• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan dan prestasi belajar IPA di SDN 1 Adisucipto - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan dan prestasi belajar IPA di SDN 1 Adisucipto - USD Repository"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,

KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Nikolas Andi Gito Sutomo

081134062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

(2)
(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahankan kepada:

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santo Yosef serta Santo Nicholas yang selalu

melindungi hidupku.

2. Almamater Universitas Sanata Dharma.

3. Dosen Pembimbing penelitian, Bapak Atmadi dan Bu Elga.

4. Kedua orang tua ku Bapak Agustinus Sugito dan Ibu Chandhidha Yuniarti

yang selalu memberikan dukungannya kepada ku.

5. Kakak saya Agung Sudarmanto dan kedua adik kandung saya, Kristian

Sandi Sugito dan Benidiktus Harry Sugito.

6. Kakek dan Nenek saya, yang selalu mendukung saya ketika saya mulai

bimbang dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman dekat, sahabat dan rekan bisnis yang mendukung terselesainya

(5)

v MOTTO

“Life is hard, it’s harder if you’re stupid”.

(6)
(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN,

KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO

Kata kunci : metode penemuan, minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan,

prestasi belajar, mata pelajaran IPA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode

penemuan terhadap 1) minat, 2) keaktifan, 3) kemampuan menyimpulkan, 4)

prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto Yogyakarta pada Semester

Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPA materi gaya berupa

tarikan dan dorongan.

Desain penelitian menggunakan desain eksperimen. Subjek peneilitian ini

adalah siswa kelas IV SDN 1 ADISUCIPTO yang terdiri dari kelas IVA sebanyak

36 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB sebanyak 36 siswa sebagai

kelompok kontrol.

Instrumen penelitian berupa 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi

belajar siswa, 20 item untuk mengukur minat, 8 item untuk mengukur keaktifan,

dan 6 soal essai untuk mengukur kemampuan menyimpulkan. Instrumen tersebut

telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik.

Analisis data dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test,

serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dengan T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode penemuan terhadap

minat belajar siswa lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan penerapan metode

ceramah, yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau <

0,05). 2). Penerapan metode penemuan terhadap keaktifan belajar siswa lebih

tinggi pengaruhnya dibandingkan penerapan metode ceramah, yang ditunjukkan

dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,000 (atau < 0,05). 3). Pengaruh penerapan

(9)

ix

dibandingkan penerapan metode ceramah yang ditunjukkan dengan harga

sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau < 0,05). 4) Pengaruh penerapan metode penemuan

terhadap terhadap prestasi belajar siswa lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan

penerapan metode ceramah yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar

0,048 (atau < 0,05).

(10)

x ABSTRACT

THE DIFFERENT OF EXPERIMENT METHOD EFFECT BETWEEN

CONVENTIONAL METHOD FOR THE INTEREST, ACTIVE, CONCLUDE

ABILITY, AND ACHIEVEMENT OF SAINS LEARNING

IN SDN 1 ADISUCIPTO

Keywords : experiment method, interest, active, conclude ability and achievement

of sains learning in sains subject

The research aims to find of influence experiment method to 1). Interest,

2) active, 3) conclude ability, 4) achievement of sains learning for student in IV

degrees SDN Adisucipto Yogyakarta at Second Semester school year 2011/2012

sains subject material in the form of traction and thrust.

Design research using experimental designs. subject of this research is

siswa students in four degree SDN 1 Adisucipto, which consists of a class IVA.

Total of 36 students as the experimental groupand grade IVB as many as 36

students as a control group.

The research instrument in the form of 10 multiple choice questions to

measure student achievement, 20 items to measure interest, 8 items to measure

activity, and 6 multiple choice questions to measure the ability to conclude. These

instruments are qualified validity and reliability based on statistical analysis.

Data analysis was done by comparing the mean pre-test and post-testand

comparing the average increase in the experimental group and the control group

with the T-test.

The results of research showed that : 1) The different effect of the application of

the experiment method is higher than conventional method for the present

invention student interest shown by price sig. (2-tailed) of 0.002 (or <0.05)). 2)

The different effect of the application of the experiment method is higher than

conventional method for the student active thats shown by price sig. (2-tailed) of

0.002 (or <0.05). 3) The different effect of the influence of the application

(11)

xi

that theprice indicated by the sig. (2-tailed) of 0.000 (or <0.05)). 4) The different

effect of the influence of the application of the experiment methods is higher than

conventional method for studentachievement as indicated by the sig price.

(2-tailed) of 0.048 (or <0.05).

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Ucapan syukurdan terimakasih saya berikan kepada Tuhan Yesus, dosen

pembimbing, keluarga dan teman-teman yang telah membantu terselesainya

skripsi ini. Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN 1 ADISUCIPTO” ditulis sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan

kerjasama dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku dosen pembimbing I.

4. Ibu Elga Andriana, S.Psi., M.Ed selaku dosen pembimbing II.

5. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen .

6. Bapak Daryono selaku kepala SDN 1 Adisucipto yang memberikan ijin

penelitian.

7. Ibu Jumarilah S.pd selaku guru kelas IVA SDN 1 Adisucipto yang telah

memberikan bimbingan pada saat penelitian dan sampai penelitian ini

selesai.

8. Bapak Muhammad Ali Ridlo selaku guru kelas IV SDN Adisucipto yang

telah memberikan bimbingan pada saat penelitian dan sampai penelitian ini

selesai.

9. Siswa-siswi kelas IVA dan IVB SDN 1 Adisucipto yang bersedia sebagai

(13)

xiii

10.Kedua orang tua yang selalu memberikan nasehat dan doa kepada penulis.

11.Kakek dan Nenek yang selalu memberikan dukungan sampai skripsi

penelitian ini selesai.

12.Kakak Agung Sudarmanto yang selalu memberikan arahan penyusunan

skripsi.

13.Adik ku yang terkasih Kristian Sandi Sugito dan Bennidiktus Harry Sugito,

yang memberikan dukungan bagi penulis.

14.Teman teristimewa ku Maria Desi Kurniawaty, yang selalu mendukung dan

mendoakan dalam proses penulisan skripsi.

15.Teman-teman kelas A yang telah bersama-sama dari awal perkuliahan,

sahabat saya Vetri, Ibnu, Wisnu dan Alex yang selalu memotivasi saya.

16.Teman-teman PPL SDN 1 Adisucipto yang telah memberikan semangat dan

membantu mempersiapkan penelitian ini.

17.Teman-teman penelitian kolaboratif IPA yang selalu berbagi pengetahuan,

semangat, dan kasih kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu, penulis sangat terbuka terhadap

kritikan dan saran dari semua pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini

berguna bagi pembaca.

Penulis

(14)

xiv DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Maanfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka ... 6

Metode Penemuan ... 6

Metode Ceramah ... 9

Pembelajaran IPA SD ... 10

Minat... ... 14

Keaktifan ... 14

(15)

xv

Prestasi Belajar ... 16

Penelian yang Relevan ... 17

Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ... 19

Subjek Penelitian ... 20

Variabel Penelitian ... 20

Definisi Operasional ... 21

Instrumen Penelitian ... 22

Uji Validitas dan Reabilitas ... 25

Teknik Pengumpulan Data ... 27

Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa... 32

Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa ... 32

Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Siswa ... 33

Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa... 35

Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 35

Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 36

Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Kemampuan Menyimpulkan ... 37

Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Kemampuan Menyimpulkan ... 37

(16)

xvi

Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode

Ceramah terhadap Kempuan Menyimpulkan ... 38

Pengaruh Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 40

Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar ... 40

Analisis Data Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar ... 41

Pembahasan ... 43

Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Minat Belajar Siswa ... 43

Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Keaktifan Siswa ... 44

Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Kemampuan Menyimpulkan ... 45

Pembahasan Penerapan Metode Penemuan dengan Metode Ceramah terhadap Prestasi Belajar ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

Keterbatasan Penelitian ... 47

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

JUDUL TABEL HALAMAN

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat ... 24

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keaktifan ... 24

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menyimpulkan ... 25

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar ... 25

Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data ... 27

Tabel 6. Data Penelitian Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 33

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 33

Tabel 8. Homogenitas Data Minat Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 34

Tabel 9. Perbedaan Pretes dan PostesData Minat Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 34

Tabel 10. Perbedaan Postes Data Minat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 35

Tabel 11. Data Penelitian Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 35

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Data Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 36

Tabel 13. Perbedaan Skor Keaktifan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 37

Tabel 14. Data Penelitian Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 37

Tabel 15. Hasil Uji Noemalitas Data Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 38

Tabel 16. Homogenitas Data Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 39

(18)

xviii

Tabel 17. Perbedaan Pretes dan Postes Data Kemampuan

Menyimpulkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 39

Tabel 18. Perbedaan Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 40

Tabel 19. Data Penelitian Prestasi Siswa Kelompok Ekperimen dan Kelompok Kontrol ... 40

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 41

Tabel 21. Homogenitas Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 42

Tabel 22. Perbedaan Pretes dan Postes Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 42

Tabel 23. Perbedaan Postes Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 43

Tabel 24. Tabulasi Skor Pretes Minat Kelompok Eksperimen ... 94

Tabel 25. Tabulasi Skor Postes Minat Kelompok Eksperimen ... 96

Tabel 26. Tabulasi Skor Pretes Minat Kelompok Kontrol ... 98

Tabel 27. Tabulasi Skor Postes Minat Kelompok Kontrol ... 100

Tabel 28. Tabulasi Skor Keaktifan Kelompok Eksperimen ... 102

Tabel 29. Tabulasi Skor Keaktifan Kelompok Kontrol ... 103

Tabel 30. Tabulasi Skor Pretes Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen ... 104

Tabel 31. Tabulasi Skor Postes Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Eksperimen ... 105

Tabel 32. Tabulasi Skor Pretes Kemampuan Menyimpulkan Kelompok Kontrol ... 106

(19)

xix

Tabel 34. Tabulasi Skor Pretes Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 108

Tabel 35. Tabulasi Skor Postes Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 109

Tabel 36. Tabulasi Skor Pretes Prestasi Belajar

Kelompok Kontrol ... 110

Tabel 37. Tabulasi Skor Postes Prestasi Belajar

Kelompok Kontrol ... 111

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

JUDUL GAMBAR HALAMAN

Gambar 1. Menendang Bola ………. 12

Gambar 2. Seorang Anak yang Mengerem Mendadak ………. 13

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Silabus ... 52

Lampiran 2. RPP ... 59

Lampiran 3. LKS ... 72

Lampiran 4. Lembar Angket Minat ... 77

Lampiran 5. Lembar Keaktifan ... 85

Lampiran 6. Lembar Tes Proses ... 86

Lampiran 7. Kunci Jawaban Tes Proses ... 88

Lampiran 8. Rubrik Penilaian Tes Proses ... 89

Lampiran 9. Lembar Tes Produk ... 90

Lampiran 10. Kunci Jawaban Tes Produk ... 92

Lampiran 11. Rubrik Penilaian Tes Produk ... 93

Lampiran 12. Tabulasi Data ... 94

Lampiran 13. Perhitungan Statistik dengan PSAW 18 ... 112

Lampiran 14. Foto-foto ... 122

Lampiran 15. Surat-surat ... 124

Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup ... 126

(22)
(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang berkualitas akan menentukan kualitas peserta didiknya

juga. Menurut Soerdijarto (2008: 20) pendidikan adalah kondisi yang mampu

memberikan ruang kesadaran bagi peserta didik untuk mengembangkan jati

dirinya melalui sebuah proses yang menyenangkan, terbuka dan tidak terbelenggu

dalam suasana yang monoton, kaku dan menegangkan. Pendidikan juga bertugas

mengembangkan segala aspek kemampuan siswa, sehingga para siswa memiliki

pengalaman-pengalaman belajar dan dapat menerapkan pengalaman-pengalaman

tersebut di lingkungan dan masyarakat (Masijo, 2004:3). Agar dapat

mengembangkan segala potensi/ aspek kemampuan yang dimiliki oleh siswa,

dibutuhkan proses pembelajaran yang lebih baik.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau yang lebih dikenal dengan

pelajaran IPA, merupakan salah satu mata pelajaran yang sukar bagi siswa SDN 1

Adisucipto. Kesulitan pembelajaran IPA di SD terletak pada strategi belajar yang

digunakan. Pelajaran IPA di SDN 1 Adisuciptoberisi konsep-konsep dan

mengharuskan siswa di SD tersebut untuk menghafal fakta-fakta, namun pada

dasarnya dalam mempelajari ilmu pengetahuan alam, siswa harus menguji

kebenaran fakta-fakta tersebut.Bila kita cermati, peristiwa-peristiwa di lingkungan

sekitar kita banyak sekali pengetahuan yang belum terpecahkan terlebih untuk

pengetahuan IPA. Pengetahuan IPA tersebut cenderung diabaikan, para guru dan

siswa hanya berpedoman pada buku paket yang telah diajarkan. Pengetahuan

tersebut diajarkan dengan sangat biasa yaitu dengan metode ceramah dimana

siswa hanya dapat membayangkan proses suatu peristiwa dari pengetahuan

tersebut sehingga hanya sedikit pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari

proses belajar tersebut. Sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk mencari

jawaban dari suatu permasalahan ilmu pengetahuan dan menyimpulkan hasil

penemuan yang telah mereka praktekkan.

Proses pembelajaran yang lebih baik dapat menggunakan model

pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, agar peserta didik

1

(24)

dapat terjun langsung untuk menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan dan

mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang mereka lakukan. Strategi

pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan lebih bagi siswa khususnya

pada mata pelajaran IPA, salah satunya menggunakan metode

discovery/penemuan.MenurutArifin (2011: 76) metode penemuan merupakan

suatu rancangan yang berisi langkah dan tindakan yang akan dilakukan dalam

kegiatan penelitian eksperimen, sehingga informasi yang diperlukan tentang

masalah yang diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Metode penemuan lebih

mengkondisikan situasi yang menyenangkan bagi siswa, melalui pengalaman

langsung mereka mencari dan menemukan konsep. Bila pengalaman tersebut,

mampu memberikan rasa senang, suka, puas atau gembira kemudian menggejala

dalam sikap positif dan sikap tersebut cenderung menetap berarti telah muncul

minat pada siswa tersebut. Maka besar dugaan bahwa Metode penemuan dengan

karakteristiknya akan mempengaruhi atau meningkatkan minat, keaktifan, prestasi

belajar dan keterampilan menyimpulkan pada kelas eksperimen dibandingkan

pada kelas kontrol.

Proses belajar mengajar yang menerapkan metode penemuan, memberi

kesempatan siswa untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati

suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri

mengenai suatu obyek, keadaan atau proses pembelajaran. Dengan begitu siswa

dapat memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan dengan cara

mempraktekkannya atau melakukan eksperimen dari sebuah ilmu pengetahuan

dan mencari pemecahan permasalahnya dari hasil eksperimen yang dilakukannya.

Pengalaman belajar IPA siswa kelas VI SDN Adisucipto 1 sehari-hari di

kelas masih didominasi oleh guru yang merupakan sumber ilmu pengetahuan,

sehingga pembelajaran banyak diisi dengan pola pengajaran konvensional dimana

guru terus menerus menjelaskan materi dengan menggunakan metode ceramah.

Siswa dipaksa untuk menerima begitu saja pengetahuan baru yang diberikan oleh

guru, sehingga pengetahuan yang mereka terima tersebut tidak bertahan lama.

Sehinggaberdampak pada minat belajar siswa yang cenderung kurang yang

terlihat pada saat siswa mengikuti pembelajaran IPA. Keaktifan siswa di kelas pun

(25)

3

pengetahuan yang baru saja mereka pelajari dan cenderung menerima begitu saja

kesimpulan dari suatu materi pembelajaran tanpa siswa diberi kesempatan untuk

menyimpulkan inti materi pembelajarannya. Oleh sebab itu, prestasi siswa di SD

tersebut dalam mata pelajaran IPA, dapat dikatakan kurang memuaskan apabila

dilihat dari nilai-nilai yang mereka peroleh sebelumnya.

Menurut Suparno (2002: 47) dalam penerapan metode penemuan, siswa

dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, memanipulasi

obyek untuk melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencari jawabannya

sendiri, menggambarkan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi,

mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses

pembentukan kontruksi pengetahuan yang baru.Oleh karena itu, penggunaan

metode penemuan dirasa sesuai apabila diterapkan untuk mengatasi permasalahan

yang berkaitan dengan minat, keaktifan, kemampuan menyimpulkan dan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan mengambil judul ” Perbedaan pengaruh penerapan metode

penemuan dengan metode ceramah terhadap minat, keaktifan, kemampuan

menyimpulkan serta prestasi belajar pada mata pelajaran IPA di SDN 1

Adisucipto”.

1.2 Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan minat pada siswa dengan menerapkan metode

penemuan dibandingkan minat pada siswa yang menerapkan metode

ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1 Adisucipto pada

semester genap 2011/2012?

2. Apakah terdapat perbedaan keaktifan pada siswa dengan menerapkan

metode penemuan dibandingkan minat pada siswa yang menerapkan

metode ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1 Adisucipto

pada semester genap 2011/2012?

3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menyimpulkan pada siswa dengan

menerapkan metode penemuan dibandingkan minat pada siswa yang

(26)

menerapkan metode ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1

Adisucipto pada semester genap 2011/2012?

4. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar pada siswa dengan menerapkan

metode penemuan dibandingkan prestasi belajar pada siswa yang

menerapkan metode ceramahpada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1

Adisucipto pada semester genap 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan dalam perumusan masalah, tujuan

penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui peningkatan minat dengan menggunakan metode

penemuan lebih tinggi dari pada melalui pembelajaran dengan metode

ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1 Adisucipto.

2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan dengan menggunakan metode

penemuan lebih tinggi dari pada melalui pembelajaran dengan metode

ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1 Adisucipto.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimpulkan dengan

menggunakan metode penemuan lebih tinggi dari pada melalui

pembelajaran dengan metode ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1

Adisucipto.

4. Untuk mengetahui peningkatan prestasi dengan menggunakan metode

penemuan lebih tinggi dari pada melalui pembelajaran dengan metode

ceramah pada mata pelajaran IPA SDN 1 Adisucipto.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang penerapan metode

penemuan dalam mata pelajaran IPA khususnya tentang gaya dapat berupa

tarikan dan dorongan yang dapat meningkatkan minat, keaktifan,

kemampuan menyimpulkan dan prestasi siswa.

(27)

5

Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan dan melengkapi karya

tulis ilmiah di Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Peserta didik

Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya dan

menanamkan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap suatu ilmu

pengetahuan.

4. Bagi pendidik

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperkaya perbendaharaan

ilmu pengetahuan tentang strategi pembelajaran IPA yang baik dengan

menggunakan metode penemuan.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1Metode Penemuan

a. Pengertian metode penemuan

Metode mengajar digunakan sebagai cara penyampaian materi oleh guru

kepada siswa dalam pembelajaran. Menurut Mulyana (2010:13), “metode mengajar ialah kemampuan guru dalam menyampaikan materi, menyelenggarakan

dan mengelola kelas sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi

pembelajaran”

Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007:59), “metode penemuan yang biasa disebut dengan metode discovery merupakan kegiatan

belajar mengajar yang bercirikan aktivitas siswa yang dituntut aktif melalui

serangkaian kegiatan bermakna dan melibatkan seluruh kemamapuan yang

dimiliki oleh peserta didik untuk mencari dan menyelidiki kebenaran suatu ilmu

pengetahuan”. Metode penemuan merupakan metode yang mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri pengetahuan atau konsep

baru (Hamzah, 2011: 99). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penemuan

menuntut siswa untuk aktif, mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya terhadap

suatu pengetahuan atau konsep baru. Metode penemuan disesuaikan dengan

tingkat perkembangan intelektual peserta didik termasuk pengembangan

emosional dan mengurangi ketergantungan terhadap guru. (Tim Pengembang Ilmu

Pendidikan FIP-UPI, 2007: 190).

b. Langkah-langkah metode penemuan

Metode penemuanmerupakan suatu metode pengajaran yang

menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Menurut Suparno (2002: 45)

pelaksanaan metode penemuan terdiri dari 3 tahap :

(29)

7

1. Sebelum Guru mengajar (tahap persiapan), meliputi :

- Mempersiapkan bahan ajar.

- Mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan.

- Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa

untuk aktif.

- Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan

siswa.

- Mempelajari pengetahuan awal siswa.

2. Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan), meliputi :

- Memancing siswa untuk aktif belajar dan bertanya.

- Menggunakan variasi metode pembelajaran seperti studi

kelompok, studi di luar kelas.

- Memberikan kesempatan siswa untuk meneliti, menemukan sendiri

pengetahuan mereka.

- Siswa dberikan waktu berfikir dan merumuskan gagasan mereka.

- Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan

mereka.

- Melakukan evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya.

3. Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi), meliputi :

- Guru memberi pekerjaan rumah atau tugas lain sebagai

pendalaman.

- Guru memberikan tes yang membuat siswa berfikir dan bukan

hafalan.

Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak

sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan

jawabannya sendiri. Metode penemuan dipandang sebagai teknik yang paling

berguna dalam mengajar konsep. Bagian yang paling penting dari metode

penemuan ini adalah agar siswa memperoleh pengetahuannya sendiri dengan

menyimpulkan materi melalui bimbingan guru.

Menurut Hanafiah (2009:78), “beberapa langkah yang harus diperhatikan

oleh guru dalam metode penemuan, diantaranya: (1) mengidentifikasi kebutuhan

siswa, (2) seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari, (3) seleksi

(30)

bahan atau masalah yang akan dipelajari, (4) menentukan peran yang akan

dilakukan masing-masing peserta didik, (5) memeriksa pemahaman siswa

terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan, (6) mempersiapkan setting

kelas, (7) mempersiapkan peralatan yang diperlukan, (8) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan, (9) siswa

menganalisis sendiri atas data temuan, (10) merangsang terjadi adanya percakapan

mengenai materi/temuan antar siswa, (11) memberi penguatan kepada siswa untuk

giat dalam melakukan penemuan, dan (12) memfasilitasi siswa dalam

merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya”.

c. Kelebihan dan kekurangan metode penemuan

Metode penemuan dengan pelaksanaannya yang berbeda dengan metode

lain, memiliki beberapa keunggulan. Menurut Djamarah (2010: 84), metode

penemuan memiliki beberapa kelebihan antara lain :

1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan hasil percobaannya.

2. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru

dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia.

3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk

kemakmuran umat manusia.

Metode penemuan juga memiliki beberapa kekurangan, menurut Djamarah

(2005: 235), metode penemuan memiliki beberapa kekurangan antara lain :

1. Penerapan metode penemuan membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai, keterbatasan peralatan mengakibatkan tidak setiap siswa

berkesempatan mengadakan percobaan.

2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik

harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

3. Metode penemuan lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu

(31)

9

2.1.1.2Metode Ceramah

a. Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai salah satu metode yang paling

ekonomis dan efektif dalam menyampaikan informasi maupun dalam mengatasi

kelangkan literatur atau rujukan karena sesuai dengan jangkauan daya beli dan

paham siswa (Muslich, 2007: 199). Menurut Gulo (2005: 137), metode ceramah

merupakan metode yang sangat sederhanayang disebut juga metode konvensional/

lama dengan menyampaikan pengetahuan/ materi pembelajaran secara

komunikasi lisan satu arah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ceramah

merupakan salah satu metode yang paling ekonomis dan efektif dalam

menyampaikan informasi dengan menggunakan komunikasi lisan satu arah.

Ketika seorang pengajar menggunakan metode ceramah siswa tidak terlalu

dituntut aktif dalam pembelajaran, siswa cukup mendengar dan mencatat materi

yang disampaikan oleh pengajar. Sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas

dengan menggunakan metode ceramah pada umumnya siswa bersifat pasif.

b. Langkah-langkah Metode Ceramah

Metode ceramah dalam pelaksanaannya terdapat beberapa langkah yang

harus dilakukan oleh guru. Langkah-langkah metode ceramah menurut Sanjaya

(2006: 147) meliputi dua tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan.

Pada tahap ini guru merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan dan

mempersiapkan alat bantu dengan tujuan menghindari kesalahan

persepsi dari siswa.

2. Tahap Pelaksanaan.

Pada tahap ini guru melakukan langkah pembukan dengan melakukan

apersepsi yang kemudian dilanjutkan dengan langkah penyajian. Pada

langkah penyajian, guru menyampaikan materi pelajaran dengan cara

lisan dan kemudian guru menutup pembelajaran dengan evaluasi.

(32)

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Menurut Munthe (2009: 61) terdapat beberapa kelebihan dari metode

ceramah sebagai berikut:

1. Metode ceramah sangat baik untuk materi baru yang belum tersedia dalam

bentuk hardcopy.

2. Metode ceramah dapat dipergunakan untuk kelas besar.

3. Materi pembelajaran yang banyak dapat disampaikan dalam waktu singkat

dengan menggunakan metode ceramah.

4. Metode ceramah sangat baik digunakan untuk kognisi dan afeksi tingkat

rendah.

5. Lebih ekonomis apabila dilihat dari segi biaya.

Menurut Muslich (2007: 201)terdapat kelemahan metode ceramah sebagai

berikut:

1. Penggunaan metode ceramah membuat siswa pasif karena keaktifannya di

dalam kelas dibatasi.

2. Mengandung unsur paksaan kepada siswa karena pada umumnya siswa

diharuskan mencatat penjelasan dari guru.

3. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak

didik yang lebih tanggap auditifnya (kemampuan mendengar) dapat lebih

besar menerimanya.

4. Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme.

5. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, apabila terlalu lama

menjadi membosankan.

2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD a. Pengertian dan Hakikat IPA

Menurut Arisworo (2006: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

(33)

11

sekitarnya, termasuk di dalamnya manusia, hewan dan tumbuhan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep serta prinsip-prinsip yang membahas alam sekitar.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. Menurut Trianto (2010: 137), pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar

produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah yang dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. IPA sebagai Proses adalah pemilihan metode yang digunakan untuk

memperoleh pengetahuan. Metode ini disebut juga sebagai metode ilmiah.

2. IPA sebagai sikap adalah mengenai keyakinan, pendapat, dan nilai-nilai

yang harus dipertahankan sebagai seorang ilmuwan dalam mencari atau

mengembangkan pengetahuan baru.

3. IPA sebagai produk terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,

hukum-hukum, serta teori-teori.

b. Pentingnya pembelajaran IPA di SD

Berdasarkkan dalam KTSP, mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki pengaruh gaya

tarikan dan dorongan terhadap benda, memecahkan masalah dan membuat

kesimpulan.

(34)

c. Kompetensi dasar IPA di SD

Gaya Tarikan dan Gaya Dorongan Dapat Merubah Gerak Suatu Benda

Wahyono (2008 : 102) mengatakan bahwa, “Di dalam ilmu pengetahuan

gaya sering diartikan sebagai tarikan dan dorongan”. Menurut Graham (2004: 4) Gaya adalah tarikan atau dorongan tak terlihat yang mempengaruhi benda

sehingga dapat terjadi sebuah gerakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya

adalah tarikan dan dorongan yang menyebabkan benda dapat bergerak. Apabila

kita menarik atau mendorong suatu benda, maka kita memberikan gaya pada

benda tersebut. Gaya tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi benda.

Dengan adanya gaya yang bekerja dalam suatu benda maka ada beberapa hal yang

dapat ditimbulkan oleh gaya, antara lain gaya dapat menyebabkan benda bergerak,

gaya dapat mempengaruhi kecepatan benda dan gaya dapat mempengaruhi arah

gerak benda.

Gambar 1. Menendang Bola

http://3.bp.blogspot.com/_URywD5UgGxk/TFEoksmRSAI/AAAAAAAAABM/q

UvZ-MzNi-E/S250/kaki+bagian+dalam.jpg

Benda yang tadinya diam menjadi bergerak dikarenakan adanya gaya

sehingga terjadi perpindahan kedudukan benda dari kedudukan awal, seperti pada

pemain bola yang menendang bola yang diam sehingga bola tersebut dapat

bergerak. Besarnya gaya yang diberikan pada suatu benda mempengaruhi gerak

benda tersebut. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin cepat gerak benda.

(35)

13

Gambar 2. Seorang anak yang mengerem mendadak.

http://psb.sman82-jakarta.sch.id/psb/datafitur/mp_files/mp_421/images/hal1.jpg

Selain gaya menyebabkan benda bergerak, gaya juga menyebabkan

perubahan kecepatan pada benda. Perubahan kecepatan pada benda dapat terjadi

apabila kita memberikan suatu gaya yang dapat mempercepat dan memperlambat

suatu benda yang sedang bergerak seperti pada saat bersepeda dan mengerem.

Sepeda yang sedang melaju mendapat gaya untuk mengurangi kecepatannya

dengan cara pengereman, sehingga lama kelamaan sepeda itu pun akan berhenti.

Gambar 3. Seorang anak yang mendorong meja.

http://edukasi.net/file_storage/materi_pokok/MP_176/Image/pr1%20gaya/hal04.j

pg

Gaya juga mempengaruhi arah gerak benda. Benda yang tadinya bergerak

lurus menjadi berbelok ketika dipengaruhi gaya. Seperti sebuah mobil yang

berbelok, bola yang ditendang lurus dan kemudian berbalik arah karena ada

benturan dengan tembok, meja yang didorong dengan arah yang tidak beraturan.

(36)

2.1.1.3Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Djaali (2006:24),Minat adalah rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan”. Sedangkan menurut Sanjaya (2009: 132) “minat merupakankecenderungan individu untuk

melakukan sesuatu perbuatan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan kecenderungan dan ketertarikan yang kuat terhadap sesuatu perbuatan

tanpa adanya paksaan.Siswa yang memiliki minat tinggi terhadap suatu mata

pelajaran dapat terlihat dari partisipasi aktif siswa tersebut dalam kegiatan belajar

mengajar. Sehingga minat siswa dapat menentukan tinggi rendahnya pencapaian

hasil belajar. Minat bukanlah sesuatu yang sifatnya statis namun juga dinamis

karena minat dapat berubah-ubah.

b. Indikator Minat

Minat siswa mengenai suatu bidang dapat muncul karena ia tahu, kenal

dan kemudian merasa tertarik untuk mengetahui seluk beluk bidang tersebut

secara lebih mendalam (Lucy, 2009: 66). Siswa yang memiliki minat yang tinggi

terhadap mata pelajaran tertentu, akan lebih terfokus pada mata pelajaran tersebut

dan karena pemusatan perhatian tersebut menyebabkan semangat belajar siswa

menjadi meningkat yang akan berdampak pada hasil prestasi belajarnya yang

meningkat.

2.1.1.4Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Menurut Riyanto (2008: 76) keaktifan siswa merupakan hal terpenting

dalam pembelajaran maupun kegiatan belajar. Semakin tinggi keaktifan siswa,

semakin sering siswa tersebut menggunakan otaknya sehingga semakin kompleks

simpul-simpul yang terjadi di dalam otak. Semakin kompleks simpul-simpul yang

terbentuk, semakin banyak pengetahuan yang dapat disimpan dan lebih mudah

untuk diingat kembali. Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang

mengharuskan siswa untuk aktif, dapat meningkatkan kecerdasan siswa dan

(37)

15

b. Indikator Keaktifan

Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain untuk mengkontruksi

pengetahuan mereka sendiri, sehingga siswa aktif membangun pemahaman atas

persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar

mengajar (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007: 83). Guru berusaha

membuat siswa aktif di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga akan tercipta

pembelajaran yang baik, dengan berpusat pada siswa dan guru sebagai

fasilitatornya. Siswa bukanlah sebatas penerima pengetahuan pasif dari gurunya

melainkan sebagai individu yang aktif memproses segala informasi yang ia

temukan di lingkungannya untuk memperoleh pemahamannya sendiri. Keaktifan

siswa dapat mengubah pembelajaran yang pasif menjadi pembelajaran aktif yang

mengharuskan siswa menjadi penghasil ilmu pengetahuan, dimana siswa dapat

mencari pemecahan masalah dari permasalahan suatu ilmu pengetahuan.

2.1.1.5 Keterampilan Menyimpulkan

a. Ketrampilan IPA

Keterampilan proses IPA merupakan sesuatu yang sangat perlu dipelajari

oleh siswa karena aspek-aspek keterampilan proses IPA. Keterampilan proses IPA

merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental dan

interaksi sosial yang mendasar untuk mengarah pada kemampuan yang lebih

tinggi. Keterampilan proses sains meliputi empat unsur yaitu produk, proses,

teknologi dan sikap merupakan serangkaian proses kognitif yang dapat membuat

siswa lebih memahami hakikat IPA. Menurut Sumantoro (2007: 8) keterampilan

proses IPA antara lain : 1) Mengamati, 2) menggolongkan, 3) mengukur, 4)

menggunakan alat, 5) menafsirkan, 6) memprediksi, 7) melakukan percobaan, 8)

menyimpulkan hasil percobaan. Sehingga dalam keterampilan proses IPA,

kegiatan menyimpulkan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah siswa

melakukan pengamatan atau penelitian.

b. Kemampuan Menyimpulkan

Pada proses IPA,kemampuan menyimpulkan merupakan keterampilan

yang paling penting sebab dengan melakukan kegiatan menyimpulkan dari

(38)

pengamatan atau kegiatan penelitian siswa, siswa mendapatkan jawaban dari

suatu permasalahan Ilmu IPA yang didasarkan atas pengetahuan awal

siswa.Kemampuan menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari

materi pelajaran yang telah disajikan (Sanjaya, 2009: 190). Sedangkan Fauzy

(2008: 11) berpendapat bahwa kemampuan menyimpulkan adalah suatu

kemampuan untuk membuat suatu pernyataan yang merangkum proses dan hasil

yang telah diperoleh dari sebuah kegiatan penelitian. Berdasarkan kedua pendapat

tersebut dapat dijelaskan bahwa kemampuan menyimpulkan merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memahami inti, menjelaskan atau

menafsirkan suatu data hasil pengamatan terhadap suatu penelitian.Melalui

kegiatan menyimpulkan, siswa ditantang untuk mengembangkan kemampuan

berfikir mereka. Dalam melakukan penarikan kesimpulan tentang suatu penelitian,

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh siswa diantaranya siswa harus

berfikir kritis dalam membedakan data pada saat penarikan kesimpulan serta

siswa harus mampu mengimajinasikan serta berhipotesis dari data yang ada.

Pengukuran kemampuan menyimpulkan dapat dilakukan atau diukur

dengan menggunakan tes kemampuan menyimpulkan yang terdiri dari dua

tahapan yaitu pretes dan postes.

2.1.1.6 Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Menurut Akbar (2008: 168) prestasi belajar merupakan

hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa.

Sedangkan menurut Olivia (2011: 73) prestasi belajar adalah puncak hasil belajar

yang dapat mencerminkan hasil dari keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan

belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang

telah dicapai dan merupakan suatu aktivitas mental atau psikis sehingga

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan

dan nilai-sikap yang mencerminkan keberhasilan belajar siswa. Kemampuan

(39)

17

prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan bahwa prestasi belajar

merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak

dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang

studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Menurut Akbar (2001: 89) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

1). Kemampuan intelektual siswa, 2). Minat, 3). Bakat, 4). Sikap, 5). Motivasi

berprestasi, 6). Konsep diri.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

1. Utami (2010) meneliti upaya meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD

Negeri Nyamplung Gamping tentang materi sifat benda dan perubahan

wujud dengan metode penemuan terbimbing.Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

pemahaman siswa kelas V SD N Nyamplung Gamping Sleman tahun ajaran

2010 / 2011 dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat benda

dan perubahan wujud. Peningkatan pemahaman siswa ditandai dengan nilai

rata-rata siswa pada kondisi awal 60,35 meningkat pada akhir siklus1 yaitu

62,05 dan mencapai 70,82 pada akhir siklus 2. Nilai rata-rata unjuk

kerjasiswa pada siklus 1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,23.

Sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal

52,94%, pada akhir siklus 1 adalah 64,7%, dan pada akhir siklus 2 adalah

88,23%.

2. Saiful (2010) meneliti tentang penggunaan metode eksperimen untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Tentang Konsep

Gaya di Kelas IV SDN Gejugjati Pasuruan. Subjek dalam penelitian tersebut

(40)

berjumlah 37 siswa, 18 siswa putra dan 19 siswa putri. Dalam penelitian

tersebut siswa mengalami peningkatan hasil kerja ilmiah dari siklus 1

dengan nilai rata-rata 67% ke siklus II dengan nilai rata-rata 71% sehingga

dapat diketahui adanya peningkatan kerja ilmiah sebesar 4 %. Begitupun

juga dengan hasil belajar kognitif siswa yang meningkat dari siklus I dengan

rata-rata 68 ke siklus II dengan nilai rata-rata 78. Presentase ketuntasan

klasikal pada siklus I yaitu 62% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 89%.

2.1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yaitu:

1. Terdapat perbedaan terhadap minat belajar siswa yang menerapkan metode

penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah pada

mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester genap

2010/2011.

2. Terdapat perbedaan terhadap keaktifanbelajar siswa yang menerapkan

metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah

pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester

genap 2010/2011.

3. Terdapat perbedaan terhadap kemampuan menyimpulkan siswa yang

menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan

metode ceramah pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1

Adisucipto pada semester genap 2010/2011.

4. Terdapat perbedaan terhadap prestasi belajar siswa yang menerapkan

metode penemuan dibandingkan minat siswa menerapkan metode ceramah

pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Adisucipto pada semester

(41)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan

menggunakan Quasi Experimental Design atau yang biasa disebut desain

eksperimental semu. Lebih tepatnya penelitian ini termasuk ke dalam

Nonequivalent Control Groub Design yang berarti pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak (Sugiyono, 2010:

116). Menurut Emzir (2008: 103), penerapan desain eksperimen semu dengan

cara membandingkan kelompok.Sehingga dalam penelitian ini membagi subyek

menjadi dua kelompok tidak secara acak, kelompok ekperimen dan kelompok

kontrol. Kelompok ekperimen yaitu kelas IVA diberikan pembelajaran

menggunakan metode eksperimen, sedang kelompok kontrol yaitu kelas IVB

menggunakan metode ceramah. Kedua kelompok tersebut diberikan soal pretes

pilihan ganda dan lembar kuisioner minat untuk mengetahui keadaan awal, apakah

terdapat perbedaan kemampuan pada siswa kelas eksperimen dengan siswa di

kelas kontol. Pada akhir materi, diberikan kembali soal postes pilihan ganda dan

lembar kuisioner minat untuk mengetahui hasil perbandingan penerapan metode

penemuan dengan penerapan metode ceramah.

B O1 X1 02

A 03 X2 04

Keterangan :

B : Kelompok Eksperimen

A : Kelompok Kontrol

X1 : Perlakuan Metode Penemuan

X2 : Perlakuan Metode Ceramah

O1, O3 : Pretes Pilihan Ganda dan Minat Awal

O2, O4: Postes Pilihan Ganda dan Minat Akhir

19

(42)

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IVA dan kelas IVB SD Negeri

Adisucipto Yogyakarta yang beralamat Komplek Landasan Adisucipto, Janti,

Depok, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan tempat penelitian berdasarkan tempat

praktek Pelaksanaan Program pengalaman Lapangan (PPL) saya di SD

tersebut.Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVAyang berjumlah 36 siswa.

Sedangkan kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVB 36 siswa.

Penelitian penemuan dibantu oleh dua guru kelas IVA dan IVB dimana

masing-masing guru memiliki peran yang berbeda. Pembelajaran pada kelompok

eksperimendilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan metode

penemuan yang dibantu oleh guru kelas IVA dan rekan peneliti sebagai pengamat

khususnya terhadap minat dan keaktifan siswa serta melakukan dokumentasi

selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelompok kontrol dilakukan

oleh yaitu guru kelasIVB dengan menggunakan pembelajaran

konvensional/ceramah, dimana peneliti menjadi pengamat khususnya terhadap

minat dan keaktifan siswa yang dibantu oleh rekan peneliti untuk melakukan

dokumentasi selama proses pembelajaran berlangsung. Guru kelas yang lebih

paham akan keadaan dan kemampuan siswa dari pada peneliti, berperan besar

dalam mengecek/ merevisi tata bahasa dan format soal uji agar sesuai dengan

kemampuan siswa di SD tersebut.

3.3Variabel Penelitian

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2010: 60), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Variabel penelitian dapat ditentukan oleh dua hal yaitu landasan teoretisnya dan suatu kejelasan. Kejelasan tersebut ditegaskan oleh

hipotesis penelitian. Sehingga apabila suatu penelitian memiliki landasan teoritis

yang berbeda, maka akan dihasilkan suatu variabel yang berbeda pula.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu :

1. Variabel Bebas (Independent Variabel).

Menurut Sugiyono (2010: 61) variabel bebas merupakan variabel yang

(43)

21

dependen (terikat).Variabel independen dalam penelitian ini adalah metode

pembelajaran.

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel).

Menurut Sugiyono (2010: 61) variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar, kemampuan

membuat kesimpulan, minat, dan keaktifan.

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 4. Bagan Variabel

3. Variabel Kontrol

Menurut Sugiyono (2010: 64) variabel kontrol adalah variabel yang

dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen

terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Variabel Kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah siswa sama, waktu/

durasi pembelajaran yang sama.

3.4 Definisi Operasional

1. Metode penemuan merupakan suatu penelitian dimana peneliti sengaja

merancang atau membuat suatu proses penelitian dan kemudian meneliti

akibatnya dari proses tersebut.

2. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Metode Pembelajaran

Prestasi Belajar

Kemampuan Membuat

Kesimpulan

Minat Keaktifan

(44)

3. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

siswa dalam menjelaskan atau menafsirkan suatu data hasil pengamatan

terhadap suatu penelitian.

4. Minat adalah dorongan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu

hal yang menimbulkan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas tanpa adanya

paksaan

5. Keaktifan adalah suatu aktivitas yang menuntut pemikiran yang lebih tinggi,

yang diwujudkan dalam suatu kegiatan fisik maupun psikis.

6. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berhubungan dengan alam,

menyangkut cara mencari tahu tentang alam secara sistematis.

7. Gaya berupa tarikan dan dorongan merupakan gaya yang timbul pada saat

kita menarik atau mendorong suatu benda, yang dapat mempengaruhi gerak

benda, kecepatan benda dan arah gerak benda.

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, dan mengolah data secara

sistematis dalam kegiatan penelitian. Standar kompetensi yang digunakan dalam

penelitian adalah “Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk

suatu benda” pada kompetensi dasar “Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda” (Depdikbud, 2007).Beberapa instrumen dalam penelitian ini :

a. Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakuan dalam penelitian ini antara lain:

1. Silabus

Sebelum mengajar, seorang guru wajib membuat perencanaan

pembelajaran yaitu silabus. Silabus menentukan proses pembelajaran

yang akan berlangsung. Silabus merupakan rancangan guru dalam

mengembangkan pembelajaran pada suatu mata pelajaran/ tema tertentu

yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/

(45)

23

untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (Tim

FIP-UPI, 2007: 145).

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum pembelajaran dilaksanakan oleh guru, perlu dibuat

skenario pembelajaran tentang apa yang akan dilakukan siswanya

sehubungan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajarinya.

Skenario pembelajaran dinamakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

atau yang biasa disingkat dengan RPP. RPP merupakan rancangan

pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam

pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53). RPP merupakan rancangan

pembelajaran suatu mata pelajaran yang lebih mendetail dan akan

diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Muslich (2007: 53) juga

menjelaskan secara teknis rencana pembelajaran harus meliputi: 1)

Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil

belajar. 2) Tujuan pembelajaran. 3) Materi pembelajaran. 4) Pendekatan

dan metode pembelajaran. 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6)

Alat dan sumber belajar. 7) Evaluasi pembelajaran.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu sumber belajar yang

dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran.LKS pada penelitian ini menggunakan soal essay dimana

siswa menganalisis dua buah percobaan. Percobaan pertama dengan

menggunakan bola plastik dan gawang buatan. Sedangkan percobaan

yang kedua, siswa menggunakan meja dan kursi. Setelah siswa

melakukan percobaan, siswa kemudian mengisi pertanyaan terhadap

percobaan yang telah mereka lakukan dan menyimpulkan hasil dari

percobaan tersebut.

b. Instrumen Pengukuran

Instrumen pengukuran dalam penelitian ini antara lain:

1. Instrumen Minat

Instrumen minat berupa angket yang terdiri dari 20 pertanyaan tentang

IPA secara umum, dan 20 pertanyaan tentang kompetensi dasar yang

(46)

berupa pertanyaan positif maupun negatif. Berikut merupakan kisi-kisi

dari instrumen minat. Berikut kisi-kisi instrumen minat berdasarkan teori

indikator Slameto (2010: 134) menggunakan skala Likern:

Indikator Item soal negatif Item soal positif

Sikap ketertarikan 1,3,16,20

Perhatian untuk melakukan sesuatu dengan

tekun

2,12

Lebih berkonsentrasi 5,14,15

Tidak mudah bosan 10

Terlibat dengan suatu kegiatan karena

menyadari pentingnya atau bernilainya

pelajaran

13,17 4,7,19

Rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh

8 6,9,11,18

Total 7 item 13 Tem

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen minat

2. Instrumen Keaktifan

Instrumen keaktifan berupa lembar keaktifan yang digunakan untuk

mengamati aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang diisi oleh

pengamat dengan menggunakan turus. Instrumen ini terdiri dari 8 item. Berikut

ini merupakan item dari instrumen keaktifan. Berikut kisi-kisi lembar keaktifan

berdasarkan Priyono, dkk, (Purnomo, 2009: 142)

Indikator keaktifan Item

1. Perhatian selama proses belajar 6

2. Bekerjasama/berdiskusi 4, 5, 7, 8

3. Keterlibatan dalam pembelajaran 1, 2, 3

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen keaktifan

3. Instrumen Kemampuan Menyimpulkan

Instrumen kemampuan menyimpulkan berupa 6 soal berupa pilihan ganda.

(47)

25

membuat kesimpulan. Berikut ini merupakan rubrik penilaian untuk instrumen

keterampilan proses.

No. Standar Penilaian Skor

1 Siswa menjawab : A. Melakukan gaya dorong. 10

2 Siswa menjawab : B. Melakukan gaya tarikan. 10

3 Siswa menjawab : A. Gaya tarikan/doromgan dapat

menyebabkan benda diam menjadi bergerak.

10

4 Siswa menjawab : C. Gaya tarikan/dorongan dapat

menyebabkan benda bergerak lebih cepat.

10

5 Siswa menjawab : C. Gaya tarikan/dorongan dapat

menyebabkan benda bergerak melambat.

10

6 Siswa menjawab : D. Gaya tarikan/dorongan dapat

mengubah arah gerak benda.

10

Tabel. 3 Kisi-kisi instrumen keterampilan Menyimpulkan

4. Instrumen Prestasi

Instrumen prestasi berupa 10 soal pilihan ganda tentang materi gaya

berupa tarikan dan dorongan. Soal ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar

siswa pada materi tersebut. Berikut ini merupakan kisi-kisi dari instrumen prestasi

belajar :

No. Indikator Item Soal

1 Menyebutkan contoh peristiwa gaya berupa tarikan

atau gaya berupa dorongan

2, 7, 8

2

Memahami penerapan dan prinsip gaya berupa

tarikan atau dorongan dalam kehidupan sehari-hari

1, 3, 4, 9

3 Memahami akibat dari gaya tarikan atau dorongan 5, 6, 10

Tabel 4. Kisi-kisi instrumen prestasi belajar

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu instrumen dinyatakan memiliki kesahihan atau validitas yang baik

jika instrumen benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur(Sangadji dan

Sopiah, 2010: 47). Menurut Arifin (2011: 245), validitas merupakan derajat

(48)

ketepatan alat ukur yang digunakan dan benar-benar tepat untuk mengukur apa

yang hendak diukur. “Validitas merupakan penafsiran skor tes seperti yang tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri” (Mardapi, 2008: 16). Sehingga dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang

menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen berdasarkan tujuan

penggunaan tes.

Menurut Suprananto (2012: 76) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi validitas tes, seperti: 1). Karakteristik peserta tes, 2). Pelaksanaan

tes dan prosedur penyekoran, 3). Proses pembelajaran. Validitas yang baik

betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas menunjuk pada derajat

keterpercayaan terhadap proses dan hasil. Validitas lebih menekankan pada alat

pengukuran atau pengamatan.

Untuk memperkuat hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau

kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan

diperlukan reliabilitas. Menurut Purwanto (2009: 154), “reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan

pengukuran”.Sedangkan menurut Suprananto (2012: 82), reliabilitas bertujuan untuk mempertahankan konsistensi dari suatu pengukuran. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa reabilitas merupakan ketepatan atau keajegan dalam menilai

apa yang seharusnya dinilai Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur sehingga apabila peneliti menggunakan metode yang sama akan mendapat

hasil yang sama seperti kajian terdahulu.

Untuk sebuah instrumen baik pretes maupun postes, angket minat dan

lembar keaktifan dalam penelitian ini menggunakan tipe content validity (validitas

isi). Validitas isi merupakan pengujian validitas yang dilakukan untuk

memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur

Purwanto (2009: 120). Kegunaan validitas isi menurut adalah untuk mengetahui

kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran yang telah

disampaikan. Validitas isi dianalisis secara rasional melalui professional

judgement.

Peneliti menggunakan validitas ini dikarenakan lebih efisien dalam

(49)

27

adalah dosen pembimbing satu, dosen pembimbing dua, guru kelas IVA dan guru

kelas IVB serta kepala sekolah. Semua instrumen dianalisis oleh keenam ahli,

mulai dari isi, urutan, tata bahasa, serta reliabilitasnya.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan pada masing-masing kelas yaitu pada

kelompok eksperimen yang diajarkan dengan pendekatan penemuan, sedangkan

kelompok kontrol diajarkan dengan pendekatan metode ceramah. Berikut teknik

pengumpulan data beserta instrumen dalam penelitian ini :

No. Kelompok Variabel Pengumpulan Data Instrumen

1 Eksperimen

Tabel 5. Teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. a. Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, maka dirumuskan hipotesis

statistik sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mean minat

siswa, keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar

yang menerapkan metode penemuan dengan mean minat siswa,

(50)

keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar yang

menerapkan metode ceramah.

Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan minat siswa, keaktifan,

kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar siswa yang

menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa,

keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar siswa

yang menerapkan metode ceramah.

Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan antara mean minat,

keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar yang

menerapkan metode penemuan dengan mean minat siswa,

keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar yag

menerapkan metode ceramah.

Dengan kata lain, terdapat perbedaan minat siswa, keaktifan,

kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar siswa yang

menerapkan metode penemuan dibandingkan minat siswa,

keaktifan, kemampuan menyimpulkan serta prestasi belajar siswa

yang menerapkan metode ceramah.

c. Data Minat Belajar, Keaktifan, Kemampuan Menyimpulkan serta Prestasi Belajar

Untuk jawaban kuesioner tentang minat siswa menggunakan

skala Likert, setiap alternatif jawaban diberi skor 4 (sangat setuju), 3

(setuju), 2 (kurang setuju), dan 1 (tidak setuju) untuk pernyataan positif

dan sebaliknya bila pernyataan negatif. Menurut Sugiyono (2010:134)

“skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penilaian

keaktifan untuk setiap siswa, dilakukan dengan menuliskan turus pada

lembar keaktifan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Penilaian kemampuan menyimpulkandan penilaian prestasi

belajar karena soal berbentuk pilihan ganda maka skor 1 apabila

Gambar

Tabel 36. Tabulasi Skor Pretes Prestasi Belajar
Gambar 3. Seorang Anak yang Mendorong Sepeda ……………….
Gambar 1. Menendang Bola
Gambar 3. Seorang anak yang mendorong meja.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Pada mulanya pembahasan tentang worldview terkait dengan pandangan suatu masyarakat terhadap realitas kehidupan di dunia, yang mana tidak dapat lepas dari

Sebelum melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pada tahun 2004 Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Bulungan melaksanakan pesta demokrasi dengan

Periksa minyak pelumas dari campuran bahan bakar (HSD)

Setelah pengajuan dana kredit diterima dan disetujui oleh pihak Pegadaian yang berwenang maka Pegadaian melalui pihak mikro akan mengeluarkan Surat Keputusan

10 Dalam Pasal 1 butir 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ditentukan bahwa Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

tinggi yang lain mutu prodi yang sejenis, lebih tinggi, maka calon mahasiswa akan lari ke.. perguruan tinggi

Pengajuan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) Untuk memperoleh RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara online kepada Dirjen melalui