• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang terdiri dari teori-teori yang menjelaskan data penelitian, yaitu tentang stres dan stres kerja termasuk pengertian, penyebab, aspek dan lainnya.

Bab III : Metodologi Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, termasuk subjek dan lokasi penelitian. selain itu juga memuat teknik pengambilan sampel serta metode pengambilan data yang digunakan. Bab IV : Analisa Data Penelitian

Bab ini memuat data subjek, analisa dan interprestasi data. Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Dalam bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian yang ada serta saran-saran yang dianjurkan berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. STRES

II. A. 1. Definisi Stres

Pada umumnya kita merasakan bahwa stres merupakan suatu kondisi negatif atau keadaan yang tidak menyenangkan, Selye (dalam Rice, 1992) membedakan antar distress atau stress yang negatif dan eustress atau stress yang positif. Distress mengarah pada kerusakan atau ketidaknyamanan dengan situasi cemas, takut dan kwatir. Inti dari stress adalah pengalaman psikologi yang negatif yang menimbulkan kesakitan, sehingga individu merasa perlu untuk menghindarinya (Rice,1992). Sedang eustress atau stress yang positif menurut Selya ( dalam Rice, 1992) adalah pengalaman yang memuaskan atau kenyaman. Eustress dapat meningkatkan kesadaran, meningkatkan mental kesiagaan dan menigkatkan performance. Disamping itu, eustress juga dapat memberikan motivasi pada individu.

Penelitian ini menekankan pada stres yang negatif yang mengarah pada kerusakan dan ketidaknyamanan sehingga menurunkan performance atau pengalaman psiklogi yang negatif menimbulkan kesakitan yang memiliki kesamaan dengan pengalaman kecemasan, kemarahan, kekhawatiran.

Baum, Coyne & Holroyd, dkk (dalam Sarafino, 1998) menjelaskan bahwa stres juga dapat disrtikan sebagai :

a. Stimulus

Stres sebagai stimulus berfokus pada lingkungan individu sebagai sumber atau penyebab ketegangan pada dirinya dalam suatu kejadian atau keadaan tertentu seperti “job stres yang tinggi”. Keadaan tersebut dirasakan mengancam atau berbaya sehingga menimbulkan ketegangan, yang disebut sebagai stressor. b. Respon

Stres sebagai respon berpusat pada reaksi individu terhadap stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti jantung berdebar, gemetar dan pusing, secara psikologis seperti takut, cemas, sulit berkosentrasi dan mudah tersinggung.

c. Proses

Stres sebagai proses terdiri dari stressor dan strain. Dimensi yang penting lainnya adalah hubungan antara individu dengana lingkungan (COX, 1978, Lazarus & Folkman, 1984, Lazarus & Launier, 1978, Mechanic, 1976). Proses ini merupakan interaksi dan penyesuaian yang berlanjut yang disebut transaksi antara stimulus atau respon tapi juga merupakan sebuah proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun psikologis (Chaplin, 1999). Menurut Atkinson (2000) stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan individu terhadap situasi yang disebut respon stres. Saat individu dihadapkan pada situasi stres maka individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis.

Selain itu, menurut Lazarus & Folkman ( dalam Morgan, 1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan dan lain – lain) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.

Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka disimpulkan bahwa stres adalah keadaan internal atau eksternal yang dirasakan membahayakan atau mengancam kesejahteraan atau kenyamanan individu. Situasi ini menyebabkan individu bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis dan melakukan penyesuaian diri terhadap situasi tersebut.

II. A. 2. Sumber – Sumber Stres

Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.

Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga kategori, yaitu :

a. Catacysmic Event

Fenomena besar atau tiba – tiba terjadi, seperti kejadian – kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.

b. Personal Stressor

Kejadian – kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti kritis keluarga.

c. Background stressor

Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.

Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan individu :

a. Sumber yang berasal dari individu

Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik. Konflik merupakan sumber yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat. Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–keputusan mengenai kesehatannya.

b. Sumber yang berasal dari keluarga

Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan – kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota keluarga yang

berdampak kepada anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga, bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit dan kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga. .

c. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat

Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya : stres yang dirasakan anak sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti olah raga.

Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan padat serta lingkungan yang tercemar ( Sarafino, 1998).

d. Life – Change Events

Stres juga bersal dari Life – Change Events yaitu peristiwa – peristiwa yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia dan diperlukan adaptasi terhadapnya. Homes & Rahe (dalam Matteo,1991) melakukan suatu penelitian yang dimulai dari adanya hipotesis bahwa tingkat stres yang dialami individu dapat dilihat dari sejumlah perubahan hidup yang sedang dialami.

Berdasarkan berbagai definisi – definisi diatas, maka disimpulkan bahawa stressor adalah kondisi fisik, lingkungan, dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres. Stressor ini dapat terwujud fisik saeperti polusi udara, piikiran atau perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajenasi, rutinitas pekerjaan, berkaitan dengan lingkungan sosial seperti interaksi sosial, masalah dalam keluarga, serta bencana alam juga dapat menjadi stressor.

II. B. STRES KERJA II. B. 1. Definisi Stres Kerja

Stres kerja definisikan sebagai keadan respon fisik dan emosi yang muncul ketika persyaratan–persyaratan kerja tidak sesuai dengan kapasitas sumber daya atau kebutuhan pekerja ( NIOSH Research, 1998). Stres kerja dapat menyebabkan kondisi keshatan menjadi kurang baik. Konsep dari stres kerja adalah selalu comfosed dengan tantangan, tetapi konsep ini tidak selalu sama. Tantangan mendorong secara psikologis dan secara fisik namun memotivasi untuk belajar.

Lazarus (dalam Fraser, 1985) mengatakan bahwa stres kerja hanya berhubungan dengan kejadian–kejadian disekitar kerja yang merupakan bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah sedih, putus asa, bosan, dan timbulnya stres kerja disebabkan beban kerja yang diterima melampaui batas–batas kemampuan pekerja yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama sesuai dengan situasi dan kondisi.

Stoner (1986) mengatakan bahwa pekerjaan yang berbeda bagi setiap pekerja akan menimbulkan tingkat stres kerja cyang berbeda pula. Stres kerja berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap aspek–aspek pekerjaan terutama terhadap motif berprestasi yang kelak akan berhubungan dengan proses kerja.

Wilford (dalam Fraser,1985) berpendapat bahwa stres kerja terjadi apabila terdapat penyimpangan–penyimpangan dari kondisi-kondisi yang suatu ketidak seimbangan antara tuntutan kerja dengan kemampuan pekerjaannya. Stres kerja muncul dari interaksi individu dengan pekerjaannya dan dicirikan oleh perubahan–perubahan didalam individu tersebut yang mendorong dari fungsi norma.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu beban atau ketegangan yang dialami pekerja baik fisik maupun psikis karena adanya ketidak seimbangan antara tuntutan atau kebijaksanaan perusahaan dengan kemampuan pekerja sehingga dapat mempengaruhi prestasi kerja.

II. B. 2. Aspek – Aspek Stres Kerja

Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) mengklasifikasikan 3 aspek dalam stres kerja yaitu :

1. Aspek Fisik

Stres dapat menyebabkan perubahan metabolisme sehingga dapat mempengaruhi keadaan fisiologis individu. Umunya gejala fisik yang tampak pada pekerja dapat berupa seperti : sakit pada dahi, migrain, sakit pada

punggung, tekanan dileher dan tenggorokan, susah menelan, kram otot, susah tidur, kehilangan gairah seksual, kaki dan tangan dingin, lelah, tekanan darah tinggi, denyut nadi cepat, kehilangan selera makan, gangguan pencernaan dan pernafasan.

2. Aspek Psikis

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidak puasan dalam pekerjaan. Hal ini adalah efek psikologis yang jelas dan paling sederhana. Namun , stres muncul pada keadaan psikis pada pekerja misalnya : mudah lupa, pikiran kacau, susah berkonsentrasi, sukar mengambil keputusan, percaya pada hal – hal yang tidak rasional, sering mengalami mimpi buruk, berbicara sendiri. Termasuk juga gejala emosional seperti mudah marah, perasaan jengkel, mudah merasa terganggu, gelisah, cemas, panik, ketakutan, sedih, depresi, kebutuhan yang tinggi untuk bergantung kepada orang lain, perasan butuh pertolongan, putus asa, pesimis, tidak berharga, kesepian, menyalahkan diri sendiri dan prustasi.

3. Aspek Prilaku

Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku dalam kehidupan pribadi akan muncul pada pekerja seperti : tidak dapat berhubungan akrab dengan orang lain, tidak dapat mempercayai orang lain, tidak asertif, tidak berani mengambil resiko, menarik diri , tidak punya kontrol jhidup, membuat tujuan yang tidak realitis, self esteem rendah, tidak termotivasi, sering membuat kekacauan, mudah bertengkar, bermasalah dalam perkawinan, cemburu berlebihan, merasa terasing, tidak dapat mengekspresikan perasaan sebenarnya.

Sedangkan dalam kehiudupan pekerjaan, para pekerja akan mengalami hal – hal seperti tidak merespon tantangan, kehilangan kreativitas, perfoma rendah, sering absen, aspirasi rendah, motivasi renadah, menerima status rendah, tidak ada inisiatif, komunikasi buruk, kurang orientasi, terlalu banyak bekerja, terlalu mengontrol dan tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek stres kerja dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu : fisik, psikologis dan prilaku. Aspek fisik dapat berupa gejala – gejala fisiologis seperti gangguan pencernaan, gangguan pernafasan, hipertensi. Aspek psikis dapat berupa gejala gejala emosional seperti panik, gelisah, deperesi. Aspek perilaku dapat berhubungan dengan kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan.

II.B.3 Dampak Stres Kerja Bagi Individu

Dampak stres kerja bagi individu menurut Luthans (2005), antara lain : 1. Kesehatan

Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Tubuh manusiah dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi sehingga orang yang terkena stres mudah pula terkena penyakit.

2. Psikologis

Stres akan menyebabkan kekwatiran atau ketegangan secara terus menerus. Hal tersebutdapat membuat individu merasa hopeless dan helpless sehingga

dapat menimbulkan perasaan ingin bunuh diri atau kematian pada penderita stres.

3. Interaksi Interpersonal

Karyawan yang bekerja di suatu organisasi menunjukan bahwa stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manejemen. Tingginya emosi berpotensi menghambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak stres kerja terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal. Masalah kesehatan seperti gejala Gangguan fisik misalnya : tekanan darah tinggi, penyakit jantung. Masalah psikologis seperti depresi, apatisme, reaksi emosional, kemarahan. Masalah dalam interaksi interpersonal yaitu terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak pekerja dengan pihak manajemen dan terhambatnya kerja sama antara individu satu dengan yang lain.

II.B.4. Faktor-Faktor Stres Kerja

Robbins (1998), mengemukakan faktor –faktor yang dapat menimbulkan stres kerja antara lain :

1. Faktor lingkungan

Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingakat stres dikalangan karyawan. Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku

manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan.

2. Faktor organisasional

Seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.

3. Faktor individual

Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri.

Menurut Sarafino (1994), faktor–faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah :

1. Tuntutan kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh atasan.

2. Perubahan tanggung jawab dalam kerja.

3. Pekerjaan yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain, seperti pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap nyawa orang lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya menimbulkan stres.

4. Lingkungan fisik pekerjaan yang tidak nyaman.

5. Hobi interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja. 6. Promosi jabatan yang tidak adekuat.

Menurut Lazarus (1985) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah :

1. Kondisi kerja yang kurang baik, seperti penerangan yang kurang baik, bising, terlalu dingin atau panas, dan polusi udara.

2. Beban pekerjaan yang berlebihan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas yang berlebihan secara kuantitatif terjadi bila penyelesaian suatu pekerjaan dalam waktu yang singkat. Sedangkan tugas yang berlebihan secara kualitatif bila tuntutan pekerjaan lebih tinggi dari pada pengetahuan dan ketrampilan pekerja.

3. Desakan waktu. Desakan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tidak cukup sehingga pekerjaan selesai pada waktu yang di tentukan.

4. Bahaya fisik, yang berupa kondisi kerja yang membahayakan, seperti membersihkan kaca jendela gedung bertingkat atau adanya lingkungan kerja yang membahayakan. Contohnya bekerja di tempat ketinggian dan pemakaian mesin-mesin pemotong.

5. Spesialisasi pekerjaan. Pada pekerjaan yang rutin dan sempit, para pekerja sulit untuk mempersepsikan pekerjaannya sehingga pekerjaan menjadi menarik dan tidak membosankan pekerja.

Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research (1998) penyebab stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu antara lain:

a. Dari diri individu adalah usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, apakah kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert ayang secara keseluruhan dituangkan dalam lima faktor kepribadian (Big Five Factor Personality yang meliputi ektraversia, emotional stability, agrecables,dan operres to experience} dalam hal ini emotional stability berhubungan dengan mudah tidaknya seorang mengalami stres.

b. Faktor dari luar individu adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja, cita-cita.

Lingkungan mendorong kondisi kerja penuh dengan stres yang disebut stres kerja dan dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor- faktor yang menyebabkan stres kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Faktor internal antara lain faktor individu

Faktor individu seperti keluarga, ekonomi, kepribadian. 2. Faktor eksternal antara lain faktor lingkungan dan organisasi.

Faktor lingkungan berupa keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan. Faktor organisasional seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.

BAB III

METODE PENELITIAN

Permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah dikemukakan pada Bab I Pendahuluan adalah untuk mendapatkan gambaran stres kerja pada pekerja di PT. Pacific Medan Industri KIM II Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskritif dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai kekhususan objek penelitian, misalnya menggambarkan ciri–ciri kondisi suatu gejala dalam penelitian, orang atau kelompok.

Pembahasan dalam metode penelitian meliputi : identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subyek penelitian dan metode analisa (hadi, 2000).

III. A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu variabel, yaitu stres kerja.

III. B. DEFINISI OPERASIONAL

Stres kerja dapat didefinisikan sebagai suatu beban atau ketegangan yang dialami pekerja baik fisik maupun psikis karena ketidak seimbangan anatara tuntutan atau kebijaksanaan perusahaan dengan kemampuan pekerja sehingga dapat mempengaruhi prestasi kerja. semakin tinggi nilai yang diperoleh pada skala stres kerja berarti semakin tinggi tingkat stres yang dialami pekerja.

Sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh pada skala stres kerja menunujukan semakin rendah tingkat stres kerja pada pekerja.

III. C. PERMASALAHAN PENELITIAN

Adapun permasalahan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran stres kerja pada pekerja di PT. Pacific Medan Industri

KIM II Medan.

2. Bagaimana gambaran stres kerja pada pekerja di PT. Pacific Medan industri KIM II Medan ditinjau dari segi usia, jenis kelamin, lama kerja di perusahaan, status perkawinan dan pendidikan.

III.D.SUBJEK PENELITIAN

III.D.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah jumlah individu yang bisa dikenai generalisasi dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian . populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang setidaknya mempunyai satu sifat yang sama (Hadi,2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di PT. Pacific Medan Industri KIM II Medan.

Sampel adalah bagian dari populasi atau jumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel paling sedikitnya harus memiliki sifat yang sama dengan populasi (Hadi,2000).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ramdom sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu. Dalam random sampling individu dalam populasi baik secara sendiri–sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel untuk ikut serta dalam penelitian (Hadi,2000).

Mengingat penelitian ini melibatkan populasi yang terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat yang berupa jabatan-jabatan pekerja maka teknik randomisasi yang akan digunakan adalah proportional stratified random sampling.

III.D.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Tujuan peneltian ini adalah untuk melihat gambaran stres kerja pada pekerja di PT. Pacific Medan Industri KIM II Medan. Oleh karena itu subjek penelitian harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut.

Karakteristik subjek penelitian ini adalah pekerja di PT. Pacific Medan Industri KIM II Medan yang meliputi tiga shift yaitu pekerja shift pagi, pekerja shif sore dan pekerja shift malam.

III. E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tiujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan di ukur (Hadi,2000). Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala.

Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologi yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar,2000).

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada penyidik adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya sudah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh penyidik.

Metode skala mempunyai kebaikan-kebaikan dan alasan-alasan penggunaan, yaitu:

1. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupaakan refleksi dari keadaan diri sendiri subyek yang tidak disadari.

2. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal. 3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesunggunya.

Dalam penelitian ini digunakan satu skala yaitu skala stres kerja.

Skala stres kerja disusun sendiri oleh peneliti yang mengacu pada aspek-aspek stres kerja yang dikemukan oleh Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) yang terdiri dari : (1)aspek psikis; (3)aspek perilaku dikaitkan dengan faktor ekternal stres kerja.

Model skala stres kerja pada pekerja di PT. Pacific Medan Industri KIM II Medan menggunakan model skala Likert. Jumlah aitem pada skala stress kerja pada pekerja di PT. Pacific Medan Industri sekitar 60 aitem, terdiri dari pernyataan dengan 4(lima) pilihan jawaban yaitu : (1)sangat setuju(SS); (2)setuju(S); (3)tidak setuju(TS); (4)sangat tidak setuju(STS). Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS=1, S=2, TS=3, STS=4, .

Tabel.1

Blue Print Skala Stres Kerja

Pada Pekerja di PT.Pacific Medan Industri KIM II Medan Sebelum Uji Coba

No Faktor Ekternal Stres Kerja

Aspek _ Aspek Stres Kerja Tot %

Psikis Perilaku 1 Linkungan a.Keamanan dan keselamatan dilingkungan

Dokumen terkait