• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika pada siswa MTsN Parung-Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika pada siswa MTsN Parung-Bogor"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN

PARUNG-BOGOR

Oleh:

ROSYIDAH

103017027209

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN PARUNG BOGOR”, yang disusun oleh Rosyidah, Nomor Induk Mahasiswa: 103017027209, Jurusan Pendidikan Matematika telah melalui bimbingan dan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, Juni 2010

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rachmat Mulyono, M.Si Otong Suhyanto, M.Si NIP. 196502201999031003 NIP. 196811041999031001

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGER SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA MTsN PARUNG-BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Rosyidah NIM: 103017027209

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rachmat Mulyono, M.Si Otong Suhyanto, M.Si NIP. 196502201999031003 NIP. 196811041999031001

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(5)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ROSYIDAH NIM : 103017027209

Jurusan : Pendidikan Matematika Angkatan : 2003

Alamat : Jl. Lestari II No. 102 RT.03/05 Kel. Curug Kec. Bojongsari Depok

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kemandirian Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa MTsN Parung Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Drs. Rachmat Mulyono, M.Si. NIP : 19650220 199903 1 003 Dosen : Fakultas Psikologi UIN Jakarta

2. Nama : Otong Suhyanto, M.Pd. NIP : 19681104 199901 1 001

Dosen : Jurusan Pendidikan Matematika FITK UIN Jakarta

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila skripsi ini bukan karya saya.

Jakarta, 20 Agustus 2010 Yang menyatakan,

(6)

ABSTRAK

ROSYIDAH. Hubungan Antara Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa MTs Negeri Parung-Bogor. Skripsi Strata 1 (S-1) Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika pada siswa MTsN Parung-Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan Maret sampai Mei 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan korelasional. Populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII-7 dan VIII-9 yang berjumlah 95 orang.

Data variabel X (Kemandirian Belajar), dijaring dengan menggunakan instrumen skala kemandirian berbentuk kuesioner, sedangkan untuk variabel Y (Hasil Belajar) digunakan tes hasil belajar matematika. Hasil perhitungan reliabilitas variabel X sebesar 0,95 sedangkan variabel Y sebesar 0,92. Uji persyaratan analisis menunjukkan bahwa variabel X dan Y berdistribusi normal.

Persamaan regresi kedua variabel adalah Ŷ= 21,98+0,335X. Hasil perhitungan koefisien korelasi product moment menghasilkan rxy sebesar 0,755. Hasil pengujian signifikansi koefisien dengan menggunakan uji t menunjukkan kedua variabel adalah signifikan. Perhitungan koefisien determinasi menghasilkan rxy2 = (0,755)2 = 0,5700, ini berarti bahwa 57% variansi hasil belajar ditentukan oleh kemandirian belajar.

(7)

ABSTRACT

ROSYIDAH. Relationship Between Independence Learning With Academic Math Achievement. The thesis of Mathematic Education Department, Faculty of Education and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2010.

This research aims to know the relationship between student independence in learning and the academic achievement of students MTsN Parung-Bogor. This research was conducted over three months from March to May 2010. The method used is survey method with the correlational approach. The population is 95 students.

To gather data variable X (Independence Students In Learning), used questionnaires of independence learning scale, while variable Y obtained test of math achievement. Normality analysis results that both variables have normal distribution.

Regression equation obtained was Ŷ=21.985+0.335X. Test of correlation product moment result coefficient of rxy= 0.755. the correlation is significant. The calculation of the coefficient of determination resulted rxy2 = (0,755)2 = 0,5700. This indicates that 57% variance of academic achievement determined by the independence learning.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan dan ketabahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk mengikuti sidang munaqasah dan wisuda. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita bersama Nabi Muhammad SAW. sebagai panutan dan pimpinan Umat manusia beserta keluarganya, para sahabatnya dan penggikutnya yang setia meneruskan perjuangan Islam hingga akhir zaman.

Alhamdulillah atas pertolongan rahmat-Nya penyusun dapat menyusun skripsi ini sampai selesai. Tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Semoga kebaikan semuanya menjadi amal ibadah dan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Alloh SWT. Amin.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari banyak kendala-kendala dan kesulitan yang didapat, namun berkat adanya dorongan, bantuan, nasehat dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

(9)

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika untuk semua ilmu yang telah diberikan. Pimpinan dan staf akademik yang membantu proses administrasi.

5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas buku-bukunya yang telah menjadikan skripsi ini penuh makna.

6. Ibu Hj. Eti Munyati, S.Ag., Kepala Sekolah MTs Negeri Parung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian disekolah yang Ibu pimpin.

7. Orang Tuaku Bapak Suhadi dan Ibu Elis, suami tercinta (Roni Faslah, S.Pd., MM), putra dan putriku (Azka dan Gifar) yang terkasih, kakakku dan adik-adikku serta keponakanku yang tak pernah lelah memberikan Doa dan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.

8. Sahabat-sahabatku Keluarga Besar Pendidikan Matematika angkatan 2003, kelas A dan B, terutama sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tiada dapat penulis membalas jasa baik mereka selain untaian doa, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan mereka dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda serta keberkahan hidup di Dunia maupun di Akhirat, Amin.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

SURAT PERNYATAAN PENULIS ... iii

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar ... 11

2. Kemandirian Belajar ... 23

B. Kerangka Berfikir ... 37

C. Hipotesis Penelitian... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 40

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Hasil Belajar a. Definisi Konseptual ... 41

b. Definisi Operasional ... 42

(11)

d. Validasi Instrumen ... 44 a. Uji Keberartian (Signifikansi) Regresi ... 51

b. Uji Linieritas Regresi ... 52

c. Uji Koefisien Korelasi ... 53

d. Uji Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi . 53 e. Uji Koefisien Determinasi ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Hasil Belajar Matematika ... 55

2. Kemandirian Belajar ... 56

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 58

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Uji Persamaan Regresi ... 59

2. Uji Signifikansi Persamaan Regresi ... 61

3. Uji Liniearitas Regresi ... 62

4. Uji Koefisien Korelasi ... 62

5. Uji Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi (Uji -t) ... 64

6. Uji Koefisien Determinasi ... 64

D. Interpretasi Hasil Penelitian ... 64

E. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel III.1. Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 42 Tabel III.2. Instrumen Kemandirian Belajar ... 47 Tabel III.3. Skala Penilaian untuk Kemandirian belajar ... 48 Tabel III.4. Daftar Analisi Varians Untuk Uji Kelinearan dan

Keberartian Regresi ... 53 Tabel IV.1. Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika

(Variabel Y)... 55 Tabel IV.2. Tabel Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar (Variabel

X) ... 57 Tabel IV.3. Hasil Uji Normalitas ... 59 Tabel IV.4. Tabel Anava Untuk Pengujian Signifikansi dan Liniearitas

Persamaan Regresi ... 61 Tabel IV.5. Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana

Variabel Antara X dengan Y ... 63 Tabel IV.6 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Keofisien Kore

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1. Bagan Kerangka Berfikir ... 37

Gambar IV.1. Grafik Histogram Hasil Belajar Matematika ... 56

Gambar IV.2. Grafik Histogram Kemandirian Belajar ... 58

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Uji Coba Variabel X ... 71

Lampiran 2 Data Hasil Uji Coba Variabel X ... 75

Lampiran 3 Data Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel X ... 77

Lampiran 4 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas ... 79

Lampiran 5 Data Hasil Uji Coba Validitas Variabel X Setelah di- hilangkan Yang Drop ... 80

Lampiran 6 Data Hasil Perhitungan Kembali Uji Validitas Variabel X ... 82

Lampiran 7 Analisis Reliabilitas Variabel X ... 83

Lampiran 8 Instrumen Final Variabel X ... 84

Lampiran 9 Instrumen Uji Coba Variabel Y ... 87

Lampiran 10 Kunci Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika 92 Lampiran 11 Data Hasil Uji Coba dan Analisis Validitas Variabel Y 93 Lampiran 12 Tabel Bantu Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 95

Lampiran 13 Perhitungan Standar Deviasi ... 97

Lampiran 14 Perhitungan Validitas Butir Variabel Y ... 98

Lampiran 15 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas Variabel Y ... 99

Lampiran 16 Perhitungan Ulang Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 100

Lampiran 17 Tabel Bantu Perhitungan Ulang Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 102

Lampiran 18 Perhitungan Ulang Validitas Butir Variabel Y ... 104

Lampiran 19 Uji Reliabilitas Variabel Y ... 105

Lampiran 20 Instrumen Final Variabel Y ... 106

Lampiran 21 Data Penelitian Variabel X ... 110

Lampiran 22 Data Penelitian Variabel Y... 116

Lampiran 23 Data Penelitian Variabel Y (Konversi) ... 120

Lampiran 24 Data Mentah Berpasangan Variabel X dan Y ... 123

Lampiran 25 Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Simpangan Baku . 126 Lampiran 26 Tabel Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Variabel X dan Y ... 127

Lampiran 27 Proses Perhitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel Y ... 130

Lampiran 28 Grafik Histogram Variabel Y ... 131

Lampiran 29 Proses Perhitungan Menggambar Grafik Histogram Variabel X ... 132

Lampiran 30 Grafik Histogram Variabel X ... 133

(15)

Liniear ... 137

Lampiran 33 Perhitungan Persamaan Regresi Linear Sederhana ... 138

Lampiran 34 Tabel Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Ŷ = 13,05 + 0,402X ... 139

Lampiran 35 Perhitungan Rata-rata, Varians dan Simpangan Baku Ŷ = 13,05 + 0,402X... 142

Lampiran 36 Tabel Untuk Menghitung Ŷ=13,05 + 0,402X ... 143

Lampiran 37 Grafik Persamaan Regresi ... 146

Lampiran 38 Perhitungan Normalitas Variabel X ... 147

Lampiran 39 Langkah Perhitungan Normalitas Variabel X ... 150

Lampiran 40 Perhitungan Normalitas Variabel Y ... 151

Lampiran 41 Langkah Perhitungan Normalitas Variabel X ... 154

Lampiran 42 Perhitungan JK (G) ... 155

Lampiran 43 Perhitungan Uji Keberartian Regresi ... 157

Lampiran 44 Perhitungan Uji Keliniearan Regresi ... 159

Lampiran 45 Tabel Anava Untuk Uji Keberartian dan Uji Keliniear- an Regresi ... 160

Lampiran 46 Perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment ... 161

Lampiran 47 Perhitungan Uji Signifikansi ... 162

Lampiran 48 Perhitungan Uji Koefisien Determinasi ... 163

Lampiran 49 Tabel Normal Standar ... 164

Lampiran 50 Tabel Distribusi F ... 165

Lampiran 51 Tabel Distribusi t ... 167

Lampiran 52 Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ... 169

Lampiran 53 Nilai r Product Moment ... 170

Lampiran 54 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 171

Lampiran 55 Surat Izin Penelitian ... 172

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang ingin maju haruslah memajukan pendidikannya terlebih dahulu. Karena melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu, pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kemampuan berfikir, berusaha, dan penguasaan teknologi. Sehingga diharapkan ia dapat memenuhi segala kebutuhan dengan segala keterampilan yang dimilikinya.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ditunjukkan oleh data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).1

Secara khusus, penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, menurut Kasim diantaranya adalah: 1) rendahnya sarana fisik, 2) rendahnya kualitas guru, 3) rendahnya kesejahteraan guru, dan 4) rendahnya prestasi belajar siswa.2

1

Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia (http://meilanikasim.wordpress.com/

2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ (Diakses tanggal: 2 Mei)

2

2010Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia ... (Diakses tanggal: 2 Mei

(17)

Rendahnya prestasi siswa merupakan akumulasi dari rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru, sehingga pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai contoh pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.

Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika3.

Pendidikan merupakan suatu hal yang urgent dalam kehidupan manusia dewasa ini. Terlebih pada masa kini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan utama bagi manusia. Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Untuk mewujudkannya perlu adanya suatu kerja sama antara pihak sekolah, orang tua, dan siswa itu sendiri.

Pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum memahami makna pendidikan, dalam hal ini arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya yang mutlak diperlakukan oleh siswa agar proses belajar dapat

3

2010Meilani Kasim, Masalah Pendidikan Di Indonesia ... (Diakses tanggal: 2 Mei

(18)

berjalan sebagaimana mestinya. Persepsi yang salah ini perlu diluruskan agar siswa dapat memaknai hakekat belajar yang sesungguhnya. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sentral untuk mengubah kekeliruan persepsi dalam proses belajar tersebut.

Tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar dinyatakan dengan hasil belajarnya. Hasil belajar dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor, setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa memberikan gambaran tentang posisi tingkat dirinya dibandingkan siswa lain. Untuk mengetahui seseorang telah mengalami proses belajar dan telah mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap maka dapat dilihat dari hasil belajarnya.

Banyak hal yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas belajar siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar adalah faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa diantaranya, lingkungan sekolah, misalnya interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi secara dekat dengan murid menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar karena siswa merasa malu untuk bertanya pada guru. Siswa tidak dapat mengeksplorasi lebih banyak materi yang sedang dibahas sehingga akan berdampak pada tingkat pengetahuannya.

(19)

tetapi berada di jalanan untuk mencari uang. Hal ini disebabkan orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan mereka.

Faktor lain yang berasal dari luar diri siswa yang berpengaruh pada hasil belajar ialah peralatan belajar sebagai sarana belajar. Kelengkapan peralatan belajar di dalam proses belajar akan memberikan kontribusi kepada siswa dalam mencapai hasil belajar. Kurang lengkapnya peralatan belajar akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Siswa yang dirumahnya memiliki peralatan belajar yang lengkap akan belajar dengan semangat karena semua kebutuhan belajar sudah terpenuhi.

Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain adalah motivasi, sikap, minat dan perhatian, dan kemandirian belajar siswa. Motivasi merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Motivasi adalah suatu dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu, baik itu yang datang dari dalam diri maupun dari luar diri. Motivasi membuat seseorang melakukan sebaik mungkin semua pekerjaan yang dilakukan, jika seorang siswa belajar dengan motivasi yang baik maka hasil belajarnya pun akan baik sebaliknya apabila motivasi kurang maka hasil belajar pun kurang memuaskan. Motivasi ini dapat diberikan oleh orang tua sebagai pendidik di rumah, guru sebagai pendidik yang berada di sekolah, dan teman yang ada di lingkungan sekitarnya dimana biasanya ia berinteraksi.

(20)

akibatnya konsentrasi siswa terhadap materi pembelajaran tidak akan optimal. Maka guru pun harus dapat memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan berdampak dan berpengaruh kuat pada proses dan hasil belajar.

Minat dan perhatian juga menjadi salah satu faktor internal yang dianggap dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan erat sekali. Kalau seorang siswa mempunyai minat dalam mata pelajaran tertentu maka ia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya bila siswa memiliki minat yang rendah terhadap suatu mata pelajaran biasanya ia malas untuk mempelajarinya. Demikian juga dengan siswa yang tidak memiliki perhatian yang serius pada mata pelajaran yang sedang diajarkan, maka siswa tersebut akan sulit menyerap materi pelajaran tersebut. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya.

Kemandirian siswa dalam belajar salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang. Pembentukan kemandirian dibentuk secara bertahap dari diri sendiri, orang tua dan guru. Pola pendidikan orang tua sangat berperan dalam pembinaan kemandirian pada anak. Orang tua hendaknya tidak bersikap otoriter dalam mendidik anak. Anak diberikan kebebasan yang bertanggung jawab dalam bertindak agar kemandirian terbentuk dalam diri anak. Guru di sekolah berperan dalam pembentukan kemandirian dengan menciptakan situasi demokratis. Demokratis maksudnya adalah suasana pelajaran yang memberikan keleluasan bagi siswa dalam mengeluarkan pendapat, berpikir secara mandiri, dan guru tidak memaksakan secara mutlak.

(21)

seorang pelajar mengalami tekanan dalam hidupnya kecerdasan mereka sedikit demi sedikit menjadi berkurang”4. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Condro (2003) “Seorang anak yang dibesarkan dengan tekanan akan tumbuh menjadi murung dan tertutup (Introvert)”5.

Kemandirian siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu ditumbuhkembangkan pada siswa sebagai individu yang diposisikan sebagai peserta didik. Dengan ditumbuhkembangkannya kemandirian pada siswa, membuat siswa dapat mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi akan berusaha menyelesaikan latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan yang dimilikinya, sebaliknya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah akan tergantung pada orang lain.

“Mendorong anak untuk belajar harus dimulai sejak dini. Bukan dengan cara menyuruh tetapi lebih efektif dan produktif dengan contoh atau respon positif yang tepat guna atas perilaku anak. Hal ini akan membentuk internalisasi budaya belajar”6. Namun terbentuknya internasilasi budaya belajar tersebut diperlukan kemampuan responsif setiap rangsangan belajar pada diri anak. Apabila perilaku belajar mandiri yang pernah dilakukan oleh lingkungan (termasuk orang tua dan guru) tidak dapat dikembangkan oleh anak, maka anak tidak dapat mengembangkan dorongan belajar secara mandiri dan pada akhirnya tidak akan menghasilkan output belajar seperti yang diharapkan. Sebab, semua aktivitas anak dilakukan karena disuruh atau diperintah orang lain. Anak hanya akan belajar jika disuruh dan diawasi.

4

Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar Cerdas Dan Efektif, Bukan Keras Dan

Melelahkan, (Jogjakarta: Garailmu, 2009). h. 88.

5

Ahmad Muchlis Amrin, Cara Belajar…, h.88

6

George Prasetya Tembang, Smart Parenting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,

(22)

“Semua orang tua mengharapkan anaknya bisa belajar secara mandiri, artinya tidak usah disuruh anak akan belajar sendiri secara bertanggung jawab”7. Pada kenyataannya, seperti fenomena yang terjadi pada siswa MTsN Parung-Bogor kecenderungan memiliki tingkat kemandirian belajar yang rendah. Hal ini diketahui berdasarkan survei awal terhadap beberapa kelas yang menunjukkan bahwa tingkat kemandirian siswa dalam belajar pada saat ini masih tergolong rendah. Hal ini terlihat pada masih tingginya fenomena mencontek tugas dan ulangan, belajar sistem kebut semalam, rendahnya minat baca, rendahnya usaha menambah wawasan dari berbagai sumber, rendahya penggunaan sumber perpustakaan dan masih tingginya ketergantungan belajar pada kehadiran guru di kelas serta ketidaksiapan menghadapi ulangan.

Salah satu mata pelajaran yang penting dikembangkan adalah matematika. Dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi matematika dipelajari karena dianggap mata pelajaran penting yang diharapkan sekolah agar peserta didik memiliki kemampuan dan cara-cara berfikir secara matematis. “Matematika dipandang sebagi ilmu pengetahuan dengan pola berpikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten, serta menuntut daya kreatif dan inovatif”8.

Matematika memiliki peranan besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karena memiliki keunggulan dan kemampuannya dalam memecahkan berbagai masalah yang terdapat dalam bidang ilmu lain. “Tetapi disisi lain fakta menunjukkan bahwa pembelajaran matematika senantiasa menjadi masalah pada setiap jenjang pendidikan”9. Sebagai contoh, pada pembelajaran matematika di kelas VIII MTsN Parung-Bogor, siswa kurang menunjukkan

7

George Prasetya Tembang, Smart Parenting…, h.92

8

Koko Martono dan R. Eryanto, Firmansyah Noor, Matematika Dan Kecakapan Hidup,

(Bandung: Ganesa Exsaet, 2007), h. vii

9

(23)

adanya kesungguhan dan kegembiraan belajar sehingga penyerapan materi ajar kurang efisien dan efektif.

Pada era teknologi informasi ini guru bukan lagi merupakan satu-satunya sumber informasi bagi siswa. Guru dan siswa juga diharapkan dapat mengelola informasi secara bersama-sama dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Proses belajar yang baik akan menanam informasi dalam benak siswa. Seorang pakar fisika Jerman, George Christoph Litschenberg (1742-1799) menganjurkan untuk belajar dengan menemukannya sendiri atau dengan cara merekonstruksi suatu penemuan. Pentingnya kemandirian belajar dinyatakan oleh Litschenberg dalam ungkapan “when you have been obliged to discover by yourself, leaves a path in your mind wich you can use again when need arises”10. Jika siswa belajar dengan menemukan sendiri, maka akan tertinggal suatu lorong di benak siswa yang dapat dimasuki lagi bilama diperlukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian tentang hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar Matematika siswa MTsN Parung-Bogor menjadi penting untuk dilaksanakan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya interaksi guru dengan siswa. 2. Kurangnya motivasi belajar pada siswa.

3. Penerapan sikap belajar yang positif dalam belajar yang masih kurang. 4. Rendahnya minat belajar siswa.

5. Rendahnya tingkat kemandirian siswa dalam belajar matematika

10

(24)

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan dalam proposal ini serta kompleksnya permasalahan di atas berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa dan kaitannya dengan upaya pembinaan kemandirian siswa dalam belajar, maka masalah yang akan dibahas dibatasi. Batasan-batasan tersebut adalah:

1. Kemandirian siswa

Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa dalam belajar. Sedangkan kemandirian belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa dalam belajar baik belajar di sekolah, di rumah, individual atau kelompok.

2. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti sejumlah materi atau pokok bahasan yang dipersyaratkan dalam satuan kurikulum pendidikan MTsN di Parung-Bogor pada semester genap kemudian dilakukan tes.

3. Siswa

Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa MTsN Parung-Bogor yang menjadi objek penelitian yaitu siswa kelas VIII. Dipilihnya kelas VIII diharapkan akan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kemandirian belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

(25)
(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah–masalah yang telah dirumuskan, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian ini guna mendapatkan data yang empiris dan fakta yang sahih, benar, dan tepat (valid) serta dapat dipercaya (reliable) untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika siswa MTsN Parung-Bogor.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan, wawasan, dan kemampuan berfikir khususnya mengenai kemandirian siswa dalam belajar.

2. Bagi MTsN Parung-Bogor, untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dialami MTsN Parung-Bogor yang berhubungan dengan kemandirian siswa dalam belajar dengan hasil belajar siswa.

3. Bagi Jurusan Matematika Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri, sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian atau penulisan ilmiah yang berkaitan dengan hasil belajar.

(27)

12

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN

PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, ayat 4, disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Hasil dari pengembangan potensi tersebut dapat tercermin dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar adalah sasaran yang diharapkan oleh semua pihak. Setidaknya, semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan menghasilkan lulusan yang dapat membaca dan menulis (literacy), berhitung (numeracy), dan kecakapan hidup (life skills). Selain itu, peserta didik harus memiliki kecerdasan emosional dan sosial (emotional dan social intelligences), nilai-nilai lain yang diperlukan masyarakat. Terkait dengan berbagai macam kecerdasan, yang merupakan sumbangan penting untuk perkembangan anak adalah membantunya untuk menemukan bidang yang paling cocok dengan bakatnya.

(28)

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

Belajar merupakan sebuah proses yang berakhir pada output dan outcome. Output merujuk pada hasil yang diperoleh selama siswa mengikuti aktivitas belajar, sedangkan outcome merujuk pada perubahan perilaku dari hasil belajar. Hasil belajar merupakan ketercapaian atas indikator-indikator yang direncanakan pada saat pendidik menyusun rencana pembelajaran, biasa berupa kemampuan, keterampilan dan sikap yang akan dikuasai siswa. Kemampuan yang telah dikuasai siswa atas pelajaran tertentu ditandai dengan adanya perubahan perilaku sesuai dengan indikator yang ingin dicapai, karena tanpa adanya perubahan maka dianggap tidak ada belajar. Menurut Sujana, hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar” 11. Dipertegas oleh Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”12.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Di sisi lain, hasil belajar adalah tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti

pelajaran selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar merupakan hasil akhir tentang

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), hlm. 22

12

(29)

tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran

dikatan berhasil jika tingkat pengetahuan mahasiswa bertambah dari sebelumnya.

Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan dalam sistem pendidikan nasional, secara umum rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik13.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Uraian ranah-ranah tersebut kemudian dideskripsikan oleh Bloom sebagai berikut:

a. Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang dipelajari dan juga kemampuan untuk mengingat kembali terhadap hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam memori berupa fakta, kaidah, prinsip dan metode. Pada waktu menyelesaikan masalah, si pembelajar menggali ingatan dari memorinya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapinya. Orang yang memiliki daya ingatan kuat, dengan cepat dapat mengingat kembali apa yang diketahui dan dialaminya. Tetapi orang yang daya ingatannya lemah, akan mudah lupa apa yang diketahui dan dialaminya, karena apa yang tersimpan dalam memori tertimbun oleh fakta, kaidah, prinsip dan metode.

13

(30)

b. Pemahaman, merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan atau materi yang dipelajari. Kemampuan ini dapat dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari materi yang dipelajari, mengubah data yang disajikan dalam bentuk lain, atau membuat perkiraan tentang kecenderungan dari suatu peristiwa atau keadaan berdasarkan trend data yang terjadi.

c. Penerapan, merupakan kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode untuk memecahkan suatu permasalahan atau persoalan baru. Kemampuan ini dapat dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus dalam memecahkan persoalan yang belum pernah dihadapi atau aplikasi metode dalam memecahkan permasalahan baru.

d. Analisis, merupakan kemampuan untuk merinci suatu kesatuan dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga seluruh struktur berserta bagian-bagian-bagian-bagiannya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar dari suatu struktur dan mencari dari keterkaitan antara komponen-komponen dasar sehingga membentuk struktur tersebut.

e. Sintesis, merupakan kemampuan untuk mensintesiskan bahan-bahan atau materi yang dipelajari serta membentuk suatu kesatuan atau struktur dan pola baru dari bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dalam hal ini dituntut kriteria untuk menemukan pola dan struktur baru sehingga kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis.

(31)

Ranah kognitif dari Bloom ini sangat komprehensif dan menyajikan unsur-unsur secara detail terhadap aspek-aspek pemahaman. Menurut Bloom, untuk dapat mempelajari suatu materi atau pelajaran baru dengan baik diperlukan dua hal yaitu perilaku kognitif awal dan karakteristik afektif awal. Perilaku kognitif awal merupakan jenis pengetahuan, keterampilan dan kompetensi; sedangkan karakteristik afektif awal merupakan motivasi dari diri si pembelajar. Perilaku kognitif awal tersebut bersifat kumulatif, artinya suatu materi atau pelajaran yang baru hanya dapat dipelajari dengan baik jika si pembelajar sudah memiliki atau memahami materi sebelumnya.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha. Dalam hal ini usaha dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang didapat pada nilai setiap tes. Keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, seperti pengalaman, cara berpikir dan perubahan tingkah laku. Keberhasilan proses belajar juga ditentukan dengan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran tercapai atau terpenuhi, proses belajar tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono ”bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar”14.

Di dalam kegiatan belajar mengajar tentu akan dihasilkan suatu produk yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan gambaran tentang seberapa jauh penguasaan siswa terhadap pelajaran. Pernyataan ini didukung oleh Yohana yang berpendapat bahwa prestasi belajar adalah ”gambaran penguasaan siswa atas materi pelajaran dan atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat dari proses belajar yang dialaminya dalam jangka waktu tertentu”15.

14

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit PT Rineka Cipta.

Jakarta, hlm. 3

15

Corry Yohana, “Pengaruh Antara SQ, EQ dan IQ Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

(32)

Hasil belajar atau prestasi belajar yang diraih siswa merupakan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Proses tersebut dimulai dari tahap perencanaan yang ditandai dengan penetapan indikator keberhasilan yang akan diraih peserta didik setelah mengikuti tahapan berikutnya yaitu proses pembelajaran yang kemudian diakhiri dengan tahap penilaian. Pada tahap penilaian inilah akan diketahui tingkat ketercapaian dari indikator-indikator yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.

Wiryawan dalam Hajat mengemukakan bahwa:

Prestasi belajar yang diperoleh siswa sebagai akibat dari proses belajar yang dilaksanakan siswa selama ini. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi yang dihasilkan oleh anak didik terhadap pertanyaan atau persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru, tergantung dari pengetahuan atau pemahaman.16

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Winkle menyatakan prestasi belajar adalah “bukti usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar”17. Juga oleh Azwar dalam Legowo yang menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “keberhasilan seseorang dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang siswa dilakukan suatu penilaian. Penilaian tersebut dapat dilaksanakan baik melalui teknik tes maupun teknis non-tes”18.

Sedangkan Harimurti dalam Legowo menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

16

Nurahma Hajat & I Ketut R, Sudiarditha. “Hubungan Antara Motivasi dengan Prestasi

Belajar Mahasiswa Program D-III Jurusan Ekonomi dan Adminsitrasi FE UNJ”, Jurnal

Econosains Volume VI, Nomor 1, Maret 2008, h. 37.

17

Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

SMA Negeri 5 Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No.1, Februari 2005,

h. 8.

18

Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas

Unggulan Di SD Sompok Semarang”, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Volume I No. 3, Juni

(33)

suatu mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau mata pelajaran yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru”19.

Pendapat ini menekankan pada tingkat pencapaian prestasi siswa pada ranah pengetahuan atau keterampilan dari suatu mata pelajaran. Indikator-indikator pencapaian prestasi siswa kemudian dikembangkan melalaui proses pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi hasil atau prestasi belajar melalui tes. Proses penilaian ini akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan siswa.

Menurut Thantawy dalam Rahayu menyatakan bahwa prestasi belajar adalah “tanda atau simbol keberhasilan yang telah dicapai dari usaha belajar, tanda atau simbol itu biasanya dinyatakan dengan nilai, angka, atau huruf. Tanda itu melambangkan kemampuan aktual dalam bidang pengetahuan dan keterampilan”20.

Secara spesifik Kadir mengemukakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan “salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses belajar. Keberhasilan ini biasanya diukur dalam jangka waktu tertentu, misalnya beberapa kali pertemuan, satu caturwulan atau semester bahkan setelah lulus pada tingkat akhir”21.

Setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa merupakan sumbangan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui kurikulum ini.

19

Sapto Legowo, “Pengaruh Penyesuaian Diri …, h. 7.

20

Tri Rahayu, “Pelayanan BK Dalam …, h. 8

21

Kadir, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di

(34)

Kurikulum Matematika SMP 2003, dinyatakan bahwa Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.

(35)

kompetensi mataematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar serta peluang dan statistik.

Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan seharihari. Semua aspek yang dijabarkan dalam Kompetensi Dasar dan Indinkator, terangkum dalam Kemahiran Matematika yang disajikan pada setiap awal kelas.

Secara rinci matematika SMP dan MTs dikelompokkan kedalam 13 Standar Kompetensi yang tercakup pada 4 (empat) aspek matematika (Bilangan, Geometri dan pengukuran, Peluang dan Statistika, Aljabar). Tiga belas standar kompetensi tersebut diatur menurut urutan sebagai berikut:

1. Melakukan operasi hitung bilangan serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah

2. Memahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, himpunan serta dapat menggunakan dalam pemecahan masalah

3. Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat menentukan besaran-besaran yang ada di dalamnya

4. Memahami dan melakukan operasi aljabar, fungsi, persamaan garis, dan sistem persamaan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

5. Menentukan panjang suatu garis dalam segitiga serta dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah

(36)

7. Mengidentifikasi bangun ruang sisi lengkung (BRSL) serta menentukan besaran-besarannya

8. Memahami kesebangunan bangun datar

9. Mengidentifikasi bangun ruang sisi datar serta dapat menentukan besara-besaran di dalamnya

10.Melakukan kegiatan statistika

11.Melakukan operasi pangkat tak sebenarnya dan logaritma

12.Menentukan pola, deret bilangan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

13.Memahami dan menggunakan persamaan kuadrat dalam pemecahan masalah Hasil belajar seseorang baru dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi akan menghasilkan skor atau angka yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan atau prestasi.

Hamalik menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.22

Beberapa pendapat yang sama menyebutkan bahwa evaluasi dapat diartikan “sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atau objek yang dievaluasi”23. Anas Sudjiono dalam Djaali mengemukakan bahwa

22

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),

h.159

23

Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Program Pascasarjana

(37)

evaluasi pada dasarnya merupakan “penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif, sedangkan penilaian merupakan hasil dari pengukuran”24.

Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dapat pula dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Hasil penilaian dapat menentukan tingkat keberhasilan seorang siswa. Sedangkan tingkat keberhasilan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Menurut Djaali, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Di sekolah, pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar25.

Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan ujian lisan atau tulisan; hasil pengujian belajar dapat diketahui setelah disesuaikan dengan hasilnya. Bentuk penilaian dapat berupa angka atau huruf dan nilai berdasarkan hasil penilaian dinamakan prestasi belajar26.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dibuktikan dengan ditunjukkan melalui angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya setelah mengikuti tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran.

Djaali menyatakan bahwa tes dapat berfungsi sebagai ”alat untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka

24

Djaali, Pengukuran Dalam ..., h. 2

25

Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 8

26

(38)

waktu tertentu”27. Sedangkan Sudijono menyatakan bahwa terdapat dua macam fungsi tes yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai28.

Dalam kaitannya mengukur hasil belajar siswa sebagai efek atau pengaruh dari kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi beberapa golongan. Djaali menggolongkan menjadi dua yaitu ”tes awal yang dikenal dengan istilah pre-test dan tes akhir yang dikenal dengan post-test”29.

Tes awal atau yang dikenal dengan pre-test dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal atau penguasaan dasar atas pengetahuan atau materi pelajaran yang akan diberikan pendidik. Materinya meliputi pokok bahasan penting yang akan diajarkan pada kegiatan pembelajaran.

Tes akhir atau yang dikenal dengan istilah post-test diberikan setelah siswa mengikuti sejumlah materi pelajaran yang diberikan guru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi yang penting telah diajarkan. Umumnya, materi tes disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan pengajaran yaitu pada penyusunan indikator keberhasilan.

Disamping tes awal dan tes akhir, dalam pembelajaran dikenal juga tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif digunakan untuk mengukur setiap satuan bahasan tertentu dan bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya

27

Djaali, Pengukuran Dalam …, h. 11

28

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.67

29

(39)

serap siswa terhadap satuan bahasan tertentu. Hasil tes ini dipergunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar tertentu dalam waktu tertentu pula, atau sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar.

Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan siswa selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk kenaikan kelas sebagai ukuran kualitas sekolah. Jika hasil keseluruhan dari tes sumatif ini baik maka dapat dikatakan bahwa sekolah tersebut mempunyai kualitas yang baik.

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes sumatif terhadap mata pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII semester genap. Tes tersebut diberikan setelah siswa mengikuti program pembelajaran matematika selama satu semester dengan pokok bahasan atau materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dalam proses belajar yang hasilnya dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes.

2. Kemandirian Belajar

Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan “struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian individu yang bersangkutan.

(40)

kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif” 30. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain.

Pendapat lain menurut Steinberg (dalam Aspin, 2007) “remaja yang memperoleh kemandirian adalah remaja yang dapat memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertangung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua ataupun guru ”31.

Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri dapat menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa percaya diri.32

Hal ini berarti dalam kemandirian terdapat sifat tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar. “Siswa yang bertanggung jawab biasanya tahu akan hak dan kewajibannya sebagai pelajar, memiliki kesadaran diri tinggi akan tugasnya sebagai pelajar, berusaha dengan tekun dan keras dalam memperjuangkan prestasinya dan mereka juga berani dalam mengambil tindakan atau keputusan”33.

Siswa akan menganggap belajar merupakan tugas pokok yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan cara mengerjakan semua tugas yang

30

La Ode Basir, Kemandirian Belajar Atau Belajar Mandiri. www.smadwiwarna.net

(Diakses tanggal 2 Mei 2010)

31

Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh Orang Tua Authoritarian Dengan Kemandirian

Emosian Remaja, (Tesis Publikasi Jurnal Damandiri, www.damandiri.or.id), h. 25 (Diakses tanggal 6 Juni 2009)

32

Dede Suryadi, Memupuk Kemandirian Siswa. http://bataviase.co.id/node/160617.

Diakses Tangga 6 Juni 2009.

33

(41)

diberikan oleh guru atas dorongan dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang lain untuk mengejar prestasi yang diinginkan. Siswa yang mandiri dengan tanggung jawabnya akan belajar walaupun guru tidak hadir di kelas. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, sehingga kalau guru tidak hadir waktunya akan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memperdalam materi pelajaran yang telah diajarkan. Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang memiliki kesadaran diri, memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, dan berani mengambil keputusan.

Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan hal ini dapat dilihat dari Slavin dalam bukunya Psikologi Pendidikan yang menyatakan bahwa:

Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan, dan dengan mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahan yang lebih tinggi, namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu. 34

Pernyataan ini menunjukkan bahwa untuk berhasil mencapai prestasi belajar yang tinggi, sangat tergantung dari usaha siswa itu sendiri, siswa harus memiliki kemampuan belajar mandiri dengan cara membangun pengetahuan dalam pikiran, memanfaatkan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan dan menggunakan strategi belajar yang dimiliki. Dengan kata lain, kesadaran untuk belajar secara mandiri menjadi hal penting dalam pengembangan potensi akademik yang dimiliki siswa.

34

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek Jilid 2 (Jakarta: PT Indeks,

(42)

Jika dikaitkan dengan teori pembelajaran konstruktivis (contructivist teori of learning), maka prinsip-prinsip pembelajaran mandiri memiliki relevansi yang tinggi. Slavin (mengutip dari beberapa literatur) menyatakan bahwa “Inti teori konstruktivis ialah gagasan bahwa pelajar masing-masing harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri”35. Pandangan ini, menurut Salvin memiliki implikasi yang sangat besar bagi pengajaran, karena hal itu menyarankan peran yang jauh lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri daripada biasanya ditemukan dalam ruang kelas.

Beberapa pendapat lain yang menunjukkan bahwa kemandirian belajar erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa diantaranya adalah menurut pendapat Parnell (2001), membuktikan bahwa “pembelajaran mandiri dapat menjadikan siswa berhasil”36. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Silberman yang menyatakan bahwa “ketika para peserta didik belajar atas kemamuan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan merefleksikan. Bekerja atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya”37. Dalam buku yang sama Silberman mempertegas bahwa “belajar dengan pengarahan sendiri sering lebih mendalam dan lebih permanent daripada dengan pengarahan pengajar (guru)”38.

Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan siswa yang dominan dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilnya meraih prestasi yang tinggi. Secara teori, ini membuktikan bahwa kemandirian siswa yang ditandai dengan aktivitas individu baik di dalam kelas

35

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 6

36

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung: Mizan Learning

Center, 2009), h. 178

37

Mel Silberman, Active Learning, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007),h. 182

38

(43)

maupun diluar kelas menjadi penting untuk terus ditumbuhkembangkan sehingga melekat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam prilaku kesehariannya.

Badura (1991), Dembo & Eaton (2000) Schunk & Zimmerman, 1997 serta Winne (1997). dalam Slavin menyatakan bahwa:

Pelajar yang mandiri (Self-regulated learner) adalah siswa yang mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif dan bagaimana serta kapan menggunakkannya. Lebih jauh, pelajar yang mandiri termotivasi oleh pembelajaran itu sendiri, bukan hanya oleh nilai atau persetujuan orang lain (Bockaerts, 1995), dan mereka mampu bertahan pada tugas jangka panjang hingga tugas tersebut terselesaikan. dan “program yang mengajarkan strategi pembelajaran mandiri kepada anak-anak telah ditemukan meningkatkan pencapaian siswa (Fichs et.al 2003; Mason 2004)39.

Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan teori atribusi. Menurut Slavin, teori atribusi merupakan teori motivasi yang terfokus pada bagaimana orang menjelaskan penyebab keberhasilan dan kegagalan mereka sendiri. Salah satu konsep yang merupakan inti teori atribusi adalah lokasi kendali (locus of control). Slavin menyatakan bahwa “seseorang yang memiliki lokasi kendali internal adalah orang yang percaya bahwa keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuannya sendiri”40.

Menurut Steinberg (dalam Aspin) Secara psikososial kemandirian tersusun dari tiga bagian pokok yaitu : 1). Otonomi emosi (emotional autonomy) – aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan/keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali dengan orang tua, 2). Otonomi bertindak (behavioral autonomy) – aspek kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya dan 3). Otonomi nilai (value autonomy) – aspek kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting41.

39

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 13

40

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan..., h. 111

41

(44)

Siswa yang telah memiliki kemandirian menjadikan orang tua sebagai mitra dan bahkan sahabat yang ketergantungannya tidak tinggi dan baru muncul ketika diperlukan. Siswa seperti ini tidak banyak memiliki tuntutan terhadap orang tuanya dan memahami kondisi orang tuanya, termasuk kemampuan secara finansial. Di samping itu, siswa yang mandiri, mampu mengambil keputusan secara cepat, dan menjalankannya dengan penuh konsekuensi. Siswa yang mandiri juga terbiasa dengan nilai-nilai, norma dan etika terhadap baik-buruknya, pantas-tidaknya suatu perbuatan. Siswa yang mandiri terbiasa mendahulukan kegiatan yang menjadi prioritas, karena mereka tidak banyak bergantung kepada lingkungan, sehingga berusaha menyelesaikan kegiatan yang mereka anggap lebih penting daripada hal-hal yang kurang manfaat.

Kemandirian belajar juga erat kaitannya dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Salah satu prinsip dalam CTL adalah pengaturan diri sendiri.

Prinsip ini meminta para pendidik untuk mendorong setiap siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ketika siswa menghubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternative, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi, dan dengan kritis menilai bukti.42

Sesuai dengan prinsip tersebut, maka salah satu komponen CTL adalah para siswa akan menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif sehingga dapat mengembangkan minat individu, mampu bekerja sendiri atau dalam kelompok.

Siswa mandiri berdasarkan pendekatan CTL berarti para pelajar yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri semua aktivitas belajarnya baik

42

(45)

di dalam kelas maupun di luar kelas. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Pembelajaran CTL, mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal: “mengambil tindakan, bertanya, membuat keputusan mandiri, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran-diri, dan biasa bekerja sama”43.

Kemampuan dan keterampilan tersebut menjadi ciri atau karakter dari siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar. Kemampuan dalam mengambil tindakan tanpa diminta dan membuat keputusan secara mandiri dengan mempertimbangkan segala resiko sebagai bagaian dari tanggung jawab menjadi ciri pembelajar yang telah memiliki kemandirian. Kemampuan dan keterampilan bertanya, berpikir kritis dan kreatif dalam upaya siswa mengekplorasi pengetahuannya baik di kelas maupun di luar kelas menjadi kebiasaan bagi siswa yang mandiri.

Menurut Steinberg, (dalam Aspin) Kemandirian perilaku pada remaja ditandai dengan beberapa indikator yakni 1). kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu sesuai, 2). mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, 3) mencapai suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bertindak/melaksanakan keputusan dengan penuh percaya diri44.

Knowless mengemukakan bahwa belajar secara mandiri merupakan “A process in which individuals take the initiative in: 1) designing learning experiences, 2) diagnosing needs, 3) locating resources and 4) evaluating learning”45.

43

Eaine B. Johnson, Contextual Teaching …, h.153-154

44

Aspin, Hubungan Gaya Mengasuh …, h. 22

45

Brian Warnick dan Gary Starquadine, Andargogy: Application for Higer Education

(46)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kemandirian juga ditandai dengan adanya inisiatif. Inisiatif ini dilakukan dalam berbagai hal. Dalam belajar aspek inisiatif sangat diperlukan. Siswa yang memiliki sikap inisiatif akan berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang menunjang proses belajarnya dan memanfaatkan semua sumber-sumber belajar semaksimal mungkin. Dengan inisiatif siswa akan mampu melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan keinginannya sendiri, mampu mengatasi masalah yang ada pada dirinya tanpa bantuan orang lain. Inisiatif ditandai dengan bersikap kreatif dan mengembangkan sikap kritis.

siswa yang memiliki inisiatif mereka akan sangat kreatif misalnya dalam hal pengumpulan tugas, mereka akan berusaha mendapatkan nilai tambah melalui tampilan tugas, isi tugas, membuat catatan kecil, meletakan rumus-rumus di kamar tidur, di pintu masuk dan tempat-tempat lainnya yang mudah dilihat olehnya. Disamping itu, siswa yang mempunyai inisiatif juga akan mengembangkan sikap kritis, mereka akan langsung bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak dipahami, mereka akan mengkritisi makna dan tujuan setelah mempelajari suatu materi.46

Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan serta aspirasi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Siswa yang mandiri dalam belajar ditunjukkan dengan belajar sendiri, yaitu seorang siswa yang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan belajarnya, berpegang teguh pada tanggung jawab belajar, dan merencanakan kegiatan belajarnya untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik serta menganggap belajar sebagai tugas yang diterima secara sukarela. Seorang yang memiliki kemandirian akan berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

46

Gambar

Tabel III.1.
Gambar II.1.
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Gambar II.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan konsep diri dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran pengetahuan dasar teknik mesin (PDTM) siswa kelas XI Program Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 1

anak didik yang kurang cerdas, tetapi memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar,. maka dia akan mencapai prestasi akademik

Individu dengan kontrol diri tinggi seharusnya dapat mencapai prestasi akademik yang lebih baik dalam jangka panjang karena memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas

Individu dengan kontrol diri tinggi seharusnya dapat mencapai prestasi akademik yang lebih baik dalam jangka panjang karena memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa (r xy = 0,052dan.. probabilitas

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar siswa SMK kelas XII pada pelajaran matematika. Secara

Terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Astutik (2015) yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi

Pada strategi Course Review Horay dan Make a Match, siswa yang memiliki level kemandirian tinggi mampu mencapai prestasi belajar dengan lebih baik dibanding siswa yang memiliki level