dari tiap – tiap variable penelitian.
BAB III Paparan Hasil Penelitian. Pada bab ini berisi gambaran umum MI Al – Mustajab Wahyurejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV Analisis Hasil Penelitian. Pada bab ini berisi hasil penelitian meliputi
deskripsi persiklus dan pembahasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar1. Pengertian Belajar
Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar
merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini
menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadinya interaksi antara guru dengan
siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga
menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau
keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksut adalah perintah atau arahan dan
bimbingan dari seorang pendidik atau guru. Selanjutnya Gagne dalam teorinya yang
disebut The domains of learning, menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu :
1) Keterampilan motoris (motor skill); adalah keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk
tangan, berlari dan loncat.
2) Informasi verbal; informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau intelegensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan
berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa symbol yang
3) Kemampuan intelektual; selain menggunakan symbol verbal, manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan
intelektualnya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk, dan ukuran.
4) Strategi kognitif; Gagne menyebutkan sebagai organisasi keterampilan yang internal, yang sangat diperlukan untuk belajar mengingat dan berpikir.
Kemampuan kognitif ini lebih ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajaro
dengan sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan terus menerus dan serius.
5) Sikap (attitude); sikap merupakan factor penting dalam belajarl karena tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam
belajar akan sangat memengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut. Sikap
akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian dan keyakinannya, tidak
dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh
(Ahmad,2013: 3)
Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993: 4), belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga
mereka lebih mampuberinteraksi dengan lingkungannya.
Sementara menurut E.R.Hilgard (1962), belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksut mencakup
pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan
(pengalaman). Hilgard menegaskan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu
yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembiasaan, pengalaman dan
sebagainya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru, sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relative tetap baik
dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak.
2. Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami tentang makna
hasil belajar, yaitu perubahan – perubahan yang akan terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh
Nawawi dalam K.Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang
dinyatakan dalam skor yang dipengaruhi dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksut dengan hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan
suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruktuksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Ahmad, 2013: 5).
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
Sunal (1993: 94), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk
membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa.
Selain itu, dengan dilakukan evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau
prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi
juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup
segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa
secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri
memerlukan sesuatu yang baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh
dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi dua hal,
siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa dalam arti kemampuan berpikir
atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani
maupun rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru,
kreatifitas guru, sumber – sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007: 158), hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, sebagai berikut :
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal
ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan
marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua
kurang terhadap anak, serta kebiasaan sehari – hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari – hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik (Ahmad,2013: 12).
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan disiplin ilmu yang mempelajari asal usul
mahluk hidup dan proses kehidupan. Ilmu ini juga mengajak siswa untuk peka
terhadap lingkungan. Menurut Ahmad Susanto (2013), Ilmu Pengetahuan Alam atau
sains adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pematangan yang
tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan penalaran sehingga
mendapat kesimpulan.
Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan
sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata
pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian
besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.
Anggapan sebagian besar peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini
sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang
dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Ironisnya,
justru semakin tinggi jenjang pendidikan, maka perolehan rata – rata nilai UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin rendah.
Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena kebanyakan
guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada
yang menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya terpusat pada
penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini juga mendorong siswa
untuk berusaha nenghafal pada setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian atau
tes hasil belajar (Ahmad,2013: 164).Padahal, untuk anak jenjang sekolah dasar,
menurut Marjono (1996), hal yang harus diutamakan adalah bagaimana
mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu
masalah.
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan
dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Hakikat pembelajaran
sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia
disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian,
yaitu : ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Dari ketiga
komponen ini, Sutrisno (2007) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan
IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari
ketiga komponen diatas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan
teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip – prinsip IPA sebagai produk.
Lebih lanjut, IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk
memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman (1980), meliputi
:
1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hokum dan teori.
2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam,
termasuk juga penerapannya.
3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikap rahasia
4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau seberapa
saja.
5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.
Dalam uraian hakikat IPA diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains
merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip – prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep IPA. Oleh karena itu,
pembelaharan IPA disekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan
bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan – kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui
pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian
dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan
masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui
pembelajaran IPA.
2. Tujuan Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena
belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi dan fisika.
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional
Standar Pendidikan (BSNP, 2006), dimaksudkan untuk :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Ahmad,2013:171).
Dari beberapa tujuan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar adalah mengenalkan anak sejak usia dini tentang hal – hal yang berkaitan dengan alam sekitarnya. Hal yang demikian agar rasa keingin
tahuan anak berkembang, dapat mencintai lingkungan dan sadar sejak dini cara
menghargai dirinya sendiri serta lingkungannya.
3. Materi Cuaca dan pengaruhnya bagi manusia a. Hubungan Keadaan Langit dan Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara di suatu daerah tertentu sdan terjadi dalam
jangka waktu yang terbatas. Cuaca disebabkan oleh petubahan suhu, cahaya
matahari, kelembapan, dan kecepatan angin pada suatu wilayah ( Erlangga,
2015: 94 ). Ilmu yang mempelajari tentang cuaca disebut meteorologi. Iklim
adalah keadaan cuaca pada satu wilayah dalam jangka waktu yang lama
( bertahun – tahun ). Keadaan cuaca di suatu tempat belum tentu sama dengan cuaca ditempat lain, misalnya di daerah A turun hujan, ternyata di daerah B
matahari bersinar terang. Cuaca sangat dipengaruhi oleh matahari, awan,
hujan, angin, dan suhu udara. Keadaan cuaca dapat ditunjukkan dari keadaan
b. Keadaan Cuaca
Keadaan langit dapat dijadikan acuan untuk melihat kondisi cuaca yang
sedang terjadi, bahkan dapat memperkirakan kondisi cuaca yang akan terjadi.
Keadaan langit tersebut dapat dilihat dari bentuk – bentuk awan.
Ada berbagai macam cuaca di bumi, yaitu cuaca cerah, cuaca berawan,
cuaca panas, cuaca dingin, dan cuaca hujan.
a) Cuaca Cerah adalah cuaca yang menunjukkan langit dalam kondisi terang,
tidak berawan. Cahaya matahari bersinar terang dan udara sangat hangat.
b) Cuaca berawan adalah cuaca yang menunjukkan bahwa di langit banyak
terdapat awan. Awan menghalangi sinar matahari ke bumi, udara tidak
begitu panas.
c) Cuaca panas adalah cuaca yang menunjukkan sinar matahari bersinar
sangat terik dan udara terasa panas.
d) Cuaca dingin terjadi bila kelembaban udara, kecepatan angin dan suhu
udara rendah pada daerah tersebut.
Cuaca hujan alaha turunnya titik – titik air hujan dari udara yang mengandung uap air ( LKS Sang Juara, 2015: 31 ).
c. Proses Terjadinya Hujan
a) Cahaya matahari mengakibatkan terjadinya penguapan. Air laut, air
sungai, dan air tanah menguap ke langit
b) Uap akan mengembun membentuk awan di langit. Hal ini disebabkan
udara di langit yang sangat dingin.
c) Butiran air yang berkumpul akan membentuk awan. Semakin lama awan
Curah hujan adalah banyaknya hujan yang turun. Curah hujan yang tinggi
dapat menyebabkan banjir ( Erlangga, 2015: 95 ).
d. Macam – macam Awan
Awan merupakan kumpulan air yang terdapat di udara. Awan
terbentuk dari uap air yang naik ke langit. Uap air tersebut berasal dari
pemanasan matahari terhadap air di bumi, seperti kolam, danau, laut, dan
sungai. Semakin banyak uap air yang menjadi titik – titik air, maka semakin luas dan tebal keadaan awan. Semakin tebal awan maka kemungkinan
terjadinya hujan akan semakin besar. Kandungan uap air dan kecepatan angin
yang berbeda – beda mengakibatkan berbagai bentuk awan. Bentuk – bentuk awan tersebut dapat menjadi acuan kondisi cuaca yang sedang terjadi dan dan
memprediksi kondisi cuaca yang akan terjadi ( Erlangga, 2015: 95 ). Ada tiga
macam awan berdasarkan bentuk dan ketinggiannya :
a) Awan sirus berbentuk serabut – serabut halus berwarna putih seperti rambut. Terjadinya awan sirus menunjukkan tanda – tanda cuaca cerah akan berakhir dan pertanda hujan akan turun.
b) Awan kumulus berbentuk gumpalan putih dengan bagian – bagian atas menyerupai bunga kol dengan dasar rata. Terjadinya awan kumulus
menunjukkan cuaca akan tetap panas dan kering.
c) Awan satratus berbentuk lembaran berlapis – lapis, berwarna abu – abu. Awan ini paling dekat dengan permukaan bumi. Awan satratus dapat
berubah menjadi kabut dan menyebabkan terjadinya hujan gerimis ( LKS
Sang Juara, 2015: 32 ).
Prakiraan cuaca adalah suatu ramalan tentang cuaca. Prakiraan cuaca
dapat memberi tahu keadaan cuaca yang akan terjadi. Dengan melihat
keadaan langit, kamu dapat memperkirakan keadaan cuaca yang akan
terjadi. Prakiraan cuaca yang tepat membantu kalian merencanakan
kegiatan. Status cuaca adalah tempat untuk mengumpulkan keterangan
mengenai cuaca pada waktu tertentu. Untuk menyatakan keadaan cuaca
biasanya menggunakan simbol – simbol cuaca. Simbol – simbol cuaca tersebut berguna untuk melakukan prakiraan atau ramalan cuaca
( LKS Sang Juara, 2015: 33 ).
f. Pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia
Dalam suatu daerah, cuaca dapat berubah – ubah dari hari ke hari. Pada daerah lain, cuaca terjadi hampir sama sepanjang waktu. Musim adalah
perubahan cuaca dalam waktu satu tahun yang terjadi karena perubahan
kemiringan sumbu bumi saat mengelilingi matahari. Indonesia memiliki dua
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Keadaan cuaca sangat mempengaruhi kegiatan manusia. Berikut
beberapa kegiatan manusia yang terpengaruh oleh cuaca dan musim.
1. Pada musim hujan petani menanam padi
2. Pada musim kemarau petani memanen padi, petani garam membuat
garam, dan pengrajin batu bata tradisional membuat bata
4. Saat cuaca buruk, pilot dan nahkoda harus menunda penerbangan dan
pelayaran
Keadaan cuaca juga dapat mempengaruhi pakaian yang dikenakan
manusia.
1. Saat cuaca panas, manusia biasanya memakai pakaian yang tipis,
misalnya kemeja dan kaus dari bahan katun
2. Saat cuaca dingin, manusia biasanya memakai pakaian yang tebal,
misalnya jaket dan sweter
3. Saat cuaca hujan, manusia memakai jas hujan atau payung ketika diluar
rumah
d) Selain itu, cuaca dapat pula mempengaruhi selera makan dan minum. Saat
cuaca cerah, suhu udara sangat panas. Disaat itu, minuman yang paling
tepat adalah minuman dingin. Saat cuaca dingin, makanan dan minuman
hangat tepat untuk diantap (LKS Sang Juara, 2015: 33).
C. Strategi Pembelajaran PAIKEM
Salah satu strategi pembelajaran yang saat ini dianggap sebagai alternative
untuk menggurangi rasa jenuh dan monoton adalah PAIKEM. PAIKEM singkatan
dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PAIKEM bisa
diartikan sebagai pendekatan mengajar yang digunakan bersama metode tertentu dan
berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan dengan baik sehingga
proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
PAIKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik
mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan
pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara, guru
lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Asmani ,
2010: 59).
Menurut Suyadi (2013: 162) PAIKEM adalah sebuah strategi dengan pendekatan
introduksional yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan secara
beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahaman. Menurut Ismail
(2009: 44) PAIKEM adalah singkatan dari Pembelan Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan. Aktif dimaksutkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan
keterampilan dan pemahamannya, dengan menekankan peserta didik belajar sambil
bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu (termasuk
pemanfaatan lingkungan) supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan
efektif.
Dalam melakukan strategi pembelajaran PAIKEM ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain sebagai berikut :
Menurut Jamal Ma‟mun Asmani (2010: 99) dalam melaksanakan PAIKEM, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Berikut beberapa hal tersebut.
1. Memahami Sifat yang Dimiliki Anak
Pada dasarnya, anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Anak
desa, anak kota, anak orang kaya atau miskin, semua terlahir dengan sifat
tersebut. Sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya
lahan yang harus kita olah, sehingga kedua sifat tersebut dapat berkembang
dengan subur. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil
karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru mendorong
anak untuk melakukan percobaan, merupakan pembelajaran yang diharapkan
mampu mengembangkan kedua sifat diatas.
2. Mengenal Anak Secara Perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang berfariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM, perbedaan individu
tersebut perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran.semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang
sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak – anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu
temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita
dapat membantunya, sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan Perilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk social, secara alami anak akan bermain secara
berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
anak dapat melakukannya secara berpasangan atau dalam kelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.
Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar
bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Mampu
Pada dasarnya, hidup ini adalah untuk memecahkan masalah. Oleh
karena itu, dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan
masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi, yang keduannya ada pada diri anak sejak lahir. Maka dari itu, tugas
guru adalah mengembangkannya. Salah satu cara untuk mengembangkannya
adalah dengan sering – sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka.
5. Mengembangkan Ruang Kelas sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi
ruang kelas. Hasil pekerjaan yang dipajang, baik hasil perorangan maupun
kelompok, tersebut diharapkan dapat memotifasi siswa untuk belajar lebih
baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa yang lainnya. Pajangan tersebut
dapat berupa gambaran, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan