• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN” DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Sedot Pulsa Dengan Modus Konten” Di Surat Kabar Jawa Pos).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN” DI SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Sedot Pulsa Dengan Modus Konten” Di Surat Kabar Jawa Pos)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Ter hadap Pember itaan “Sedot Pulsa Dengan Modus Konten” Di Sur at

Kabar J awa Pos)

SKRIPSI

Oleh :

Yustiawan Achmadi NPM. 0543010138

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

“SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN” DI HARIAN JAWA POS

Nama Mahasiswa : Yustiawan Achmadi

NPM : 0543010138

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed. NPT. 373059901701

Mengetahui Ketua Program Studi

(11)

“SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN” DI HARIAN JAWA POS

Nama Mahasiswa : Yustiawan Achmadi

NPM : 0543010138

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji:

1.

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed. Dr s. Saifuddin Zuhr i, Msi NPT. 373059901701 NPT. 370069400351

2.

Ir . Didiek Tranggono, Msi NIP. 195812251990011001 3.

Zainal Abidin Achmad, M.Si, M.Ed. NPT. 373059901701

Mengetahui, Ketua Program Studi

(12)

ABSTRACT

YUSTIAWAN ACHMADI, SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN DI SURAT KABAR J AWA POS (Studi Deskr iptif Kuantitatif Tentang Sikap Masyar akat Sur abaya Ter hadap Pember itaan Sedot Pulsa Dengan Modus Konten di Surat Kabar J awa Pos)

Berawal dari laporan salah seorang pelanggan dari provider tentang sedot pulsa yang dilakukan layanan konten. Laporan mengenai sedot pulsa dengan modus konten ini disampaikan langsung kepada DPR. Dari sinilah kemudian hampir semua media baik cetak maupun elektronik secara serentak memberitakan isu tersebut, termasuk surat kabar Jawa Pos.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data secara sistematis dan terperinci mengenai sikap masyarakat Surabaya mengenai berita sedot pulsa dengan modus konten.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap netral mengenai berita sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

Kata Kunci: Sikap, sedot pulsa, layanan konten, masyarakat Surabaya

ABSTRACT

YUSTIAWAN ACHMADI, SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN SEDOT PULSA DENGAN MODUS KONTEN DI SURAT KABAR J AWA POS (Studi Deskr iptif Kuantitatif Tentang Sikap Masyar akat Sur abaya Ter hadap Pember itaan Sedot Pulsa Dengan Modus Konten di Surat Kabar J awa Pos)

Starting from report one customer from the provider of the suction pulse that carried content service. Reports of suction pulse mode with this content delivered directly to DPR. From this then almost all of both print and electronic media simultaneously preaching the issue, including the Jawa Pos newspaper.

Methods This study uses descriptive methods where researchers will describe and interpret data in a systematic and detailed information on public Surabaya attitudes about the news suction pulse mode with the content.

(13)

Nya kepada penulis sehingga Skripsi dengan judul “SIKAP MASYARAKAT

SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN SEDOT PULSA DENGAN MODUS

KONTEN DI SURAT KABAR JAWA POS” dapat terselesaikan dengan baik.

Mengingat keterbatasan waktu, pengetahuan, dan biaya, penulis menyadari

bahwa di dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam

pengungkapan bahasa, kata-kata maupun di dalam penyajian materinya. Namun

diluar ini semua, penulis telah mengusahakan semaksimal mungkin dari apa yang

diperolehnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zainal Abidin Achmad,

M.Si, M.Ed. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual

maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1.

Dra. Hj. Suparwati, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN

“Veteran Jawa Timur.

(14)

memberi semangat

5.

Para Sahabat: Bom2, Davina, Cosa, Bebek, Zalman, Koko Maho, Reno, Ivan,

Dika, f.Celeng, Ableh, Eyent, Kipli, Glewow, Mas Yungki, Mas Sesepuh

Negro, Mbak Vita, Pak Woho.

6.

Light Gaming Crew Pakde, Pak Yoyok, Pak Geje, Pak Dede, Mas Fery

Suwuun kkbro.

7.

Buat seluruh media yang ada di komunikasi X-PHOSE, UPN TV, AK Radio,

Kinne

8.

Juga Kepada HIMAKOM

9.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah

membantu penulis di dalam penyusunan Skripsi ini. Akhir kata, semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

Surabaya, November 2011

(15)

DAFTAR ISI

2.1.1. Surat Kabar Sebagai Media Massa Cetak ... 13

2.1.2. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial ... 16

2.1.3. Definisi Berita ... 18

2.1.4. Berita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten ... 19

2.1.5. Pembaca Sebagai Khalayak Aktif Media ... 22

2.1.6. Sikap ... 23

2.1.7. Teori S-O-R ... 25

2.2. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ... 30

(16)

3.1.2 Sikap Pembaca di Surabaya Terhadap Berita Sedot Pulsa

Dengan Modus Konten di Surat Kabar Jawa Pos ... 31

3.2. Populasi, Sampel, dan Penarikan Sampel ... 36

3.2.1. Populasi ... 36

3.2.2. Penarikan Sampel ... 37

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ………... 41

4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos ………41

4.2. Penyajian dan Analisis Data ………47

4.2.1. Identitas Responden ………... 47

4.3. Sikap Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten Di Surat kabar Jawa Pos ………52

4.3.1. Aspek Kognitif ………52

4.3.1.1. Responden Mengetahui Kasus Sedot Pulsa Dengan Modus Konten Melalui Pemberitaan Di Surat Kabar Jawa Pos ………54

(17)

4.3.1.3. Melalui Pemberitaan Di Surat Kabar Jawa Pos Pelanggan Kepada Provider Telekomunikasi Terkait Pemberitaan Di Surat Kabar Jawa Pos …………... 58 4.3.2. Aspek Afektif ………... 61 4.3.2.1. Responden Merasa Bahwa Layanan SMS Konten

Sangat Merugikan Masyarakat Sebagai Pengguna Alat Telekomunikasi ………... 62 4.3.2.2. Responden Mendukung Pemerintah Yang Meminta

Semua Provider Menghapus / Menghentikan Setiap Layanan Konten Di HP Pelanggan ……….. 64 4.3.2.3. Responden Mendukung Tuntutan Pemerintah Yang

(18)

4.3.3.3. Setelah Membaca Berita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten Responden Akan Mendesak Pemerintah Untuk Meminta Provider Menghapus Layanan Konten Dari Setiap HP Pelanggan ………... 75 4.3.3.4. Setelah Membaca Berita Sedot Pulsa Dengan Modus

Konten Responden Akan Melakukan Demonstrasi Menuntut Ganti Rugi Kepada Provider Terkait... ... 77 4.3.4. Sikap Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Sedot Pulsa

Dengan Modus Konten Di Surat Kabar Jawa Pos…. ………...… 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ………...… 84

5.2. Saran ………... 85

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Informasi yang disajikan media massa merupakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga antara manusia dan media massa keduanya saling membutuhkan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi, sedangkan media massa membutuhkan manusia untuk mendapatkan informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media tersebut. Berita-berita yang disajikan oleh media massa merupakan hasil seleksi dari berbagai isu yang berkembang di masyarakat. Selain itu berita yang disampaikan kepada khalayak juga harus mengandung nilai berita. Jadi, tidak semua kejadian di masyarakat ditampilkan oleh media massa. Media massa juga memiliki wewenamg untuk menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media. (Sobur, 2002 : 162)

(21)

karena media bukan sekedar institusi bisnis tempat orang mencari pekerjaan dan keuntungan, tetapi media massa juga merupakan institusi sosial sekaligus politik yang menyentuh alam pikiran masyarakat luas, yang prosesnya potensial mempengaruhi apa yang terjadi pada masyarakat di masa yang akan datang, baik dalam proses politik, kehidupan sosial, atau ekonomi.

Kehadiran media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media massa dan bermunculan media baru yang menawarkan banyak pilihan pada khalayaknya, yang pada akhirnya akan menimbulkan ketergantungan masyarakat pada media itu sendiri. Gejala ini mulai muncul dari setiap kemasan media terhadap isu atau peristiwa yang akan diberitakan kepada khalayak yang kemudian isu yang dianggap penting oleh media otomatis akan dianggap penting pula oleh masyarakat.

Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern, misalnya kentongan, bedug, pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, radio, dan televisi yang pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural, dan audio-visual. Untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. (Effendy, 2003:37)

(22)

hanya sifatnya yang merupakan media cetak, tetapi khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti kalau mereka diterpa media radio, televisi dan film (Effendy, 2003:313).

Pesan melalui media cetak diungkapkan dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak berperan secara aktif. Karena itu berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain, pada media cetak harus disusun sedemikian rupa, sehingga mudah dicerna oleh khalayak. Kelebihan media cetak lainnya, ialah bahwa media ini dapat di kaji ulang, didokumentasikan, dan dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, serta dapat dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi (Effendy, 2003: 313-314).

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar, sebagaimana diungkapkan oleh Djuroto (2002:11) bahwa :

(23)

Media cetak, khususnya surat kabar berbeda dengan media elektronik dalam hal kecepatan penyampaian informasi ke masyarakat, informasi lewat media elektronik seperti radio dan televisi lebih bisa menyiarkan informasi dalam waktu beberapa menit setelah informasi tersebut ditemukan, dan surat kabar harus menunggu beberapa jam disampaikan kepada masyarakat namun surat kabar mempunyai metode sendiri untuk menarik perhatian masyarakat dengan versi cerita yang lebih mendalam, surat kabar berani untuk tampil berbeda, berita ekslusif dari surat kabar yang sulit dikalahkan oleh media elektronik.

Surat kabar tidak hanya saja sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta dapat mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media khususnya surat kabar. Namun tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan atau ditayangkan media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media (Sumadiria, 2005:86).

(24)

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media cetak melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam pengambil keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan (pers) yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur, 2001:163).

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait erat dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, pers sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya (Djuroto, 2002:8)

Meskipun peranan pers di tengah-tengah masyarakat mempunyai “otonomi”, bukan berarti ia mempunyai eksistensi yang mandiri. Karena kehidupan pers itu ada keterikatan organisatoris dengan lembaga-lembaga atau anggota masyarakat itu sendiri.

Secara fisik, kehidupan pers di Indonesia sekarang ini memang menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Peningkatan jumlah perusahaan penerbitan pers berkembang pesat, baik perusahaan penerbitan media cetak maupun media elektronik kini jumlahnya telah mencapai ribuan. Bahkan setiap industri pers saling bersaing dalam menyajikan tayangan, berita, hiburan yang dapat menarik bagi pembaca atau pemirsanya.

(25)

masyarakat ini. setiap media berlomba - lomba memberikan informasi seakurat dan semenarik mungkin melalui pemberitaan mereka, misalnya dengan memberikan kolom khusus atau bahkan untuk media elektronik terdapat forum khusus dengan tema sedot pulsa ini. Sudah seharusnya hal ini mengundang perhatian masyarakat karena berkaitan erat dengan kebutuhan mereka, khususnya dari sisi telekomunikasi. Tanpa memiliki pulsa maka anda tidak akan bisa melakukan panggilan atau kirim pesan kepada pihak yang ingin anda tuju.

Seperti yang diberitakan oleh harian Jawa Pos tertanggal 06 Oktober 2011 mengenai sedot pulsa dengan modus konten. Harian yang lokasi produksinya di Surabaya ini menuliskan tema Industri seluler dan kisruh sedot pulsa pelanggan dengan judul Puluhan penyedia konten masuk blacklist. Dalam pemberitaan ini pelanggan diminta waspada pesan dari nomor pendek yang di sinyalir menjadi sebab pelanggan berlangganan konten. Konten inilah yang kemudian selalu memotong pulsa pelanggan dalam bentuk pengiriman pesan pendek tentang sebuah informasi yang mungkin sebenarnya informasi tersebut tidak diharapkan oleh pelanggan. Disini juga dibahas mengenai respon Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait komitmen kerjasama provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten.

(26)

masalah ini menjadi hal yang harus diselesaikan secara serius dari berbagai elemen yang terlibat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh media lain, harian Jawa Pos memberitakan secara periodik terkait kasus penyedotan pulsa oleh layanan konten. Komitmen dari setiap provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten menjadi perhatian serius bagi Badan Regulasi Komunikasi Indonesia (BRTI). Yakni dengan melakukan monitoring dan pengawasan pemberian ganti rugi kepada konsumen dan sanksi bagi penyedia layanan konten yang nakal. Hal ini sangat beralasan karena sebagian besar penyedia layanan konten diduga merugikan konsumen, khususnya secara finansial.

Mengamati omzet yang didapatkan oleh provider telekomunikasi/operator dari hasil kerjasama dengan penyedia layanan konten. Maka menjadi sebuah kewajiban untuk menegaskan hak konsumen sebagai pengguna provider yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam berkomunikasi. Berita di harian Jawa Pos tertanggal 18 Oktober 2011 menyatakan bahwa diperkirakan pendapatan operator dalam setahun yang dihasilkan dari provider konten mencapai 3 sampai 4 Triliun dan industri provider konten memiliki porsi 7 % dari total pendapatan operator.

(27)

menerima 30 ribu pengaduan terkait komplain layanan konten. Kenyataan ini membuktikan banyaknya konsumen yang merasa dirugikan dengan munculnya sms konten tersebut.

Pesan singkat (SMS) konten yang diterima konsumen dari layanan tertentu selama ini menjadi sebab hilangnya pulsa. Karena setiap menerima sms dari layanan tersebut konsumen akan dikenakan biaya, sebagian besar dari biaya yang dibebankan kepada pelanggan adalah 2200 rupiah per sms. Sms konten ini menyediakan beberapa layanan, misalnya informasi ilmu pengetahuan, gosip selebritis, sms lucu bahkan informasi mengenai tuntunan agama. Dan hampir setiap konten dalam promosinya mengikutsertakan nada sambung pribadi (NSP) sebagai bonus registrasi akan tetapi biaya NSP tetap dibebankan kepada pelanggan itu sendiri.

Akhir - akhir ini sms dari penyedia layanan konten semakin mudah masuk ke nomor pelanggan hampir untuk semua operator. Modus yang tren adalah dari penyedia layanan konten mengirimkan informasi berupa sms ke nomor pelanggan dengan menggunakan nama operator yang bersangkutan dan ketika di tekan "Ok", seketika itu pula pelanggan berlangganan. Akan tetapi kemudahan akses ini tidak diimbangi dengan prosedur yang jelas. Dengan kata lain pelanggan merasa bingung untuk berhenti berlangganan (unreg) dari layanan yang menyedot pulsa tersebut. Sehingga bagi mereka solusi terakhir adalah menghubungi pihak operator dengan harapan dapat membantu permasalahan mereka.

(28)

konsumen yang dirugikan terkait dengan semakin maraknya penyedot pulsa akibat sms konten. Maka masyarakat merasa harus melaporkan masalah ini kepada pemerintah sebagai salah satu bentuk kebuntuan solusi yang mereka dapatkan dari operator. Tidak sedikit dari masyarakat atau organisasi sosial yang melakukan aksi demonstrasi menuntut penghapusan sms siluman (sms konten penyedot pulsa) bahkan tuntutan ganti rugi.

Dalam hal penyebaran informasi, khususnya yang berhubungan dengan sebuah polemik media mempunyai peran besar dalam mempengaruhi publik. Maka dari itu setiap media berlomba-lomba dalam menyajikan berita yang seakurat mungkin demi membuat cara pikir public sama dengan pola pikir mereka dalam memandang sebuah isu. Hal tersebut sesuai dengan fungsi media to influence (untuk mempengaruhi) khalayak penonton, pembaca atau pendengarnya . Begitu pun dalam menyajikan informasi tentang polemic pencurian pulsa dengan modus konten.

(29)

masyarakat Surabaya mengenai isu layanan penyedot pulsa atau sms konten melalui pemberitaan di harian Jawa Pos dengan melihat bagaimana berita tersebut dikemas dan disajikan kepada audience-nya.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dikemukakan diatas, peneliti mengambil judul “Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan Sedot Pulsa Dengan Modus Konten di Surat Kabar Jawa Pos”. Menurut Mar’at dalam dayakisni (2003:96) menjelaskan bahwa pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari beberapa komponen-komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu: komponen kognitif, afektif dan konatif. Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang dapat dipelajari untuk memberikan respon evaluatif dan konsisten. Respon ini bisa negatif atau positif terhadap obyek sikap, dalam hal ini adalah bagaimana sikap pembaca di Surabaya terhadap obyek sikap yaitu sikap berita sedot pulsa dengan modus konten di surtat kabar Jawa Pos.

(30)

masyarakat yang secara sengaja mengaktifkan atau dengan kata lain berlangganan layanan konten.

Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi di Surabaya, karena pusat produksi surat kabar Jawa Pos bertempat di Surabaya. Selain tempat produksinya jumlah pelanggan terbesar surat kabar yang terbit harian ini juga di kota Surabaya. Sehingga di kota ini peneliti lebih mudah untuk menemukan pembaca surat kabar Jawa Pos yang tentunya sangat membantu dalam penelitian ini.

1.2 Per umusan Masala h

Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

Bagaimana sikap masyarakat di Surabaya mengenai berita sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

1.3 Tujuan Penelitian

(31)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teor itis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu komunikasi yang berhubungan dengan sikap pembaca mengenai pemberitaan yang dikemas dan disajikan media massa cetak mengenai sebuah isu.

1.4.2 Kegunaan Pr aktis

(32)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Sur at Kabar Sebagai Media Massa Cetak

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan media (Effendi, 2003:79-80).

(33)

untuk menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Hal ini berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing-masing media. (Sobur, 2002 : 162)

Selain itu, Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (Mc. Quail, 2005:3).

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar, sebagaimana diungkapkan oleh Djuroto (2002:11) bahwa :

(34)

Menurut Junaedhie (2002:12) pers disebut sebagai surat kabar, sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak seperti lembaran kerja berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Sedangkan surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2003:91) adalah sebagai berikut :

a. Publisitas

Yaitu penyebarannya kepada publik atau khalayak dan bersifat umum. Dengan ciri ini, maka penerbitan yang bentuk dan fisiknya sama dengan surat kabar tidak bisa disebut surat kabar apabila diperuntukkan untuk sekelompok orang atau segolongan orang. Penerbitan yang sifatnya khusus, tidak termasuk surat kabar.

b. Periodesitas

Yaitu keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, dua kali sehari, dapat pula satu kali atau dua kali dalam seminggu. Kalaupun ada yang diterbitkan lebih dari satu kali, terbitnya tidak teratur.

c. Universalitas

(35)

d. Aktualitas

Yaitu laporan mengenai peristiwa yang terjadi dan dilaporkan harus benar atau bisa juga kecepatan laporan tanpa mengesampingkan pentingnya kebenaran berita.

2.1.2 Sur at Kabar Sebagai Kontr ol Sosial

Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987 :2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.

Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial bertujuan :

1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya. 2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri. 3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru

(Susanto, 2000: 116)

(36)

mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri. (Effendy, 2003: 149)

Sementara (Sumadiria, 2005 : 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, factual dan bermanfaat.

1. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

2. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

3. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara.

(37)

2.1.3 Definisi Ber ita

Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. (Deddy Iskandar 2005:22)

Jenis berita menurut Deddy Iskandar dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi, berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Hard News (Berita berat), adalah berita tentang peristiwa yang dianggap

penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. b. Soft News (Berita ringan, adalah berita yang tidak terikat dengan aktualisasi

namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.

c. Investigasi Reports (Laporan penyelidikan), adalah jenis berita yang eksklusif karena datanya didapat melalui proses penyelidikan.

Terdapat empat unsur yang dikenal sebagai nilai-nilai berita (Romli, : 2005 : 5).

a. Cepat : berarti ketepatan waktu atau aktual. Berita adalah sesuatu yang baru, yang belum diketahui sebelumnya.

b. Nyata : berarti fakta (bukan karangan ataupun fiksi). Didalamnya terdapat kejadian nyata, pendapat dan pernyataan sumber berita atau sesuai dengan keadaan sebenarnya dan apa adanya.

(38)

d. Menarik : berarti mengundang orang untuk membaca berita yang ditulis dan dimuat dalam media cetak. Selain berita yang menarik perhatian pembaca, aktual, dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, berita bersifat menghibur atau lucu juga dibutuhkan oleh masyarakat luas atau para pembaca. Berita yang mengandung keganjilan atau keanehan, bahkan berita yang menyentuh emosi atau menggugah perasaan (human interest) juga diperlukan.

2.1.4 Ber ita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten

Baru-baru ini media serentak memberitakan tentang sedot pulsa dengan modus konten. Baik media massa cetak maupun elektronik secara bersamaan menyajikan informasi mengenai perkembangan isu yang sejatinya merugikan masyarakat ini. setiap media berlomba - lomba memberikan informasi seakurat dan semenarik mungkin melalui pemberitaan mereka, misalnya dengan memberikan kolom khusus atau bahkan untuk media elektronik terdapat forum khusus dengan tema sedot pulsa ini. Sudah seharusnya hal ini mengundang perhatian masyarakat karena berkaitan erat dengan kebutuhan mereka, khususnya dari sisi telekomunikasi. Tanpa memiliki pulsa maka anda tidak akan bisa melakukan panggilan atau kirim pesan kepada pihak yang ingin anda tuju.

(39)

pelanggan berlangganan konten. Konten inilah yang kemudian selalu memotong pulsa pelanggan dalam bentuk pengiriman pesan pendek tentang sebuah informasi yang mungkin sebenarnya informasi tersebut tidak diharapkan oleh pelanggan. Disini juga dibahas mengenai respon Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait komitmen kerjasama provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten.

Terhitung sejak 26 Juli 2011 sampai dengan 12 Oktober 2011 pusat pengaduan 159 mengenai penanganan konten yang didirikan pemerintah menerima 9000 pengaduan dan sekitar 95% diantaranya sudah ditangani provider terkait. Kenyataan ini mencerminkan begitu besarnya jumlah masyarakat berlangganan konten penyedot pulsa yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Sehingga kemudian masalah ini menjadi hal yang harus diselesaikan secara serius dari berbagai elemen yang terlibat.

Seperti halnya yang dilakukan oleh media lain, harian Jawa Pos memberitakan secara periodik terkait kasus penyedotan pulsa oleh layanan konten. Komitmen dari setiap provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten menjadi perhatian serius bagi Badan Regulasi Komunikasi Indonesia (BRTI). Yakni dengan melakukan monitoring dan pengawasan pemberian ganti rugi kepada konsumen dan sanksi bagi penyedia layanan konten yang nakal. Hal ini sangat beralasan karena sebagian besar penyedia layanan konten diduga merugikan konsumen, khususnya secara finansial.

(40)

kewajiban untuk menegaskan hak konsumen sebagai pengguna provider yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam berkomunikasi. Berita di harian Jawa Pos tertanggal 18 Oktober 2011 menyatakan bahwa diperkirakan pendapatan operator dalam setahun yang dihasilkan dari provider konten mencapai 3 sampai 4 Triliun dan industri provider konten memiliki porsi 7 % dari total pendapatan operator.

Memperhatikan omzet fantastis yang dihasilkan dari layanan provider konten, maka bukan tidak mungkin sebuah pemikiran kapitalis muncul dari pihak operator. Mereka membuka lahan besar untuk para penyedia konten premium yang berupa sms broadcast, pop screen, voice broadcast, termasuk nada tunggu (NSP). Dan beberapa layanan ini yang kemudian dikeluhkan pelanggan dengan menghubungi pihak operator. Dalam satu bulan dalam kondisi normal, misalnya operator telkomsel menerima 30 ribu pengaduan terkait komplain layanan konten. Kenyataan ini membuktikan banyaknya konsumen yang merasa dirugikan dengan munculnya sms konten tersebut.

(41)

Akhir - akhir ini sms dari penyedia layanan konten semakin mudah masuk ke nomor pelanggan hampir untuk semua operator. Modus yang tren adalah dari penyedia layanan konten mengirimkan informasi berupa sms ke nomor pelanggan dengan menggunakan nama operator yang bersangkutan dan ketika di tekan "Ok", seketika itu pula pelanggan berlangganan. Akan tetapi kemudahan akses ini tidak diimbangi dengan prosedur yang jelas. Dengan kata lain pelanggan merasa bingung untuk berhenti berlangganan (unreg) dari layanan yang menyedot pulsa tersebut. Sehingga bagi mereka solusi terakhir adalah menghubungi pihak operator dengan harapan dapat membantu permasalahan mereka.

Setiap operator memiliki Standart Operational prosedure (SOP) dalam menangani keluhan sms konten. Kemudian bukan menjadi solusi, tetapi sebaliknya SOP tersebut yang menjadi kendala solusi layanan konten ini. Semakin banyaknya konsumen yang dirugikan terkait dengan semakin maraknya penyedot pulsa akibat sms konten. Maka masyarakat merasa harus melaporkan masalah ini kepada pemerintah sebagai salah satu bentuk kebuntuan solusi yang mereka dapatkan dari operator. Tidak sedikit dari masyarakat atau organisasi sosial yang melakukan aksi demonstrasi menuntut penghapusan sms siluman (sms konten penyedot pulsa) bahkan tuntutan ganti rugi.

2.1.5 Pembaca Sebagai Khalayak Aktif Media

(42)

Masyarakat merupakan sasaran komunikasi massa melalui media cetak. Komunikasi dapat efektif, apabila pembaca terpikat perhatiannya, tertarik minatnya, dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Dalam penelitian masyarakat adalah yang membaca surat kabar Jawa Pos.

Dengan demikian untuk memenuhi sebagian kebutuhannya, khalayak bebas untuk memilih dan menggunakan sejumlah media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (non media) sepanjang itu dapat menunjang atau memperteguh (reinforcement) nilai, sikap dan pengalaman terhadap suatu obyek tertentu.

2.1.6 Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai setudi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung di pertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rakhmat,2002:39)

(43)

yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat,2001:40).

Sikap dibentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunkasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat2001:42).

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga (3), yaitu :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu kayakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

(44)

Apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana caranya agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tesebut dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

a. Dampak Kognitif b. Dampak Afektif

c. Dampak Konatif/Behavioral

Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan.

Dampak Afektif disini lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi juga tergerak hatinya, misalnya perasaan takut, gembira, marah dan lain sebagainya.

Sementara yang terakhir disini adalah dampak konatif/behavioral yang mana dampak ini yang kadarnya yang paling tinggi, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

2.1.7 Teor i S-O-R

(45)

adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen – komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2003).

Menurut teori stimulus – organism - response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (Stimulus, S) 2. Komunikan (Organism, O) 3. Efek (Response, R)

“ Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh komunikan” (Effendy, 2003 : 255).

Gambar 2.1

Model Komunikasi S-O-R (Effendy, 2003 : 255)

(46)

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang kemudian melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan komunikan untuk mengubah sikap. (Effendy,2003)

Maka sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, stimulus dalam penelitian ini adalah berita mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Kemudian masyarakat mengikuti perkembangan kasus yang dianggap merugikan para pengguna alat telekomunikasi. Sehingga semakin sering diberitakan maka semakin besar pula pengaruh yang ditimbulkan kepada pembaca seperti sikap mereka terhadap kasus tersebut.

2.2 Ker angka ber pik ir

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sikap pembaca di Surabaya mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

Masyarakat selalu membutuhkan informasi mengenai berbagai hal terjadi di sekitar

mereka, khususnya dalam kehidupan sosial. Peristiwa yang berkembang di masyarakat

akhir-akhir ini adalah kasus sedot pulsa dengan modus konten. Surat kabar Jawa Pos , salah

satu media cetak yang fungsi utamanya penyedia informasi juga memberitakan kasus

tersebut. Seperti hal nya media lain surat kabar yang terbitnya harian ini menyajikan

informasi terkait perkembangan kasus yang dianggap merugikan masyarakat pengguna jasa

telekomunikasi di negeri ini. Mulai dari awal kasus ini muncul sampai dengan proses

(47)

Seperti yang diberitakan oleh harian Jawa Pos tertanggal 06 Oktober 2011 mengenai sedot pulsa dengan modus konten. Harian yang lokasi produksinya di Surabaya ini menuliskan tema Industri seluler dan kisruh pencurian pulsa pelanggan dengan judul Puluhan penyedia konten masuk blacklist. Dalam pemberitaan ini pelanggan diminta waspada pesan dari nomor pendek yang di sinyalir menjadi sebab pelanggan berlangganan konten. Konten inilah yang kemudian selalu memotong pulsa pelanggan dalam bentuk pengiriman pesan pendek tentang sebuah informasi yang mungkin sebenarnya informasi tersebut tidak diharapkan oleh pelanggan. Disini juga dibahas mengenai respon Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait komitmen kerjasama provider telekomunikasi dengan penyedia layanan konten.

Terhitung sejak 26 Juli 2011 sampai dengan 12 Oktober 2011 pusat pengaduan 159 mengenai penanganan konten yang didirikan pemerintah menerima 9000 pengaduan dan sekitar 95% diantaranya sudah ditangani provider terkait. Kenyataan ini mencerminkan begitu besarnya jumlah masyarakat berlangganan konten penyedot pulsa yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Sehingga kemudian masalah ini menjadi hal yang harus diselesaikan secara serius dari berbagai elemen yang terlibat.

(48)

penggunaan jasa telekomunikasi di negeri ini bisa dikatakan menyeluruh pada setiap elemen masyarakat baik dengan kriteria ekonomi rendah atau tinggi, tua atau muda. Dan khususnya bagi masyarakat perkotaan dengan kebutuhan yang kompleks dan menginginkan segal sesuatu mudah, cepat dan lancar.

Secara sistematis, kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2

Bagan kerangka berpikir diatas menggambarkan hubungan terpaan pemberitaan media massa cetak (surat kabar) Jawa Pos dengan sikap pembaca di Surabaya terkait sedot pulsa dengan modus konten.

(49)

3.1 Metodologi Penelitian

3.1.1 Definisi Oper asional Dan Pengukur an Var iable

Pengertian variabel adalah sebuah konsep dalam bentuk kongkret atau konsep operasional yang acuannya lebih nyata dan secara relatif akan lebih mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta dengan mudah untuk diklarifikasikan (Bungin, 2001:77).

Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah konsep variabel maka konsep tersebut akan lebih mudah untuk diteliti secara empiris. Dalam konteks definisi operasional variabel akan menjelaskan variabel – variabel yang akan diamati dan menjadi objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul pada masyarakat sebagai pembaca surat kabar Jawa Pos yang menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001:48). Penelitian ini dikonsentrasikan untuk mengetahui sikap pembaca di Surabaya mengenai berita sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Untuk dapat lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

(50)

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (singarimbun, 1995 : 3 ). Selanjutnya dianalisis secara deskriptif, sebagaimana yang dikatakan oleh Atherton & klemmack dalam soehartono (2000 : 35 ) bahwa penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan dalam penelitian ini bermaksud menggambarkan terpaan dari pemberitaan di Jawa Pos mengenai sedot pulsa dengan modus konten yang dapat mempengaruhi sikap pembaca di Surabaya.

3.1.2 Sikap Pembaca di Sur abaya Ter hadap Ber ita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten di Sur at Kabar J awa Pos

Sikap masyarakat sebagai pembaca di Surabaya terhadap berita sedot pulsa dengan modus konten. Berawal dari peristiwa pelaporan pelanggan dari salah satu provider telekomunikasi tentang pulsanya yang tiba-tiba hilang setelah menerima sms dari layanan konten. Menurut informasi yang berkembang bahwa pelanggan tersebut melaporkan kasus kehilangan pulsanya langsung mendatangi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang kemudian berlanjut ke pemanggilan terhadap beberapa provider telekomunikasi nasional. Menemukan terdapatnya ketidak jelasan dari respon provider konten dan provider telekomunikasi sehubungan dengan penyedotan pulsa pelanggan oleh sms konten, masalah ini pun mulai diselidiki dan diproses oleh pihak berwenang.

(51)

Dalam kehidupan sosial alat telekomunikasi memudahkan individu yang satu terhubung atau berinteraksi dengan yang lainnya. Untuk kelancaran interaksi tersebut dibutuhkan pulsa yang cukup sesuai dengan rule yang berlaku di setiap provider telekomunikasi.

Melihat kondisi ini, surat kabar Jawa Pos sebagai salah satu media yang berfungsi sebagai penyedia informasi memberitakan kasus sedot pulsa dengan modus konten tersebut. Bahkan kasus yang dianggap merugikan masyarakat sebagai pengguna alat telekomunikasi ini pun secara terus-menerus diberitakan sesuai dengan perkembangannya. Hal inilah yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi sikap masyarakat dalam menyikapi masalah proses pengusutan kasus yang berhubungan dengan alat telekomunikasi mereka selama ini.

Adapun sikap masyarakat sebagai pembaca di Surabaya dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

a. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai isu sedot pulsa dengan modus konten. 1. Responden mengetahui berita sedot pulsa dengan modus konten

melalui surat kabar Jawa Pos.

2. Responden mengetahui bahwa layanan konten merugikan masyarakat dengan membaca berita di surat kabar Jawa Pos

3. Responden mengetahui bahwa semua provider telekomunikasi dilaporkan terkait layanan konten melalui berita di surat kabar Jawa Pos.

(52)

pulsa pelanggan kepada provider telekomunikasi melalui surat kabar Jawa Pos.

b. Komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan perasaan seseorang mengenai sedot pulsa dengan modus konten yang dianggap merugikan masyarakat sebagai pengguna alat telekomunikasi.

1. Responden merasa bahwa layanan konten dapat merugikan masyarakat sebagai pelanggan provider telekomunikasi.

2. Responden setuju atas tuntutan pemerintah yang meminta setiap provider telekomunikasi memberhentikan/menghapus konten dari setiap nomor pelanggannya.

3. Responden senang apabila provider telekomunikasi mengganti rugi pulsa mereka yang terpotong oleh layanan konten.

4. Responden menganggap yang harus bertanggung jawab terkait sedot pulsa dengan modus konten adalah provider telekomunikasi.

c. Komponen konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan isu sedot pulsa dengan modus konten yang dianggap merugikan masyarakat sebagai pengguna alat telekomunikasi. 1. Responden akan mendatangi gerai provider telekomunikasi terkait

sedot pulsa dari layanan konten.

2. Responden akan berhenti menjadi pelanggan provider telekomunikasi karena sedot pulsa dari layanan konten.

(53)

4. Respon akan melakukan demonstrasi menuntut ganti rugi atas kehilangan pulsa anda yang disebabkan sms konten dari penyedia telekomunikasi mereka.

Melalui tiga indikator di atas maka dapat diketahui bahwa pemberitaan surat kabar Jawa Pos mengenai sedot pulsa dengan modus konten dapat mempengaruhi sikap masyarakat. Dan dalam penelitian ini sikap masyarakat sebagai pembaca surat kabar Jawa Pos di kategorikan menjadi tiga yaitu Positif, Netral dan Negatif.

a. Dikategorikan Positif, apabila masyarakat sebagai pembaca surat kabar Jawa Pos mendukung pemberitaan kasus sedot pulsa dengan modus konten yang melibatkan provider telekomunikasi dan provider konten. b. Dikategorikan Netral, apabila masyarakat sebagai pembaca surat kabar

Jawa Pos mendukung pemberitaan kasus sedot pulsa dengan modus konten, namun apabila tidak diberitakan pun bagi mereka tidak menjadi soal. Dengan kata lain masyarakat acuh tak acuh terhadap pemberitaan tersebut.

c. Dikategorikan Negatif, masyarakat sebagai pembaca surat kabar Jawa Pos tidak mendukung terhadap pemberitaan kasus sedot pulsa dengan modus konten.

(54)

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (2004 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memilik arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument. b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecenderungan menjawab

ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian hingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden.

Pengukuran sikap ini diukur melalui pemberian skor dengan menggunakan modifikasi model skala likert (skala sikap). Metode ini merupakan metode pengukuran skala pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan pengukuran skala dengan model ini, responden diberikan daftar pernyataan mengenai sikap mereka dan setiap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus dipilih oleh responden untuk menyatakan ketidaksetujuannya (Singaribumbun, 1995 : 111). Pilihan jawaban masing-masing pernyataan digolongkan dalam empat macam kategori, yaitu "Sangat Tidak Setuju" (STS), "Tidak Setuju" (TS), "Setuju" (S), "Sangat Setuju" (SS).

Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian nilainya sebagai berikut :

(55)

Tidak Setuju : diberi skor 2

Setuju : diberi skor 3

Sangat Setuju : diberi skor 4

Scoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap items di tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap-tiap pernyataannya untuk masing-masing individu. Selanjutnya, setiap indikator untuk motif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang terdapat pada angket. Kemudian jawaban yang telah dipilih, diberi skor dan ditotal. Total skor dari setiap kategori, dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan Range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

Skor jawaban tertinggi - terendah R(Range) =

Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range : Batasan dari tiap tingkatan.

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan. Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan. Jenjang : 3 (Positif, Netral dan Negatif).

(56)

1. Pada efek kognitif terdapat 4 pertanyaan tentang responden yang mengetahui informasi mengenai pemberitaan sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Sehingga untuk penentuan intervalnya sebagai berikut. Efek kognitif = (4 x 4) – (1 x 4) = (16 – 4) = 4 mengenai perasaan mereka tehadap pemberitaan kasus sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Sehingga untuk penentuan

(57)

Positif = 13 – 16

3.2 Populasi, Sampel dan Penar ikan Sampel 3.2.1 Populasi

Dalam penelitian sosial, peneliti memiliki memiliki keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang tidak memungkinkan untuk meneliti keseluruhan dari objek yang dijadikan pengamatan. Peneliti hanya bisa mempelajari, memprediksi, dan menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari objek atau fenomena tersebut. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau subjek yang diteliti disebut populasi. (Kriyantono,2006:149)

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya dengan jumlah 2.784.196 juta jiwa tersebar dalam 5 wilayah Surabaya yaitu Surabaya pusat, Surabaya utara, Surabaya timur, Surabaya selatan dan Surabaya barat. ( badan pusat statistic Surabaya 2009 ). Kemudian dari populasi tersebut diambil 100 sampel yang representatif sesuai dengan rumus Yamane.

3.2.2 Penar ikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan masyarakat di Surabaya yang membaca berita di surat kabar Jawa Pos mengenai kasus sedot pulsa dengan modus konten. Adapun dalam menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Yamane, berikut penghitungan sampel menurut rumus Yamane. (Rakhmat, 2001 : 82)

n = N u

(58)

= 2.784.196 2.784.196.(0,1) 2+1

= 2.784.196 27842.96

= 99,99 (angka ini kemudian dibulatkan menjadi 100) = 100 responden

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini masyarakat Surabaya yang memiliki KTP Surabaya dan tinggal di Surabaya. Selain itu, kriteria yang ditentukan adalah masyarakat Surabaya yang berlangganan layanan konten dan membaca pemberitaan sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

3.3 Tek nik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, menurut cara perolehannya dilakukan dengan dua pendekatan :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan berdasarkan kuisioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka.

2. Data Skunder

(59)

Data skunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.4 Tek nik Analisis Data

(60)

41 4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejar ah Berdir inya Sur at Kabar J awa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. berlokasi di Jalan Kembang Jepun 166-169. Pendirinya seorang warga negara Indonesia keturunan, kelahiran Bangka, bernama The Chung Shen (Soeseno Tedjo). Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.

(61)

Pada tahun 1962 harian Van Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa beerhenti karena minimnya iklan. Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka pada tahun 1981 hanya Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak di percetakan Aqil di Jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Sejak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Virje Pers di Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

(62)

Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi PT. Jawa Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak itulah perkembangan Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa, SH No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat Menpen No.I/Per 1/Menpen/84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 persen dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

(63)

masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak di kemudia hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos.

Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih Koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar per hari. Sampai dengan tahun 1985, harian Jawa Pos terbit 16 halaman setiap harinya dan ditambah suplemen Ronce setiap hari Senin, Rabu, Sabtu.

Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antara lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan, diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24 halaman ini, harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi.

(64)

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi, akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1 juta eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik dengan redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal. Lalu muncullah ide ekspansi yakni membuat koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di Amerika dan negara maju lainnya dimana setiap kota mempunyai satu koran. Ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan koran di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.

Berhasil di satu kota dilakukan, di kota lain gagal, mencoba lagi di kota lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 grup. Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos.

(65)

Dicetak diatas 360.000 eksemplar setiap hari, Jawa Pos kini menduduki peringkat kedua dalam urutan sepuluh koran besar di Indonesia. Basis pemasaran terkuat berada di Jawa Timur, menyusul berkembang di Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, hingga Papua. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, Untuk meningkatkan kualitas layanan pembaca, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh dengan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo, Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di Indonesia. Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan Arab Saudi. Kini Jawa Pos terbit 48 halaman.

1. Koran 1 (Bagian utama) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional.

2. Koran 2 (Olah raga / sportivo) memuat berita seputar olah raga.

3. Koran 3 (Metropolis) memuat berita-berita tentang daerah Surabaya dan seputar Jawa Timur.

(66)

Sedot pulsa yang dilakukan oleh penyedia atau layanan konten di setiap provider telekomunikasi dianggap telah merugikan masyarakat.

Masyarakat Surabaya merupakan obyek yang akan diteliti dalam penelitian ini. Yaitu bagaimana sikap masyarakat Surabaya setelah membaca pemberitaan mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Dalam penelitian ini peneliti menentukan critera pada sampel yang akan diteliti. Sampel yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang bertempat tinggal di Surabaya, memiliki KTP Surabaya, pengguna alat telekomunikasi hand phone (HP), berlangganan layanan konten dan membaca berita mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

4.2 Penyajian dan Analisis Data 4.2.1 Identitas Responden

Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir dan jenis kelamin responden. Data ini diperlukan untuk dapat menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut ini :

4.2.1.1 Usia Responden

(67)

Tabel 4.1 Usia Responden

(n = 100)

NO USIA RESPONDEN F %

1 17 - 20 tahun 46 46

2 21 tahun keatas 54 54

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.1

Dari hasil tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang diperoleh oleh peneliti berjumlah 100 responden dengan usia berbeda. Antara lain pada tabel No 1 menjelaskan bahwa responden yang berusia 21 tahun keatas yaitu sebanyak 54 orang atau 54% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan responden yang berusia 17 – 20 tahun sebanyak 46 orang atau 46% dari total keseluruhan responden.

4.2.1.2 Pendidikan Ter akhir Responden

(68)

Tabel 4.2

Pendidikan Ter akhir Responden

NO PENDIDIKAN F %

1 SD 0 0

2 SMP / Sederajat 39 39

3 SMA / Sederajat 61 61

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.2

Dari hasil tabel 4.2 diketahui bahwa sebesar 61% responden memiliki pendidikan terakhir adalah SMA (Sekolah Menengah Atas), 39% responden pendidikan terakhirnya yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sedangkan 0% responden dengan pendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar). Kebanyakan dari responden saat ini sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dengan status sebagai mahasiswa.

4.2.1.3 J enis Kelamin

(69)

Tabel 4.3 J enis Kelamin

(n = 100)

NO JENIS KELAMIN F %

1 Laki – laki 43 43

2 Perempuan 57 57

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.3

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, yaitu 57% dari keseluruhan responden. Kemudian 43% dari keseluruhan responden berjenis kelamin laki – laki. Mereka bertempat tinggal di Surabaya, memiliki KTP Surabaya, pengguna alat telekomunikasi, berlangganan layanan konten dan membaca berita sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos.

4.2.2 Ter paan Sur at Kabar J awa Pos

4.2.2.1 Fr ekuensi Masyar akat Surabaya Membaca Ber ita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten di Sur at Kabar J awa Pos

(70)

Tabel 4.4

Fr ekuensi Membaca Ber ita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten di Sur at Kabar J awa Pos

Penjelasan yang diperoleh dari tabel 4.4 diatas adalah kebanyakan responden pernah membaca berita mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos 5 kali dalam seminggu yaitu sebanyak 60 responden atau 60%. Hal ini sangat membantu dalam penelitian ini karena terpaan yang berulang-ulang akan lebih berpengaruh bagi responden, khususnya mengenai sikap responden mengenai berita sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Terpaan yang berulang-ulang nantinya akan menimbulkan ingatan yang kuat terhadap isi dari berita, sehingga responden nantinya akan lebih memahami daftar pertanyaan yang diajukan peneliti pada lembar kuesioner.

(71)

4.3 Sikap Masyar akat Sur abaya Mengenai Ber ita Sedot Pulsa Dengan Modus Konten Di Surat Kabar J awa Pos

Untuk mengetahui bagaimana sikap masyarakat Surabaya mengenai pemberitaan sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos peneliti membuat 12 pertanyaan yang akan diajukan pada 100 responden. 12 pertanyaan tersebut di klasifikasikan pada setiap indikator efek, yaitu 4 pertanyaan untuk kategori kognitif, 4 pertanyaan untuk kategori afektif dan 4 pertanyaan untuk kategori konatif. Pertanyaan tersebut berpedoman pada isi berita mengenai sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Responden diharuskan menjawab pertanyaan dengan opsi empat pilihan yaitu “sangat tidak setuju” diberikan skor 1, “tidak setuju” diberikan skor 2, kemudian “setuju” diberikan skor 3 dan “sangat setuju” diberikan skor 4. Dalam hal ini bagaimana pemberitaan di Jawa Pos dapat mempengaruhi sikap masyarakat Surabaya mengenai sedot pulsa dengan modus konten. Berikut ini akan disajikan tabel – tabel tentang bagaimana sikap masyarakat Surabaya mengenai berita sedot pulsa dengan modus konten di surat kabar Jawa Pos. Selengkapnya sebagai berikut ini:

4.3.1 Aspek Kognitif

(72)

Jenjang yang diinginkan 3

pertanyaan di kuesioner. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 4. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 4 = 16

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 4 = 4

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Range =

= 16 - 4 = 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 4 - 8

2. Aspek Kognitif Netral = 9 - 12 3. Aspek Kognitif Positif = 13 - 16

Dengan demikian jika dimasukkan kedalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel-tabel dibawah ini :

(73)

4.3.1.1 Responden Mengetahui Kasus Sedot Pulsa Dengan Modus Konten Melalui Pember itaan di J awa Pos

Responden mengetahui adanya kasus sedot pulsa dengan modus konten melalui pemberitaan pada surat kabar Jawa Pos. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Responden mengetahui kasus sedot pulsa dengan modus konten melalui pember itaan sur at kabar J awa Pos

NO KETERANGAN JUMLAH %

1 Sangat Setuju 64 64

2 Setuju 32 32

3 Tidak Setuju 4 4

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Kuesioner III.A.1

(74)

kecil responden lainnya berpendapat bahwa mereka mengetahui informasi kasus sedot pulsa bukan hanya melalui berita di Surat Kabar Jawa Pos saja, melainkan mereka mengetahui isu tersebut melalui media lain, seperti televisi, intenet atau surat kabar lainnya.

4.3.1.2Melalui Pember itaan di Surat Kabar J awa Pos Responden Mengetahui Bahwa Sedot Pulsa Dengan Modus Konten Dapat Merugikan Pengguna Alat Telekomunikasi

(75)

Tabel 4.6

Responden mengetahui bahwa sedot pulsa dengan modus konten dapat mer ugikan pengguna alat telekomunikasi melalui pember itaan

sur at kabar J awa Pos

NO KETERANGAN JUMLAH %

1 Sangat Setuju 66 66

2 Setuju 29 29

3 Tidak Setuju 5 5

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 100 100

Sumber : Kuesioner III.A.2

Gambar

Gambar 2.1
     Gambar 2.2  Bagan kerangka berpikir diatas menggambarkan hubungan terpaan
Tabel 4.1 Usia Responden
Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

dilaksanakan untuk Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan pembekalan untuk mahasiswa. Pembekalan ini sangat penting dilaksanakan, karena dengan adanya pembekalan ini

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta memberikan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

“Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan k elalaian dalam menjalankan profesinya yang menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan, perselisihan yang

Oleh Anugerah, Berkat, dan Tuntunan Tuhan penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan judul “ Ketentuan Sanksi Disiplin Kedokteran Indonesia Dalam Upaya

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa variabel economic value added, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham

Traffic count was conducted to vehicles passing the stopping line and classified into light vehicle, motorcycle and heavy vehicle.. Observation was conducted on

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017.. HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI KABUPATEN BANYUMAS.. Yang diajukan oleh:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keterlibatan kosumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian beras merah dengan memperhatikan atibut-atribut