• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1.Mudharabah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mudharabah a. Pengertian Mudharabah

Mudharabah menurut Andri Soemitra,M.A (2009: 81) adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (Malik, Shahibul maal, atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua („amil, mudharib atau nasabah) yangbertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalah yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

Mudharabah menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2000:135) adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertmana sebagai pemilik dana (shahibul maal) menyediakan seluruh dana sedangkan pihak lainnya (mudharib) mengelola usaha dengan keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan bersama yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila usaha rugi bukan akibat kelalaian pengelolaan usaha maka kerugian ditanggung oleh pemilik dana (Shahibul maal).

17 b. Unsur-Unsur Yang Terdapat Dalam Pembiayaan Mudharabah

Menurut Muhammad (2005:102-105) unsur-unsur pembiayaan mudharabah adalah:

1) Ijab dan Qabul Ijab dan qabul antara kedua pihak memiliki syarat-syarat yaitu harus jelas menujukan maksud untuk melakukan kegiatan mudharabah dan harus bertemu antara kedua belah pihak agar dicapai kesepakatan.

2) Adanya dua pihak (pihak penyedia dana dan pengusaha) para pihal disyaratkan cakap bertindak secara syar‟i artinya penyedia dana memiliki kapasitas untuk menjadi pemodal dan pengusaha memiliki kapasitas menjadi pengelola.

3) Adanya modal. Adapun syarat-syarat modal adalah modal harus jelas jumlah dan jenisnya dan diketahui oleh kedua belah pihak pada waktu dibuatnya akad mudharabah sehingga tidak menimbulkan sengketa dalam pembagian keuntungan karena ketidakjelasan jumlah dan modal harus berupa uang bukan barang.

4) Adanya usaha (al-„amal) jenis usaha yang diperbolehkan adalah semua jenis usaha tentu saja tidak hanya menguntungkan tetapi juga harus sesuai dengan syariah sehingga merupakan usaha yang halal. Dalam usaha ini penyedia dana tidak boleh ikut campur dalam teknis operasional dan manajemen usaha dan tidak boleh membatasi usaha

18 sedemikian rupa sehingga mengakibatkan upaya pemerolehan keuntungan maksimal tidak tercapai.

5) Adanya keuntungan disyaratkan bahwa keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan presentase dari jumlah modal yang diinvestasikan, melainkan hanya keuntunganya saja setelah dipotong besarnya modal, keuntungan untuk masing-masing pihak tidak ditentukan dalam jumlah nominal dan nisbah pembagian keuntungan ditentukan dengan presentase.

c. Jenis-Jenis Mudharabah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2000:137) jenis-jenis mudharabah sebagai berikut:

1) Mudharabah Mutlaqah (Investasi Tidak Terikat) adalah bentuk

kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan bisnis ulama Salaf ash Shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan if‟al ma syi‟ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

2) Mudharabah Muqayyadah (Investasi Tidak Terikat) adalah kebalikan

dari mudharabah mulaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasukin jenis dunia usaha.

19 2. Musyarakah

a. Pengertian Musyarakah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2000:129) musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/ expertisa) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Menurut Andri Soemitra,M.A (2009: 83) musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. b. Fitur dan Mekanisme Akad Pembiayaan Musyarakah

Menurut Andri Soemitra,M.A (2009: 83) fitur dan mekanisme akad pembiayaan musyarakah adalah:

1) Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu.

2) Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengeloaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati seperti melakukan review, dan meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggung jawabkan.

20 3) Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam nisbah

yang disepakati.

4) Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang waktu investasi kecuali atas dasar kesepakatan para pihak.

5) Pembiayaan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam bentuk uang dan atau barang, seta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan.

6) Bank dan nasabah dapat menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi modal masing-masing.

c. Landasan Hukum Musyarakah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2000:129). Adapun dasar hukum musyarakah dapat dilihat dalam Al-Qur‟an, Al-Hadist, maupun Ijma sebagai berikut :

1) Al-Qur‟an

Surah Shad: 24 Artinya :“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang yang berimana dan mengerjakan amal shalih.

2) Al-Hadist

Artinya:dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata: “sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: „aku pihak ketiga dari dua orang yang

21 3) Ijma‟

Arinya: ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni 5/109 telah berkata, “kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah

secara global walaupun terhadap perbedaan pendapat dalam beberapa elemen dari padanya.”

d. Aplikasi Musyarakah Dalam Perbankan

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2000:133). Aplikasi musyarakah dalam perbankan sebagai berikut :

1) Pembiayaan Proyek

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. 2) Modal Ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

22 3. Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Menurut Adiwarman A. Karim (2007:98) murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).

Menurut Adiwarman A. Karim (2007:113) murabahah adalah suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk presentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%. Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:101). Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

Menurut Sunarto Zulkifli (2003:43) Bai‟ al-murabahah adalah prinsip bai‟ (jual beli) dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tangguh atau cicilan.

Dari beberapa definisi diatas pembiayaan murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan

23

(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan

salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh).

b. Dasar Hukum Murabahah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:102). Adapun dasar hukum murabahah dapat dilihat dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadist, sebagai berikut :

1) Al-Qur‟an

Surah Al-Baqarah:275 Artinya :“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.

2) Al-Hadist

Artinya : “ Diriwayatkan dari shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : tiga hal yang mengandung berkah, yaitu jual

24

beli secara tidak tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk

dijual.” (H.R. Ibnu Majah dari Shuhaib)

3) Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional (DSN)

MenurutBambang Rianto Rustam (2008:48) Dewan Syari‟ah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 sebagai berikut :

(a) Bank dan Nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas dari riba.

(b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari‟ah islam. (c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

(d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

(e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang. (f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

25 (g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada

jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

(h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

(i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.

c. Syarat Murabahah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:102) syarat murabahah sebagai berikut:

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (4),atau(5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:

26 2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang

yang dijual.

3) Membatalkan kontrak. d. Manfaat Murabahah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:106) murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.

Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut:

1) Default atau kelalaian. Nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

2) Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut.

3) Penolakan nasabah: barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak meu menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang

27 tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.

4) Dijual: karena murabahah bersifat jual-beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.

e. Hubungan Murabahah terhadap Pendapatan Bank Syariah

Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dalam murabahah, pembeli harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Antonio, 2002: 101). Tingkat keuntungan yang diperoleh bank syariah adalah berupa margin, semakin besar pembiayaan murabahah yang disalurkan, diharapkan margin yang didapat bank syariah semakin besar pula. Tingginya pendapatan margin tersebut akan meningkatkan pendapatan yang akan diperoleh bank syariah. Dengan kata lain, pembiayaan murabahah dengan margin yang tinggi akan meningkatkan pendapatan bank syariah (Iqbal Ali Hamzah, 2014 : 24) 4. Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

28 kepemilikan atas barang itu sendiri (Muhammad Syafi‟i Antonio, 2001:117). Ijarah artinya upah, sewa, jasa atau imbalan. Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa dan lain-lain (M. Ali Hasan, 2004:227). Menurut fatwa dewan syariah nasional ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (Adiwarman A. Karim, 2007:138).

Berdasarkan definisi diatas, pembiayaan ijarah adalah hak untuk pemanfaatan barang antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa dengan penyewa dengan waktu dan imbalan tertentu.

b. Dasar Hukum Ijarah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:117). Adapun dasar hukum ijarah dapat dilihat dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadist, sebagai berikut :

1) Al-Quran

Artinya : “Dan, kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah:233).

Dalil pada ayat tersebut adalah ungkapan “apabila kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut menunjukan

29 adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar upah (fee)

secara patut. Dalam hal ini termasuk didalamnya jasa penyewaan atau

leasing.

2) Al-Hadist

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw, “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upayanya kepada tukang bekam itu” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu Umar bahwa rasulullah bersabda, “berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR Ibnu Majah).

c. Rukun dan Syarat Ijarah

(M. Ali Hasan, 2004:231) Ulama Mazhab Hanafi mengatakan, bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan kabul saja (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa-menyewa). Jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun ijarah ada 4:

1) Orang yang berakal. 2) Sewa/imbalan. 3) Manfaat.

4) Sighah (ijab dan qabul). d. Macam-Macam Ijarah

Dilihat dari segi objek nya ijarah dapat dibagi menjadi dua macam (M. Ali Hasan, 2004:236) yaitu:

30 1) Ijarah yang bersifat manfaat. Seperti sewa menyewa rumah, toko,

kendaraan, pakaian, dan perhiasan.

2) Ijarah yang bersifat pekerja yaitu dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Ijarah semacam ini dibolehkan, seperti buruh bangunan, tukang jahit, tukang sepatu dan lain-lain.yaitu ijarah yang bersifat kelompok (serikat). Ijarah yang bersifat pribadi juga dapat dibenarkan seperti menggaji rumah tangga, tukang kebun dan satpam.

e. Akad Ijarah Berakhir

Menurut M. Ali Hasan (2004:237) Suatu akad ijarah berakhir: 1) Objek hilang atau musnah seperti rumah terbakar.

2) Habis tenggang waktu yang disepakati. Kedua point tersebut di atas disepakati oleh ulama.

3) Menurut mazhab Hanafi, akad berakhir apabila salah seorang meninggal dunia, karena manfaat tidak dapat diwariskan. Berbeda dengan jumhur ulama, akad tidak berakhir (batal) karena manfaat dapat diwariskan.

4) Menurut mazhab Hanafi, apabila ada uzur seperti rumah disita. Maka akad berakhir. Sedangkan jumhur ulama melihat, bahwa uzur yang membatalkan ijarah itu apabila objeknya mengandung cacat atau manfaatnya hilang seperti kebakaran dan dilanda banjir.

31 f. Skema Transaksi Pembiayaan Ijarah

Menurut Adiwarman A. Karim (2007:147) skema transaksi pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:

1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.

2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.

3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaanya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.

4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setalah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut kepada bank.

5) (a) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan kembali.

(b) Bila bank menyewakan objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah pararel) setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik. g. Jenis Barang/ Jasa yang Dapat Disewakan

Menurut Adiwarman A. Karim (2007:147) Jenis barang/ jasa yang dapat disewakan adalah sebagai berikut:

32 1) Barang modal: aset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor, ruko dan

lain-lain.

2) Barang produksi: mesin, alat-alat berat, dan lain-lain. 3) Barang kendaraan transportasi: darat, laut dan udara. 4) Jasa untuk membayar ongkos:

(a) Uang sekolah/kuliah. (b) Tenaga kerja.

(c) Hotel.

(d) Angkut dan transportasi dan sebagainya.

h. Hubungan Ijarah terhadap Pendapatan Bank Syariah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:117).Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Ketika bank akan mengeksekusi kredit macetnya pada akad ijarah, bank tidak memperoleh hasil yang memadai karena jaminan yang tidak sebanding dengan besarnya kredit yang diberikan. Resiko kredit muncul ketika bank tidak dapat memperoleh kembali pinjaman yang diberikan. Selanjutnya pembiayaan yang bermasalah, bank mempunyai kewajiban melakukan penyisihan pencadangan aktiva produktif (PPAP) sebesar 100% dari modal yang belum dikembalikan, sehingga pengaruh pendapatan menjadi turun. Karena ada potensi resiko yang harus ditanggung oleh modal bank sendiri Muhammad (2002).

33 5. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah harga barang dan jasa, ketika tingkat harga mengalami kenaikan maka individu harus mengeluarkan unag nya lebih banyak untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang tetap. Inflasi juga merupakan ukuran nilai mata uang, yaitu ketika harga naik berarti nilai uang sekarang menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, hal ini dikarenakan inflasi hanya terjadi jika proses naiknya harga berlangsung secara terus-menerus dan mempengaruhi barang yang lainnya. Naiknya harga mengakibatkan naiknya jumlah perminataan uang, ini dikarenakan semakin banyak uang yang dibutuhkan dalam transaksi (Mankiw, 2006:196)

Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentase kenaikan harga-harga pada satu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dari beberapa definisi diatas inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai

34 termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. b. Jenis-Jenis Inflasi

1) Inflasi menurut sebabnya yaitu:

a) Natural Inflation dan Human Error Inflation.

Natural Inflation adalah inflasi yang terjadi karena

sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri (Adiwarman A. Karim, 2007:138).

b) Expected Inflation dan Unexpected Inflation

Expected Inflation adalah tingkat suku bunga pinjaman riil

akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi atau secara notasi ret = Rte

t. Unexpected Inflation adalah

tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi (Adiwarman A. Karim, 2007:138).

c) Demand-Pull Inflation

Diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan Agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian (Adiwarman A. Karim,2007:138).

35 Inflasi ini terjadi pada masa perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja tinggi menciptakan pendapatan yang tinggi pula, yang pada akhirnya mengakibatkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam penyediaan barang dan jasa (Sukirno, 2011:333).

Gambar 2.1

Kurva Demand Pull Inflation

Menurut gambar 2.1 permintaan agregat awalnya berada pada AD1, pendapatan nasional Y1 dan tingkat harga P1. Karena perekonomian sedang berkembang maka mendorong permintaan agregat naik menjadi AD2, akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan kerja penuh YF dan harga naik menjadi PF. Hal ini lah yang mewujudkan terjadinya inflasi. Apabila masyarakat tetap menambah pengeluarannya maka peningkatan agregat menjadi AD3. Untuk memenuhi perminataan yang semakin bertambah maka perusahaan menambah produksinya dan mengakibatkan pendapatan nasional riil meningkat menjadi Y2. Kenaikan produksi nasional

36 melebihi kesempatan kerja penuh menyebabkan kenaikan harga menjadi P2 (Sukirno, 2011:334).

d) Cost- Push inflation

Inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian (Adiwarman A. Karim, 2007:138).

Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Keadaan ini cenderung menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena :

(1) Perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan tenaga kerja dengan menaikkan upah dan gaji

(2) Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi (Sukirno, 2011:333).

Gambar 2.2

37 Berdasarkan gambar 2.2, pada mulanya kesimbangan ekonomi negara tercapai pada pendapatan nasional Y1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh dan tingkat harga P1. Pada tingkat kesempatan kerja tinggi, perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja. Kenaikan upah akan menaikan biaya dan memindahkan penawaran agregat ke atas dari AS1 ke AS2. Akibatnya tingkat harga naik menjadi P2. Harga barang yang tinggi ini mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah lagi maka biaya

Dokumen terkait