode haid bulanan, dan menambah berat badan.

5. Pil

Metode ini dilakukan dengan cara meminum pil yang mengandung hormon estrogen dan progestin satu biji setiap hari. Memakai metode pil sangat bergantung pada ingatan responden, karena jika lupa minum pil, responden bisa hamil. Di samping efek samping yang menyebabkan mual, sakit kepala, flek di antara masa haid, dan nyeri payudara, metode pil merupakan metode yang aman, efektif, dan mudah untuk berhenti. Wanita yang tidak dianjurkan memakai pil apabila merokok dan berusia > 35 tahun, memiliki tekanan darah tinggi, baru tiga minggu melahirkan, sedang menyusui < enam bulan, dan kemungkinan hamil.

6. Susuk/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

Alat ini terdiri dari 1, 2, atau 6 buah kapsul kecil yang mengandung hormon progestin dan estrogen dan diletakkan di bawah kulit lengan atas. Bahan kapsul lunak dan lentur, namun tidak hancur di dalam tubuh. Pemasangan dilakukan selama 5 – 10 menit. Memakai susuk merupakan tindakan yang efektif dan mampu bertahan hingga tiga sampai lima tahun. Setelah susuk dicabut, klien

15 dapat hamil kembali. Efek samping dari susuk diantaranya flek atau haid tak teratur biasa dan tidak berbahaya.

7. Kondom/Karet KB

Kondom adalah alat KB berupa kantong karet tipis dan elastis dipakai oleh rpia saat berhubungan sekksual. Dapat mencegah kehamilan dan HIV/IMS. Kondom sangat efektif apabila digunakan setiap kali bersenggama dan dipakai secara baik dan benar. Alat ini termasuk murah, mudah dicari, karena bisa dibeli di mana saja dan dapat dipakai oleh pria mana saja. Selain sebagai perlindungan tambahan, kondom juga digunakan sebagai cadangan bagi alat/cara KB lain apabila lupa minum pil, terlambat suntik, dll. Wanita yang suami/pasangannya memakai kondom, maka wanita tersebut dianggap memakai kontrasepsi modern.

8. Intravag/Diafragma

Intravag adalah alat KB berupa tisu yang dimasukkan pada alat kelamin wanita ketika akan melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Diafragma adalah alat/cara KB yang berbentuk mangkok terbuat dari karet lunak yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menutup mulut rahim agar sperma tidak masuk ke dalam rahim dan bertemu dengan sel telur. Diafragma biasanya digunakan bersama spermisida (pembunuh sperma) berupa jelly atau krim yang berguna untuk menutup mulut rahim (cervix) sehingga menghalangi sperma bertemu sel telur.

9. Metode Amenore Laktasi (MAL)

MAL merupakan metode kontrasepsi dengan menyusui, sehingga sedemikian rupa hingga bisa mencegah kehamilan dengan menghentikan ovulasi. Metode ini efektif dilakukan selama enam bulan sejak persalinan dengan memberi

16

ASI pada bayi siang dan malam dan bayi tidak diberikan makanan dan minuman lain. Satu jam setelah persalinan selesai, bayi harus segera diberi ASI. MAL tidak dapat mencegah penularan HIV melalui ASI kepada bayi apabila ibu menderita HIV, sehingga penderita HIV tidak disarankan memakai cara ini. MAL tidak efektif setelah enam bulan pasca persalinan, sehingga klien harus mencari alat/cara KB lain.

10. Kontrasepsi Darurat

Metode kontrasepsi darurat berupa pil mencegah kehamilan yang diminum dalam keadaan darurat (kondom bocor, lupa minum pil, lupa suntik, akibat perkosaan, dll) setelah melakukan hubungan seksual tanpa proteksi. Pil dapat diminum dalam waktu tiga hari (72 jam) setelah melakukan hubungan seksual.

Pemberdayaan Perempuan

Alsop, et al. (2006) mendefinisikan pemberdayaan sebagai suatu kemampuan dari suatu kelompok atau individu untuk membuat pilihan yang efektif, yaitu membuat pilihan dan mengubah pilihan tersebut menjadi tindakan dengan hasil yang diinginkan. Pemberdayaan menjadi sangat penting, karena selain memacu investasi dan pembangunan, di saat yang sama juga memberdayakan masyarakat ekonomi menengah ke bawah untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Pemberdayaan adalah hal yang terikat dengan kondisi ketidakberdayaan yang tidak terelakkan dan mengacu pada proses di mana orang-orang tidak mampu membuat pilihan.

Pemberdayaan adalah salah satu unsur penyusun utama pengentasan kemiskinan, dan sebagai tujuan bantuan pembangunan utama (Malhotra, 2002).

17 Bank Dunia juga telah membuat priotitas pengarusutamaan gender menjadi prioritas dalam bantuan pembangunan. Otonomi dan pemberdayaan sebagai istilah yang kurang lebih sama, dan mendefinisikan dengan baik dalam hal perempuan, “mendapatkan kontrol atas kehidupan mereka sendiri terhadap keluarga, keluarga, masyarakat, dan pasar.”

Kabeer (1999) mendeskripsikan pemberdayaan perempuan adalah kemampuan seorang wanita untuk membuat pilihan hidup strategis. Pemberdayaan perempuan merupakan isu yang kompleks dan berhubungan dengan banyak isu lain, khususnya dengan norma sosial dan dinamika dalam rumah tangga. Peningkatan pemberdayaan perempuan umumnya dipandang sebagai hal positif yang memberikan pengaruh positif terhadap perempuan. Pemberdayaan dan otonomi wanita meningkatkan status politik, sosial, ekonomi, dan kesehatan wanita (ICPD, 1995).

Promosi pemberdayaan perempuan sebagai tujuan pembangunan didasarkan pada dua argumen; keadilan sosial adalah aspek penting dari kesejahteraan manusia dan secara intrinsik layak untuk dicapai, dan pemberdayaan perempuan adalah sarana untuk tujuan lain (Malhotra, 2002). Kebijakan dan program untuk memberdayakan wanita dan peningkatan persamaan gender meliputi jangkauan yang luas untuk membantu wanita menjadi aktor independen dalam ekonomi dan komunitas dalam masyarakat.

Dimensi Pemberdayaan Perempuan

Dengan menggunakan kerangka pikir yang diusulkan oleh Malhotra (2002), Haque (2011) dan Hameed, et al. (2014) menyusun pemberdayaan

18

perempuan dengan menggunakan tiga dimensi pemberdayaan perempuan yang terdiri dari dimensi keputusan ekonomi, dimensi keputusan rumah tangga, dan dimensi mobilitas fisik. Pemakaian kerangka pikir yang diusulkan oleh Malhotra (2002) sejalan dengan kepentingan pemberdayaan perempuan sebagai variabel pada pembangunan internasional yang banyak dipakai oleh penelitian-penelitian terkait.

Pemberdayaan perempuan dalam dimensi keputusan ekonomi merujuk pada akses dan pengaturan terhadap sumber daya ekonomi dan partisipasi dalam pasar ekonomi. Dimensi ini diukur berdasarkan pertanyaan mengenai

pengambilan keputusan penggunaan penghasilan wanita, perbandingan

pendapatan responden dan suami/pasangan, pengambilan keputusan penggunaan penghasilan suami/pasangan, pembelian kebutuhan barang tahan lama, dan kepemilikan aset (rumah dan tanah).

Pemberdayaan perempuan dalam dimensi keputusan rumah tangga merujuk pada tingkat kemampuan wanita dalam berpartisipasi untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan rumah tangga, kesejahteraan anak, kesehatannya sendiri, keputusan akhir kesehatan wanita, dan sikap istri terhadap pemukulan suami/pasangan. Peningkatan peran pada pembuatan keputusan rumah tangga akan membuat wanita menambah self determinantion, kontrol akan sumber daya,

self-esteem, dan status serta kekuatan hubungan dalam rumah tangga.

Pemberdayaan perempuan dalam dimensi mobilitas fisik merujuk pada keputusan kunjungan kepada kerabat dan keputusan bepergian sendiri. Kebebasan wanita untuk bepergian sendiri membuat wanita mampu untuk membuat

19 keputusan sesuai keinginan mereka, memperluas jaringan sosial, dan meningkatkan tingkat kekayaan.

Hubungan Pemberdayaan Perempuan terhadap Pemakaian Kontrasepsi

Faktor kunci yang mengintervensi hubungan antara pemberdayaan wanita dan pemakaian kontrasepsi adalah kemampuan dan kesediaan mengajak pasangan untuk melakukan perubahan perilaku (ICPD, 1995). Ketika pemberdayaan perempuan baik, tingkat pendidikan tinggi, dan wanita yang lebih terpelajar tidak hanya mau merubah perilaku, tetapi juga memiliki pengetahuan lebih mengenai alat/cara kontrasepsi dan bagaimana memakainya, dibandingkan wanita yang kurang terpelajar.

Otonomi perempuan juga dapat memengaruhi pemakaian kontrasepsi dengan menentukan kesederajatan dalam hubungan suami istri. Kesetaraan suami dan istri, bisa dihubungkan dengan komunikasi pasangan terhadap penjarangan kelahiran, yang akan mengarahkan mereka untuk memakai kontrasepsi (Mason, 1987).

Faktor Sosial Demografi

1. Umur

Umur menjadi variabel penting dalam pemakaian kontrasepsi. Perilaku seksual dan pemakaian kontrasepsi dapat berubah-ubah dengan kepentingan yang berbeda pada setiap tahap kehidupan (Gage, 1998). Keputusan mengenai aktivitas seksual dan pemakaian kontrasepsi akan berbeda bagi remaja (10-19 tahun atau

20

15-24 tahun sesuai dengan kultur masing-masing) dibandingkan dengan orang dewasa (25 tahun ke atas).

Untuk menurunkan angka kelahirang yang bermakna, maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase, yaitu fase menunda/mencegah kehamilan, fase menjarangkan kelahiran, dan fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan (Hartanto, 1994). Fase menunda/mencegah kehamilan ditujukan bagi WUS kurang dari 20 tahun karena umur di bawah 20 tahun adalah umur yang sebaiknya tidak hamil. Fase menjarangkan kehamilan ditujukan bagi WUS antara 20 sampai 35 tahun karena pada rentang umur tersebut merupakan umur yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. Fase menghentikan/ mengakhiri kehamilan ditujukan untuk WUS di atas 35 tahun karena pada umur tersebut dianjurkan untuk tidak hamil lagi (alasan medis).

2. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan responden menjadi hal fundamental bagi modernitas individu dan bagi kejiwaan untuk mengadopsi kontrasepsi (Gage, 1995). Telah menjadi hal umum apabila pendidikan memiliki hubungan erat dengan fertilitas. Pendidikan adalah salah satu aspek yang penting dalam memberdayakan wanita. Karena dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri diperlukan untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses pembangunan (ICPD, 1995). Penurunan fertilitas, kesakitan, tingkat kematian, pemberdayaan wanita, dan promosi demokrasi yang sesungguhnya paling besar progresnya dipengaruhi oleh pendidikan. Memiliki pendidikan tinggi menguatkan wanita dalam mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupanya. Wanita yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung untuk bersosialisasi dengan

21 dunia luar. Wanita kawin yang berpendidikan relatif sering memakai kontrasepsi (Bongaarts, 1978).

3. Status bekerja

Wanita yang bekerja adalah mereka yang memiliki penghasilan sendiri dan diasumsikan memiliki kontrol yang lebih terhadap pembuatan keputusan rumah tangga, peningkatan kesadaran terhadap dunia luar, dan kontrol lebih untuk pembuatatan keputusan reproduksi (Gage, 1995). Sesuai dengan hipotesis pendekatan New Home Economics yang memengaruhi fertilitas, wanita yang bekerja dan atau memiliki kegiatan bermanfaat di luar rumah cenderung akan

menaikkan opportunity cost tambahan anak (Mason, 1987). Wanita akan

cenderung memikirkan biaya yang harus ditanggung untuk memiliki anak dan mengabaikan (atau tidak memilih) peluang lain.

4. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan suami/pasangan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan suami/pasangan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh suami/pasangan yang ditandai dengan sertifikat/ijazah. Pendidikan suami/pasangan berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi modern, karena pendidikan tinggi mencerminkan tingkat sosial dan ekonomi yang tinggi pula (Kamal, 2000). Apabila pendidikan suami/pasangan tinggi, diharapkan mereka mampu untuk membuat istri mereka lebih berdaya dan terbuka untuk diajak berdiskusi mengenai kontrasepsi, juga menyetujui istrinya untuk memakai kontrasepsi modern.

5. Jumlah anak hidup

Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan dan dalam keadaan hidup tanpa menghiraukan apakah mereka hidup dengan orang tuanya

22

atau terpisah. Fertilitas yang rendah berhubungan dengan perbaikan kesehatan ibu. Penyebab kematian pada wanita muda kebanyakan adalah fertilitas yang tinggi (Gupta, 2013). Menunda untuk memiliki anak akan meningkatkan kesempatan wanita untuk lebih berdaya secara tajam. Nilai anak juga berpengaruh dalam menentukan apakah wanita tersebut akan memakai kontrasepsi atau tidak (Mason, 1987).

6. Daerah tempat tinggal

Informasi lebih mudah sampai pada penduduk yang tinggal di perkotaan dibandingkan yang tinggal di pedesaan. Hal ini menyebabkan pengetahuan wanita mengenai sepuluh alat/cara kontrasepsi modern lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan di perdesaan (Kemenkes, 2013). Pengetahuan mengenai alat/kontrasepsi modern berhubungan dengan keputusan apakah wanita akan memakai kontrasepsi modern atau tidak.

7. Indeks kekayaan

Alasan ekonomi menjadi hal yang membuat aktivitas ekonomi dan pemakaian kontrasepsi berbeda antar tingkatan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini, nilai anak juga berpengaruh (Mason, 1987). Umumnya, keluarga miskin cenderung menjadikan anak sebagai investasi untuk tenaga kerja. Sedangkan keluarga dengan kuintil kekayaan atas cenderung menjadikan anak sebagai biaya. Apabila orang tua memandang nilai anak adalah sebagai asuransi mereka di masa depan dan sandaran ekonomi, maka orang tua akan memilih untuk memiliki anak lebih banyak (Herartri, 2004).

23 8. Keterpaparan informasi KB melalui acara di radio, televisi, dan media

cetak

Media massa dan komunitas erat kaitannya dengan pengurangan potensi perlawanan dari pasangan/suami, atau orang tua untuk memakai kontrasepsi pada wanita (Gupta, 2013). Pengetahuan masyarakat mengenai pengendalian kelahiran dan KB merupakan tolak ukur keberhasilan program KB. Pada penduduk perdesaan, keterpaparan informasi KB melalui radio, televisi, dan media cetak berhubungan signifikan dengan peningkatan pemakaian kontrasepsi (World Bank, 2005).

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai KB berhubungan dengan penurunan fertilitas, yaitu meningkatkan persentase pemakaian kontrasepsi modern. Pengalaman yang telah dilakukan membuktikan bahwa KIE akan lebih efektif apabila dilaksanakan secara kontinyu (Ross, 1989). Kampanye lebih baik dilakukan di banyak media massa seperti televisi, radio, poster, pamflet, dan koran.

9. Kunjungan petugas KB

Kunjungan petugas KB dalam enam bulan terakhir merupakan salah satu faktor yang memengaruhi wanita dalam memakai kontrasepsi modern. Kunjungan petugas KB mampu memberikan informasi berkaitan dengan KB, macam-macam alat dan metode yang dipakai, efisiensi setiap alat dan metode KB, dan cara pemakaian yang baik dan benar. Dalam kunjungannya, petugas KB juga bisa menjelaskan di mana sajakah responden atau suami/pasangan bisa memperoleh alat KB. Apabila alat atau metode KB belum tersedia di tempat yang tidak semua

24

orang tahu, kondisi tersebut juga menjadi halangan besar bagi penduduk untuk memakai kontrasepsi (Gupta, 2013).

Analisis Regresi Logistik Biner

Variabel independen pada penelitian ini berupa variabel kategorik biner, yaitu pemakaian kontrasepsi modern (memakai dan tidak memakai). Oleh karena itu, analisis inferensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logistik biner.

Analisis regresi logistik adalah metode analasis data yang menjelaskan hubungan antara variabel respon dan satu atau lebih variabel penjelas dengan variabel respon bersifat diskrit dengan kemungkinan nilai terdiri atas dua nilai atau lebih (Hosmer and Lemeshow, 2000). Hal yang membedakan regresi logistik dengan regresi linier adalah variabel responnya yang berupa biner atau dikotomi yang terdiri dari dua kategori, misalnya nilai yang menyatakan hasil yang diperoleh sukses (y = 1) dan nilai yang menyatakan hasil yang diperoleh gagal (y = 0). Variabel respon atau y tersebut memenuhi distribusi Bernoulli dengan fungsi distribusi peluang untuk y dengan parameter πi adalah:

π x = ( ( )) (1)

dimana p = banyak variabel penjelas

Nilai π(x) adalah peluang terjadinya kejadian sukses y = 1. Karena π(x) merupakan fungsi yang non-linier sehingga perlu ditransformasi ke dalam bentuk logit agar berbentuk linier. Fungsi yang linier dapat digunakan untuk melihat

25 hubungan antara variabel penjelas dan variabel respon. Transformasi dari π(x) akan menjadi pusat dari regresi logistik biner yang dinamakan transformasi logit. Logit, g(x), adalah linier dalam parameternya, kontinyu dan memiliki rentang dari -∞ sampai +∞, tergantung dari rentang x.

g(x) = ln = ln

[

( ) ( ) ( ) ( )

]

= ln

[

( ) ( ) ( )

]

= ln [ x ( )] g(x) = (2)

Pada regresi logistik, variabel respon dengan syarat x dilambangkan dengan y = π x . Nilai memiliki dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika y=1, maka = - π x dengan peluang π x

2. Jika y=0, maka = - π x dengan peluang 1 - π x

mengikuti distribusi Binomial dengan rataan nol dan ragam π x [1- π x .

Mengestimasi parameter logistik dapat memakai metode Maximum

Likelihood (MLE). Metode MLE mengestimasi besarnya nilai parameter yang tidak diketahui dengan memaksimalkan fungsi likelihood-nya (Hosmer and Lemeshow, 2000).

26

Pengujian Signifikansi Parameter

Uji Simultan

Uji simultan merupakan uji yang dilakukan untuk menguji kelayakan model secara menyeluruh dan apakah seluruh variabel penjelas secara

Dalam dokumen Pengaruh Pemberdayaan Perempuan dan Fakt (Halaman 21-42)

Dokumen terkait