• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

Duwi Prasetiyo 09320173

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

Duwi Prasetiyo 09320173

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016

(3)
(4)
(5)

iv

dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk orang-orang terdekat di hati:

Bapak dan Ibu

Bapak Sutasman dan Bunda Pujiati yang senantiasa mengiringi langkah- langkahku dengan kasih sayang, dukungan, ridho, pengorbanan, segala doanya

dan menjadikan aku sebagai anak laki-laki paling beruntung di dunia ini.

Adik dan Kakak

Adikku Tri Wulandarai dan Kakakku Eka Ari Susanti yang selalu menjadi sumber kekuatanku, penyemangat dalam hidupku agar aku bisa menjadi laki-laki yang

hebat.

Sahabat dan teman-teman

Seluruh sahabat dan teman-teman yang begitu berarti bagi peneliti.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,” (Al Insyirah : 7)

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang

ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur,” (Al Furqan : 62)

(7)

vi

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa dilantunkan bagi junjungan besar Nabi Muhammad SAW.

Peneliti bukanlah apa-apa tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. rer. nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

2. Ibu Mira Aliza Rachmawati, S.Psi., M.Psi., selaku Ketua Program Studi Psikologi.

3. Ibu Resnia Novitasari S.Psi., M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, bantuan dan bimbingan selama ini.

4. Ibu Wanadya Ayu Krishna Dewi S.Psi., M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyelesaian skripsi peneliti.

5. Seluruh karyawan Universitas Islam Indonesia dan khususnya Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

6. Kedua Orang Tuaku, Bapak Sutasman dan Ibu Pujiati, terima kasih atas doa,

ridho, dukungan moral dan materi, kesabaran dan kasih sayang tiada

hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

(8)

7. Adikku Tri Wulandari dan Kakakku Eka Ari Susanti yang selalu mendukung dan mendo’a kan agar penelitian ini lancar, terima kasih juga atas semua kasih sayang dan perhatiannya.

8. Mbah, Pak Lek, Buk lek, Sepupu dan keponakan yang tidak dapat disebutkan semuanya yang selalu memberikan dukungan dan nasehat agar penelitian ini cepat selesai.

9. Sahabat seperjuangan dari SMA, Ema Krisnawati, M. Aldy Nugraha, Handika Nugraha, Rija Imari, Imam Perdhana, Imam Fitrianta, Lulung Lanova, Widyajaka Dhirotsaha, Sandy Y.B terima kasih atas kebersamaan selama ini, dukungan dan nasihat-nasihatnya, terima kasih juga sudah bisa menjadi saudara di perantauan yang baik dan luar biasa, semoga tali silahturahmi tetap kita jaga sampai tua nanti.

10. Arifin yang telah baik hati meminjamkan laptop sampai tugas akhir ini selesai, semoga Allah membalas semua kebaikan dan selalu dimudahkan segala urusannya.

11. Sahabat Satu Atap, Kodok, Abi, Dendi yang gokil dan selalu ceria, semoga kita menjadi orang sukses semuanya.

12. Teman-teman kuliah, Galih, Fajar, Khabib, Imron, Shella yang telah membantu mencari informasi tentang tugas akhir ini dan berbagi ilmu dalam penelitian skripsi.

13. Seluruh teman-teman kos, Uya, Ami, Ade, Said, Ardi, Fadil, Maul, Siswo,

Ara yang selalu memberikan semangat, candaan dan juga lingkungan yang

nyaman.

(9)

14. Teman-teman KKN Somoleter Unit 319, Taufik, Iqbal, Iswan, Elfira, Ria, Linda, dan Febri terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.

15. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya dan bersedia secara sukarela mengisi kuisioner.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dengan penuh keikhlasan, memberi semangat dan dukungan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, November 2017

Peneliti

(10)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

D. Keaslian Penelitian ... 8

1. Keaslian Topik ... 9

2. Keaslian Teori ... 9

3. Keaslian Alat Ukur ... 9

(11)

4. Keaslian Subjek Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Prokrastinasi Akademik ... 11

1. Definisi Prokrastinasi Akademik ... 11

2. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik 16 B. Kontrol Diri ... 20

1. Definisi Kontrol Diri ... 20

2. Aspek-aspek Kontrol Diri ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ... 25

C. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik 26 D. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian ... 31

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

1. Prokrastinasi Akademik ... 31

2. Kontrol Diri ... 32

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Skala Prokrastinasi Akademik ... 33

2. Skala Kontrol Diri ... 34

E. Validitas dan Reliabilitas ... 36

1. Uji Validitas ... 36

(12)

2. Uji Reliabilitas ... 36

F. Metode Analisis Data ... 37

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 38

A. Orientasi Kancah dan Persiapan ... 38

1. Orientasi Kancah ... 38

2. Persiapan ... 38

a. Persiapan Administrasi ... 38

b. Persiapan Alat Ukur ... 39

c. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 40

1) Skala Prokrastinasi Akademik ... 40

2) Skala Kontrol Diri ... 41

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ... 42

C. Hasil Penelitian ... 42

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 42

2. Deskripsi Data Penelitian ... 43

3. Uji Asumsi ... 46

a. Uji Normalitas ... 46

b. Uji Linearitas ... 47

4. Uji Korelasi ... 48

a. Uji Hipotesis ... 48

b. Uji T prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin 48 c. Uji T kontrol diri berdasarkan jenis kelamin ... 50

d. Uji korelasi variabel berdasarkan jenis kelamin ... 51

(13)

5. Sumbangan Efektif ... 52

D. Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 58

2. Bagi Subjek Penelitian ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63

(14)

xiii

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi Akademik ... 34

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri ... 35

Tabel 3. Distribusi Butir Skala Prokrastinasi Setelah Uji Coba ... 40

Tabel 4. Distribusi Butir Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba ... 41

Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian ... 43

Tabel 6. Deskripsi Data Subjek Penelitian ... 44

Tabel 7. Kriteria Kategorisasi Skala ... 44

Tabel 8. Kategorisasi Subjek pada Variabel Prokrastinasi Akademik ... 45

Tabel 9. Kategorisasi Subjek pada Variabel Kontrol Diri ... 45

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 47

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas ... 47

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis ... 48

Tabel 13. Deskripsi Variabel Prokrastinasi Akademik ... 49

Tabel 14. T test Prokrastinasi Akademik berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Tabel 15. Deskripsi Variabel Kontrol Diri ... 50

Tabel 16. T test Kontrol Diri berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 17. Uji Korelasi Variabel untuk Laki-laki ... 51

Tabel 18. Uji Korelasi Variabel untuk Perempuan ... 52

Tabel 19. Sumbangan Efektif ... 52

(15)

xiv

Lampiran 1. Skala Uji Coba (Try Out) ... 63

Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba (Try Out) ... 71

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76

Lampiran 4. Skala Penelitian ... 80

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 88

Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas, Linearitas dan Hipotesis ... 95

Lampiran 7. Hipotetik ... 104

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian ... 109

(16)

xv ABSTRACT

The purpose of this research to test empirically the correlation between self-control with academic procrastination of students. The proposed hypothesis was that there was negative correlation between self-control with procrastination of students. Total respondent of the research was 60 students. The method which being use was quantitative method. Data were collected by self-control scale and academic procrastination scale. Analysis using technique of Pearson’s rank order correlation showed r = -.765 and p = .000. Result show that there was negative correlation between self-control with academic procrastination of students (p <

0.01). Therefore, the hypothesis was confirmed.

Keywords: self-control, academic procrastination, students

(17)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini tuntutan akan efesiensi waktu menjadi utama dalam segala bidang. Suatu pekerjaan yang seharusnya mampu diselesaikan dalam hitungan tahun, bulan, atau hari semakin mungkin untuk dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lebih singkat. Ironisnya, penghambur-hamburan waktu, sebut saja dalam hal menunda-nunda pengerjaan tugas terjadi di kalangan mahasiswa yang merupakan calon-calon pemimpin di masa mendatang. Iswandi (Lestari, 2010) mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa adalah ketidakdisiplinan dalam mengelola waktu yang ditunjukkan dengan lamanya kelulusan, karena kebiasaan menunda pekerjaan. Selain karena pengalaman pribadi peneliti, juga dapat dilihat dari fakta di lapangan misalnya banyak mahasiswa yang lebih memilih mengerjakan hal-hal yang menurut mereka menyenangkan daripada mengerjakan tugas, seperti traveling, nongkrong bareng teman-teman, main game online, berpetualang mendaki gunung atau wisata ke pantai, atau bahkan hanya sekedar malas-malasan.

Menurut observasi yang dilakukan oleh peneliti di sekitar lingkungan kos

dan teman kampus, menemukan bahwa terjadi prokrastinasi dalam melaksanakan

tugas akademik yang diberikan dosen dan prokrastinasi tersebut menjadi sebuah

gaya hidup hampir pada mayoritas mahasiswa. Sebagaimana ungkapan seorang

mahasiswa semester 10 yang mengambil skripsi dari semester 8 pada jurusan

(18)

Psikologi di Universitas X mengungkapkan bahwa dia sering menunda mengerjakan skripsinya karena banyak hal. Diataranya karena malas, sibuk jalan- jalan, menonton film dan lain-lain yang dianggap lebih menyenangkan. Senada dengan ungkapan mahasiswa di atas beberapa mahasiswa dari berbagai jurusan lainnya yang peneliti observasi pun secara garis besar menyatakan melakukan penundaan terhadap tugas akademiknya dalam hal fenomena ini yang lebih memilih mengisi waktunya dengan hobinya

.

Dari ungkapan mahasiswa di atas, mahasiswa tersebut telah melakukan prokrastinasi, dengan mengabaikan skripsinya atau tugasnya dan mengalihkan dirinya dengan kesibukan lain (Wawancara, 15 juli 2016). Seperti yang yang diungkapkan Ferrari, dkk (1995) suka menunda-nunda mengerjakan tugas sampai batas waktu pengumpulan deadline, suka tidak menepati janji untuk segera mengumpulkan tugas dengan memberi alasan untuk memperoleh tambahan waktu dan memilih untuk melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan seperti menonton film, jalan- jalan, dll.

Rasa enggan atau malas inilah yang merupakan gejala perilaku yang

disebut prokrastinasi, yang dapat diartikan sebagai perilaku menunda-nunda suatu

pekerjaan. Prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin procrastination dengan awalan

pro yang berarti mendorong maju atau bergerak dan akhiran crastinus yang

berarti keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau

menunda sampai hari berikutnya. Pada kalangan ilmuwan istilah prokrastinasi

untuk menunjukkan pada suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian

suatu tugas atau pekerjaan, secara sadar atau tidak sadar manusia sering menunda

(19)

untuk memulai atau menyelesaikan sebuah tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi, akan tetapi mereka hanya menunda untuk mengerjakan sehingga menyita waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Perilaku menunda tersebut menyebabkan mahasiswa gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Green (Gustina, 2009) mengatakan bahwa kecenderungan yang umum terjadi pada mahasiswa adalah penundaan mengerjakan pekerjaan akademik yang sering disebut dalam istilah psikologi sebagai prokrastinasi akademik (academic procrastination). Prokrastinasi akademik biasa dilakukan oleh mahasiswa, karena mahasiswa merasa jenuh terhadap tugas-tugas kuliah yang monoton dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam menyelesaikannya. Sehingga sebagai pengganti dari kejenuhannya mahasiswa melakukan aktivitas lain yang menurutnya menyenangkan dan membawa kepuasan tersendiri seperti yang dijelaskan di atas. Menurut Sabini dan Silver (Hayyinah, 2004), berpendapat prokrastinasi lebih dari sekedar kecenderungan, melainkan suatu respon mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai, atau karena tidak memadainya suatu penguatan atau keyakinan yang tidak rasional yang menghambat kinerja.

Menurut Ferrari, Johnson, McCown (1995) prokrastinasi akademik adalah

jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan

dengan bidang akademik misal tugas sekolah atau tugas kursus. Jika saat remaja

seseorang sudah melakukan prokrastinasi akademik, maka pada saat menjadi

mahasiswa tingkat prokrastinasi akademiknya akan semakin meningkat. Dari hal

(20)

tersebut dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian (Lestari, 2010).

Vestervelt (Sia, 2006) berpendapat bahwa secara umum diyakini bahwa selain meliputi komponen perilaku, prokrastinasi juga meliputi komponen afektif dan kognitif. Komponen perilaku prokrastinasi diindikasikan dengan kecenderungan kronis atau kebiasaan menunda dan bermalas-malasan sehingga baru memulai, mengerjakan dan menyelesaikan tugas mendekati tenggang waktu.

Terkait komponen kognitif, Vestervelt mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu kekurangsesuaian kronis antara intensi, prioritas, atau penentuan tujuan terkait mengerjakan tugas yang sudah ditetapkan. Vestervelt juga mengingatkan individu tidak dianggap berprokrastinasi apabila salah mengingat jadwal atau tidak menyadari penundaan yang dilakukannya. Vestervelt mengatakan pula bahwa prokrastinasi haruslah disertai afeksi negatif, misalnya merasa tertekan atau tidak nyaman.

Menurut Shaffer, Solomon, dan Rothblum (Rizvi, dkk, 1997), mahasiswa

yang mengalami prokrastinasi cukup banyak dan cenderung meningkat seiring

dengan lamanya waktu kuliah. Artinya makin lama kuliah makin berat derajat

kecenderungan prokrastinasinya. Kalechstein mengemukakan (Rizvi, dkk, 1997),

prokrastinator atau individu yang melakukan prokrastinasi ini sebenarnya tidak

bermaksud untuk mengabaikan tugas-tugas yang individu punya, akan tetapi

individu lebih cenderung melakukan kegiatan yang sekiranya menyenangkan

dahulu dan mengulur-ulur waktu padahal individu itu sendiri sadar akan tugas-

tugasnya, hal seperti itu menyebabkan banyak efek negatif. Prokrastinator

(21)

memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dari pada orang pada umumnya, pandangan yang tidak realistis pada keterbatasan kemampuan atau waktu. Prokrastinator cenderung menggunakan waktu yang dimiliki untuk aktivitas yang bersifat hiburan seperti membaca (koran, majalah, komik dan lain-lain), jalan-jalan, ngobrol, menonton film, mendengarkan musik, minum atau makan makanan kecil.

Menurut Ferrari, dkk (Ghufron, 2010) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi pada mahasiswa maupun pelajar pada umumnya. Faktor pertama adalah faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kondisi fisik dan psikologis.

Faktor kedua adalah faktor eksternal yang merupakan faktor penyebab yang berasal dari luar diri individu, meliputi gaya pengasuhan orang tua, kondisi lingkungan yang rendah, pengawasan (lenient), serta kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir. Seorang mahasiswa memiliki kecenderungan prokrastinasi akademik karena pengaruh internal yang meliputi kondisi fisik seperti kelelahan dan kondisi psikologis seperti rendahnya kontrol diri, penghargaan diri, motivasi, dan perfeksionisme (Tondok dkk, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menarik sebuah variabel yang diduga memiliki ketertarikan dan termasuk ke dalam salah satu bentuk kondisi psikis seseorang, variabel tersebut adalah kontrol diri.

Salah satu faktor yang berperan dalam perilaku prokrastinasi akademik

adalah kontrol diri (Ghufron, 2010). Kontrol diri adalah kemampuan seseorang

untuk mengontrol atau mengubah respon dari dalam dirinya untuk menghindarkan

(22)

diri dari perilaku yang tidak diharapkan dan mengarahkan dirinya pada sesuatu yang ingin digapai. Tangney, Baunmeister, dan Boone (2004) mengatakan bahwa kemampuan kontrol diri yang baik memiliki dampak positif terutama bagi pelajar (mahasiswa). Mahasiswa yang memiliki kontrol diri yang baik akan lebih menonjol dalam peforma di kampus seperti mengerjakan tugas atau prestasi akademik lainnya.

Menurut Burger (1989) kontrol diri didefinisikan sebagai kemampuan yang dirasakan dapat mengubah kejadian secara signifikan individu yang dianggap mempunyai kemampuan dalam mengelola perilakunya, kemampuan tersebut membuat individu mampu memodifikasikan kejadian yang dihadapinya sehingga berubah sesuai dengan kemampuan dirinya. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Golfried dan Merbaum (Lazarus, 1979) yang mendefinisikan kontrol diri adalah suatu proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku utamanya yang daapt membawa kearah konsekuensi positif.

Hurlock (1994) mengatakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya.

Mengontrol emosi berarti mendekati suatu situasi dengan menggunakan sikap

yang rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah munculnya reaksi

berlebihan, seorang individu mengandalkan ekspresi emosi yang tampak

merupakan usaha untuk mengendalikan energi yang ditimbulkan oleh tubuh agar

menjadi persiapan untuk bertindak kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat

diterima secara sosial.

(23)

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku. Mekanisme yang dimaksud ialah kontrol diri. Kontrol diri pada suatu individu dengan individu yang lain tidaklah sama.

Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah (Septiandri, 2009).

Individu yang mempunyai kontrol diri yang bagus akan mampu mengontrol dirinya dalam menyelesaikan tugas akademiknya dan mengontrol diri dari rasa malas, tidak semangat, bingung, dan sebagainya. Individu akan mencari cara dan membangun dirinya ke arah yang lebih baik untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapainya, sebaliknya lagi dengan individu yang mempunyai kontrol diri lemah atau buruk akan mendapatkan hasil yang mengecewakan karena individu tersebut tidak bisa mengarahkan dirinya ke arah yang lebih baik, dan akibatnya tidak bisa mengontrol dirinya dan akan kesulitan dalam mengelola hambatan yang ada disekelilingnya baik itu dari dalam atau luar dirinya.

Demikian pula sebagai mahasiswa yang tugas utamanya adalah

belajar/kuliah, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi, merekan akan mampu

memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka mampu

menginterprestasikan stimulus yang dihadapi, mempertimbangkan

konsekuensinya sehingga mampu memilih tindakan dan melakukannya dengan

meminimalkan akibat yang tidak diinginkan. Merekan mampu mengatur stimulus

sehingga dapat menyesuaikan perilakunya kepada hal-hal yang lebih menunjang

perkuliahannya.

(24)

Berdasarkan hal-hal yang ada di atas tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara teoritis memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tambahan dalam bidang psikologi khususnya tentang hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

Secara praktis, dapat membantu mengetahui sekaligus menjadi bahan pertimbangan antisipatif sebab-sebab terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang bisa menghambat terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas untuk bangsa dan negara.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan kontrol diri dan prokrastinasi akademik yang akan dilakukan oleh peneliti sebenarnya telah cukup banyak diteliti, namun demikian penelitian spesifik tentang kontrol diri terkait dengan prokrastinasi akademik memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, baik mengenai keaslian topik, keaslian teori, keaslian subyek dan keaslian alat ukur

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan prokrastinasi

sebagai variabel tergantung. Penelitian Hayyinah (2004) menjadikan relijiusitas

sebagai variabel bebas, penelitian Rizvi dkk (1999) menjadikan pelatihan Task-

(25)

Oriented Cognition sebagai variabel bebas. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa ketiga variabel bebas tersebut ikut serta mempengaruhi perilaku prokrastinasi.

1. Keaslian topik

Topik penelitian yang menggunakan kontrol diri sebagai variabel bebas terkait dengan prokrastinasi pernah diteliti sebelumnya oleh Riza Taofiq Rakhmadtullah (2012) dengan judul “Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik mahasiswa yang bekerja paruh waktu”. Jadi penelitian yang diteliti ini merupakan penelitian duplikasi dengan variabel tergantung yang serupa atau sudah diteliti sebelumnya.

2. Keaslian teori

Teori yang melandasi penelitian Hayyinah (2004) menggunakan teori relijiusitas dan teori-teori prokrastinasi akademik dari Ervinawati (1999).

Penelitian Rizvi dkk (1997) menggunakan teori pusat kendali dan efikasi diri dan teori-teori prokrastinasi dari Solomon & Rothblum (1984). Penelitian Cuan, dkk. (1999) menggunakan teori pelatihan Task-Oriented Cognition dan teori prokrastinasi dari Rizvi (1997). Dalam penelitin ini peneliti menggunakan teori-teori kontrol diri dan teori prokrastinasi dari Averill dan Ferrari. Alat ukur yang dipergunakan dalam pengambilan data adalah angket, dalam penelitian ini angket dibuat oleh peneliti sendiri, dengan mengacu pada aspek-aspek kontrol diri dan prokrastinasi.

3. Keaslian alat ukur

(26)

Skala kontrol diri dibuat oleh peneliti berdasarkan dari aspek-aspek yang diperoleh dari teori Averill (1973). Skala prokrastinasi dibuat berdasarkan aspek-aspek dari Ferrari (1999).

4. Keaslian subjek

Subjek penelitian Hayyinah (2004) mahasiswa Universitas Islam Indonesia.

Sedangkan Rizvi dkk (1997) subjek penelitiannya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Subjek penelitian Cuan dkk (1999) mahasiswa Fakultas Psikologi Gajah Mada. Subjek penelitian yang akan dikenai penelitian ini adalah mahasiswa Universitas X.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang

menjadikan kontrol diri sebagai varibel-variabel bebas hubungannya dengan

prokrastinasi pada mahasiswa, dengan subjek mahasiswa Universitas X. Adanya

kesamaan dalam beberapa hal dengan penelitian sebelumnya, tidaklah

mengurangi keaslian penelitian ini, mengingat hal tersebut merupakan persoalan

teknis dan bukan merupakan persoalan yang prinsip.

(27)
(28)

11

A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Menurut The Oxford English Dictionary (Ferrari dkk, 1995) kata prokrastinasi pertama kali digunakan pada tahun 1548, dalam buku Edward Hall’s Chronicle: the union of two noble and illustrious families of lancestre and yorke, yang mencatatkan bahwa istilah ini digunakan beberapa kali dalam karya tersebut dan tanpa ada konotasi yang merendahkan dan bermakna negative, namun lebih mencerminkan konsep “menunda informasi” atau

“memilih secara bijaksana”. Kata prokrastinasi itu mulai umum digunakan pada awal 1600-an. Konotasi negatif dari istilah tampaknya belum muncul sampai pertengahan abad ke-18, pada waktu revolusi industri (Septiandri, 2009).

Prokrastinasi berasal dari gabungan kata pro dan crastinate yang

dalam Bahasa latin disebut crastinus. Pro berarti memajukan, melanjutkan,

atau lebih menyukai dan cristinate berarti sampai besok. Jika digabung

sambungan kata ini berarti memajukan, melanjutkan, atau lebih menyukai

melakukan aktivitas di hari kemudian. Istilah ini pertama kali digunakan

secara ilmiah oleh Brown & Hotlzman (1967) untuk menunjuk pada suatu

kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan

(Hayyinah, 2004).

(29)

Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi adalah menunda apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu hingga beberapa waktu kedepan karena hal tersebut dirasakan berat, tidak menyenangkan, atau kurang menarik. Steel (2002) mengatakan prokrastinasi bukan saja komponen dari menunda, tetapi juga menunda tugas yang terjadwal, yang prioritas atau yang penting untuk dilakukan. Prokrastinasi juga melibatkan kesadaran bahwa seseorang bahwa seseorang harus melakukan aktivitas, dan mungkin akan melakukan sesuatu namun gagal untuk memotivasi diri untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang diinginkan atau diharapkan (Gunawinata dkk, 2008).

Penundaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang. Solomon & Rothblum (Tondok dkk, 2008) menyatakan perilaku prokrastinasi ini sebagai perilaku penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas.

Menurut Watson (Ghufron dkk, 2010) prokrastinasi berkaitan dengan

takut gagal, tidak suka dengan tugas yang diberikan, menentang, dan melawan

kontrol diri, serta mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam

membuat keputusan. Burka dan Yuen (Ghufron dkk, 2010) menegaskan

bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna sehingga dia merasa

lebih aman untuk tidak melakukannya dengan segera, karena jika segera

mengerjakan tugas akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal.

(30)

Orang-orang yang melakukan prokrastinasi pada awalnya tidak bermaksud untuk menunda. Ia memiliki niat untuk menyelesaikan tugas tetapi kemudian ia menundanya. Seseorang menghindari cemas dan meningkatkan kinerja dengan melakukan prokrastinasi. Pelaku prokrastinasi, dapat mengeluarkan seluruh kemampuan fisik dan kognitif ketika tenggat waktu dekat (Gunawinata dkk, 2008).

Menurut Ferrari dkk (Ghufron dkk, 2010) menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang yaitu:

a. Prokrastinasi adalah setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan

b. Prokrastinasi sebagai suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap seseorang dalam menghadapi tugas dan biasanya disertai dengan keyakinan yang irasional

c. Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, tidak hanya perilaku menunda tetapi melibatkan struktur mental yang saling terkait.

Knaus (Ferrari dkk, 1995) menyatakan prokrastinasi kronis sering disamakan sebagai gejala malas, lamban, dan tidak ambisius, yang menandakan rendahnya orientasi berprestasi pada diri individu. Solomon &

Rothblum (1984) menemukan bahwa prokrastinasi secara signifikan berhubungan dengan depresi, keyakinan irasional dan harga diri rendah dengan kebiasaan belajar yang buruk. Penelitian yang dilakukan Solomon &

Rothblum (1984) pada sebuah universitas ditemukan bahwa mahasiswa yang

(31)

melakukan prokrastinasi 46% dalam tugas mengarang/menulis, 30% dalam tugas membaca, 28% pada waktu belajar ujian, 23% menyangkut kehadiran tepat waktu dan 11% dalam tugas administratif.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu tindakan menunda-nunda untuk memulai atau menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang berkaitan dengan akademik dengan mengganti ke aktivitas lain yang tidak begitu penting dan cenderung mengarah pada kegiatan bersenang-senang atau bahkan bermasal-malasan dan ini bisa menjadi sebuah kebiasaan yang terjadi karena kurangnya penguatan atau adanya pemikiran irasional sehingga menghambat kinerja akademik individu maupun orang lain dan menimbulkan perasaan tidak enak pada pelakunya.

2. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik

Ferrari, dkk. (1995) menyebutkan prokrastinasi akademik sebagai suatu perilaku penundaan dapat termanifestasi dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya. Berikut ini adalah keterangan aspek- aspek tertentu yang ada dalam prokrastinasi akademik:

a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas

Adanya penundaan untuk memulai ataupun menyelesaikan kerja

pada tugas yang dihadapi. Seseorang prokrastinator tahu bahwa tugas yang

dihadapi harus diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi

menunda-nunda untuk memulai mengerjakan atau menunda-nunda

(32)

menyelesaikan sampai tuntas jika sudah memulai mengerjakan sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

Prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama dari waktu yang dibutuhkan orang lain pada umumnya dalam menyelesaikan suatu tugas.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Prokrastinator merasa kesulitan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seseorang mungkin merencanakan untuk memulai mengerjakan suatu tugas pada waktu yang ditentukan, akan tetapi hingga batas waktu yang ditentukan itu habis, belum juga melakukan pekerjaan tersebut. Penundaan yang dilakukan dapat menyebabkan kegagalan dan keterlambatan dalam menyelesaikan tugas.

d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan

Melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus diselesaikan, ia dengan sengaja menunda pekerjaannya dan melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan seperti menonton film atau tv, membaca komik, mengobrol, nongkrong dan jalan-jalan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek prokrastinasi

akademik terbagi menjadi empat bagian. Pertama, penundaan mengerjakan

tugas yang meliputi memulai maupun menyelesaikan tugas yang dilakukan

oleh mahasiswa sebagai subjek penelitian. Kedua, kecenderungan mahasiswa

(33)

untuk memilih mengerjakan sesuatu hal yang lebih menyenangkan untuk dilakukan daripada melakukan tugas-tugas perkuliahan akademiknya di kampus. Ketiga, perbedaan waktu antara rencana awal dengan hasil kenyataan, dimana mahasiswa merencanakan deadline pengerjaan tugasnya dan kenyataannya tugas tersebut tidak kunjung terselesaikan. Dan ke empat, mahasiswa cenderung melakukan hal-hal yang sekiranya menurut dirinya lebih menyenangkan dari pada menyelesaikan tugasnya yang harus diselesaikan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Ferrari dkk (1995) menyebutkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya prokrastinasi, yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang dibagi lagi menjadi dua yakni kondisi fisik dan kondisi psikologis individu.

i. Kondisi fisik

Kondisi fisik seseorang dapat memicu timbulnya prokrastinasi.

Individu yang memiliki kondisi fisik yang kurang baik, cenderung

akan mengalami kemalasan untuk melakukan sesuatu. Sehingga

mengakibatkan ia memiliki alasan menunda untuk menunda-nunda

pekerjaannya.

(34)

ii. Kondisi psikologis

Kondisi psikologis ini termasuk pola kepribadian yang dimiliki individu yang ikut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam selfregulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah gaya pengasuhan orang tua serta kondisi lingkungan yang rendah pengawasan (lenient).

i. Gaya pengasuhan orang tua

Dalam penelitian Ferrari dan Ollivate (Ferrari dkk, 1995) menemukan bahwa tingkat otoriter ayah akan menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi kronis pada subjek penelitian anak perempuan. Ibu yang memilki kecenderungan melakukan penundaan perilaku (avoidance procrastination) menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi.

iii. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik banyak terjadi pada lingkungan yang rendah pengawasan daripada lingkungan yang tinggi pengawasan.

Solomon & Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi

dilakukan seseorang dikarenakan kecemasan, perfeksionis, susah mengambil

(35)

keputusan, ketergantungan dan selalu membutuhkan bantuan, keputusan diri yang rendah, malas, kurang asertif, ketakutan untuk sukses, susah mengatur waktu, kurang adanya kontrol, adanya resiko yang mengakibatkan dan pengaruh dari teman.

Solomon & Rothblum (1984) juga menyebutkan faktor-faktor penyebab prokrastinasi adalah:

a. Fear of failure

Takut gagal atau menolak kegagalan ini merupakan kecenderungan mengalami rasa bersalah, tidak bisa mencapai tujuan atau keinginan.

Ketakutan mendorong seseorang untuk cenderung menunda atau mengulur waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

b. Aversive of the task

Perasaan tidak menyukai suatu tugas ini berkaitan dengan perasaan terbebani tugas yang berlebihan, tidak puas dengan tugas yang didapat dan perasaan tidak senang atau benci terhdap tugas yang diberikan.

c. Faktor lain

Faktor lain yang dimaksud antara lain sikap ketergantungan dan selalu membutuhkan bantuan orang lain, pengambilan resiko yang berlebihan, sikap kurang tegas, sikap memberontak, dan kesulitan mengambil keputusan.

Faktor lingkungan dapat juga menyebabkan seorang mahasiswa prokrastinasi akademik. Salah satunya faktor konformitas terhadap teman.

Faktor lingkungan yang menyebabkan mahasiswa menjadi prokrastinator di

(36)

sini menurut theory of planned behavior dapat dikategorikan dalam norma subjektif, yang terbentuk dari harapan-harapan normatif dari lingkungan sosial. Kondisi fisik mahasiswa yang lelah sehingga menghambatnya untuk mengerjakan tugas akademiknya, berkaitan dengan konsep hambatan dalam berperilaku (Tondok dkk, 2008).

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi adalah rasionalisasi. Tuckman (Gunawinata dkk, 2008) menyatakan bahwa rasionalisasi merupakan pikiran yang membantu prokrastinator untuk melakukan penundaan secara logis. Pikiran demikian berupa wishfull thingking, yaitu prokrastinator mengharapkan hasil yang positif dari perilaku yang disfungsional, seperti perilaku menunda. Rasionalisasi yang paling signifikan digunkan oleh prokrastinator adalah “saya sulit memulai”, “saya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya”, “saya tahu saya dapat menyelesaikannya di menit akhir”.

Faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik adalah regulasi diri. Miller & Brown (dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan self-regulation atau regulasi diri sebagai kapasitas untuk merencanakan, mengarahkan, dan memonitor prilaku fleksibel untuk mengubah keadaan. Self-regulation adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilaku mereka agar sesuai dengan apa yang mereka ketahui sehingga dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.

Adapun faktor lain yang diungkapkan Burka & Yuen (Gunawinata

dkk, 2008), yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya

(37)

prokrastinasi adalah perfeksionisme. Burka & Yuen mengklaim bahwa prokastinator membuat keinginan yang tidak realistis terhadap diri mereka sendiri. Prokrastinator banyak mengekspresikan karakteristik secara kognitif yang berhubungan dengan perfeksionisme misalnya kecenderungan untuk mendukung pentingnya continual success (sukses yang berkelanjutan).

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan dua faktor utama dar

Ferrari yang mempengaruhi prokrastinasi. Pertama, faktor internal yaitu faktor

yang berasal dari mahasiswa baik secara fisik maupun psikis. Kedua, faktor

eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa yang dapat

mempengaruhi prokrastinasi akademik, meliputi keluarga, teman, serta

lingkungan sekitarnya. Faktor yang diutarakan Solomon & Rothblum yaitu

faktor fear of failure dimana ketakutan akan kegagalan yang mendorong

seseorang cenderung mengulur waktu atau menunda dalam penyelesaian suatu

pekerjaan. Selanjutnya faktor aversive of the task perasaan ketidaksukaan

terhadap tugas yang dianggap membebani dirinya. Dan yang terakhir adalah

faktor lain dimana faktor lain yang dimaksud antara lain kesulitan dalm

pengambilan keputusan, sikap ketergantungan dan selalu membutuhkan

bantuan orang lain, pengambilan resiko yang berlebihan, sikap kurang tugas,

dan sikap memberontak.

(38)

B. Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri

Burger (1989) mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan yang dirasakan dapat mengubah kejadian secara signifikan. Kemampuan tersebut membuat individu mampu memodifikasi kejadian yang dihadapinya, sehingga berubah sesuai dengan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Goldfield dan Merbaum yang mendefinisikan kemampuan mengontrol sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang membawa individu ke arah konsekuensi positif (Lazarus, 1976).

Hurlock (1994) mengatakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan dari dalam dirinya.

Mengontrol emosi berarti mendekati suatu dengan menggunakan sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah munculnya reaksi berlebihan, seorang individu mengandalkan ekspresi emosi yang tampak merupakan usaha untuk mengendalikan energi yang ditimbulkan oleh tubuh agar menjadi persiapan untuk bertindak kearah pola perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.

Safarino (1994) mengungkapkan kontrol diri adalah perasaan bahwa

sesorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif

untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang

tidak diinginkan. Calhoun dan Acocella (Ghufron dkk, 2010) mendefinisikan

kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku

(39)

seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.

Berdasarkan teori dari Burger, Hurlock, Rodin, Calhoun, dan Acocella diatas dapat disimpulkan bahwa, kontrol diri bisa diartikan sebagai salah satu aktivitas pengendalian tingkah laku, pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan dan memikirkan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku. Selain tingkah laku adapun emosi, dimana emosi dikontrol pada situasi yang tepat dengan menggunakan sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah reaksi berlebihan. Kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku sesorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Keputusan seseorang pun perlu pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.

2. Aspek-aspek Kontrol Diri

Farradinna (2009) mengemukakan kontrol diri yang digunakan

individu dalam mengatasi suatu stimulus, hal terebut merupakan indicator

individu dalam menyikapi stimulus yang dapat terjadi, meliputi:

(40)

a. Kemampuan mengontrol perilaku (Behavior Control)

Kontrol diri merupakan adanya ketersediaan respon yang secara langsung mampu memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan.

Kontrol diri perilaku ini meliputi kemampuan mengatur pelaksaan dan memodifikasi stimulus.

b. Kemampuan mengontrol kognisi (Cognitive Control)

Kontrol kognitif adalah menggunakan kemampuan berpikir untuk mengurangi atau mengubah pengaruh yang menyebabkan tekanan.

c. Kemampuan mengambil keputusan (Decision Control)

Kemampuan dalam pengambilan keputusan adalah kesmpatan individu untuk memilih jalan atau cara untuk menentukan perilaku.

d. Kemampuan mengontrol informasi (Information Control)

Kemampuan mengontrol informasi ini meliputi kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa dana apa konsekuensinya. Kontrol informasi dapat mengurangi tekanan dengan meningkatkan kemampuan individu untuk memprediksi, dan mempersiapkan apa yang akan terjadi.

e. Kontrol restrospektif (Restrospective control)

Kontrol retrospektif ini merupakan keyakinan tentang apa dan siapa yang menyebabkan peristiwa setelah itu terjadi.

Berdasarkan konsep Averill (Zulkarnain, 2002) terdapat tiga aspek

kontrol diri, yaitu:

(41)

a. Kemampuan mengontrol perilaku (Behavior Control)

Kemampuan mengontrol perilaku didefinisikan sebagai kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan ini diperinci lebih lanjut ke dalam dua komponen:

i. Kemampuan mengontrol pelaksanaan (Regulated Administration), yaitu kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan siatuasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya. Individu yang memiliki kemampuan mengontrol diri dengan baik maka akan mapu mengatur perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal.

ii. Kemampuan mengontrol stimulus (Stilmulus Modifiability), merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak diketahui dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.

b. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

Kontrol kognitif yaitu kemampuan individu dalam mengolah

informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai,

atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif

(42)

sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Kemampuan ini diperinci lebih lanjut ke dalam dua komponen:

i. Kemampuan memperoleh informasi (information gain), dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan secara relatif objektif.

ii. Kemampuan melakukan penilaian (appraisal), yaitu melakukan penilaian berarti berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara objektif.

c. Kemampuan Mengontrol Keputusan (Decision Control)

Kemampuan mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada ssesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemudian pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menggunakan aspek dari

Averill untuk mengukur kontrol diri. Aspek-aspek yang digunakan terdiri

dari kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol stimulus,

kemampuan mengantisipasi peristiwa, kemampuan menafsirkan peristiwa,

dan kemampuan mengontrol keputusan.

(43)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri ini terdiri dari faktor internal dari diri individu sendiri dan faktor eksternal yaitu dari lingkungan individu (Ghufron dkk, 2010).

a. Faktor internal

Faktor yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang itu.

b. Faktor eksternal

Faktor ekternal ini di antaranya adalah lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga terutama orang tua sangat menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Bila orang tua menerapkan sikap disiplinnya sejak dini dan sikap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang, maka kekonsistensian ini akan diinternalisasi yang kemudian akan menjadi kontrol diri.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan dua faktor utama

yang mempengaruhi kontrol diri. Pertama, faktor internal yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri yang meliputi kondisi fisik

dan psikis. Kedua, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri

mahasiswa yang dapat mempengaruhi kontrol diri, yaitu lingkungan

keluarganya.

(44)

C. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa

Perilaku prokrastinasi merupakan perilaku yang telah lama ada dan dapat terjadi dalam berbagai bidang dan situasi. Prokrastinasi akademik merupakan suatu penundaan terhadap tugas akademik yang penting untuk dilakukan dan menimbulkan konsekuensi tertentu pada prokrastinator itu sendiri (Gunawinata dkk, 2008). Hal ini diungkapkan Ferrari, dkk. (1995), yang menerangkan bahwa dalam beberapa penelitian tentang prokrastinasi, ditemukan bahwa prokrastinasi merupakan suatu masalah yang kompleks pada sebagian besar mahasiswa.

Mahasiswa sebagai penerus bangsa di masa mendatang dituntut untuk meningkatkan kemampuan akademiknya, salah satunya adalah dengan cara menyelesaikan studinya di perguruan tinggi dengan tepat waktu. Namun ketika mahasiswa tersebut telah mengalami fase-fase kejenuhan terhadap suatu tugas akademik maka mereka akan berdalih dari hal-hal yang dianggap membosankan ke hal-hal yang dianggap dapat mendatangkan kesenangan. Hal tersebut akan membuat mahasiswa tidak mengerjakan tugas akademik yang seharusnya ia kerjakan pada waktu itu dan menundanya sampai hari berikutnya (Hidayat, 2008).

Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu dan

mengatur mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri. Sebagai salah satu sifat

kepribadian, kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah

sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang

memiliki kontrol diri yang rendah. Individu yang memiliki kontrol diri yang

tinggi, mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku

(45)

dirinya. Mereka mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, mempertimbangkan konsekuensi resiko-resikonya sehingga mampu memilih tindakan tindakan dan melakukannya dengan meminimalisir akibat yang tidak diinginkan.

Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi yang positif. Mahasiswa yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya, sehingga diasumsikan, seorang mahasiswa yang dengan kontrol diri rendah akan berprilaku lebih bertindak kepada hal-hal yang lebih menyenangkan dirinya, bahkan akan menunda-nunda tugas yang seharusnya ia kerjakan.

Secara umum mahasiswa yang memilki kontrol diri yang tinggi akan menggunakan waktu yang sesuai dan mengarah pada perilaku yang lebih utama, seperti mengerjakan tugas tepat waktu dan lulus tepat pada waktunya, sedangkan mahasiswa yang mempunyai kontrol diri yang rendah tidak mampu mengatur dan mengerahkan perilakunya. Sehingga akan lebih mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, sehingga banyak melakukan prokrastinasi akademik.

Schouwneberg (Ferrari dkk, 1995) mengemukakan aspek-aspek prokrastinasi antara lain adalah adanya penundaan terhadap tugas, kelambanan dalam mengerjakan tugas, adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja intelektual, dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.

Sarafino (Farradinna, 2009) mengemukakan kemampuan mengontrol diri

memiliki lima aspek yaitu, kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan

(46)

mengontrol kognisi, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mengontrol informasi, dan kontrol retrospektif.

Salah satu aspek dari kontrol diri adalah kemampuan mengontrol perilaku, aspek ini berhubungan dengan aspek dari prokrastinasi yaitu adanya penundaan tugas, adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Mahasiswa yang memiliki kemampuan kontrol perilaku yang baik, akan memilki tingkat yang rendah terhadap penundaan tugas-tugas mereka. Mahasiswa yang memiliki kemampuan kontrol diri perilaku yang baik, akan memilki tingkat kelambanan dalam mengerjakan tugas yang rendah. Mahasiswa yang memiliki kemampuan kontrol diri yang baik akan mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya sehingga tidak ada kesenjangan antara rencana dan kinerja intelektualnya.

Mahasiswa yang memiliki kontrol diri yang baik akan lebih memilih mengerjakan tugas-tugasnya yang merupakan kewajibannya dibandingkan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.

Ada beberapa penelitian yang mendukung penelitan ini, salah satunya

penelitian dari Muhid (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor kepribadian seperti

self-control dan self-efficacy sangat berperan untuk menghindari terjadinya

perilaku prokrastinasi akademik. Penelitian serupa yang mendukung penelitian ini

di antaranya penelitian dari Gufron (2014) dan jurnal dari Widyari (2012) yang

mana kedua jurnal tersebut sama-sama bertujuan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Hasil kedua

(47)

penelitian juga menunjukan ada hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.

Dari paparan di atas peneliti mengasumsikan bahwa kontrol diri mempengaruhi prokrastinasi. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam bidang akademik, kontrol diri yang sangat baik sangat dibutuhkan oleh mahasiswa, karena mahasiswa selalu tertarik pada hal-hal yang baru dan melakukan hal-hal yang dianggap menyenangkan bagi dirinya sehingga kadang ketertarikan akan hal baru tersebut menghambat kinerja akademik mahasiwa, yang pada akhirnya akan membuat individu tersebut melakukan penundaan dalam penyelesaian tugas akademik, yang lebih dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik.

Berdasarkan penjelasan di atas pula dapat dilihat bahwa adanya hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Kontrol diri berpengaruh terhadap prokrastinasi yang dilakukan karena kontrol diri yang rendah akan menyebabkan seseorang melupakan kewajiban-kewajibannya dan mengerjakan hal-hal lain yang lebih menyenangkan. Sebaliknya, kontrol diri yang tinggi akan menyebabkan individu tersebut mampu mengontrol diri dan perilakunya dengan baik pula. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik terjadi karena individu yang melakukannya tidak dapat mengontrol diri dengan baik.

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah “Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan

prokrastinasi akademik pada mahasiswa”. Semakin tinggi kontrol diri maka akan

(48)

semakin rendah prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa, sebaliknya

semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi prokrastinasi akademik yang

dilakukan mahasiswa.

(49)

31

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi Akademik 2. Variabel Bebas : Kontrol Diri

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi oprasional dari penelitian ini meliputi Kontrol Diri dan Prokrastinasi Akademik. Berikut adalah penjelasannya:

1. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan yang terjadi dalam konteks tugas-tugas akademis dimana pelakunya menunda-nunda baik dalam memulainya maupun mengerjakannya sehingga menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih cenderung kearah kegagalan dalam tugas yang menimbulkan persepsi emosional yang tidak menyenangkan.

Prokrastinasi akademik dalam penelitian ini akan diungkap dengan

skala yang disusun oleh peneliti dan didasarkan pada teori yang dikemukakan

oleh Ferrari dkk (1995) yaitu, penundaan untuk memulai maupun

menyelesaikan dalam menghadapi tugas, adanya keterlambatan dalam

menyelesaikan tugas, adanya kesenjangan waktu antara waktu dan kinerja

(50)

intelektual, melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Tingkat prokrastinasi dapat dilihat dari besarnya skor total yang diperolah dari skala prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademiknya.

Begitu pula sebalinya, semakin rendah skor yang diperoleh maka menunjukkan semakin rendah pula melakukan prokrastinasi akademik.

2. Kontrol Diri

Kontrol diri adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Selain itu kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Secara operasional kontrol diri ditunjukkan dengan lima aspek, yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, kontrol pengambilan keputusan, kontrol informasi, dan kontrol pengalaman masa lalu.

Variabel kontrol diri akan diukur dengan menggunakan skala yang di

modifikasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kontrol diri menurut Averill

dkk (Sarafino, 1994). Kontrol diri pada mahasiswa ditunjukkan oleh skor

jawaban mahasiswa dalam skala kontrol diri mahasiswa. Semakin tinggi skor

yang diperoleh maka semakin tinggi pula kontrol diri mahasiswa. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula kontrol diri

mahasiswa.

(51)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa Universitas X yang masih aktif kuliah

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala.

Skala ini digunakan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti secara tepat, relevan, dan memiliki validitas dan reabilitas yang digunakan dalam penelitian apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengungkap apa yang diungkap dan konsisten dalam pengukurannya (Azwar, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala prokrastinasi dan kontrol diri.

1. Skala Prokrastinasi Akademik

Skala ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Ferrari dkk (1995), yaitu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan, aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Skala prokrastinasi akademik ini mengunakan empat alternatif

jaawaban, yaitu Sangat Sesuai (TS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat

Tidak Sesuai (STS). Adapun penilaian tiap-tiap alternatif jawaban bergerak

dari angka 4 sampai dengan 1. Pada tiap aitem Favorable nilai 4 diberikan

pada jawaban SS dan nilai 1 pada jawaban STS. Namun pada setiap aitem

unfavorable nilai 4 diberikan pada jawaban STS dan nilai 1 diberikan pada

jawaban SS.

(52)

Peneliti memilih untuk menyediakan empat alternatif jawaban pada skala adalah untuk menghindari adanya kecenderungan subjek peneltian dalam menjawab pada posisi aman yaitu pada posisi tengah-tengah jawaban atau netral dengan tidak memiliki pendapat pada jawaban. Hal tersebut bisa terjadi manakala subyek tidak bisa memutuskan jawaban yang sesuai atau tidak sesuai pada skala atau ragu-ragu untuk memilih alternatif jawaban yang tersedia sehingga posisi jawaban terbanyak akan berada pada garis lurus pada jawaban tengah pada pilihan tiap alternatif jawaban pada skala yang tersedia.

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi Akademik:

Aspek

Butir Favorable

Butir

Unfavorable Total Nomor

Butir

Jumlah Nomor Butir

Jumlah Penundaan untuk

memulai/menyelesaikan tugas

1, 2, 3 3 4, 5 2 5

Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas

6, 7, 8 3 9, 10 2 5

Adanya kesenjangan antara waktu dan kinerja

11, 12, 13

3 14, 15 2 5

Melakukan aktivitas lain

yang lebih

menyenangkan daripada mengerjakan tugas

16, 17, 18

3 19, 20 2 5

Total 12 8 20

2. Skala Kontrol Diri

Skala ini digunakan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam

mengontrol diri terhadap prokrastinasi. Skala ini mengacu pada teori yang

dikemukakan oleh Averill (Sarafino, 1994). Aspek yang diukur adalah kontrol

perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol keputusan.

(53)

Skala kontrol diri ini empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun penilain tiap-tiap alternatif jawaban bergerak dari angka 4 sampai dengan 1.

Pada tiap aitem Favorable nilai 4 diberikan pada jawaban SS dan nilai 1 pada jawaban STS. Namun pada setiap aitem Unfavorable nilai 4 diberikan pada jawaban STS dan nilai 1 diberikan pada jawaban SS.

Peneliti memilih untuk menyediakan empat alternatif jawaban pada skala adalah untuk menghindari adanya kecenderungan subyek dalam menjawab pada posisi aman yaitu pada posisi tengah-tengah jawaban atau netral dengan tidak memiliki pendapat pada jawaban. Hal tersebut bisa terjadi manakala subyek tidak bisa memutuskan jawaban yang sesuai atau tidak sesuai pada skala atau ragu-ragu untuk memilih alternatif jawaban yang tersedia sehingga posisi jawaban terbanyak akan berada pada garis lurus pada jawaban tengah pada pilihan tiap alternatif jawaban pada skala yang tersedia.

Tabel 1

Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri:

Aspek Butir Favorable Butir Unfavorable Total Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah

Kontrol Perilaku

1, 2, 3, 4, 6, 7

6 5, 8, 9, 10 4 10

Kontrol Kognitif

11, 12, 16, 17, 18, 19,

6 13, 14, 15, 20

4 10

Kontrol Keputusan

21, 22, 23, 24, 25, 26

6 27, 28, 29, 30

4 10

Total 18 12 30

(54)

E. Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata Validity yang berarti sejauh mana ketepatan alat dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dapat dikatakan sahih bila ia mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Azwar, 2000).

Skala prokrastinasi dan kontrol diri dinilai berdasarkan dua pendekatan, yaitu Validitas Isi dan Validitas Konsistensi Internal. Validitas isi melihat apakah butir-butir dalam pernyataan didalam tes benar-benar mengukur aspek yang hendak diukur, sedangkan Konsistensi Internal yaitu dengan menguji korelasi antara skor butir ayau aitem dengan skor total skala.

Korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi butir-butir aitem dengan fungsi ukurnya dan memberi hasil yang sesuai dengan tujuan dilakukan pengukuran tersebut (Azwar, 2000).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata Reliability yang merupakan

gabungan dari kata Rely dan Ability. Reliabilitas dengan keterpercayaan,

keajegan, kestabilan, konsistensi, dan lainnnya. Namun, ide pokok yang

terkandung dalam konsep reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang

reliable (Azwar, 2000). Perhitungan koefisien reliabilitas yaitu Singel trial

administration ialah skala yang skala yang hanya dikenakan sekali saja kepada

subyek penelitian.

(55)

F. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi

product moment dari Karl Pearson untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung, dengan menggunakan

bantuan perhitungan statistik yang dilakukan dengan program komputer dari IBM

SPSS Statistics 22 for Windows.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik adalah dukungan keluarga inti, setiap bentuk dukungan keluarga mempunyai

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik pada

– siswa yang memiliki kontrol diri tinggi, ketika akan melakukan prokrastinasi. akademik memikirkan terlebih dahulu dampak – dampaknya apa saja

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa USU yang

Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa.. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro,

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa

Hubungan antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2008 Universitas Negeri

Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang hubungan kontrol diri ( self-control ) dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan