• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.1 Sur at Kabar Sebagai Media Massa Cetak

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan media (Effendi, 2003:79-80).

Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Informasi yang disajikan media massa merupakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi, sedangkan media massa membutuhkan manusia untuk mendapatkan informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media tersebut. Berita-berita yang disajikan oleh media massa merupakan hasil seleksi dari berbagai isu yang berkembang di masyarakat. Selain itu berita yang disampaikan kepada khalayak juga harus mengandung nilai berita. Jadi, tidak semua kejadian di masyarakat ditampilkan oleh media massa. Media massa juga memiliki wewenamg

untuk menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media. (Sobur, 2002 : 162)

Selain itu, Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (Mc. Quail, 2005:3).

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar, sebagaimana diungkapkan oleh Djuroto (2002:11) bahwa :

“Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur dan bisa terbit setiap hari atau seminggu sekali.”

Menurut Junaedhie (2002:12) pers disebut sebagai surat kabar, sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak seperti lembaran kerja berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Sedangkan surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2003:91) adalah sebagai berikut :

a. Publisitas

Yaitu penyebarannya kepada publik atau khalayak dan bersifat umum. Dengan ciri ini, maka penerbitan yang bentuk dan fisiknya sama dengan surat kabar tidak bisa disebut surat kabar apabila diperuntukkan untuk sekelompok orang atau segolongan orang. Penerbitan yang sifatnya khusus, tidak termasuk surat kabar.

b. Periodesitas

Yaitu keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali dalam seminggu. Kalaupun ada yang diterbitkan lebih dari satu kali, terbitnya tidak teratur.

c. Universalitas

Yaitu kesemastaan isinya, beraneka ragam dari seluruh dunia. Isi surat kabar haruslah berita-berita yang mencakup berita yang ada dari dalam maupun luar negeri, sehingga khalayak (audience) mengetahui segala jenis kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi di seluruh dunia.

d. Aktualitas

Yaitu laporan mengenai peristiwa yang terjadi dan dilaporkan harus benar atau bisa juga kecepatan laporan tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita.

2.1.2 Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987 :2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya. 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri. 3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

(Susanto, 2000: 116)

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta

mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri. (Effendy, 2003: 149)

Sementara (Sumadiria, 2005 : 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, factual dan bermanfaat.

1. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

2. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

3. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

4. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

2.1.3 Definisi Ber ita

Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. (Deddy Iskandar 2005:22)

Jenis berita menurut Deddy Iskandar dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi, berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Hard News (Berita berat), adalah berita tentang peristiwa yang dianggap

penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. b. Soft News (Berita ringan, adalah berita yang tidak terikat dengan aktualisasi

namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.

c. Investigasi Reports (Laporan penyelidikan), adalah jenis berita yang eksklusif karena datanya didapat melalui proses penyelidikan.

Terdapat empat unsur yang dikenal sebagai nilai-nilai berita (Romli, : 2005 : 5).

a. Cepat : berarti ketepatan waktu atau aktual. Berita adalah sesuatu yang baru, yang belum diketahui sebelumnya.

b. Nyata : berarti fakta (bukan karangan ataupun fiksi). Didalamnya terdapat kejadian nyata, pendapat dan pernyataan sumber berita atau sesuai dengan keadaan sebenarnya dan apa adanya.

c. Penting : berarti menyangkut kepentingan orang banyak (berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak).

d. Menarik : berarti mengundang orang untuk membaca berita yang ditulis dan dimuat dalam media cetak. Selain berita yang menarik perhatian pembaca, aktual, dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, berita bersifat menghibur atau lucu juga dibutuhkan oleh masyarakat luas atau para pembaca. Berita yang mengandung keganjilan atau keanehan, bahkan berita yang menyentuh emosi atau menggugah perasaan (human interest) juga diperlukan.

2.1.4 Ber ita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten

Baru-baru ini media serentak memberitakan tentang sedot pulsa dengan modus konten. Baik media massa cetak maupun elektronik secara bersamaan menyajikan informasi mengenai perkembangan isu yang sejatinya merugikan masyarakat ini. setiap media berlomba - lomba memberikan informasi seakurat dan semenarik mungkin melalui pemberitaan mereka, misalnya dengan memberikan kolom khusus atau bahkan untuk media elektronik terdapat forum khusus dengan tema sedot pulsa ini. Sudah seharusnya hal ini mengundang perhatian masyarakat karena berkaitan erat dengan kebutuhan mereka, khususnya dari sisi telekomunikasi. Tanpa memiliki pulsa maka anda tidak akan bisa melakukan panggilan atau kirim pesan kepada pihak yang ingin anda tuju.

Seperti yang diberitakan oleh harian Jawa Pos tertanggal 06 Oktober 2011 mengenai sedot pulsa dengan modus konten. Harian yang lokasi produksinya di Surabaya ini menuliskan tema Industri seluler dan kisruh sedot pulsa pelanggan dengan judul Puluhan penyedia konten masuk blacklist. Dalam pemberitaan ini pelanggan diminta waspada pesan dari nomor pendek yang di sinyalir menjadi sebab

pelanggan berlangganan konten. Konten inilah yang kemudian selalu memotong pulsa pelanggan dalam bentuk pengiriman pesan pendek tentang sebuah informasi yang mungkin sebenarnya informasi tersebut tidak diharapkan oleh pelanggan. Disini juga dibahas mengenai respon Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait komitmen kerjasama provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten.

Terhitung sejak 26 Juli 2011 sampai dengan 12 Oktober 2011 pusat pengaduan 159 mengenai penanganan konten yang didirikan pemerintah menerima 9000 pengaduan dan sekitar 95% diantaranya sudah ditangani provider terkait. Kenyataan ini mencerminkan begitu besarnya jumlah masyarakat berlangganan konten penyedot pulsa yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Sehingga kemudian masalah ini menjadi hal yang harus diselesaikan secara serius dari berbagai elemen yang terlibat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh media lain, harian Jawa Pos memberitakan secara periodik terkait kasus penyedotan pulsa oleh layanan konten. Komitmen dari setiap provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten menjadi perhatian serius bagi Badan Regulasi Komunikasi Indonesia (BRTI). Yakni dengan melakukan monitoring dan pengawasan pemberian ganti rugi kepada konsumen dan sanksi bagi penyedia layanan konten yang nakal. Hal ini sangat beralasan karena sebagian besar penyedia layanan konten diduga merugikan konsumen, khususnya secara finansial.

Mengamati omzet yang didapatkan oleh provider telekomunikasi/operator dari hasil kerjasama dengan penyedia layanan konten. Maka menjadi sebuah

kewajiban untuk menegaskan hak konsumen sebagai pengguna provider yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam berkomunikasi. Berita di harian Jawa Pos tertanggal 18 Oktober 2011 menyatakan bahwa diperkirakan pendapatan operator dalam setahun yang dihasilkan dari provider konten mencapai 3 sampai 4 Triliun dan industri provider konten memiliki porsi 7 % dari total pendapatan operator.

Memperhatikan omzet fantastis yang dihasilkan dari layanan provider konten, maka bukan tidak mungkin sebuah pemikiran kapitalis muncul dari pihak operator. Mereka membuka lahan besar untuk para penyedia konten premium yang berupa sms broadcast, pop screen, voice broadcast, termasuk nada tunggu (NSP). Dan beberapa layanan ini yang kemudian dikeluhkan pelanggan dengan menghubungi pihak operator. Dalam satu bulan dalam kondisi normal, misalnya operator telkomsel menerima 30 ribu pengaduan terkait komplain layanan konten. Kenyataan ini membuktikan banyaknya konsumen yang merasa dirugikan dengan munculnya sms konten tersebut.

Pesan singkat (SMS) konten yang diterima konsumen dari layanan tertentu selama ini menjadi sebab hilangnya pulsa. Karena setiap menerima sms dari layanan tersebut konsumen akan dikenakan biaya, sebagian besar dari biaya yang dibebankan kepada pelanggan adalah 2200 rupiah per sms. Sms konten ini menyediakan beberapa layanan, misalnya informasi ilmu pengetahuan, gosip selebritis, sms lucu bahkan informasi mengenai tuntunan agama. Dan hampir setiap konten dalam promosinya mengikutsertakan nada sambung pribadi (NSP) sebagai bonus registrasi akan tetapi biaya NSP tetap dibebankan kepada pelanggan itu sendiri.

Akhir - akhir ini sms dari penyedia layanan konten semakin mudah masuk ke nomor pelanggan hampir untuk semua operator. Modus yang tren adalah dari penyedia layanan konten mengirimkan informasi berupa sms ke nomor pelanggan dengan menggunakan nama operator yang bersangkutan dan ketika di tekan "Ok", seketika itu pula pelanggan berlangganan. Akan tetapi kemudahan akses ini tidak diimbangi dengan prosedur yang jelas. Dengan kata lain pelanggan merasa bingung untuk berhenti berlangganan (unreg) dari layanan yang menyedot pulsa tersebut. Sehingga bagi mereka solusi terakhir adalah menghubungi pihak operator dengan harapan dapat membantu permasalahan mereka.

Setiap operator memiliki Standart Operational prosedure (SOP) dalam menangani keluhan sms konten. Kemudian bukan menjadi solusi, tetapi sebaliknya SOP tersebut yang menjadi kendala solusi layanan konten ini. Semakin banyaknya konsumen yang dirugikan terkait dengan semakin maraknya penyedot pulsa akibat sms konten. Maka masyarakat merasa harus melaporkan masalah ini kepada pemerintah sebagai salah satu bentuk kebuntuan solusi yang mereka dapatkan dari operator. Tidak sedikit dari masyarakat atau organisasi sosial yang melakukan aksi demonstrasi menuntut penghapusan sms siluman (sms konten penyedot pulsa) bahkan tuntutan ganti rugi.

2.1.5 Pembaca Sebagai Khalayak Aktif Media

Khalayak merupakan masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Menurut Mc Quail (2000) pengertian mengenai khalayak sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya. (Rachmat, 2006 : 201)

Masyarakat merupakan sasaran komunikasi massa melalui media cetak. Komunikasi dapat efektif, apabila pembaca terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Dalam penelitian masyarakat adalah yang membaca surat kabar Jawa Pos.

Dengan demikian untuk memenuhi sebagian kebutuhannya, khalayak bebas untuk memilih dan menggunakan sejumlah media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (non media) sepanjang itu dapat menunjang atau memperteguh (reinforcement) nilai, sikap dan pengalaman terhadap suatu obyek tertentu.

2.1.6 Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai setudi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung di pertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rakhmat,2002:39)

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluatif dalam diri individu yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik buruk, positif atau negatif, menyenagkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka,

yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat,2001:40).

Sikap dibentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunkasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat2001:42).

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga (3), yaitu :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu kayakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya. (Mar’at dalam Dayakisni, 2003:96).

Apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tesebut dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

a. Dampak Kognitif b. Dampak Afektif

c. Dampak Konatif/Behavioral

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan.

Dampak Afektif disini lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya, misalnya perasaan takut, gembira, marah dan lain sebagainya.

Sementara yang terakhir disini adalah dampak konatif/behavioral yang mana dampak ini yang kadarnya yang paling tinggi, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

2.1.7 Teor i S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari ilmu psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari ilmu psikologi dan ilmu komunikasi

adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen – komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003).

Menurut teori stimulus – organism - response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (Stimulus, S) 2. Komunikan (Organism, O) 3. Efek (Response, R)

“ Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh komunikan” (Effendy, 2003 : 255).

Gambar 2.1

Model Komunikasi S-O-R (Effendy, 2003 : 255)

Stimulus atau pesan yang diterima oleh komunikan melalui media, salah satunya yaitu media televisi diterima oleh organism atau komunikan yang kemudian melambaikan response atau efek. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa efek-efek dari penerimaan pesan yang terjadi pada komunikan antara lain mengubah opini, kognisi, afeksi, dan konasi.

Stimulus (Pesan atau informasi)

Organism (Komunikan)

Response (Efek)

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang kemudian melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan komunikan untuk mengubah sikap. (Effendy,2003)

Maka sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, stimulus dalam penelitian ini adalah berita mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Kemudian masyarakat mengikuti perkembangan kasus yang dianggap merugikan para pengguna alat telekomunikasi. Sehingga semakin sering diberitakan maka semakin besar pula pengaruh yang ditimbulkan kepada pembaca seperti sikap mereka terhadap kasus tersebut.

2.2 Ker angka ber pik ir

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sikap pembaca di Surabaya mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

Masyarakat selalu membutuhkan informasi mengenai berbagai hal terjadi di sekitar mereka, khususnya dalam kehidupan sosial. Peristiwa yang berkembang di masyarakat akhir-akhir ini adalah kasus sedot pulsa dengan modus konten. Surat kabar Jawa Pos , salah satu media cetak yang fungsi utamanya penyedia informasi juga memberitakan kasus tersebut. Seperti hal nya media lain surat kabar yang terbitnya harian ini menyajikan informasi terkait perkembangan kasus yang dianggap merugikan masyarakat pengguna jasa telekomunikasi di negeri ini. Mulai dari awal kasus ini muncul sampai dengan proses penyelesaiannya yang melibatkan seluruh penyedia layanan telekomunikasi.

Seperti yang diberitakan oleh harian Jawa Pos tertanggal 06 Oktober 2011 mengenai sedot pulsa dengan modus konten. Harian yang lokasi produksinya di Surabaya ini menuliskan tema Industri seluler dan kisruh pencurian pulsa pelanggan dengan judul Puluhan penyedia konten masuk blacklist. Dalam pemberitaan ini pelanggan diminta waspada pesan dari nomor pendek yang di sinyalir menjadi sebab pelanggan berlangganan konten. Konten inilah yang kemudian selalu memotong pulsa pelanggan dalam bentuk pengiriman pesan pendek tentang sebuah informasi yang mungkin sebenarnya informasi tersebut tidak diharapkan oleh pelanggan. Disini juga dibahas mengenai respon Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait komitmen kerjasama provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten.

Terhitung sejak 26 Juli 2011 sampai dengan 12 Oktober 2011 pusat pengaduan 159 mengenai penanganan konten yang didirikan pemerintah menerima 9000 pengaduan dan sekitar 95% diantaranya sudah ditangani provider terkait. Kenyataan ini mencerminkan begitu besarnya jumlah masyarakat berlangganan konten penyedot pulsa yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Sehingga kemudian masalah ini menjadi hal yang harus diselesaikan secara serius dari berbagai elemen yang terlibat.

Pemberitaan surat kabar Jawa Pos mengenai sedot pulsa dengan modus konten tersebut bukan tidak mungkin mempengaruhi sikap pembaca dalam menyikapi permasalahan ini. Terlebih karena saat ini bagi hampir seluruh masyarakat alat telekomunikasi sudah menjadi kebutuhan pokok dalam bidang kelancaran komunikasi individu yang satu dengan yang lainnya. Hal ini tercermin pada

penggunaan jasa telekomunikasi di negeri ini bisa dikatakan menyeluruh pada setiap elemen masyarakat baik dengan kriteria ekonomi rendah atau tinggi, tua atau muda. Dan khususnya bagi masyarakat perkotaan dengan kebutuhan yang kompleks dan menginginkan segal sesuatu mudah, cepat dan lancar.

Secara sistematis, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2

Bagan kerangka berpikir diatas menggambarkan hubungan terpaan pemberitaan media massa cetak (surat kabar) Jawa Pos dengan sikap pembaca di Surabaya terkait sedot pulsa dengan modus konten.

Terpaan pemberitaan surat kabar Jawa Pos mengenai sedot pulsa dengan modus konten Masyarakat Surabaya sebagai pembaca • Perhatian • Pengertian • Penerimaan sikap pembaca di Surabaya • Positif • Netral

Dokumen terkait