• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1Metode Penemuan

a. Pengertian metode penemuan

Metode mengajar digunakan sebagai cara penyampaian materi oleh guru kepada siswa dalam pembelajaran. Menurut Mulyana (2010:13), “metode mengajar ialah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, menyelenggarakan dan mengelola kelas sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi

pembelajaran”

Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007:59), “metode penemuan yang biasa disebut dengan metode discovery merupakan kegiatan belajar mengajar yang bercirikan aktivitas siswa yang dituntut aktif melalui serangkaian kegiatan bermakna dan melibatkan seluruh kemamapuan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mencari dan menyelidiki kebenaran suatu ilmu pengetahuan”. Metode penemuan merupakan metode yang mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri pengetahuan atau konsep baru (Hamzah, 2011: 99). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penemuan menuntut siswa untuk aktif, mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya terhadap suatu pengetahuan atau konsep baru. Metode penemuan disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik termasuk pengembangan emosional dan mengurangi ketergantungan terhadap guru. (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 190).

b. Langkah-langkah metode penemuan

Metode penemuanmerupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Menurut Suparno (2002: 45) pelaksanaan metode penemuan terdiri dari 3 tahap :

7

1. Sebelum Guru mengajar (tahap persiapan), meliputi : - Mempersiapkan bahan ajar.

- Mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan. - Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa

untuk aktif.

- Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa.

- Mempelajari pengetahuan awal siswa.

2. Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan), meliputi : - Memancing siswa untuk aktif belajar dan bertanya.

- Menggunakan variasi metode pembelajaran seperti studi kelompok, studi di luar kelas.

- Memberikan kesempatan siswa untuk meneliti, menemukan sendiri pengetahuan mereka.

- Siswa dberikan waktu berfikir dan merumuskan gagasan mereka. - Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan

mereka.

- Melakukan evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya. 3. Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi), meliputi :

- Guru memberi pekerjaan rumah atau tugas lain sebagai pendalaman.

- Guru memberikan tes yang membuat siswa berfikir dan bukan hafalan.

Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri. Metode penemuan dipandang sebagai teknik yang paling berguna dalam mengajar konsep. Bagian yang paling penting dari metode penemuan ini adalah agar siswa memperoleh pengetahuannya sendiri dengan menyimpulkan materi melalui bimbingan guru.

Menurut Hanafiah (2009:78), “beberapa langkah yang harus diperhatikan

oleh guru dalam metode penemuan, diantaranya: (1) mengidentifikasi kebutuhan siswa, (2) seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari, (3) seleksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahan atau masalah yang akan dipelajari, (4) menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik, (5) memeriksa pemahaman siswa terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, (6) mempersiapkan setting kelas, (7) mempersiapkan peralatan yang diperlukan, (8) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan, (9) siswa menganalisis sendiri atas data temuan, (10) merangsang terjadi adanya percakapan mengenai materi/temuan antar siswa, (11) memberi penguatan kepada siswa untuk giat dalam melakukan penemuan, dan (12) memfasilitasi siswa dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya”.

c. Kelebihan dan kekurangan metode penemuan

Metode penemuan dengan pelaksanaannya yang berbeda dengan metode lain, memiliki beberapa keunggulan. Menurut Djamarah (2010: 84), metode penemuan memiliki beberapa kelebihan antara lain :

1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan hasil percobaannya.

2. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Metode penemuan juga memiliki beberapa kekurangan, menurut Djamarah (2005: 235), metode penemuan memiliki beberapa kekurangan antara lain :

1. Penerapan metode penemuan membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, keterbatasan peralatan mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan mengadakan percobaan.

2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

3. Metode penemuan lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

9

2.1.1.2Metode Ceramah

a. Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai salah satu metode yang paling ekonomis dan efektif dalam menyampaikan informasi maupun dalam mengatasi kelangkan literatur atau rujukan karena sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa (Muslich, 2007: 199). Menurut Gulo (2005: 137), metode ceramah merupakan metode yang sangat sederhanayang disebut juga metode konvensional/ lama dengan menyampaikan pengetahuan/ materi pembelajaran secara komunikasi lisan satu arah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan salah satu metode yang paling ekonomis dan efektif dalam menyampaikan informasi dengan menggunakan komunikasi lisan satu arah.

Ketika seorang pengajar menggunakan metode ceramah siswa tidak terlalu dituntut aktif dalam pembelajaran, siswa cukup mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh pengajar. Sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas dengan menggunakan metode ceramah pada umumnya siswa bersifat pasif.

b. Langkah-langkah Metode Ceramah

Metode ceramah dalam pelaksanaannya terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru. Langkah-langkah metode ceramah menurut Sanjaya (2006: 147) meliputi dua tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan.

Pada tahap ini guru merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan dan mempersiapkan alat bantu dengan tujuan menghindari kesalahan persepsi dari siswa.

2. Tahap Pelaksanaan.

Pada tahap ini guru melakukan langkah pembukan dengan melakukan apersepsi yang kemudian dilanjutkan dengan langkah penyajian. Pada langkah penyajian, guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan dan kemudian guru menutup pembelajaran dengan evaluasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Menurut Munthe (2009: 61) terdapat beberapa kelebihan dari metode ceramah sebagai berikut:

1. Metode ceramah sangat baik untuk materi baru yang belum tersedia dalam bentuk hardcopy.

2. Metode ceramah dapat dipergunakan untuk kelas besar.

3. Materi pembelajaran yang banyak dapat disampaikan dalam waktu singkat dengan menggunakan metode ceramah.

4. Metode ceramah sangat baik digunakan untuk kognisi dan afeksi tingkat rendah.

5. Lebih ekonomis apabila dilihat dari segi biaya.

Menurut Muslich (2007: 201)terdapat kelemahan metode ceramah sebagai berikut:

1. Penggunaan metode ceramah membuat siswa pasif karena keaktifannya di dalam kelas dibatasi.

2. Mengandung unsur paksaan kepada siswa karena pada umumnya siswa diharuskan mencatat penjelasan dari guru.

3. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya (kemampuan mendengar) dapat lebih besar menerimanya.

4. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme.

5. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, apabila terlalu lama menjadi membosankan.

2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD a. Pengertian dan Hakikat IPA

Menurut Arisworo (2006: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Kurnia (2005: 5) IPA merupakan serangkaian ilmu yang membahas alam

11

sekitarnya, termasuk di dalamnya manusia, hewan dan tumbuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep serta prinsip-prinsip yang membahas alam sekitar.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Menurut Trianto (2010: 137), pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. IPA sebagai Proses adalah pemilihan metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Metode ini disebut juga sebagai metode ilmiah. 2. IPA sebagai sikap adalah mengenai keyakinan, pendapat, dan nilai-nilai

yang harus dipertahankan sebagai seorang ilmuwan dalam mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.

3. IPA sebagai produk terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, serta teori-teori.

b. Pentingnya pembelajaran IPA di SD

Berdasarkkan dalam KTSP, mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki pengaruh gaya tarikan dan dorongan terhadap benda, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Kompetensi dasar IPA di SD

Gaya Tarikan dan Gaya Dorongan Dapat Merubah Gerak Suatu Benda

Wahyono (2008 : 102) mengatakan bahwa, “Di dalam ilmu pengetahuan gaya sering diartikan sebagai tarikan dan dorongan”. Menurut Graham (2004: 4) Gaya adalah tarikan atau dorongan tak terlihat yang mempengaruhi benda sehingga dapat terjadi sebuah gerakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya adalah tarikan dan dorongan yang menyebabkan benda dapat bergerak. Apabila kita menarik atau mendorong suatu benda, maka kita memberikan gaya pada benda tersebut. Gaya tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi benda. Dengan adanya gaya yang bekerja dalam suatu benda maka ada beberapa hal yang dapat ditimbulkan oleh gaya, antara lain gaya dapat menyebabkan benda bergerak, gaya dapat mempengaruhi kecepatan benda dan gaya dapat mempengaruhi arah gerak benda.

Gambar 1. Menendang Bola

http://3.bp.blogspot.com/_URywD5UgGxk/TFEoksmRSAI/AAAAAAAAABM/q UvZ-MzNi-E/S250/kaki+bagian+dalam.jpg

Benda yang tadinya diam menjadi bergerak dikarenakan adanya gaya sehingga terjadi perpindahan kedudukan benda dari kedudukan awal, seperti pada pemain bola yang menendang bola yang diam sehingga bola tersebut dapat bergerak. Besarnya gaya yang diberikan pada suatu benda mempengaruhi gerak benda tersebut. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin cepat gerak benda. Sebaliknya, semakin kecil gaya yang diberikan, semakin lambat gerak benda.

13

Gambar 2. Seorang anak yang mengerem mendadak.

http://psb.sman82-jakarta.sch.id/psb/datafitur/mp_files/mp_421/images/hal1.jpg

Selain gaya menyebabkan benda bergerak, gaya juga menyebabkan perubahan kecepatan pada benda. Perubahan kecepatan pada benda dapat terjadi apabila kita memberikan suatu gaya yang dapat mempercepat dan memperlambat suatu benda yang sedang bergerak seperti pada saat bersepeda dan mengerem. Sepeda yang sedang melaju mendapat gaya untuk mengurangi kecepatannya dengan cara pengereman, sehingga lama kelamaan sepeda itu pun akan berhenti.

Gambar 3. Seorang anak yang mendorong meja.

http://edukasi.net/file_storage/materi_pokok/MP_176/Image/pr1%20gaya/hal04.j pg

Gaya juga mempengaruhi arah gerak benda. Benda yang tadinya bergerak lurus menjadi berbelok ketika dipengaruhi gaya. Seperti sebuah mobil yang berbelok, bola yang ditendang lurus dan kemudian berbalik arah karena ada benturan dengan tembok, meja yang didorong dengan arah yang tidak beraturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1.1.3Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Djaali (2006:24),Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan”. Sedangkan menurut Sanjaya (2009: 132) “minat merupakankecenderungan individu untuk

melakukan sesuatu perbuatan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan kecenderungan dan ketertarikan yang kuat terhadap sesuatu perbuatan tanpa adanya paksaan.Siswa yang memiliki minat tinggi terhadap suatu mata pelajaran dapat terlihat dari partisipasi aktif siswa tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga minat siswa dapat menentukan tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar. Minat bukanlah sesuatu yang sifatnya statis namun juga dinamis karena minat dapat berubah-ubah.

b. Indikator Minat

Minat siswa mengenai suatu bidang dapat muncul karena ia tahu, kenal dan kemudian merasa tertarik untuk mengetahui seluk beluk bidang tersebut secara lebih mendalam (Lucy, 2009: 66). Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran tertentu, akan lebih terfokus pada mata pelajaran tersebut dan karena pemusatan perhatian tersebut menyebabkan semangat belajar siswa menjadi meningkat yang akan berdampak pada hasil prestasi belajarnya yang meningkat.

2.1.1.4Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Menurut Riyanto (2008: 76) keaktifan siswa merupakan hal terpenting dalam pembelajaran maupun kegiatan belajar. Semakin tinggi keaktifan siswa, semakin sering siswa tersebut menggunakan otaknya sehingga semakin kompleks simpul-simpul yang terjadi di dalam otak. Semakin kompleks simpul-simpul yang terbentuk, semakin banyak pengetahuan yang dapat disimpan dan lebih mudah untuk diingat kembali. Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk aktif, dapat meningkatkan kecerdasan siswa dan meningkatkan kemampuan motoriknya.

15

b. Indikator Keaktifan

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri, sehingga siswa aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 83). Guru berusaha membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga akan tercipta pembelajaran yang baik, dengan berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitatornya. Siswa bukanlah sebatas penerima pengetahuan pasif dari gurunya melainkan sebagai individu yang aktif memproses segala informasi yang ia temukan di lingkungannya untuk memperoleh pemahamannya sendiri. Keaktifan siswa dapat mengubah pembelajaran yang pasif menjadi pembelajaran aktif yang mengharuskan siswa menjadi penghasil ilmu pengetahuan, dimana siswa dapat mencari pemecahan masalah dari permasalahan suatu ilmu pengetahuan.

2.1.1.5 Keterampilan Menyimpulkan

a. Ketrampilan IPA

Keterampilan proses IPA merupakan sesuatu yang sangat perlu dipelajari oleh siswa karena aspek-aspek keterampilan proses IPA. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental dan interaksi sosial yang mendasar untuk mengarah pada kemampuan yang lebih tinggi. Keterampilan proses sains meliputi empat unsur yaitu produk, proses, teknologi dan sikap merupakan serangkaian proses kognitif yang dapat membuat siswa lebih memahami hakikat IPA. Menurut Sumantoro (2007: 8) keterampilan proses IPA antara lain : 1) Mengamati, 2) menggolongkan, 3) mengukur, 4) menggunakan alat, 5) menafsirkan, 6) memprediksi, 7) melakukan percobaan, 8) menyimpulkan hasil percobaan. Sehingga dalam keterampilan proses IPA, kegiatan menyimpulkan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah siswa melakukan pengamatan atau penelitian.

b. Kemampuan Menyimpulkan

Pada proses IPA,kemampuan menyimpulkan merupakan keterampilan yang paling penting sebab dengan melakukan kegiatan menyimpulkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pengamatan atau kegiatan penelitian siswa, siswa mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan Ilmu IPA yang didasarkan atas pengetahuan awal siswa.Kemampuan menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan (Sanjaya, 2009: 190). Sedangkan Fauzy (2008: 11) berpendapat bahwa kemampuan menyimpulkan adalah suatu kemampuan untuk membuat suatu pernyataan yang merangkum proses dan hasil yang telah diperoleh dari sebuah kegiatan penelitian. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memahami inti, menjelaskan atau menafsirkan suatu data hasil pengamatan terhadap suatu penelitian.Melalui kegiatan menyimpulkan, siswa ditantang untuk mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang suatu penelitian, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siswa diantaranya siswa harus berfikir kritis dalam membedakan data pada saat penarikan kesimpulan serta siswa harus mampu mengimajinasikan serta berhipotesis dari data yang ada.

Pengukuran kemampuan menyimpulkan dapat dilakukan atau diukur dengan menggunakan tes kemampuan menyimpulkan yang terdiri dari dua tahapan yaitu pretes dan postes.

2.1.1.6 Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Akbar (2008: 168) prestasi belajar merupakan hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Sedangkan menurut Olivia (2011: 73) prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil dari keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dan merupakan suatu aktivitas mental atau psikis sehingga menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap yang mencerminkan keberhasilan belajar siswa. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

17

prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Akbar (2001: 89) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1). Kemampuan intelektual siswa, 2). Minat, 3). Bakat, 4). Sikap, 5). Motivasi berprestasi, 6). Konsep diri.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

1. Utami (2010) meneliti upaya meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping tentang materi sifat benda dan perubahan wujud dengan metode penemuan terbimbing.Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplung Gamping Sleman tahun ajaran 2010 / 2011 dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat benda dan perubahan wujud. Peningkatan pemahaman siswa ditandai dengan nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 60,35 meningkat pada akhir siklus1 yaitu 62,05 dan mencapai 70,82 pada akhir siklus 2. Nilai rata-rata unjuk kerjasiswa pada siklus 1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,23. Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal 52,94%, pada akhir siklus 1 adalah 64,7%, dan pada akhir siklus 2 adalah 88,23%.

2. Saiful (2010) meneliti tentang penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Tentang Konsep Gaya di Kelas IV SDN Gejugjati Pasuruan. Subjek dalam penelitian tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berjumlah 37 siswa, 18 siswa putra dan 19 siswa putri. Dalam penelitian tersebut siswa mengalami peningkatan hasil kerja ilmiah dari siklus 1 dengan nilai rata-rata 67% ke siklus II dengan nilai rata-rata 71% sehingga dapat diketahui adanya peningkatan kerja ilmiah sebesar 4 %. Begitupun juga dengan hasil belajar kognitif siswa yang meningkat dari siklus I dengan rata-rata 68 ke siklus II dengan nilai rata-rata 78. Presentase ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 62% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 89%.

2.1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yaitu:

1. Terdapat perbedaan terhadap minat belajar siswa yang menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester genap 2010/2011.

2. Terdapat perbedaan terhadap keaktifanbelajar siswa yang menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester genap 2010/2011.

3. Terdapat perbedaan terhadap kemampuan menyimpulkan siswa yang menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester genap 2010/2011.

4. Terdapat perbedaan terhadap prestasi belajar siswa yang menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester genap 2010/2011.

19

Dokumen terkait