• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Hasil dari pengembangan potensi tersebut dapat tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar adalah sasaran yang diharapkan oleh semua pihak. Setidaknya, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menghasilkan lulusan yang dapat membaca dan menulis (literacy), berhitung (numeracy), dan kecakapan hidup (life skills). Selain itu, peserta didik harus memiliki kecerdasan emosional dan sosial (emotional dan social intelligences), nilai-nilai lain yang diperlukan masyarakat. Terkait dengan berbagai macam kecerdasan, yang merupakan sumbangan penting untuk perkembangan anak adalah membantunya untuk menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya.

Hasil belajar yang akan dicapai sesungguhnya yang sesuai dengan potensinya, sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta sesuai dengan tipe kecerdasannya, di samping juga nilai-nilai kehidupan (values) yang diperlukan untuk memeliharan dan menstransformasikan budaya dan kepribadian bangsa. Semua itu pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional “….

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

Belajar merupakan sebuah proses yang berakhir pada output dan outcome. Output merujuk pada hasil yang diperoleh selama siswa mengikuti aktivitas belajar, sedangkan outcome merujuk pada perubahan perilaku dari hasil belajar. Hasil belajar merupakan ketercapaian atas indikator-indikator yang direncanakan pada saat pendidik menyusun rencana pembelajaran, biasa berupa kemampuan, keterampilan dan sikap yang akan dikuasai siswa. Kemampuan yang telah dikuasai siswa atas pelajaran tertentu ditandai dengan adanya perubahan perilaku sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, karena tanpa adanya perubahan maka dianggap tidak ada belajar. Menurut Sujana, hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” 11. Dipertegas oleh Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”12.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Di sisi lain, hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir tentang

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), hlm. 22

12

tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran dikatan berhasil jika tingkat pengetahuan mahasiswa bertambah dari sebelumnya.

Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional, secara umum rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik13.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Uraian ranah-ranah tersebut kemudian dideskripsikan oleh Bloom sebagai berikut:

a. Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang dipelajari dan juga kemampuan untuk mengingat kembali terhadap hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam memori berupa fakta, kaidah, prinsip dan metode. Pada waktu menyelesaikan masalah, si pembelajar menggali ingatan dari memorinya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya. Orang yang memiliki daya ingatan kuat, dengan cepat dapat mengingat kembali apa yang diketahui dan dialaminya. Tetapi orang yang daya ingatannya lemah, akan mudah lupa apa yang diketahui dan dialaminya, karena apa yang tersimpan dalam memori tertimbun oleh fakta, kaidah, prinsip dan metode.

13

b. Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan atau materi yang dipelajari. Kemampuan ini dapat dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari materi yang dipelajari, mengubah data yang disajikan dalam bentuk lain, atau membuat perkiraan tentang kecenderungan dari suatu peristiwa atau keadaan berdasarkan trend data yang terjadi.

c. Penerapan, merupakan kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode untuk memecahkan suatu permasalahan atau persoalan baru. Kemampuan ini dapat dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus dalam memecahkan persoalan yang belum pernah dihadapi atau aplikasi metode dalam memecahkan permasalahan baru.

d. Analisis, merupakan kemampuan untuk merinci suatu kesatuan dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga seluruh struktur berserta bagian-bagian-bagian-bagiannya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dari suatu struktur dan mencari dari keterkaitan antara komponen-komponen dasar sehingga membentuk struktur tersebut.

e. Sintesis, merupakan kemampuan untuk mensintesiskan bahan-bahan atau materi yang dipelajari serta membentuk suatu kesatuan atau struktur dan pola baru dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam hal ini dituntut kriteria untuk menemukan pola dan struktur baru sehingga kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis.

f. Evaluasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal sebagai pengembangan dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam menguraikan pendapat tersebut, sebagai pertanggungjawabannya perlu disertai dengan argumentasi-argumentasi yang mengacu atau berdasarkan kepada kriteria tertentu yang telah dipelajari atau merupakan pengembangan dari bahan-bahan atau meteri yang telah dipelajari

Ranah kognitif dari Bloom ini sangat komprehensif dan menyajikan unsur-unsur secara detail terhadap aspek-aspek pemahaman. Menurut Bloom, untuk dapat mempelajari suatu materi atau pelajaran baru dengan baik diperlukan dua hal yaitu perilaku kognitif awal dan karakteristik afektif awal. Perilaku kognitif awal merupakan jenis pengetahuan, keterampilan dan kompetensi; sedangkan karakteristik afektif awal merupakan motivasi dari diri si pembelajar. Perilaku kognitif awal tersebut bersifat kumulatif, artinya suatu materi atau pelajaran yang baru hanya dapat dipelajari dengan baik jika si pembelajar sudah memiliki atau memahami materi sebelumnya.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Dalam hal ini usaha dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang didapat pada nilai setiap tes. Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, seperti pengalaman, cara berpikir dan perubahan tingkah laku. Keberhasilan proses belajar juga ditentukan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran tercapai atau terpenuhi, proses belajar tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono ”bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar”14.

Di dalam kegiatan belajar mengajar tentu akan dihasilkan suatu produk yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan gambaran tentang seberapa jauh penguasaan siswa terhadap pelajaran. Pernyataan ini didukung oleh Yohana yang berpendapat bahwa prestasi belajar adalah ”gambaran penguasaan siswa atas materi pelajaran dan atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat dari proses belajar yang dialaminya dalam jangka waktu tertentu”15.

14

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit PT Rineka Cipta.

Jakarta, hlm. 3

15

Corry Yohana, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Proses tersebut dimulai dari tahap perencanaan yang ditandai dengan penetapan indikator keberhasilan yang akan diraih peserta didik setelah mengikuti tahapan berikutnya yaitu proses pembelajaran yang kemudian diakhiri dengan tahap penilaian. Pada tahap penilaian inilah akan diketahui tingkat ketercapaian dari indikator-indikator yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.

Wiryawan dalam Hajat mengemukakan bahwa:

Prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar yang dilaksanakan siswa selama ini. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh anak didik terhadap pertanyaan atau persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru, tergantung dari pengetahuan atau pemahaman.16

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkle menyatakan prestasi belajar adalah “bukti usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar”17. Juga oleh Azwar dalam Legowo yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “keberhasilan seseorang dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang siswa dilakukan suatu penilaian. Penilaian tersebut dapat dilaksanakan baik melalui teknik tes maupun teknis non-tes”18.

Sedangkan Harimurti dalam Legowo menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

16

Nurahma Hajat & I Ketut R, Sudiarditha. “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi

Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal

Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 37.

17

Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005,

h. 8.

18

Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas

Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni

suatu mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau mata pelajaran yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru”19.

Pendapat ini menekankan pada tingkat pencapaian prestasi siswa pada ranah pengetahuan atau keterampilan dari suatu mata pelajaran. Indikator-indikator pencapaian prestasi siswa kemudian dikembangkan melalaui proses pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi hasil atau prestasi belajar melalui tes. Proses penilaian ini akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan siswa.

Menurut Thantawy dalam Rahayu menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar, tanda atau simbol itu biasanya dinyatakan dengan nilai, angka, atau huruf. Tanda itu melambangkan kemampuan aktual dalam bidang pengetahuan dan keterampilan”20.

Secara spesifik Kadir mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan “salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses belajar. Keberhasilan ini biasanya diukur dalam jangka waktu tertentu, misalnya beberapa kali pertemuan, satu caturwulan atau semester bahkan setelah lulus pada tingkat akhir”21.

Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum ini.

19

Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri …, h. 7.

20

Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam …, h. 8

21

Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di

Kurikulum Matematika SMP 2003, dinyatakan bahwa Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.

Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin dicapai. Ruang lingkup materi pada standar

kompetensi mataematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar serta peluang dan statistik.

Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan seharihari. Semua aspek yang dijabarkan dalam Kompetensi Dasar dan Indinkator, terangkum dalam Kemahiran Matematika yang disajikan pada setiap awal kelas.

Secara rinci matematika SMP dan MTs dikelompokkan kedalam 13 Standar Kompetensi yang tercakup pada 4 (empat) aspek matematika (Bilangan, Geometri dan pengukuran, Peluang dan Statistika, Aljabar). Tiga belas standar kompetensi tersebut diatur menurut urutan sebagai berikut:

1. Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah

2. Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan dalam pemecahan masalah

3. Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat menentukan besaran-besaran yang ada di dalamnya

4. Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis, dan sistem persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

5. Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah

6. Mengidentifikasi lingkaran serta menentukan besaran-besaran yang terkait di dalamnya

7. Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) serta menentukan besaran-besarannya

8. Memahami kesebangunan bangun datar

9. Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besara-besaran di dalamnya

10.Melakukan kegiatan statistika

11.Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma

12.Menentukan pola, deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

13.Memahami dan menggunakan persamaan kuadrat dalam pemecahan masalah Hasil belajar seseorang baru dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan atau prestasi.

Hamalik menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.22 Beberapa pendapat yang sama menyebutkan bahwa evaluasi dapat diartikan “sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atau objek yang dievaluasi”23. Anas Sudjiono dalam Djaali mengemukakan bahwa

22

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),

h.159

23

Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana

evaluasi pada dasarnya merupakan “penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedangkan penilaian merupakan hasil dari pengukuran”24.

Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dapat pula dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Hasil penilaian dapat menentukan tingkat keberhasilan seorang siswa. Sedangkan tingkat keberhasilan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Menurut Djaali, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Di sekolah, pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar25.

Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan ujian lisan atau tulisan; hasil pengujian belajar dapat diketahui setelah disesuaikan dengan hasilnya. Bentuk penilaian dapat berupa angka atau huruf dan nilai berdasarkan hasil penilaian dinamakan prestasi belajar26.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dibuktikan dengan ditunjukkan melalui angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya setelah mengikuti tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran.

Djaali menyatakan bahwa tes dapat berfungsi sebagai ”alat untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka

24

Djaali, Pengukuran Dalam ..., h. 2

25

Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 8

26

waktu tertentu”27. Sedangkan Sudijono menyatakan bahwa terdapat dua macam fungsi tes yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai28.

Dalam kaitannya mengukur hasil belajar siswa sebagai efek atau pengaruh dari kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi beberapa golongan. Djaali menggolongkan menjadi dua yaitu ”tes awal yang dikenal dengan istilah pre-test dan tes akhir yang dikenal dengan post-test”29.

Tes awal atau yang dikenal dengan pre-test dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal atau penguasaan dasar atas pengetahuan atau materi pelajaran yang akan diberikan pendidik. Materinya meliputi pokok bahasan penting yang akan diajarkan pada kegiatan pembelajaran.

Tes akhir atau yang dikenal dengan istilah post-test diberikan setelah siswa mengikuti sejumlah materi pelajaran yang diberikan guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi yang penting telah diajarkan. Umumnya, materi tes disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan pengajaran yaitu pada penyusunan indikator keberhasilan.

Disamping tes awal dan tes akhir, dalam pembelajaran dikenal juga tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya

27

Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 11

28

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.67

29

serap siswa terhadap satuan bahasan tertentu. Hasil tes ini dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar tertentu dalam waktu tertentu pula, atau sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar.

Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan siswa selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk kenaikan kelas sebagai ukuran kualitas sekolah. Jika hasil keseluruhan dari tes sumatif ini baik maka dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut mempunyai kualitas yang baik.

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes sumatif terhadap mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII semester genap. Tes tersebut diberikan setelah siswa mengikuti program pembelajaran matematika selama satu semester dengan pokok bahasan atau materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.

2. Kemandirian Belajar

Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan “struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian individu yang bersangkutan.

Menurut Jacob Utomo, “kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecederungan menggunakan

kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif” 30. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain.

Pendapat lain menurut Steinberg (dalam Aspin, 2007) “remaja yang memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertangung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua ataupun guru ”31.

Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri dapat menunjukkan inisiatif,

Dokumen terkait