• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Landasan teori 1. Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002). Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga-harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi dapat dikatakan nilai perusahaannya juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Menurut Husnan (2001) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, sedangkan menurut Keown et al. (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.

Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan hanya ekuitas perusahaan yang

12

dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh asset perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004).

Sukamulja (2004), menyatakan semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aste perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset perusahan, maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Menurut Kohli dan Saha (2008), nilai perusahaan merupakan dampak dari tata kelola keseluruhan nilai perusahaan yang dinilai menggunakan kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar diperoleh dari perkalian dari harga ekuitas dengan jumlah saham beredar, dimana perhitungan tersebut juga menggambarkan persepsi eksternal harga perusahaan.

2.1.2. Kinerja Keuangan

Setiap perusahaan pasti memiliki laporan terkait kinerja keuangan perusahaan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mencerminkan keadaan perusahaan saat ini. Kinerja merujuk pada konsep keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Fahmi (2012:2) mengemukakan bahwa, kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan

13

untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan tugasnya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya. Efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan terlihat dari kondisi laporan keuangannya. Kinerja keuangan menjadi ukuran untuk melihat tingkat keberhasilan dan perkembangan perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam memberikan profit dari modal, harta dan hutang juga dapat terlihat dari kinerja keuangan perusahaan. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis laporan keuangan.

Brigham dan Houston (2010:94) mengemukakan bahwa, laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama suatu periode di masa lalu. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun, yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

Terdapat beberapa kriteria dalam evaluasi suatu kinerja keuangan yang disampaikan dalam berbagai literatur. Kriteria tersebut meliputi kinerja financial maupun non financial. Menurut Horne dan Wachowics (2012:163), agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analisis keuangan perlu melakukan “pemeriksaan” atas berbagai aspek kesehatan perusahaan. alat

14

yang sering kali digunakan selama pemeriksaan ini adalah rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua buah data keuangan dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Arti penting kinerja keuangan seperti dikemukakan oleh Brigham dan Weston (dalam Aminatuzzahra, 2010) dibawah ini:

1) Alat skrining awal dalam pemilihan investasi.

2) Alat perkiraan terhadap hasil dan kondisi keuangan perusahaan. 3) Alat diagnosis terhadap masalah manajerial, operasional atau

masalah-masalah lainnya.

4) Alat untuk menilai manajemen perusahaan.

2.1.2.1.Return On Assets sebagai Pengukur Kinerja Keuangan

Tujuan umum manajemen suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham terhadap perusahaan yang didirikan oleh pemegang saham tersebut. Keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan dapat diukur dari tingkat pengembalian dan risiko yang dihadapi perusahaan melalui laporan keuangan. Kondisi laporan keuangan bisa menjadi penilaian yang baik dan sumber informasi masa mendatang bagi perusahaan.

Rasio – rasio keuangan dirancang untuk membantu kita dalam mengevaluasi suatu laporan keuangan perusahaan (Brigham dan Houston, 2006:94). Terdapat lima jenis rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas dan

15

pasar. Analisis profitabilitas dapat digunakan dalam mengukur kinerja keuangan karena berorientasi khusus pada efektivitas perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76).

Return On Asset (ROA) digunakan sebagai indikator pengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini, karena ROA sangat cocok digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk mendanai aset tersebut (Hanafi, 2009:159). Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba setelah pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar.

2.1.3. Corporate Social Responsibility (CSR)

Konsep corporate social responsibility pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 dan sejak saat itu hingga sekarang telah mengalami pengayaan konsep (Novrianti,dkk., 2012). Perkembangan konsep corporate social responsibility yang tak pelak lagi telah banyak mengubah orientasi corporate social responsibility. Corporate social responsibility telah dijadikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan citra perusahaan yang akan turut mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Menurut The World Business Council fo Sustainable Development, corporate social

16

responsibility adalah suatu komitmen dalam dunia bisnis yang memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan karyawan dan komunitas setempat dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri maupun untuk pembangunan. Perusahaan yang ingin memiliki keberlanjutan dalam berusaha haruslah memperhatikan “3P”, yakni planet, people dan profit. Seperti konsep triple bottom line dimana selain mengejar profit suatu perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat (people) dan ikut serta berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Akhir-akhir ini banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program corporate social responsibility sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Dengan pelaporan dan pengungkapan corporate social responsibility, para stakeholders akan dapat mengevaluasi bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility dan memberikan penghargaan atau sanksi terhadap perusahaan sesuai hasil evaluasinya.

2.1.4. Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan pengkomunikasian informasi yang terkait dengan aspek-aspek interaksi antara organisasi perusahaan dengan lingkungan sosial dan fisiknya (alam), yang berupa dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan organisasi terhadap kelompok yang berkepentingan serta masyarakat luas yang dapat diistilahkan sebagai para stakeholders (Lako, 2011: 156). Sembiring (2005) menyatakan bahwa

17

pengungkapan corporate social responsibility merupakan suatu proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan, maka tanggung jawab perusahaan yang sebelumnya hanya menyediakan laporan kepada shareholder kini meluas kepada penyediaan laporan untuk stakeholders. Adanya penyediaan informasi kepada para stakeholders karena perusahaan memiliki tanggung jawab yang lebih luas yakni tidak mencari laba untuk para pemegang saham. Dampak dari pengungkapan CSR ini sendiri pada perusahaan berorientasi dalam jangka panjang (Fiori et al., 2007)

Peraturan terkait pengungkapan CSR terdapat pula dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (revisi 1998) pada paragraph 9. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa “perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.”

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan Sustainability Reporting serta dalam laporan tahunan perusahaan yang telah go public. Sustainability Reporting merupakan pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan, dan sosial terhadap kinerja suatu organisasi (ACCA dalam Anggraini, 2006). Sustainability Reporting harus menjadi sebuah dokumen strategik berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainability development yang membawanya menuju kepada core business dan

18

sektor industri lainnya. Adapun sejumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah secara sukarela mengungkap informasi CSR dalam bentuk sustainability reporting, namun dilihat dari kuantitasnya sangat minim. Model pengungkapan CSR yang banyak dilakukan oleh perusahaan public yang tercatat di BEI adalah melalui laporan tahunan perusahaan.

Menurut Bayoud dan Kavanagh (2012), manfaat utama yang dirasakan dari pengungkapan CSR adalah meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan kinerja keuangan, selain itu pengungkapan aktivitas CSR dapat mempengaruhi kinerja masa depan perusahaan (Bachtiar dan Siregar, 2010). Sembiring (2005) memberikan rincian item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah disesuaikan untuk dapat diaplikasikan di Indonesia berdasarkan peraturan BAPEPAM No. VIII. G.2 tentang laporan tahunan. Terdapat 78 item pengungkapan yang tergolong dalam tujuh kategori pengungkapan tanggung jawab perusahaan (CSR) yaitu lingkungan, energy, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Masing-masing item dijabarkan dalam lampiran 1.

2.1.5. Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Shleifer dan Vishny (1997), good corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang melindungi pihak minoritas atau investor atas tindakan manajer serta memberikan jaminan bahwa mereka akan mendapatkan laba atas investasi yang mereka tanamkan. Menurut Kaihatu (2006)

19

goodcorporate governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya kedua, kewajiaban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, transparan, terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Penerapan goodcorporate governance bermanfaat untuk mengurangi agency cost yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, menurunkan cost of capital sebagai dampak dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab dan meningkatkan nilai saham perusahaan, serta menciptakan dukungan stakeholders terhadap perusahaan. Secara umum terdapat lima prinsip goodcorporate governance, yaitu (Kaihatu, 2006) :

a. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. b. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

c. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

20

d. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlakudan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

2.1.6. Corporate Governance Perception Index (CGPI)

Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan penerapan tata kelola perusahaan yang baik di Indonesia pada perusahaan publik yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) bekerja sama dengan majalah SWA. Pelaksanaan CGPI dilandasi oleh pemikiran tentang pentingnya mengetahui bagaimana penerapan good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pemeringkatan yang dilakukan oleh IICG menggunakan pendekatan teori stakeholders yang diuraikan dalam 9 variabel pengukur, yaitu komitmen terhadap tata kelola perusahaan, tata kelola dewan komisaris, komite-komite fungsional, dewan direksi, transparansi, perlakuan terhadap pemegang saham, peran pihak berkepentingan lainnya, integritas, dan independensi (Supatmi, 2007). Penilaian CGPI tediri dari 4 tahapan yaitu :

21

Pada tahap ini, perusahaan diminta mengisi kuesioner self-assessment seputar penerapan konsep corporate governance di perusahaannya.

2) Pengumpulan dokumen perusahaan

Pada tahap ini, perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan bukti yang mendukung penerapan GCG di perusahaan.

3) Penyusunan makalah dan presentasi

Pada tahap ini, perusahaan diminta untuk membuat penjelasan mengenai kegiatan perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG.

4) Observasi

Pada tahap ini, tim peneliti CGPI akan berkunjung ke perusahaan peserta untuk menelaah kepastian penerapan prinsip-prinsip GCG.

Hasil riset CGPI adalah penilaian dan pemeringkatan penerapan good corporate governance pada perusahaan peserta dengan memberikan skor dan pembobotan nilai berdasarkan acuan yang telah dibuat. CGPI akan memberikan apresiasi dan pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance melalui CGPI Award dan penobatan sebagai perusahaan terpercaya yang disajikan dalam majalah SWA sebagai liputan utama. Pemeringkatan CGPI terbagi kedalam 3 kategori berdasarkan skor penilaian CGPI antara 0-100. Berikut 3 kategori pemeringkatan berdasarkan skor yang diperoleh dari hasil penilaian CGPI.

1) Cukup Terpercaya, skor CGPI antara 55-69 2) Terpercaya, skor CGPI antara 70-84

22 2.2. Hipotesis penelitian

2.2.1. Kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Menurut Kasmir (2008: 365) kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencara keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Sebuah perusahaan akan dapat meningkatkan nilai perusahaannya apabila menghasilkan laba yang tinggi, ketika laba perusahaan tinggi akan mempengaruhi pembagian dividen kepada para pemegang saham dimana tingginya harga saham yang terlihat di publik yang akan menjadi salag satu indikator penilaian investor pada sebuah perusahaan. Penelitian Puspitasari dan Sudiyatno (2010) dan Rizqia, dkk (2013) menemukan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Masodah dan Anwar (2012) juga menyatakan terdapat pengaruh antara kinerja keuangan (ROA) terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1 : Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Gambar 2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Kinerja

Keuangan

Nilai Perusahaan

23

2.2.2. Pengungkapan corporate social responsibility dapat memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Kemampuan perusahaan dalam memberikan harapan yang tinggi terhadap nilai dimasa datang menyebabkan perusahaan tersebut akan dinilai tinggi oleh masyarakat. Namun adanya research gap yang ditemukan pada beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi investor dalam menilai perusahaan. Arsoy et al. (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, juga memiliki nilai tanggungjawab sosial yang baik. Menurut Bhidari et al. (2013) pengungkapan corporate social responsibility dapat meningkatkan kinerja keuangan terutama profitabilitas. Corporate social responsibility diharapkan mampu mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Untuk meningkatkan nilai secara berkelanjutan (sustainable), perusahaan harus memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan (Kusumadilaga, 2010). Tingkat profitabilitas yang tinggi tidak selalu menjadi jaminan atas peningkatan nilai suatu perusahaan.

Menurut Bowman & Haire dalam Agustine (2014), semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan perusahaan. Hal ini disebabkan masyarakat saat ini akan memilih perusahaan yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitar karena dengan mendukung perusahaan tersebut secara tidak langsung masyarakat pun turut berpartisipasi dalam memelihara lingkungan sekitar (Susanti dan Santoso, 2011). Perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dianggap lebih memperhatikan prospek kinerja perusahaan di masa depan sehingga akan dinilai

24

positif oleh investor. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan selalu berusaha untuk meningkatkan pengungkapan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai usaha untuk meyakinkan investor bahwa perusahaan tidak hanya memperhatikan tujuan jangka pendek (profit), namun juga jangka panjang yaitu berupa peningkatan nilai perusahaan (Nahda dan Harjito, 2012), sehingga dapat disimpulkan bahwa CSR meningkatkan nilai perusahaan saat kinerja keuangan perusahaan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah :

H2 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility mampu memperkuat hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Gambar 2.2 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi

2.2.3. Penerapan good corporate governance memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan

Kemampuan perusahaan dalam memberikan harapan yang tinggi terhadap nilai dimasa datang menyebabkan perusahaan tersebut akan dinilai tinggi oleh masyarakat. Namun adanya research gap yang ditemukan pada beberapa

Corporate Social Responsibility Kinerja Keuangan Nilai Perusahaan

25

penelitian terdahulu menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi investor dalam menilai perusahaan. Good corporate governance diharapkan mampu mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat good corporate governance yang tinggi akan memperkecil kemungkinan manajemen perusahaan tersebut mengambil keputusan yang mementingkan pribadi mereka, sehingga nilai ROA benar-benar menunjukkan tingkat kinerja yang optimal dari perusahaan tersebut.

Hadad et al. (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara profitabilitas perusahaan yang diukur dengan EPS dan ROA dengan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai goodcorporate governance suatu perusahaan, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Nilai good corporate governance yang tinggi mampu meyakinkan investor akan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dimasa mendatang yang juga berarti meningkatkan minat investor untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Meningkatnya permintaan suatu perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga akan memberikan return yang lebih tinggi pula. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitiannya adalah :

H3 : Good Corporate Governance mampu memperkuat hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

26

Gambar 2.3 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi

Good Corporate Governance Kinerja Keuangan Nilai Perusahaan

Dokumen terkait