• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Landasan Teori

Skripsi ini berjudul “Peranan Martin Luther dalam Reformasi Gereja pada Abad ke-16”, supaya dapat menjelaskan lebih mendalam tentang permasalahan dan ruang lingkup penelitian ini, maka dibutuhkan uraian dari beberapa konsep agar dapat menjelaskan dan menguraikan permasalahan penelitian skripsi ini. Konsep-konsep tersebut adalah peranan, indulgensia, reformasi Gereja, dan Lutheranisme. Penjelasan tentang konsep-konsep ini sangat penting karena hal ini merupakan landasan berpikir dan pembatasan masalah. 1. Peranan

Peranan merupakan kata dengan imbuhan -an dan memiliki kata dasar peran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.13 Peran atau role merupakan cara tertentu yang dilakukan seseorang untuk menjalankan peranan yang dipilihnya.14 Sedangkan yang dimaksud dengan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.15 Peranan juga dapat diartikan sebagai fungsi seseorang atau sesuatu dalam kehidupan.16

Menurut Adam Kuper dan Jessica Kuper, menyebutkan bahwa masyarakat sebagai satu unit di mana setiap orang memiliki berbagai peran yang harus dimainkan, dan dalam unit itu peran-peran yang utama sudah

13

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990, hlm. 667.

14

Save M. Dangun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta, LPKN, 2006, hlm 870.

15 Ibid. 16

Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Jilid II, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983, hlm. 1579.

ditetapkan dengan jelas. Sepanjang masyarakat menyadari bahwa diri mereka dan orang lain menduduki posisi yang memiliki berbagai hak dan kewajiban, maka perilaku mereka tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada berbagai harapan mereka tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku dan perilaku apa yang harus dilakukan orang lain dalam berhadapan dengan mereka. Segala penjelasan mengenai mengapa masyarakat mengikuti peraturan menyiratkan suatu konsep peran, karena peraturan diterapkan pada orang-orang yang memiliki posisi sosial tertentu.

Dengan demikian, konsep peran menjelaskan hubungan antara individu dan masyarakat.17

Peranan merupakan seperangkat perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu kelompok sosial. Harapan masyarakat yang membatasi peranan tertentu sangat sering bertentangan sehingga pemegang peranan dapat memilih dengan leluasa bentuk perilaku tertentu. Penentuan peranan dipengaruhi oleh persepsi pemegang peran terhadap orang lain atas peranannya, tafsirannya sendiri atas peranan tersebut, kepekaan terhadap tuntutan tumbuhnya penentu peran yang khas karena situasi dan kemampuan serta kecakapannya menanggapi. Sekumpulan peranan yang dipegang oleh seorang individu saja disebut seperangkat peranan. Seperangkat peranan yang terdiri dari berbagai tuntutan peran akan melahirkan konflik peranan. Pelaku atau pemegang peran yang melakonkan peranan disebut ego, pasangan peran dalam suatu peranan kepada siapa si pemegang peranan berinteraksi disebut alter atau

17

Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial, Edisi Kedua, Jakarta, PT. Raja Gravindo Persada, 2000, hlm. 938.

aku yang kedua.18

Berdasarkan pengertian peranan di atas, maka Martin Luther memiliki peranan yang dominan dalam proses reformasi Gereja yang terjadi pada abad ke-16 karena ia sebagai pencetus pertama reformasi Gereja pada abad ke-16. Ketidakpuasan dan keluhan-keluhan Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma timbul setingkat demi setingkat, di mana Martin Luther berseru kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen. Seruan yang dilakukan oleh Martin Luther ini berupa penempelan dalil sebanyak 95 dalil yang dipakukan di pintu Gereja Kastil Wittenberg. Ruang lingkup protes Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma dengan kecepatan luar biasa menyebar dengan luas. Gerakan reformasi yang dilakukan Martin Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman memihak kepada Martin Luther, dan nama Martin Luther mulai terkenal di luar Jerman. Banyak kaum humanis dan para petani Jerman yang bersimpatik kepada Martin Luther. 2. Indulgensia

Indulgensia secara harfiah berarti kemurahan hati, atau pengampunan atas hukuman sementara akibat dosa yang sudah diampuni. Indulgensi adalah pengampunan di hadapan Allah dari hukuman-hukuman sementara bagi dosa-dosa yang kesalahannya sudah diampuni. Indulgensia diperoleh orang beriman yang berdisposisi baik dan memenuhi syarat-syarat tertentu, gereja menolong mereka yang sebagai pelayan keselamatan berwenang untuk membagi dan menyampaikan harta rohani yang tersedia berkat karya pemulihan Kristus dan

18

para orang kudus.19

Indulgensia (surat penghapusan dosa) adalah penghapusan sepenuhnya atau sebagian dari penghukuman sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dihapuskan melalui absolusi, yaitu pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan.20

Menurut Kamus Sejarah Gereja, indulgensia merupakan penghapusan hukuman sementara karena pengampunan dosa oleh Gereja berdasarkan jasa Kristus dan orang-orang kudus. Praktek ini didasarkan pada asumsi retribusi keadilan Allah, yaitu dosa harus mendapat hukuman baik di bumi maupun dalam api penyucian, bahkan juga setelah orang berdosa diperdamaikan dengan Allah lewat penyesalan dan absolusi. Seseorang dapat memperoleh indulgensia penuh atau indulgensia sebagian saja yaitu hukuman sementara itu dikurangi hari atau tahunnya di dalam api penyucian.21

Sejak abad ke-3, muncul ajaran bahwa dengan perantaraan imam, pengaku dan mereka yang menghadapi kemartirannya dapat memperpendek hukuman mereka yang sedang menjalani hukuman pertobatan. Kemudian hukuman pertobatan ini dipandang sebagai pengganti hukuman di api penyucian. Ajaran tentang indulgensia baru mencapai perkembangan yang penuh pada abad ke-12.22

Indulgensia biasanya diberikan oleh Paus. Paus juga memberikan hak kepada wakil-wakilnya untuk memberikan indulgensia sebagian pada

19

Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja Jilid III, Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004, hlm. 98.

20

Tim Wikipedia, “ Martin Luther “ dalam http://id.wikipedia.org/wiki/martin_luther, 10April2007.

21

F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1994, hlm. 98.

22

waktu tertentu, seperti pada waktu penahbisan Gereja, pada waktu melaksanakan puasa pada hari-hari tertentu, dan pada perayaan suatu keuskupan. Namun, praktek kesewenang-wenangan terjadi oleh pejabat Gereja yang tidak peduli pada norma-norma moral yaitu dengan cara memberikan indulgensia dengan memperoleh imbalan sejumlah uang.

Pada abad ke-16, terjadi penyelewengan terhadap surat indulgensia yang dilakukan oleh Gereja. Gereja mengajarkan bahwa Yesus, Maria, dan para santa serta santo berkelakuan jauh lebih baik di bumi daripada yang mereka butuhkan untuk dapat masuk surga. Kredit ekstra dari kebajikan mereka disimpan dalam sistem perbankan surga, yang dicatat oleh Paus. Kredit ini disebut dengan “kebijakan bersama” atau “perbendaharaan kebajikan”, tersedia bagi orang-orang awam melalui kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dari para imam, yang bergantung pada dosa-dosa yang diakui oleh umat. Kegiatan-kegiatan tersebut disebut “perbuatan-perbuatan”. Bukti dari perbuatan-perbuatan diberikan dalam bentuk bukti pembelian yang dikenal dengan indulgensia.23

Surat indulgensia ini pada abad ke-16 diperjualbelikan. Pembeli dapat membeli sebuah indulgensia untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah seorang sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian. Hanya Paus saja yang dapat menentukan berapa tahun hukuman seseorang dapat dikurangi dalam api penyucian. Namun, umat yang memiliki kekuatan dan semangat dari roh agamawi akan selalu berjuang untuk menerima pengampunan dari Allah, saat mereka mencoba membayar dosa-dosa mereka sendiri melalui perbuatan-perbuatan

23

baik mereka. 3. Reformasi Gereja

Reformasi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Latin. Reformasi pada umumnya berarti memberi bentuk (= forma) yang lebih baik, atau kembali (= re) ke bentuk yang semestinya, karena keadaan telah merosot dan kurang memuaskan. Semua yang manusiawi sewaktu-waktu perlu diperbaharui karena kesalahan yang telah dibuat sebelumnya.24 Menurut J.S. Badudu yang dimaksud dengan reformasi adalah perubahan radikal untuk perbaikan bidang sosial, politik, agama dalam sebuah masyarakat atau negara.25

Pada masa Karl Agung sekitar abad ke-8 dan 9, gereja dengan negara memiliki hubungan yang erat karena bersama-sama meningkatkan kemakmuran masyarakat Kristiani dan bekerjasama memperluas kerajaan Allah di dunia. Dalam hal ini, pemerintahan Kaisar Karl Agung memakai biara-biara sebagai pembantu-pembantunya dalam pembangunan.

Hubungan baik antara Gereja dan negara membawa amat banyak keuntungan untuk perkembangan Gereja,antara lain:26

a. Gereja mendapat perlindungan untuk harta miliknya serta pembebasan pajak. b. Perundang-undangan kafir dirubah sesuai dengan Undang-Undang Gereja. c. Gereja memperoleh pengesahan kekuasaannya.

d. Kewibawaan sipil diberikan kepada para uskup, dan hal perlindungan suaka diberikan kepada Gereja.

24

Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja Jilid VII, Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka, hlm. 106.

25

J.S. Badudu, Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, Jakarta, Kompas, 2003, hlm. 298.

26

e. Dosa melawan Tuhan sebagai bid’ah, penghujatan dinyatakan kejahatan umum dan disiksa oleh negara.

f. Gereja mendapat pengaruh atas negara dan dengan demikian dapat menyediakan dunia untuk beberapa masalah penting, misalnya penghapusan perhambaan.

Namun, kejayaan negara mulai runtuh secara perlahan ketika Karl Agung wafat, di mana para penggantinya malah menyebabkan perpecahan dalam kerajaan. Kerajaan terbagi menjadi 3 yaitu Kerajaan Frank Barat, Kerajaan Frank Tengah, dan Kerajaan Frank Timur. Perang saudara terjadi di antara ketiga raja yang saling bersaing memperluas wilayahnya. Suasana dan keadaan negara yang kacau balau turut memberi dampak terhadap Gereja yang juga mengalami krisis kewibawaan.

Pada masa Abad Pertengahan, para raja serta pangeran bertindak sangat baik terhadap Gereja. Mereka melengkapi Gereja dengan kekayaan serta harta milik. Kekayaan serta keutamaan sosial itu merupakan suatu bahaya besar bagi Gereja. Apabila ada lowongan disalah satu tempat Gereja, maka segala macam bangsawan berusaha untuk menempatkan orangnya di Gereja tersebut. Pilihan seorang uskup secara kanonis oleh biarawan serta awam tidak dikenal lagi. Calon untuk suatu pangkat di dalam Gereja dipergantungkan kepada kehendak raja dan kaisar, orang-orang dipilih menjadi uskup bukan karena keutamaan dan kebijaksanaannya lagi. Hal memberikan garansi terhadap kesetiaan kepada raja dan terhadap politiknya adalah jauh lebih penting dari pada pengetahuannya mengenai Kitab Suci.

Pangkat-pangkat Gereja dijual kepada siapa yang lebih mahal menawarnya.Banyak uskup membeli pangkatnya lalu menjualkan pangkat yang rendah kepada yang rendah kepada yang lain, dan untuk menutup kerugian maka biarawan yang lain itu menjual lagi Sakramen dan Sakramentali. Biarawan yang berpraktek simonia adalah biarawan yang telah merosot imannya. Dengan demikian, bahwa dalam abad ke-10 dan 11, setengah dari para imam tidak menghiraukan kehidupan selibat lalu hidup sebagai bapa rumah tangga di mata umum.27

Keadaan Gereja sangat memprihatikan sebab semangat Kristiani telah hilang dari hati kaum orang beriman dengan dilakukan perbuatan simonia, sehingga pada zaman itu sering disebut sebagai Zaman Gelap. Keadaan Gereja yang seperti ini menyebabkan banyak orang tidak lagi memperdulikan gereja, tetapi juga masih ada orang-orang yang mengkritik Gereja dengan maksud untuk memperbaikinya. Aliran ini menjadi kuat di biara-biara.

Biara-biara yang ada berjasa dalam penyelamatan dan pembaharuan Gereja dari kemerosotan iman yang merajalela. Pembaharuan terjadi dalam Biara Cluny. Biara ini didirikan pada tahun 910 di Cluny, Burgondia, bagian timur Perancis. Dari awalnya, biara ini tidak dikuasai oleh bangsawan atau uskup, melainkan langsung di bawah pimpinan Paus. Biara ini dengan kuat mempertahankan aturan-aturan mengenai kemiskinan, ketaatan, dan keperawanan, serta doa bersama dalam aturan harian Biara Cluny. Pembaharuan dalam Biara Cluny menonjol dan menarik perhatian banyak biarawan dan biarawati serta tokoh-tokoh Gereja. Dari

27

manapun biarawan Cluny diundang untuk memimpin pembaharuan di biara-biara yang lain, baik oleh biarawan atau biarawati sendiri, maupun oleh para uskup serta para bangsawan yang berkuasa dalam biara di daerah-daerahnya. Usaha Cluny sangat berhasil sehingga dalam tahun 1100 kurang lebih 1500 biara-biara mengakui Cluny sebagai pusat rohani mereka.28

Abad Pertengahan mengalami kejayaan sekitar tahun 1100-1300, dimana gereja berhasil untuk mencapai cita-citanya yaitu mendirikan Kerajaan Allah di dunia. Pada waktu itu, masyarakatnya hidup dalam keyakinan bahwa Allah hadir di tengah-tengah mereka, dan mereka berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah. Gereja dalam hal ini memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat.

Gereja dalam mempengaruhi masyarakat melalui usaha-usaha tertentu, antara lain:29

a. Dalam bidang politik internasional:

Raja-raja yang tidak taat kepada undang-undang Gereja dan tidak mengakui kuasa Paus baik dalam bidang rohani maupun dalam bidang politik, demikian juga raja-raja yang berperang untuk memperluas daerahnya dengan bermacam-macam cara yang tidak halal, diancam dengan pengucilan dan hukuman internasional.

b. Dalam bidang sehari-hari:

Masyarakat dalam Abad Pertengahan terbagi dalam 3 golongan yaitu bangsawan, rohaniwan, dan rakyat jelata. Secara teoritis, setiap golongan punya hak kewajiban tertentu, tetapi dalam prakteknya rakyat jelata biasanya

28

Kleopas Laarhoven, Gereja Abadi, Gunungsitoli, Offset, 1977, hlm.51.

29

ditindas oleh para bangsawan yang memperlakukan rakyat demi kepentingan sendiri. Dalam hal ini Gereja mengumpulkan dana untuk orang miskin dan juga mengeluarkan peraturan untuk membela rakyat jelata dengan mengeluarkan dua peraturan yaitu:

1) Damai Allah (PAX DEI). Peraturan ini melarang dengan ancaman hukuman pengucilan menyerang orang yang tidak dapat membela diri seperti anak-anak, wanita, dan kaum peziarah.

2) Genjatan senjata demi Allah (TREUGA DEI). Peraturan ini melarang dengan mengancam hukuman pengucilan perang pada hari yang tertentu antara lain hari Minggu dan hari raya.

Dengan segala tindakannya itu, Gereja dapat mempengaruhi masyarakat untuk menerapkan cita-citanya. Tetapi pengaruh Gereja itu membahayakan karena kuasa dan pengaruh tersebut selalu membawa kekayaan bagi Gereja dan pejabat tinggi. Dalam hal ini, bahaya tersebut ditentang oleh biara, khususnya Biara Sistersienser, cabang dari Ordo Benediktin yang dipelopori oleh S. Bernardus dari Clairvaux. Pada tahun 1300-an, terjadi krisis kewibawaan di dalam Gereja di mana hal ini erat hubungannya dengan krisis rohani. Krisis ini memberikan pukulan yang lebih hebat kepada kesatuan umat Kristen daripada yang mungkin diakibatkan oleh skisma Barat dan Galikanisme, krisis itu ialah perpecahan reformasi. Dalam hal tersebut, kaum awam bersaing dengan kaum rohaniwan untuk menarik diri dari pola teologis dan memperkembangkan menempuh arah menurut kodrat, dan memulai renaissance.30

30

Sejak abad ke-14, seruan untuk melakukan pembaharuan di dalam Gereja tidak pernah berhenti. Memang sudah banyak usaha pembaharuan dilakukan, akan tetapi pada waktu itu masih belum memberikan pengaruh apa-apa, karena hal ini disebabkan di dalam seluruh abad ke-14 dan di dalam seperempat pertama abad ke-15, pembuangan Babilon para Paus dan Skisma Barat, merupakan penghalang bagi terselenggarannya kerja sama yang dapat mengarah kepada pembaharuan Gereja.31

Hidup kekristenan dalam Gereja Katolik selama abad ke-15 sangat merosot di segala bidang, tidak terkecuali pemikiran teologi. Ada berbagai hal yang menyebabkan kemerosotan ini antara lain terjadi skisma besar antara tahun 1378 dan tahun 1417 yang melanda Gereja Katolik yaitu perpecahan Gereja menjadi Gereja Timur dan Gereja Barat karena pada saat yang bersamaan ada lebih dari satu Paus dan masing-masing Paus memiliki pendukung sendiri-sendiri.32 Para pejabat tinggi rohaniwan melakukan banyak penyelewengan, diantaranya absentisme yaitu gejala uskup jarang atau tidak pernah tinggal di wilayahnya sendiri, sedangkan karya kerasulan sesungguhnya diserahkan kepada tenaga pembantu bayaran, penumpukan jabatan di mana seseorang memangku jabatan lebih dari satu sekaligus, perkawinan yang dilakukan oleh uskup. Selain itu berkembang pemikiran baru yaitu renaissance yang kemudian melahirkan alam pikiran humanisme.

Kemerosotan tersebut memunculkan berbagai reaksi dan usaha perbaikan

31

Ibid., hlm. 141.

32

Fl. Hasto Rosariyanto, Sejarah Gereja Umum II, Yogyakarta, Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, 2001, hlm. 9.

tanpa banyak hasil, hingga kemudian tercetuslah reformasi. Martin Luther bukanlah orang pertama yang melakukan pembaharuan atau reformasi di dalam gereja. Pembaharuan dalam gereja sudah banyak dilakukan oleh para pendahulunya. Namun, pengaruh gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh para pendahulu Martin Luther hanya bersifat daerah (lokal).

Reformasi Gereja pada abad ke-16, gerakan reformasi dilakukan oleh kaum humanis. Salah seorang humanis generasi awal, ialah Lorenzo Valla dianggap sebagai salah seorang pelopor bagi lahirnya reformasi. Lebih jauh nampaknya ada kerjasama yang cukup harmonis dan saling bahu membahu antar kaum humanis, tanpa saling memperhatikan asal angkatan mereka masing-masing. Mereka berusaha saling mendukung sebaik mungkin. Ini dapat dilihat terutama dalam kemelut yang dialami Martin Luther yang tampil dengan 95 dalilnya. Kerjasama ini antara lain dibuktikan dengan cepatnya mereka berusaha memperoleh salah satu naskah atau salinannya serta segera memperbanyaknya dan dengan cepat menyebarkan ke seluruh Jerman. Akibatnya, gerakan Martin Luther segera beroleh perhatian dan dukungan hampir dari semua lapisan masyarakat. Semua ini mereka lakukan dengan biaya yang mereka tanggung bersama. Salah satu contoh adanya saling mendukung ialah Erasmus yang berharap agar tindakan Martin Luther akan berhasil dengan baik, serta membuahkan apa yang dicita-citakan bersama.33 Martin Luther memusatkan perhatiannya lebih kepada masalah dosa dan rahmat, pembenaran manusia dan Gereja.

Usaha yang dilakukan Martin Luther dalam reformasi terhadap Gereja Katolik

33

adalah menyebarkan perlawanan terhadap Gereja Katolik dengan memperkenalkan etika dan asas Protestantisme pada abad ke-16 di Eropa. Gerakan reformasi telah berhasil membawa kesadaran religius ke tingkat yang lebih tinggi dari tahap ketulusan hati ke tahap kesadaran jiwa yang gelisah dan terdorong mencari tanpa henti.34

Dengan demikian yang dimaksud dengan reformasi Gereja adalah bukan dalam arti mengubah-ubah hakekat ajaran reformasi agar disesuaikan menjadi lebih modern atau cocok untuk jaman ini, karena pada hakekatnya pokok-pokok ajaran reformasi sendiri merupakan ajaran yang konsisten, solid, dan terbukti kebenarannya sebab semuanya itu mendasarkan pada Alkitab. Reformasi Gereja juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan religius yang bercita-cita untuk memurnikan kehidupan Gereja dan mendasarkan hidup Kristiani pada Kitab Suci.35

4. Lutheranisme

Lutheranisme lebih merupakan suatu gerakan yang dipimpin oleh Martin Luther. Adapun yang menjadi ciri khas Lutheranisme pada abad 16 adalah pikiran individualistis dan penuh perasaan. Sesungguhnya tidak ada Lutheranisme dalam arti suatu sistem yang menyeluruh, yang ada hanyalah Lutheranisme dalam arti yang mengarah pada religius dan pembentukan hati nurani.36

Martin Luther mendalami ajaran Occam dan juga mendalami aliran mistik Jerman. Gagasan tentang ketidakberdayaan mutlak manusia di hadapan Allah

34

Jalal, “Reformasi dan Tafsir Ibrani“ dalam http://www.jalal-center.com/index.php?option=com_content&task=view&id=110., 10April2007.

35

Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, Yogyakarta, Yayasan Kanisius, hlm. 275.

36

dan penyerahan pasif kepada Allah sangat menarik perhatian Martin Luther. Dari gagasan inilah Martin Luther akan mengembangkan dan mempertahankan ajarannya yaitu keselamatan berkat iman.

Martin Luther pada tahun 1516 dan 1518 telah menerbitkan manuskrip yang tidak lengkap mengenai satu uraian tentang mistik dari akhir abad ke-14. Naskah ini disebut Theologia Germanica yang dikarang oleh seorang anggota Ordo Ksatria Jerman. Naskah ini menekankan hidup miskin, supaya dapat mempercayakan nasibnya secara total kepada Tuhan. Gagasan pengalaman pribadi tentang keselamatan berkat rahmat melalui iman saja termasuk tradisi mistik Dominikan Jerman. 37

Ajaran khas Lutheranisme dapat ditemukan khususnya dalam Pengakuan Augsburg (1530), Pembelaan Pengakuan Augsburg (1531), Pasal-pasal Smalkald

(1536), dan Katekismus Luther (1536). Intinya adalah sebagai berikut; sola fides

atau pembenaran oleh iman saja (tidak oleh pekerjaan baik), sola gratia atau pembenaran oleh rahmat Allah saja, dan sola scriptura atau hanya Kitab Suci (bukan tradisi manusiawi) yang merupakan norma iman yang mempunyai wibawa. Lutheranisme menekankan salib Kristus dan perhambaan manusia terhadap dosa; hanya menerima baptisan dan ekaristi sebagai sakramen yang benar-benar diadakan oleh Tuhan.38

Berpangkal pada ajaran Sola fidenya, maka Martin Luther menegaskan bahwa manusia hanya dapat menyerahkan dirinya secara pasif kepada Allah. Ia merasa

37

Adolf Heuken, Spritualitas Kristiani: Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad, Jakarta, Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002, hlm. 165.

38

keluar dari penyelewengan-penyelewengan insani, menuju ke arah agama Kristen murni jaman para rasul. Segala lembaga maupun ajaran yang tidak serasi lagi dengan ajaran Sola fidenya dipandang oleh Martin Luther sebagai buatan manusia.39 Bagi Martin Luther yang menjadi penggerak utama karya pembaharuannya ialah kotbah tentang indulgensia pada saat pembangunan Gereja Santo Petrus, yang diucapkan oleh seorang Dominikan bernama Tetzel.

Gerakan reformasi pada abad ke-16, selain dilakukan oleh Martin Luther dilakukan pula oleh John Calvin di Swiss, ia memberontak terhadap pimpinan Gereja dan mempropagandakan perubahan dalam ajaran dan hidup Gereja. John

Dokumen terkait