• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kontrol diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kontrol diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Maria Eliza 069114005

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya

(5)

v

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Atas berkat-Nya, menjadikan sesuatu yang nampak mustahil

menjadi nyata

Papa dan Mama

Adik-adikku Ade, Leo, dan Lolin

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

Maria Eliza

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan prestasi akademik pada mahasisiwa. Aspek dari kontrol diri adalah disiplin diri, tindakan non-impulsif, kebiasaan sehat, regulasi diri, dan reliabilitas diri. Kontrol diri pada penelitian ini merupakan variabel bebas, sedangkan prestasi akademik menjadi variabel tergantung. Prestasi akademik berupa nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dari 104 subyek yang diperoleh menggunakan convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan skala adaptasi kontrol diri oleh Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), sedangkan data IPK diukur dengan data identitas yang diisi subyek. Koefisien reliabilitas dari skala kontrol diri sebesar 0,838. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Pearson’s Product Moment. Koefisian korelasi (r) antara kontrol diri dengan prestasi akademik sebesar 0,318 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0,001 (p<0, 01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa.

(8)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CONTROL AND ACADEMIC ACHIEVEMENT ON STUDENT

Maria Eliza

ABSTRACT

This research aimed to know the relationship between self-control and academic achievement on student. Aspects of control in this research are self-discipline, non-impulsive action, healthy habbit, self-regulation, and reliability. The self-control in this research has functioned as independent variable and academic achievement has fuctioned as dependent variable. The academic achievement has showed by GPA from 104 subjects, drawns by means of convenience sampling. Data collected by adapted self-control scale by Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), whereas academic achievement data collecting was used identity data of subjects. Reliability coefficient self-control scale was 0,838. Methodology that is applied to analyzed the relationship between self-control and academic achievement used Pearson Product Moment correlation technique. Coefficient correlation (r) between self-control and academic achievement was 0,318 with significance level (p) 0,001 (p<0,01). It meant that there was a significant relationship between self-control and academic achievement.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala penyertaan-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan pihak-pihak yang begitu luar biasa. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut, yaitu:

1. Ibu M.M. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi atas segala penerimaan, kesediaan, nasihat, bimbingan, kesabaran, waktu, serta berbagai masukan yang diberikan selama proses penyelesaian skripsi. 2. Dr. Christina Siwi. H., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si, selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang mendorong penulis beserta rekan-rekan seangkatan agar dapat segera menyelesaikan penulisan skripsi.

4. Ibu Aquilina Tanti Arini, S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing akademis atas pendampingan dan saran-sarannya

(11)

xi

6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Papa Ir. Yohanes Dardi dan Mama Theresia Kantiana terkasih yang selalu sabar dalam memberikan dukungan, doa, perhatian, dan kasih sayang bagi penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Adik-adiku F.X Angelinus, Thomas Leonardo, Charoline Xessa yang selalu memberi keceriaan dan semangat.

9. Sahabat-sahabatku Tari, Sentya, Ayu, Dita, Sentya, Puput, Beki serta yang belum saya sebutkan, yang tidak pernah bosan untuk mengingatkan, mendukung, berbagi cerita satu sama lain, yang memacu penulis agar dapat segera menyelesaikan penulisan skripsi.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 yang saling berbagi semangat selama berproses bersama penulis hingga saat-saat terakhir penyelesaian skripsi.

11. Keluarga besar ex-Exvaganza Dancer, Infinity Dancer, C+ Production, Sang Tantra Community yang telah menjadi memberikan kesempatan bagi penulis untuk berlatih, mengaktualisasikan diri, dan berbagi pengalaman bersama. 12. Keluarga besar Wisma Ananda, yang selama beberapa tahun ini menjadi

“rumah” bagi penulis untuk berdinamika bersama dalam kehidupan sehari-hari.

(12)

xii

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi masyarakat dan pihak-pihak yang membaca.

Yogyakarta, 12 Juli 2013

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL……..………..xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

1. Manfaat Teoritis...6

2. Manfaat Praktis... 6

(14)

xiv

A. Prestasi Akademik... 7

1. Pengertian Prestasi Akademik... 7

2. Pengukuran terhadap Prestasi Akademik...8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik...9

B. Kontrol Diri... 12

1. Pengertian Kontrol Diri... 12

2. Aspek-aspek Kontrol Diri..………...13

3. Jenis-jenis Kontrol Diri...15

4. Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri... 16

C. Mahasiswa dipandang sebagai Remaja Akhir... 17

1. Pengertian Mahasiswa... 17

2. Aspek Perkembangan pada Remaja Akhir... 18

D. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa……….20

E. Hipotesis……….………...24

BAB III. METODE PENELITIAN………..… 25

A. Jenis Penelitian………...…25

(15)

xv

1. Metode……….27

2. Alat Pengumpulan Data………...…27

F. Validitas dan Reabilitas Alat Ukur……….……...29

1. Validitas………...…29

2. Reabilitas………..30

G. Uji Coba Alat Ukur………31

1. Analisis Aitem………. 33

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur………. 35

H. Uji Analisis Data……….36

1. Uji Prasyarat Analisis………...36

2. Uji Hipotesis…..……….. 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………38

A. Deskripsi Subyek Penelitian………..38

B. Pelaksanaan Penelitian………...39

C. Deskripsi Data Penelitian……….………..40

1.Uji t Variabel Kontrol Diri……….42

2.Uji t Variabel Prestasi Akademik………...44

D. Analisis Data Penelitian……….45

1. Uji Asumsi Penelitian………..45

2. Uji Hipotesis………47

E. Pembahasan………...…….48

BAB V. PENUTUP……...………52

(16)

xvi

B. Saran………..52

C. Keterbatasan Penelitian………..…52

DAFTAR PUSTAKA………..…53

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 BlueprintSkala Kontrol Diri……….… 29

Tabel 2 BlueprintSkala Kontrol Diri Hasil Uji Coba...33

Tabel 3 Revisi Aitem Gugur………....34

Tabel 4 Deskripsi Jenis Kelamin Subyek Penelitian………...38

Tabel 5 Deskripsi Usia Subyek Penelitian………. 39

Tabel 6 Deskripsi Tahun Angkatan Subyek Penelitian………. 39

Tabel 7 Perbandingan Skor Empirik dan Skor Teoritik antara Variabel Kontrol Diri dan Variabel Prestasi Akademik………41

Tabel 8 One-Sample TestPerbandingan Mean Teoritik dan Empirik Kontrol Diri……….43

Tabel 9 One-Sample TestPerbandingan Mean Teoritik dan Prestasi Akademik………44

Tabel 10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ………45

Tabel 11 Ringkasan Hasil Uji Linieritas………46

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji CobaKontrol Diri……….………... 57

Lampiran 2. Reliabilitas Skala Uji Coba Kontrol Diri……….… 64

Lampiran 3. Reliabilitas Skala Uji Coba Kontrol Diri setalah Dilakukan Seleksi Aitem……….………...67

Lampiran 4. Skala Penelitian……….69

Lampiran 5. Uji Normalitas……..………...76

Lampiran 6. Uji Linieritas………..………...………77

Lampiran 7. UjiHipotesis…………...……….. 80

Lampiran 8. Uji t Rata-rata Empiris dan Teoritis Data Kontrol Diri…...….81

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegagalan pencapaian prestasi akademik masih menjadi masalah di

kalangan mahasiswa, salah satunya adalah kasus tingginya angka drop out di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Drop out dilakukan jika mahasiswa tidak mampu mencapai IPK minimal yang ditetapkan fakultas,

sekurang-kurangnya 2,00 memasuki semester keempat. Berdasarkan informasi yang

diperoleh dari Kompas.com (2009), sekitar kurang lebih 10% mahasiswa per

angkatan, atau sekitar 2% setiap tahunnya mengalami drop out di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun ajaran 2007/ 2008 sebanyak 1.254 mahasiswa

ITB terancam mengalami drop out, dimana 174 mahasiswa telah lebih dulu mengalami drop out pada tahun ajaran 2006/ 2007. Tingginya angka drop out

mayoritas disebabkan oleh permasalahan akademis. Kasus lainnya terjadi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Badan Pengelola Sistem

Informasi di FEB Universitas Brawijaya menunjukkan bahwa pada tahun 2012

sebanyak 70 mahasiswa mengalami drop out. Mahasiswa tersebut terdiri atas 33 mahasiswa angkatan 2011, 21 mahasiswa angkatan 2010, 7 mahasiswa

angkatan 2009, 1 mahasiswa angkatan 2008, 1 mahasiswa angkatan 2007, dan

7 mahasiswa angkatan 2005.

Prestasi akademik merupakan suatu bukti keberhasilan belajar

(20)

dicapai (Winkel, 2004). Maka prestasi akademik merupakan hasil maksimum

yang dicapai oleh mahasiswa setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi akademik biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, dan pencapaian

akademik antara mahasiswa satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Ada

yang tidak memuaskan, memuaskan, bahkan sangat memuaskan. Dalam

sistem akademis, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menjadi indikator utama

bagi keberhasilan studi di perguruan tinggi (Bertens, 2005).

Mahasiswa yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan sebagian

besar akan memasuki dunia kerja. Prestasi akademik yang dimiliki mahasiswa

akan menjadi salah satu dasar penilaian dunia kerja terhadap kemampuan

mahasiswa, selain keterampilan-keterampilan lain yang berhubungan dengan

bidang kerja yang akan dimasuki. Terlebih umumnya suatu bidang kerja

mensyaratkan nilai tertentu dari orientasi akademik yang dilihat melalui

perolehan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Oleh karena itu dalam menempuh

pendidikan di perguruan tinggi mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan

kesempatan dan kemampuannya secara optimal agar dapat mencapai prestasi

akademik yang optimal pula.

Masa mahasiswa meliputi rentang umur 18/ 19 tahun sampai 24/25

tahun. Rentang umur itu masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode 18/ 19

tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa semester I sampai dengan

semester IV; dan periode waktu 21/ 22 tahun sampai 24/ 25 tahun, yaitu

mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII (Isaacson dan

(21)

lebih banyak tantangan dibandingkan dengan mahasiwa pada rentang umur

yang kedua. Hal ini dikarenakan mahasiswa pada semester pertama

perkuliahan harus melakukan penyesuaian diri dengan pola kehidupan di

kampus maupun di luar kampus, baik akademis dengan akademis. Menurut

Azwar (1999), keberhasilan belajar mahasiswa tidak terlepas dari beberapa

faktor, salah satunya adalah faktor sosial dimana mahasiswa memiliki banyak

peran yang harus dijalankan. Ketidakmampuan mahasiswa dalam mengatur

tugas non-akademik dapat menyita waktu belajar yang pada akhirnya

mengganggu kedisiplinan dalam memenuhi dan menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

Salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil adalah mahasiswa yang

memiliki kemampuan mengatur waktu yang tepat dan memiliki batas waktu

untuk setiap pengerjaan tugasnya. Kemampuan mengatur waktu secara tepat

ini tidak dimiliki oleh semua mahasiswa, Djamarah (2002) menjelaskan

banyak mahasiswa yang mengeluh karena tidak dapat membagi waktu kapan

harus memulai dan mengerjakan sesuatu sehingga waktu yang seharusnya

dapat bermanfaat terbuang dengan percuma. Adanya kecenderungan untuk

tidak segera memulai mengerjakan tugas kuliah merupakan suatu indikasi dari

perilaku menunda dan kelalaian dalam mengatur waktu dan menjadi faktor

penting yang menyebabkan mahasiswa menunda dalam melakukan dan

menyelesaikan tugas.

Mahasiswa membutuhkan kemampuan untuk melakukan kontrol atas

(22)

penelitian yang dilakukan oleh Tangney, Baumeister, Boone (2004), dikatakan

bahwa individu dengan kapasitas yang tinggi untuk melakukan kontrol

terhadap dirinya akan lebih baik dalam hal performansi tugas dan juga

memiliki keberhasilan interpersonal yang lebih tinggi.

Fajrina and Kurniawan (dalam Fajrina and Kurniawan, 2012)

menemukan bahwa permasalahan kontrol diri masih terjadi di kalangan

mahasiswa. Masalah kontrol diri meliputi antara lain kecenderungan

mahasiswa yang lebih memprioritaskan kesenangan dan kepuasan

dibandingkan menyelesaikan tugas, kemalasan, konsentrasi yang rendah, sikap

kurang disiplin, dan menyelesaikan tugas atau perkerjaan menjelang deadline. Menurut Liebert (1981), kontrol diri melibatkan kemampuan

melawan dorongan dan menunda kepuasan. Kemampuan melawan dorongan

adalah bentuk kontrol diri dimana individu menunda pemuasan kebutuhan

segera dalam rangka mendapatkan hasil lain yang lebih berharga, yang hanya

diperoleh melalui usaha dan kesabaran. Untuk mendapatkan prestasi akademik

yang optimal, mahasiswa harus dapat belajar dengan baik dalam perkuliahan

dan ujian, serta mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Untuk itu mahasiswa harus

menunda pemuasan kebutuhan yang bersifat segera yang muncul, sehingga

kegiatan yang menunjang pencapaian tujuan jangka panjang menjadi prioritas

utama untuk dilakukan. Hal-hal yang dapat menunda pencapaian tujuan

jangka panjang adalah munculnya dorongan untuk melakukan sesuatu yang

lebih menyenangkan ketika akan dan sedang melakukan kegiatan belajar,

(23)

Kohlberg (1981) menjelaskan bahwa bagian dari kontrol diri dimulai

dengan kebutuhan semua individu untuk melakukan disiplin diri. Vincent dan

Martin (dalam Hurlock, 1955) menyatakan bahwa setiap individu

membutuhkan disiplin (aturan dalam pengadaan) dalam rangka menyesuaikan

kebutuhan dan dorongan kepada orang lain, dan untuk menjaga kasih sayang

dan persetujuan dari orang sekitar. Tanpa adanya kedisiplinan, individu tidak

akan dapat mengembangkan kontrol atas kebutuhan ego untuk membantu

melakukan penyesuaian terhadap realitas permintaan hidup; dengan disiplin

individu akan mengembangkan kontrol dan sebagai hasil membuat

penyesuaian yang baik terhadap permintaan hidup.

Hasil penelitian Duckworth dan Seligman (2005) menunjukkan

bahwa disiplin diri, mempengaruhi pencapaian prestasi akademik. Disiplin diri

terbukti mempengaruhi pencapaian prestasi akademik dan memiliki pengaruh

yang kuat terhadap performansi akademik dibandingkan inteligensi. Penelitian

lainnya oleh Duckworth, Tsukayama, dan May (2010) menjelaskan bahwa

perubahan dalam kontrol diri akan berpengaruh pada perubahan pencapaian

prestasi akademik. Jika mahasiswa lebih menerapkan kontrol diri pada

semester perkuliahan tertentu, maka diasumsikan bahwa prestasi akademik

yang dicapai pun akan lebih menonjol pada semester tertentu pula. Maka,

kontrol diri tidak hanya menjadi prediktor kesuksesan akademis jangka

pendek, tetapi juga membantu individu dalam mempertahankan pencapaian

(24)

mempertahankan prestasi akademik yang optimal selama proses

menyelesaikan masa studinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat

hubungan antara kontrol diri dengan pencapaian prestasi akademik.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan positif antara kontrol diri dengan prestasi

akademik mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

positif antara kontrol diri dengan prestasi akademik mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritik penelitian ini memberikan sumbangan

pengetahuan bagi ilmu psikologi terutama bidang psikologi pendidikan

yang berkaitan dengan kontrol diri dan prestasi akademik.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi tentang kontrol diri dan prestasi akademik

sehingga dapat memberikan masukan bagi mahasiswa untuk

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Akademik

1. Pengertian Prestasi Akademik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (1991),

prestasi akademik adalah nilai yang diperoleh dari kegiatan persekolahan

yang bersifat kognitif dan ditentukan melalui penilaian. Winkel (2004)

mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu bukti keberhasilan

belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya

sesuai dengan bobot yang dicapainya. Maka prestasi belajar merupakan

hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

usaha-usaha belajar.

Menurut Nasution (2005) prestasi akademik adalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

Azwar (2007) mendefinisikan prestasi akademik sebagai penguasaan

materi studi yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek

kognitif berisi intelektual, aspek afektif menyangkut minat, sikap (keadaan

emosi) dan psikomotor adalah mengenai keterampilan. Prestasi akademik

dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif

dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

(26)

Berdasarkan berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi akademik adalah tingkat keberhasilan belajar mahasiswa

yang meliputi aspek kognitif (intelektual), afektif (minat, sikap, emosi)

dan psikomotor (keterampilan) yang diperoleh melalui serangkaian tes

evaluasi belajar dan diwujudkan dalam bentuk nilai angka atau huruf.

2. Pengukuran terhadap Prestasi Akademik

Untuk mengetahui sampai sejauh mana proses belajar yang telah

berlangsung dalam jangka waktu tertentu, dan untuk mengetahui hasil

yang telah dicapai individu, maka pendidik perlu kiranya melakukan

pengukuran dan evaluasi. Pengukuran dan evaluasi merupakan kebutuhan

yang harus dilakukan oleh pendidik, karena pada saat tertentu pendidik

harus membuat keputusan pendidikan. Untuk mendapatkan keputusan

pendidikan yang akurat, maka diperlukan suatu data yang akurat dan

sesuai dengan hasil dari belajar. Data akurat tersebut dapat

dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor,

indeks prestasi studi, angka kelulusan, dan sebagainya (Suryabrata, 1998).

Tingkat keberhasilan atau penguasaan mahasiswa dalam belajar

dapat dilihat dari prestasi akademik yang dicapai. Prestasi akademik itu

sendiri dapat diketahui dari hasil evaluasi belajar. Evaluasi belajar itu

dapat dilakukan dengan pengukuran yang biasanya dibuat oleh dosen

dalam bentuk ujian lisan maupun tertulis. Penilaian kemudian dilakukan

(27)

angka-angka dengan rentang 1-10 atau 10-100 atau juga dalam bentuk huruf

seperti A, B, C, D, dan E. Hasilnya kemudian diwujudkan dalam suatu

simbol yang biasa menggunakan angka atau huruf yang biasa disebut

sebagai Indeks Prestasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Secara global, Syah (2003) membedakan faktor-faktor yang

mempengaruhil hasil belajar individu menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor Internal 1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa

dalam mengikuti aktivitas perkuliahan. Kondisi organ tubuh yang

lemah, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga

materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

Kondisi organ-organ khusus individu, seperti tingkat

kesehatan, indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat

mempengaruhi kemampuan individu dalam menyerap informasi

dan pengetahuan. Daya pendengaran dan penglihatan individu

(28)

terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori

individu tersebut.

2) Aspek Psikologis a) Inteligensi

Semakin tinggi kemampuan inteligensi individu maka

semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,

semakin rendah kemampuan inteligensi individu maka semakin

kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap

Sikap individu yang positif, terutama kepada

pengajar dan materi yang disajikan merupakan pertanda awal

yang baik bagi proses belajar. Sebaliknya, sikap negatif akan

menimbulkan kesulitan belajar dan prestasi yang dicapai akan

kurang memuaskan.

c) Bakat

Bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi

akademik bidang-bidang studi tertentu. Ketidaksadaran

individu terhadap bakatnya sendiri misalnya memilih jurusan

keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan

berpengaruh negatif terhadap prestasi akademiknya.

d) Minat

Minat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar

(29)

menaruh minat yang besar terhadap suatu materi tertentu maka

ia akan memusatkan perhatiannya sehingga individu akan

belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.

e) Motivasi

Dengan adanya motivasi, individu dapat mempunyai

pendorong untuk belajar sehingga dapat memiliki prestasi

akademik yang lebih baik.

b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi

kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga mahasiswa itu sendiri.

Sifat-sifat orangtua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan

keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat

memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan

hasil yang dicapai oleh individu.

2) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah

gedung kampus dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga

individu dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu

(30)

c. Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar (approach to learning), dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan dalam

menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi

tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional

yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau

mencapai tujuan belajar tertentu.

B. Kontrol Diri

1. Pengertian Kontrol Diri

Menurut Sarafino (2001), kontrol diri adalah kemampuan untuk

melatih menahan diri atas emosi, dorongan, impuls, atau keinginan kita.

Individu yang memiliki kontrol diri dapat menahan godaan atau menunda

kepuasan ketika menginginkan sesuatu. Sebagaimana dikemukakan pula

oleh Olson dan Hergenhahn (2007), kontrol diri merupakan kemampuan

untuk melakukan toleransi terhadap penundaan kepuasan.

Kontrol diri juga mengacu pada kemampuan untuk melakukan

komando perilaku (nampak dan tidak nampak, serta emosi maupun fisik)

serta menahan atau menghambat suatu dorongan (APA, 2006). Keadaan

dimana keuntungan jangka pendek beresiko membawa kerugian jangka

panjang, sebaliknya ada keuntungan jangka panjang yang lebih besar.

Lebih lanjut, Tangney, Baumeister, dan Boone (2004)

(31)

pikiran, emosi, impuls (dorongan), melakukan regulasi diri, dan mengubah

kebiasaan. Menurut Franken (2003), kontrol diri berarti kemampuan

individu untuk mengatur diri sepenuhnya, atau menjadi benar-benar

rasional.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), kontrol diri didefinisikan

sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku individu,

dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri

Kontrol diri adalah kemampuan untuk mengubah hasil secara sukarela,

sehingga dapat mencapai masukan yang diinginkan, baik dimasa sekarang

maupun dimasa depan (McConnell, 1983). Kontrol diri mengarah pada

proses yang memungkinkan individu mempengaruhi variabel yang

menentukan perilakunya (Pervin dalam Lazarus dan Monat, 1979).

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka kontrol diri yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan individu untuk

mengendalikan dorongan terhadap pikiran, emosi, dan perilaku untuk

mencapai kepuasaan segera yang beresiko, demi mencapai tujuan jangka

panjang yang lebih bermanfaat.

2. Aspek-aspek Kontrol Diri

Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), kontrol diri

(32)

a. Disiplin diri

Disiplin diri adalah kontrol terhadap dorongan dan keinginan

yang dimiliki, memutuskan untuk tidak menerima kepuasaan langsung

demi mendukung tujuan jangka panjang atau kemajuan secara umum

(VadenBos, 2007).

b. Tindakan non-impulsif

Impulsif merupakan perilaku yang ditandai dengan

sedikitnya bahkan tidak adanya pemikiran, refleksi, maupun

pertimbangan atas konsekuensi, yang mungkin beresiko (VadenBos,

2007).

c. Kebiasaan sehat

Mengacu pada kemampuan individu untuk mengendalikan

berbagai kebiasaan yang kurang baik dalam kehidupan sehari-hari

(Quinn, Pascoe, Wood, dan Neal, 2010).

d. Regulasi diri

Regulasi diri adalah segala upaya yang dilakukan individu

untuk mengubah responnya sendiri. Respon tersebut dapat berupa

tindakan, pikiran, perasaan, dorongan maupun performansi. Individu

akan merespon situasi tertentu dengan cara tertentu pula (Baumeister,

(33)

e. Reliabilitas Diri

Reliabilitas mengacu pada sebuah karakteristik yang dapat

dipercaya, bertanggung jawab, bisa diandalkan atau dipegang kata-kata

maupun tindakannya (Reber dan Reber, 2010).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kontrol diri terdiri atas

aspek-aspek sebagai berikut.

a. kemampuan melakukan disiplin diri

b. kemampuan melakukan tindakan non-impulsif

c. kemampuan melakukan kebiasaan sehat

d. kemampuan melakukan regulasi diri

e. memiliki keandalan diri

Aspek-aspek pada kontrol diri kemudian disusun menjadi Self-Control Scale yang terdiri atas ego-resilient dan kontrol diri rendah.

3. Jenis-jenis Kontrol Diri

Block (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) membagi individu

berdasarkan perbedaan ego-resiliency, atau adaptabilitas dalam keadaan stres, dan kontrol ego atau kontrol diri menjadi tiga jenis yaitu:

a. Ego- resilient (ego-ulet)

Individu dengan kontrol diri ini dapat beradaptasi dengan

baik, yaitu percaya diri, mandiri, mengungkapkan pikiran dan perasaan

dengan mudah dan jelas, penuh perhatian, sangat membantu,

(34)

b. Overcontrolled (kontrol berlebihan)

Individu dengan kontrol yang berlebihan adalah individu

yang pemalu, pendiam, pencemas, dan bergantung kepada orang lain.

Selain itu, cenderung menyembunyikan pikiran mereka dan menarik

diri dari konflik, dan besar kemungkinan menjadi korban depresi.

c. Undercontrolled (kekurangan kontrol)

Individu yang kekurangan kontrol cenderung bersifat aktif,

berenergi, impulsif, keras kepala, dan mudah terganggu.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

a. Usia

Menurut Mischel dan Metzner (dalam Hergenhahn dan

Olson, 2007), kemampuan kontrol diri akan berkembang seiring

dengan bertambahnya usia dan faktor inteligensi. Menurut Mischel

(dalam Berk, 2006), perkembangan kontrol diri dipengaruhi oleh

interaksi dua sistem pengolahan, yaitu hot dan cool. Seiring dengan bertambahnya usia, hot system (emosionil, reaktif) terhubung dengan

cool system (kognitif, reflektif). Terhubungnya kedua sistem tersebut mengarahkan individu untuk menjauhi hot processing agar menjadi

cool thinking, yang ditunjukan dengan strategi menunda kepuasan dan kesadaran metakognitif atas strategi yang dilakukan.

Selain itu, seiring bertambahnya usia, individu akan lebih

(35)

mengalihkan perhatian dari obyek yang diinginkan ketika melawan

godaan (Berk, 2006). Dengan kata lain, mampu menjaga pikiran atas

tindakan dan obyek yang menarik dalam waktu yang panjang.

b. Sosio-emosional

Kondisi sosio-emosional berkaitan dengan lingkungan,

terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Menurut

Berk (2006), kontrol diri secara biologis ditentukan oleh faktor emosi.

Apabila individu berkembang dalam lingkungan yang cukup kondusif,

seperti pola asuh yang diwarnai dengan kehangatan serta dorongan

yang lembut, saling menghormati, adanya sopan santun, dan penuh

tanggung jawab, maka individu cenderung memiliki kontrol diri yang

baik. Hal ini dikarenakan individu akan mencapai kematangan emosi

oleh faktor-faktor pendukung tersebut. Kontrol emosi yang sehat dapat

diperoleh bila individu memiliki kekuatan ego, yaitu sesuatu

kemampuan untuk menahan diri dari tindakan luapan emosi. Selain itu

pendekatan oleh pengasuh yang diterima individu selama masa kecil

akan mempengaruhi pembentukan disiplin diri (Liebert, 1981).

C. Mahasiswa dipandang sebagai Remaja Akhir 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi

(Bertens, 2005). Pada umumnya mahasiswa adalah individu yang berada

(36)

Meskipun demikian, adapula mahasiswa dengan usia lebih dari 22 tahun

dikarenakan beberapa alasan tertentu. Menurut Santrock (2002), rentang

usia 18 hingga 22 tahun merupakan akhir dari masa remaja, yaitu masa

perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa

adalah individu yang belajar di perguruan tinggi dan sedang berada dalam

masa peralihan menuju masa dewasa.

2. Aspek Perkembangan pada Masa Remaja Akhir

Steinberg (2002) membedakan masa remaja atas remaja awal,

yang meliputi usia 10-13 tahun; remaja tengah, dari usia 14-18 tahun; dan

remaja akhir (atau sering dikenal dengan istilah pemuda), dari usia 19

hingga 22 tahun. Masa remaja akhir diartikan sebagai masa perkembangan

transisi antara masa anak dan dewasa yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial (Santrock, 2002).

Aspek yang mempengaruhi perkembangan masa remaja akhir

yaitu:

a. Fisik

Perkembangan fsik yaitu perubahan-perubahan pada yang

terjadi tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik

(Papalia dan Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan

(37)

serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja

mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbhan,

menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Selain

itu, terjadi perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin

sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia

dan Olds, 2001).

b. Kognitif

Secara kognitif, remaja mengalami perubahan dalam proses

berpikir dan kecerdasan (Santrock, 2003). Berdasarkan tahap

perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget, remaja memasuki

tahap perkembagan kognitif yaitu tahap operasi formal. Pada tahap ini

remaja dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan

abstraksi terhadap penalaran, membuat kemungkinan-kemingkinan

yang dapat terjadi berdasarkan informasi yang diperoleh serta

menyusun rencana-rencana berdasarkan pengalaman masa lalu

(Feldman, Olds, dan Papalia, 2004).

c. Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian yaitu perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,

sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan

dengan orang lain (Papalia dan Olds, 2001). Perkembagan kepribadian

yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri.

(38)

dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia dan

Olds, 2001).

D. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa

Prestasi akademik merupakan tingkat keberhasilan belajar individu

yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tingkat keberhasilan

atau penguasaan belajar seorang mahasiswa dapat dilihat dari prestasi

akademik yang dicapai. Prestasi akademik pada mahasiswa dapat diketahui

dari hasil evaluasi belajar melalui pengukuran yang biasanya dibuat oleh

dosen dalam bentuk ujian lisan maupun tertulis. Hasil penilaian diwujudkan

dalam suatu simbol yang biasa menggunakan angka atau huruf yang biasa

disebut sebagai Indeks Prestasi.

Keberhasilan belajar mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh

kemampuan intelektual (Santrock, 2003). Syah (2003) menjelaskakan bahwa

prestasi akademik individu dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal,

dan faktor pendekatan belajar. Duckworth dan Seligman (2005) menjelaskan

bahwa disiplin diri dapat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik dan

memiliki pengaruh yang kuat terhadap pencapaian kinerja akademis

dibandingkan inteligensi. Menurut Schneiders (1951), disiplin diri merupakan

bentuk dari kontrol diri.

Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) kontrol diri

(39)

(dorongan), melakukan regulasi diri, serta mengubah kebiasaan. Kontrol diri

melibatkan kemampuan individu untuk melakukan penundaan terhadap

kepuasaan segera yang dinilai beresiko, demi mencapai tujuan jangka panjang

yang lebih bermanfaat.

Kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam melakukan

disiplin diri, tindakan non-impulsif, kebiasaan sehat, regulasi diri, dan

memiliki reliabilitas diri. Mahasiswa yang memiliki disiplin diri akan

memiliki kemampuan untuk menunda pemuasan kebutuhan bersifat segera

yang muncul, sehingga kegiatan yang menunjang pencapaian tujuan jangka

panjang menjadi prioritas utama untuk dilakukan. Mahasiswa yang belajar

dengan serius akan memahami bagaimana mengatasi dorongan yang hadir

dalam belajar dan tidak akan mengalami kesulitan terlalu besar untuk

berkonsentrasi pada perkerjaannya.

Individu yang kurang memiliki kontrol diri akan cenderung bersifat

impulsif. Tingkah laku impulsif adalah segala tingkah laku yang dilaksanakan

segera demi kepuasan seketika. Pengendalian perilaku implusif meliputi dua

kemampuan yaitu kemampuan untuk menunggu sebelum bertindak dan

kemampuan untuk menghilangkan kepuasan seketika demi pencapaian yang

lebih besar kelak (Calhoun dan Acocella, 1990).

Penelitian yang dilakukan Quinn, Pascoe, Wood, dan Neal (2010)

menjelaskan mengenai kebiasaan-kebiasaan kurang baik yang dilakukan

individu, meliputi perilaku konsumtif, interaksi sosial, kegiatan yang terkait

(40)

kejadian sehari-hari. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain melakukan

penundaan (prokrastinasi) terhadap tugas-tugas akademis, kurang memberi

perhatian ketika menghadapi materi perkuliahan berada di kelas,

membuang-buang waktu ketika akan mulai belajar, terlambat menghadiri perkuliahan dan

lain sebagainya. Sebagaimana diungkapkan (Calhoun dan Acocella, 1990),

bahwa salah satu masalah dalam kontrol diri berkaitan dengan kebiasaan

belajar. Jika kebiasaan tersebut dilakukan terus menerus maka akan

mempengaruhi kinerja akademik mahasiswa. Hasil yang dicapai akan kurang

maksimal karena membuat belajar menjadi tidak efektif dan efisien.

Menurut Carver dan Scheier (dalam Quinn, Pascoe, Wood, dan Neal,

2010), berbagai kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri individu dapat diubah

dengan melibatkan regulasi diri. Regulasi terhadap pikiran, sebagai contoh,

dapat dilakukan dengan memacu diri untuk berkonsentrasi, mengubah suasana

hati dan emosi, serta menahan dorongan yang tidak diharapkan (Tangney,

Baumeister, dan Boone, 2004).

Menurut Hurlock (1991), individu perlu mengembangkan tanggung

jawab dalam dirinya untuk menghadapi masa dewasa. Lingkungan kehidupan

kampus (perguruan tinggi) menuntut mahasiswa untuk dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang memiliki karakteristik berbeda dengan

lingkungan pendidikan sebelumnya (tingkat SMA). Dengan kata lain,

mahasiswa bertanggung jawab penuh atas proses belajar yang dihadapi di

perguruan tinggi, seperti keputusan untuk menghadiri perkuliahan,

(41)

(Wadsworth dan Blerkom, 2004). Segala tanggung jawab mengarahkan

mahasiswa kepada kinerja akademik yang maksimal.

Block (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009) menjelaskan

bahwa kontrol diri terdiri atas ego-resilient (ego ulet), overcontrolled (kontrol berlebihan), dan undercontrolled (kekurangan kontrol). Secara umum mahasiswa dengan ego-resilient akan lebih mampu mengarahkan diri pada perilaku yang lebih utama, yaitu belajar atau kuliah, sedangkan mahasiswa

dengan kontrol diri rendah kurang mampu mengatur dan mengarahkan

perilakunya, sehingga akan lebih mementingkan sesuatu yang lebih

menyenangkan, dan diasumsikan banyak menunda-nunda (prokrastinasi).

Individu dengan ego-resilient akan lebih mampu beradaptasi dengan baik. Sebagai mahasiswa yang tugas utamanya adalah belajar atau kuliah,

mereka akan lebih mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku.

Mahasiswa mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi,

mempertimbangkan konsekuensinya sehingga mampu memilih tindakan dan

melakukannya dengan meminimalkan akibat yang tidak diinginkan.

Mahasiswa mampu mengatur stimulus sehingga dapat menyesuaikan

perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang perkuliahannnya.

Individu yang kurang memiliki kontrol diri kurang mampu

mengarahkan dan mengatur perilakunya, sehingga diasumsikan seorang

mahasiswa dengan kontrol diri yang rendah akan berperilaku, lebih bertindak

kepada hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya misalnya melakukan

(42)

batas waktu, begadang semalaman, serta aktivitas-aktivitas lain yang kurang

bermanfaat atau membuang-buang waktu, bahkan mahasiswa cenderung

menunda-nunda tugas yang seharusnya dikerjakan terlebih dahulu. Dengan

kontrol diri yang rendah, mahasiswa kurang mampu memandu, mengarahkan

dan mengatur perilaku. Mahasiswa kurang mempu menginterpretasikan

stimulus yang dihadapi, kurang mampu mempertimbangkan konsekuensi yang

mungkin dihadapi sehingga kurang mampu memilih tindakan yang tepat.

meliputi aspek

E. Hipotesis

Ada hubungan positif antara kontrol diri dengan prestasi akademik. Disiplin diri Non-impulsif Regulasi diri Kebiasaan

sehat

Reliabilitas diri

(43)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu antara kontrol diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Kontrol diri 2. Variabel tergantung : Prestasi akademik

C. Definisi Operasional 1. Kontrol Diri

(44)

2. Prestasi akademik

Prestasi akademik dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan belajar mahasiswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dilihat berdasarkan perolehan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. Subyek penelitian, pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 1997). Penentuan subyek penelitian menggunakan convenience sampling, yang mana subyek dipilih karena secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan kemudian dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan menjadi sampel (Noor, 2011).

(45)

E. Metode Pengumpulan Data 1. Metode

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala. Azwar (1997) mendefinisikan skala sebagai alat ukur psikologis dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sikap yang disusun sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan dapat diintepretasikan.

2. Alat Pengumpulan Data

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilakan data kuantitatif (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan Skala Kontrol Diri yang dikembangkan oleh Tangney, Baumeister, dan Boone (2004).

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran summative scale, dengan jenis skala Likert. Masing-masing aitem memiliki lima alternatif respon yang tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban “sangat positif” terletak dibagian kanan garis dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Pada penelitian ini, jawaban “sangat sesuai” berada dikanan garis dan jawaban “sangat tidak sesuai”

berada disebelah kiri garis.

1------2 ---3---4---5

(46)

Skala adaptasi kontrol diri terdiri atas 13 aitem favorable dan 23 aitemunfavourable.

a. Skor untuk skalafavourableadalah: 1 (Sangat Tidak Sesuai) = 1

2 = 2

3 = 3

4 = 4

5 (Sangat Sesuai) = 5

b. Skor untuk skalaunfavourableadalah: 1 (Sangat Tidak Sesuai) = 5

2 = 4

3 = 3

4 = 2

5 (Sangai Sesuai) = 1

(47)

Tabel 1

Reliabilitas diri 18 4, 10, 21 4

Total 13 23 36

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

(48)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana setiap item pada alat ukur tersebut mampu mencakup seluruh kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur (aspek relevansi), (Azwar, 1997). Isi tes diharapkan tidak hanya komprehensif tetapi juga harus memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Skala diterjemahakan dengan metode back-translation oleh empat orang sarjana di bidang bahasa Inggris sehingga diperoleh dua versi skala. Professional judgment pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan masing-masing aitem-aitem dari dua versi skala yang diterjemahkan.Perbandingan dillakukan untuk melihat sejauh mana aitem-aitem tersebut didefiniskan dengan arti yang sama. Jika ditemukan aitem-aitem dengan definisi yang mencolok, maka dilakukan revisi dengan pertimbangan dari dosen pembimbing.

2. Reliabilitas

(49)

dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2001).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas ( ′) yang

angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1, 00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1, 00 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas (Azwar, 1999). Teknik yang digunakan dalam penghitungan reliabilitas dilakukan dengan metode

Cronbach’s Alfa. Penghitungan Cronbach’s Alfa dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,6. Uji reliabilitas dilakukan pada skala kontrol diri dalam melihat keajegan alat ukur yang digunakan dalam mengungkap kontrol diri individu menggunakan uji statistik Analisis Varians dalam SPSS 16.00 for windows.

G. Uji Coba Alat Ukur

(50)

telah diadaptasi. Uji coba dilakukan pada subyek dengan karakteristik yang relatif sama dengan subyek penelitian sesungguhnya. Menurut Sugiyono (2012), jumlah anggota sampel yang dapat digunakan untuk pengujian instrumen adalah sekitar 30 orang. Subyek yang terlibat dalam uji coba alat ukur pada penelitian ini terdiri atas 50 orang mahasiswa/i Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berada pada angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011. Pelaksanaan uji coba dilakukan secara informal pada tanggal 13 dan 14 Maret 2013. Peneliti meminta kesediaan subyek untuk menjawab beberapa pernyataan pada alat ukur secara personal. Setelah subyek menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi, peneliti pun mendampingi subyek dalam proses pengisian skala.

Pengujian reliabilitas alat ukur dilakukan dengan internal consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen satu kali, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2012). Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian validitas tiap butir menggunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

(51)

1. Analisis Aitem

Analisis aitem dilakukan denganCorrected Item Total Correlation pada SPSS 16.00for windows. Korelasi aitem total menggunakan batasan

≥0,25 (Azwar, 1999). Berdasarkan batasan tersebut, terdapat 12 aitem yang membutuhkan revisi lebih lanjut.

Tabel 2

BlueprintSkala Kontrol Diri Hasil Uji Coba

Aspek

Kebiasaan sehat 13, 15*, 26*, 27* 8, 35

Regulasi diri 24*, 30 9, 19*, 29

Reliabilitas 18 4, 10, 21

(52)

Adapun kedua belas aitem tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3

Revisi Aitem Gugur

No Peryataan sebelum revisi Peryataan setelah revisi

5 Saya tidak pernah membiarkan diri saya kehilangan kendali.

Saya tidak pernah membiarkan diri saya hilang kendali.

11 Saya mengucapkan apapun yang ada dipikiran saya.

Saya mengutarakan apapun yang ada dibenak saya tanpa pikir panjang 15 Saya menjaga semuanya

agar tetap rapi.

Saya menjaga kerapian

16 Saya kadang memanjakan diri saya.

Saya kadang menuruti keinginan untuk bersenang-senang.

17 Saya berharap saya memiliki disiplin diri yang lebih.

Saya berharap lebih memiliki disiplin diri.

19 Saya terbawa oleh perasaan saya.

Saya terpengaruh oleh perasaan.

23 Saya sudah bekerja/ belajar sampai larut.

(53)

24 Saya tidak mudah putus asa.

Saya tidak mudah berkecil hati.

25 Saya lebih baik mundur jika saya berhenti berpikir sebelum bertindak.

Sebelum bertindak, saya berhenti sejenak untuk berpikir.

26 Saya melakukan/ terlibat dengan kegiatan/ aktivitas yang menyehatkan.

Saya terlibat dalam kegiatan olahraga.

27 Saya makan makanan sehat.

Saya mengonsumsi makanan sehat.

34 Saya sering menginterupsi orang lain.

Saya sering menyela orang lain ketika ia sedang berbicara atau melakukan sesuatu.

Setelah mengadakan revisi pada seluruh aitem di atas, maka blueprintskala adaptasi kontrol diri tidak mengalami perubahan.

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

(54)

membutuhkan revisi lebih lanjut. Jika 12 aitem tersebut digugurkan, maka dicapai reliabilitas sebesar 0,873.

H. Uji Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Yang dimaksud dengan uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel yaitu mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Arikunto, 2010). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distibusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung normal atau tidak. Uji dilakukan dengan membuktikan bahwa skor yang diperoleh dari hasil penelitian sesuai dengan kaidah normal yaitu jika p>0,10 maka sebarannya normal, sedangkan jika p<0,10 maka sebarannya dinyatakan tidak normal. (Santoso, 2010).

b. Uji Linieritas

(55)

2. Uji Hipotesis

(56)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subyek adalah mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang masih aktif berkuliah. Mahasiswa yang memiliki karakteristik sebagai subyek penelitian ini sebanyak 104 orang. Setelah dilakukan pengambilan data terhadap subyek peneneltian, maka diperoleh gambaran subyek secara umum yang disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4

Deskripsi Jenis Kelamin Subyek Penelitian Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

16 88

(57)

Tabel 5

Deskripsi Usia Subyek Penelitian Usia (tahun)

19 20 21 22

16 48 32 8

104

Tabel 6

Deskripsi Tahun Angkatan Subyek Penelitian Angkatan

2011 2010 2009

18 74 12

104

B. Pelaksanaan Penelitian

(58)

agar berkenan memberikan waktu kepada peneliti untuk menyebarkan skala. Setelah memperoleh ijin dari masing-masing dosen pengampu, peneliti memberikan skala sebelum kegiatan perkuliahan dimulai. Peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian dan didampingi oleh dosen pengampu masing-masing mata kuliah.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu memohon kepada subyek untuk menyatakan kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian melalui informed concent yang terlampir dalam skala penelitian. Subyek kemudian diminta untuk mengisi identitas diri dan membaca petunjuk pengisian skala dengan seksama. Jika subyek sudah jelas, maka subyek dipersilahkan untuk mengisi kolom-kolom pernyataan. Peneliti mendampingi subyek selama mengerjakan skala penelitian sehingga data hasil pengumpulan data dapat diperoleh saat itu juga.

Pengumpulan data secara informal dilanjutkan pada tanggal 28 Maret 2013. Setelah melalui seleksi, diperoleh 104 ekspemplar skala yang memenuhi kriteria penelitian dari 120 ekspemplar skala yang dibagikan. Skala yang dianggap gugur adalah skala yang tidak terisi secara lengkap, baik dalam keterangan nilai IPK maupun pada pernyataan-pernyataan pada skala.

C. Deskripsi Data Penelitian

(59)

hipotesis dan rerata empirik yang diperoleh dari respon jawaban subyek terhadap setiap skala yang diberikan.

Tabel 7

Perbandingan Skor Empirik dan Skor Teoritik antara Variabel Kontrol Diri dan Variabel Prestasi Akademik

Variabel Data Teoritik Data Empirik

Min Max Mean Min Max Mean

Kontrol Diri 36 180 108 83 158 115,65

Prestasi Akademik

0 4,00 2,00 2.00 3,79 3,1277

Perbandingan antara skor empirik dan skor teoritik pada kedua variabel dilakukan untuk mengetahui apakah subyek penelitian yaitu mahasiswa memiliki kontrol diri dan prestasi akademik yang tinggi. Mean teoritik merupakan rata-rata skor alat penelitian. Mean teoritik diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat pengukuran penelitian. Mean empiris merupakan rata-rata skor data penelitian yang diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata data penelitian.

(60)

Prestasi akademik menunjukkan skor mean empirik sebesar 3,1277 dan skor mean teoritik sebesar 2,00. Data ini menunjukkan bahwa subyek penelitian yaitu mahasiswa memiliki perbedaan mean empirik dan teoritik pada variabel prestasi akademik.

Selanjutnya, dilakukan uji t untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada mean empirik dan teoritik baik pada variabel kontrol diri maupun prestasi akademik pada subyek penelitian. Jika hasil dari uji t tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada mean empirik dan teoritik yang signifikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subyek penelitian memiliki kontrol diri dan prestasi akademik yang tinggi. Sebaliknya, jika hasil uji t menunjukkan bahwa perbedaan antara mean empirik dan teoritik pada variabel kontrol diri dan prestasi akademik tidak signifikan, maka subyek penelitian tidak memiliki kontrol diri dan prestasi akademik yang tinggi.

1. Uji t Variabel Kontrol Diri

(61)

Tabel 8

One-Sample Test Perbandingan Mean Teoritik dan Empirik Kontrol Diri

Test Value = 108

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Kontrol Diri 6,032 103 0.000 7,654 5,14 10,17

Berdasarkan tabel one-sample test di atas diperoleh nilai t hitung yaitu 6,032 dan nilai Sig 0,000. Untuk dapat membuktikan apakah hipotesis (ada perbedaan signifikan antara mean empirik dan teoritik variabel kontrol diri) diterima atau ditolak, peneliti dapat melakukan analisis berikut:

Jika Sig > α, maka Ho diterima. Jika Sig < α, maka Ho ditolak. Diperoleh hasil:

Sig (2-tailed) (0.00) < α (0.05), maka Ho ditolak.

(62)

2. Uji t Variabel Prestasi Akademik

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan uji t pada mean empirik dan teoritik variabel prestasi akademik.

Tabel 9

One-Sample Test Perbandingan Mean Teoritik dan Prestasi Akademik

Test Value = 2

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Prestasi

Akademik 31, 471 103 0, 000 1, 12769 1, 0566 1, 1988

Berdasarkan tabel one-sample test di atas diperoleh nilai t hitung yaitu 31,471 dan nilai Sig 0, 00. Untuk dapat membuktikan hipotesis (ada perbedaan signifikan antara mean empirik dan teoritik variabel prestasi akademik) diterima atau ditolak, peneliti dapat melakukan analisis berikut:

Jika Sig > α, maka Ho diterima Jika Sig < α, maka Ho ditolak Diperoleh hasil :

(63)

Jadi ada perbedaan signifikan antara mean empirik dan mean teoritik pada variabel prestasi akademik.

D. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis, peneliti melakukan uji normalitas dan uji linieritas terlebih dahulu.

a. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas sebaran adalah untuk mengetahui sifat data berdistribusi normal atau tidak normal. Uji asumsi normalitas sebaran dilakukan dengan one-sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS versi 16.00 for windows.

Tabel 10

Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Variabel

Kolmogorov-Smirnov Z

Signifikan Sebaran

Kontrol Diri 0,607 0,855 Normal

Prestasi Akademik 0,604 0,859 Normal

(64)

Hasil uji normalitas sebaran terhadap variabel prestasi menunjukkan probabilitas (p) sebesar 0,859 (p>0,10). Nilai tersebut menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel ini adalah normal.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor kontrol diri dan skor prestasi akademik berupa garis lurus (linear) atau tidak. Uji linieritas dilakukan dengan test for linierity pada program SPSS versi 16.00 for windows.

Tabel 11

Ringkasan Hasil Uji Linieritas

F Sig.

Skor Kontrol Diri * Skor Prestasi Akademik

Between Groups (Combined)

0,909 0,624

Linearity 10,018 0,002

Deviation from Linearity

0,687 0,898

(65)

dilakukan menunjukkan harga F linieritas sebesar 10,018 dengan nilai p=0,002. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel kontrol diri dan prestasi akademik adalah linier.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment pada program SPSS versi 16.00 for windows.

Tabel 12

Ringkasan Hasil Analisis Korelasi

Prestasi akademik

Kontrol diri

Prestasi akademik

Pearson Correlation 1 0,318**

Sig. (1-tailed) 0,001

N 104 104

Kontrol diri

Pearson Correlation 0,318** 1

Sig. (1-tailed) 0,001

(66)

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh koefisien korelasi antara variabel kontrol diri dan prestasi akademik sebesar r=0,318 dengan nilai p=0,001 (signifikasi one-tailed) yang berarti nilai p lebih kecil dari 0,01 (syarat p<0,01). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara variabel kontrol diri dan prestasi akademik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kontrol diri individu maka pencapaian prestasi akademik pun semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian diterima.

E. Pembahasan

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan prestasi akademik. Hal tersebut dapat diketahui dari koefisien korelasi sebesar 0,318 dengan signifikansi 0,0001 (p<0, 01). Semakin individu memiliki kontrol diri, maka semakin maksimal pula prestasi akademik yang dicapai.

(67)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih memiliki kontrol diri akan mencapai prestasi akademik lebih yang optimal. Deskripsi data penelitian menunjukkan skor mean empiris yang lebih besar dari skor mean teoritik, masing-masing atas kontrol diri dan prestasi akademik. Maka dapat diketahui bahwa mahasiswa memiliki kontrol diri dan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tangney, Baumeister, dan Boone (2004. Individu dengan kontrol diri tinggi seharusnya dapat mencapai prestasi akademik yang lebih baik dalam jangka panjang karena memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas secara tepat waktu, mencegah hadirnya aktivitas lain yang lebih menyenangkan saat bekerja atau belajar, dapat menggunakan waktu belajar secara efektif, mengatasi gangguan emosional yang dapat mengganggu kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Duckworth dan Seligman (2005) membuktikan bahwa disiplin diri lebih mempengaruhi pencapaian prestasi akademik dibandingkan inteligensi. Tanpa adanya disiplin, mahasiswa tidak akan dapat mengembangkan kontrol atas kebutuhan ego untuk membantu melakukan penyesuaian terhadap realitas permintaan hidup (Hurlock, 1955). Mahasiswa yang mampu menyesuaikan diri dengan baik akan mengetahui kapan saatnya harus belajar dan kapan saatnya bersenang-senang dan segera mengatasi permasalahan yang menuntut penyelesaian (Hurlock, 1999).

(68)

pengalihan perhatian. Lobus prefrontal adalah tempat dihimpunnya memori kerja, termasuk kemampuan memusatkan perhatian kepada sesuatu yang sedang dipikirkan. Setiap kali individu dipenuhi oleh pikiran-pikiran berbau emosi, otak hampir tidak mempunyai tempat untuk memori kerja. Bagi mahasiswa, hal ini berarti berakibat pada kurangnya perhatian kepada dosen, bahan bacaan, maupun tugas akademis. Jika berlangsung terus menerus maka akan berdampak pada rendahnya kemampuan belajar atau adaptasi.

Salah satu masalah dalam kontrol diri berkaitan dengan kebiasaan belajar (Calhoun dan Acocella, 1990). Kehidupan sehari-hari menghadapkan individu pada berbagai hal yang memicu kebiasaan yang tidak diharapkan (Quinn, Pascoe, Wood, dan Neal, 2010). Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain melakukan penundaan (prokrastinasi) terhadap tugas-tugas akademis, kurang memberi perhatian ketika menghadapi materi perkuliahan berada di kelas, membuang-buang waktu ketika akan mulai belajar, terlambat menghadiri perkuliahan dan lain sebagainya. Kebiasaan belajar yang baik mengarakan mahasiswa pada hasil belajar yang lebih optimal.

(69)

Sebagai mahasiswa, kegiatan akademik merupakan prioritas yang harus didahulukan. Oleh sebab itu, meskipun mahasiswa harus mengikuti berbagai macam aktivitas dengan jadwal yang padat namun kegiatan akademik masih menjadi skala prioritas utama.

(70)

52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan

prestasi akademik. Korelasi antara kontrol diri dengan prestasi akademik

sebesar 0,318 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001 (p<0,01).

B. Saran

1. Mahasiswa dapat mempertahankan kontrol diri dalam menghadapi

berbagai tanggung jawab akademis.

2. Masih dibutuhkan perbaikan pada aitem-aitem skala kontrol diri agar

sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya setempat.

3. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan skala kontrol diri yang baru

C. Keterbatasan Penelitian

Skala adaptasi yang digunakan dalam penelitian ini masih

membutuhkan revisi yang mendalam dan terstandar hingga dirasa cukup valid

(71)

53

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2007). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan

Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berk, Laura E. (2006). Child Development. Boston: Pearson.

Bertens, K. (2005). Metode Belajar untuk Mahasiswa: Beberapa Petunjuk

bagi Mahasiswa Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Blerkom, D.L.V. (2004). Orientation to College Learning. USA: Wadsworth.

Calhoun, J.F., Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan: Edisi Ketiga. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa (Edisi 4). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djamarah, S.B. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Duckworth, A.L., Seligman, M.E.P. (2005). Self-Discipline Outdoes IQ in Predicting Academic Performance of Adolesecne.

Duckworth, A.L., Tsukayama, E., May, H. (2010). Establising Causality using Longitudinal Hierarchical Llinear Modeling: an Ilustration

Predicting Achievement From Self-Control. Social Psychological and

Personality Science 1(4) 311-317.

Fajrina, Fera., Kurniawan, Irwan Nuryana. (2012). Religious Well-Being and

Self-Control: A Preliminary Study on University Students.

Universitas Islam Indonesia.

Franken, Robert E. (2003). Human Motivation. Australia: Wadsworth.

(72)

Hurlock, Elizabeth B. (1955). Adolescent Development. New York : McGraw-Hill

Hurlock, Elizabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Isaacson, L.E., Brown, D. (1993). Career Information, Career Counseling,

and Career Development. Boston: Allyn and Bacon.

Kohlberg, Lawrence. (1981). The Meaning and Measurement of Moral

Development. Massachusetts: Clark University Press.

Lazarus, R.S., Monat, A. (1979). Personality 3rd. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Liebert, R.M., Nelson, R.W. (1981). Developmental Psychology. New Jersey:Prentice-Hall.

McConnell, James V. (1983). Understanding Human Behavior: An

Introduction to Psychology. New York : Holt, Rinehart and

Winston.

Nasution. (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Remaja.

Jakarta: PT. Bina Aksara.

Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana .

Olson, M. H., Hergenhahn, B.R. (2007). An Introduction to Theories of

Personality (7th ed). New Jersey: Pearson Education.

Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos., Feldman, Ruth Duskin. (2009).

Human Development: Perkembangan Manusia (Edisi 10/Buku 1).

Jakarta: Salemba Humanika.

Quinn, J.M., Pascoe, A., Wood, W., Neal, D.T. (2009). Can’t Control

Yourself? Monitor Those Bad Habits. Personality and Social

Psychology Bulletin 36(4) 499–511.

Reber, Arthur S., Reber, Emily S. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso, Agung. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2Blueprint Skala Kontrol Diri Hasil Uji Coba
Tabel 3
Tabel 4 Deskripsi Jenis Kelamin Subyek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Hubungan antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.. Menyatakan bahwa

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa. Kata kunci: Kontrol diri,

Adapun alat ukur yang digunakan adalah skala kontrol diri dan skala perilaku seksual pranikah yang kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 15.0.. Kontrol diri

Hasil ini tidak searah dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suyasa (2004) yang menyebutkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan

Prestasi Akademik dan Kecemasan Menyelesaikan Studi pada Mahasiswa

– siswa yang memiliki kontrol diri tinggi, ketika akan melakukan prokrastinasi. akademik memikirkan terlebih dahulu dampak – dampaknya apa saja

2006 Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Dalam Penyusunan Skripsi Pada Mahasiswa (Angkatan 1998-2000).. Skripsi

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan individu dalam proses-proses fisik, psikologis seseorang dalam mengendalikan