• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Penelitian Ter dahulu

Keinginan peneliti untuk mengadakan penelitian tentang analisis variabel yang berpengaruh terhadap Risiko pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia didorong penelitian terdahulu yang dilakukan oleh :

1. Wiwik Utami (2003)

Penelitian ini dengan judul ”Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Risiko Beta Saham: Periode Krisis Di Bursa Efek Jakarta”. Masalah yang dikaji adalah: Apakah faktor fundamental perusahaan yang tercermin dalam variable keuangan secara simultan berpengaruh terhadap risiko beta saham ? dan Faktor fundamental apa yang secara signifikan berpengaruh terhadap risiko beta saham ?

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa, Faktor fudamental perusahaan yang terdiri dari leverage ratio, deviden payout ratio, debt to equity ratio, asset growth, operating ratio, sales growth, dan kepemilikan secara bersama-sama mampu menjelaskan 78,8 % dari variasi risiko beta. Faktor fundamental yang berpengaruh signifikan terhadap risiko beta adalah leverage ratio, asset growth dan deviden payout ratio.

2.

3. Siti Zubaidah, (2004)

Penelitian ini denan judul Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa antara tahun 2001 sampai dengan 2003, kondisi tingkat inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar juga ada perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs juga cukup stabil. Dari hasil uji hipotesis, dapat diketahui bahwa tingkat inflasi dan perubahan nilai kurs secara bersamaan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap beta saham syariah sedang, tingkat inflasi dan perubahan nilai kurs secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap beta saham syariah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Tandelilin (2001)

2.2. Landasan teor i

Adapun untuk mendukung penelitian ini maka landasan teori yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut :

2.2.1. Definisi Risiko Pasar

Risiko pasar adalah merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar, Hartono (2000) dikutip dari Soeratno (2007). Oleh karena itu Risiko dapat digunakan untuk mengukur fisiko dari suatu sekuritas atau portofolio relative terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat diartikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Atau dapat diartikan Risiko merupakan pengukur

sejauh mana tingkat pengembalian suatu saham berubah karena adanya perubahan dipasar.

Risiko yang lebih besar berarti Risiko lebih tinggi dan akan memiliki tingkat keuntungan yang diharapkan lebih tinggi pula. Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana sehingga diperlukan adanya jawaban yang tepat mengenai tujuan investasi yang lebih luas. Tujuan investasi yang lebih luas adalah meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah pendapatan di masa mendatang (Tandelin, 2003).

Dalam berinvestasi setiap investor menginginkan adanya return, tetapi untuk memperoleh return yang tinggi seorang investor harus menghadapi risiko. Jika tingkat risiko suatu investasi tinggi maka tinggi pula return dari investasi tersebut (Husnan, 2001). Risiko adalah variabilitas return dari sesuatu yang diharapkan. Menurut Horne (1989), risiko saham terdiri dari 2 macam :

1. Risiko sistematik adalah variabilitas dari return saham atau portofolio yang berhubungan dengan perubahan return pasar secara keseluruhan. Risiko sistematik ini tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi

2. Risiko tidak sistematik adalah variabilitas dari return saham atau portofolio yang tidak dapat dijelaskan oleh pergerakan pasar secara umum. Risiko tidak sistematik ini dapat dihindari dengan diversifikasi.

Untuk mengetahui sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang didiversifikasi dengan baik, kita tidak bisa dengan melihat

seberapa risiko saham tersebut apabila dimiliki secara terpisah, tetapi harus dengan mengukur risiko pasarnya dan ini akan mendorong untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar. Kepekaan tingkat return terhadap perubahan pasar disebut dengan Risiko.

Risiko merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat return saham terhadap return pasar (Husnan, 2001). Horne (1989) mendefinisikan Risiko sebagai indeks dari risiko sistematik. Ukuran risiko sistematik yang biasa digunakan oleh peneliti terdahulu adalah Risiko. Risiko suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan pasar. Risiko merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar.

Dengan demikian Risiko adalah pengukur sistematik dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003). Menurut Ang (1997) dan Horne (1989) koefisien Risiko dapat menunjukkan karakteristik suatu sekuritas. Apabila ßi > 1 berarti kenaikan return sekuritas lebih tinggi dari kenaikan return pasar, biasanya sekuritas tersebut digolongkan dalam aggresive stock. Jika ßi < 1 berarti kenaikan

return sekuritas tersebut lebih rendah dibanding dengan kenaikan return pasar,

biasanya sekuritas tersebut digolongkan dalam defensive stock.

2.2.2. Operating leverage

Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang

merupakan biaya tetap. Biaya tetap menjelaskan fluktuasi dari earning before

operating leverage ini disebut sebagai degree of operating leverage yang diukur

dengan membandingkan antara persentase perubahan EBIT dengan persentase perubahan sales. Berdasarkan Balancing Theory, bahwa, perusahaan yang memiliki laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax atau EBIT) yang besar akan memiliki jumlah utang yang besar untuk mengurangi pembayaran pajak. Dengan perkataan lain, perusahaan yang memiliki laba yang besar, akan memiliki rasio utang yang besar sehingga perusahaan tersebut memiliki tingkat resiko yang tinggi. Semakin besar DOL suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut rentan terhadap perubahan situasi pasar, sehingga semakin tinggi risikonya.

Leverage merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara

kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Leverage keuangan adalah penggunaan utang, apabila hasil pengembalian atas aktiva yang ditunjukkan oleh besarnya rentabilitas ekonomi lebih besar daripada biaya utang maka Leverage itu menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal (rentabilitas modal sendiri) ini juga akan meningkat (Sawir,2005:13).

Rasio Leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti

mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya

(Husnan,2003:560).

Leverage adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya, Leverage

keuangan sama dengan penggunaan hutang. Apabila hasil pengembalian atas aktiva lebih besar daripada biaya hutang, maka Leverage tersebut menguntungkan

dan hasil pengembalian atas modal dengan penggunaan Leverage ini juga akan meningkat ( Weston,2005: 23).

Rasio Leverage ( utang ) keuangan menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai melalui utang ( Van Horne,1998:205), rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang ( Van Horne,1998:210). Tetapi

Leverage keuangan juga bagaikan pedang bermata dua. Perusahaan yang

mempunyai rasio utang yang tinggi menghadapi risiko rugi yang lebih tinggi pada masa resesi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkannya juga lebih tinggi pada masa cerah. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio utang yang rendah tidak berisiko besar, tetapi peluangnya untuk melipatgandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil (Weston,2005:301).

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001;59), Rasio Leverage atau rasio utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau oleh pihak luar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansiir oleh pihak luar atau dengan kata lain finansial

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasi perusahaan. Rasio Leverage memiliki sejumlah implikasi. Pertama, para kreditur memandang ekuitas, atau dana yang dipasok pemilik,sebagai suatu pelindung atau basis penggunaan hutang. Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan sebagian besar ditanggung oleh kreditur. Kedua, dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh manfaat dari memegang kendali atas perusahaan dengan komitment

terbatas. Ketiga, penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperbesar baik keuntungan maupun kerugian bagi pemilik. Keempat, penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan saat jatuh tempo yang tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya. Rasio Leverage menurut Husnan (2001:219) yang mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Di dalam praktiknya rasio Leverage dihitung dengan dua cara. Pertama dengan memperhatikan data yang ada di neraca. Kedua mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban utang bisa ditutup oleh perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisi menggunakan keduanya. Rasio Leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek (Sawir,2005:13).

2.2.3. Liquidity

Liquidity diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan

hutang lancar (Hartono:2000). Liquidity diprediksikan mempunyai hubungan yang negatif dengan Risiko, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya. Likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada

kreditur. Sebaliknya, tingkat likuiditas yang rendah berarti makin kecil total aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan meningkatkan risiko kegagalan perusahaan untuk dapat memenuhi semua kewajiban finansial yang segara harus dipenuhi.

Rasio Likuiditas adalah rasio yang memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya, (Weston,2005:295), Rasio lancar adalah angka rasio atau “nisbah” yang diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai mana tagihan-tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkanakan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu dekat.

Risiko Likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut dikatakan tidak likuid.

Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya. Hal ini berbeda dengan penurunan drastis harga aktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tak bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar (membeli) aktiva kemungkinan hanya disebabkan karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, risiko Likuiditas

biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil.

Risiko Likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian Likuiditas. Suatu lembaga dapat berkurang Likuiditasnya jika peringkat kreditnya turun, mengalami pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lain yang menyebabkan pihak lain menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke lembaga tersebut. Suatu perusahaan juga dapat terpapar terhadap risiko Likuiditas jika pasar yang diikutinya mengalami penurunan

Likuiditas. Rasio Likuiditas adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Rasio Likuiditas yang umumnya digunakan adalah current ratio.

Current ratio yang tinggi biasanya dianggap menunjukkan tidak terjadi masalah

dalam Likuiditas. 2.2.3.1. Cur r ent ratio

Current ratio adalah rasio untuk menghitung berapa kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Artinya jika kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek jatuh tempo mampukah perusahaan mengatasi hal tersebut. Current ratio adalah untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya adalah rasio lancar. Menurut Munawir (2002;72), mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Jika suatu perusahaaan tidak dapat memenuhi kewajiban dalam jangka pendek maka perusahaan tidak akan memperoleh kesempatan untuk menghasilkan laba.

Menurut Wetson and Copeland (2005;255), current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yang masih harus dibayar. Rasio lancar dijadikan sebagai indikator bahan pertimbangan bagi investor dalam menilai kinerja suatu perusahaan dan hal ini akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Berikut rumus current ratio

s liabilitie current asset current ratio current = ...(persamaan.1) 2.2.4. Return on assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio rentabilitas (profitabilitas) yang terpenting digunakan untuk memprediksi harga atau return saham perusahaan publik. Return on assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Return on asset (ROA) juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menujukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Suad Husnan,2001:hal.340).

ROA yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat. Dengan semakin meningkatkan dividen yang akan diterima oleh para pemegang saham merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut. Dengan daya tarik tersebut membawa dampak pada calon investor dan atau investor untuk memiliki saham perusahaan semakin banyak. Jika permintaan atas saham perusahaan semakin banyak maka harga saham perusahaan tersebut di pasar modal cenderung meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka capital gain dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan selisih antara harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya.

2.2.5. Penga r uh Leverage ter hadap Risiko Saham pada per usahaan LQ45 di Bur sa Efek Indonesia

Laverage merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan hutang. (Husnan:(2001) dalam Hartono: (2000). Oleh karena itu Leverage mempunyai hubungan Negatif dengan Risiko Saham. Jika perusahaan menggunakan hutang semakin banyak, maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan anggsuran pokok pinjaman yang harus dibayar. Ini akan memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default akibat kewajiban yang semakin besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar

financial leverage, makin tinggi risiko keuangannya.

Menurut Utami (2003:7), Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta. Bowman (1980) menggunakan pengukuran leverage dengan formula yang berbeda, yaitu rasio total hutang dengan total aktiva menurut harga pasar. Hasilnya tidak berbeda, yaitu mempunyai hubungan positip.

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti mempunyai kesimpulan bahwa leverage memiliki pengaruh positif terhadap risiko saham.

2.2.6. Pengar uh Likuiditas ter hadap Risiko Saham pada per usahaan LQ45 di Bur sa Efek Indonesia

Liquidity diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan

negatif dengan Risiko, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya. Likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada kreditur. Sebaliknya, tingkat likuiditas yang rendah berarti makin kecil total aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan meningkatkan risiko kegagalan perusahaan untuk dapat memenuhi semua kewajiban finansial yang segara harus dipenuhi.

Menurut Utami (2003:7), Likuiditas (Liquidity) diukur dengan current rasio yaitu aktiva lancar dibagi hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan Beta, secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya..

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti mempunyai kesimpulan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap risiko saham.

2.2.6. Penga r uh Profitabilitas ter hadap Risiko Saham pada per usahaan LQ45 di Bur sa Efek Indonesia.

Risiko akunting berdasarkan Profitabilitas memiliki hubungan negatif pula dengan Risiko pasar. Hubungan Risiko akunting berdasarkan Profitabilitas yang negatif terhadap Risiko pasar ini mengindikasikan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari total aktiva tidak besar. Bank-bank dalam penelitian ini rata-rata memiliki Profitabilitas yang kurang dari rata-rata-rata-rata tingkat bunga deposito. Risiko Profitabilitas negatif kemungkinan disebabkan oleh Profitabilitas yang negatif pada hampir semua bank. Ini dapat diartikan bahwa hampir seluruh

perusahaan mengalami kerugian mulai dari tahun 1997 sampai tahun 1999 atau mass krisis moneter. Profitabilitas bertanda negatif sangat besar, terjadi hampir pada seluruh perusahaan Hal ini berarti perusahaan pada umumnya mengalami kerugian sangat besar.

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti mempunyai kesimpulan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap risiko saham.

2.3. Ker angka Konseptual

Leverage ( X1)

Likuiditas (X2)

Profitabilitas (X3)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Leverage berpengaruh positif terhadap Risiko Saham pada perusahaan LQ45

di Bursa Efek Indonesia.

2. Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Risiko Saham pada perusahaan LQ45

di Bursa Efek Indonesia.

3. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Risiko Saham pada perusahaan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel

Agar variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diukur,serta untuk menghindari adanya kesalapahaman dan penafsiran makna yang berbeda, maka variabel dalam penelitian ini harus diberi definisi. Adapun definisi dari variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Resiko Saham

Merupakan resiko suatu saham yang menunjukan kepekaan suatu return saham terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu saham. Semakin besar kepekaan return saham tersebut pada perubahaan pasar. Beta pasar dihitung dengan menggunakan indeks tunggal.

Ri = αi + βi.Rm + εi Keterangan :

Ri = return saham

Rm = return pasar

αi = intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke-i βi = koefisien beta

b. Leverage

Rasio Leverage (X1), adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar biaya tetap. tingkat Leverage (X1), dapat diukur dengan

menghitung total utang dibagi dengan total aktiva dari suatu perusahaan pada periode tertentu. Leverage dapat dihitung dengan rumus :

it it it TA TU L = ( Dhaliwal,et al,1991) Dimana :

Lit : Leverage perusahaan i periode t

TUit : total utang perusahaan i periode t

TAit : total aktiva perusahaan i periode t

c. Likuiditas

Rasio Likuiditas (X2), adalah merupakan kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. tingkat Likuiditas (X2), dapat diukur dengan melihat current ratio suatu perusahaan. Current ratio adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan harta lancar yang dimilikinya. Current ratio dapat diukur dengan rumus :

s liabilitie current asset current ratio

current = (Weston dan Copeland, 1992:265) Dimana :

Current asset : total aktiva lancar perusahaan i periode t

d. Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. Profitabilitas berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Rasio ini dapat diperoleh dengan rumus :

ROA =

3.3 . Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2010 yang berjumlah 45 perusahaan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi, (Sumarsono, 2002 : 44). Dalam melakukan penarikan sampel, digunakan metode

“Simple Random Sampling” yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap

anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel, dan setiap anggota diberikan nomor, selanjutnya sampel ditarik secara random dengan mempergunakan undian atau tabel bilangan random. Agar jumlah sampel bisa mewakili jumlah populasi yang ada,

maka dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (1997:94) yaitu sebagai berikut :

n = 2 N.e 1 N + Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran tingkat kesalahan 5% Maka pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut :

n = 2 N.e 1 N + = 2 5.(10%) 4 1 45 + = 0,45 1 45 + = 1,45 45 = 31

Dari hasil tersebut jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 31 perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2010.

No Per usahaan J umlah

Dokumen terkait