• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan teori

Dalam dokumen HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENG (Halaman 35-62)

TINJAUAN PUSTAKA

E. Landasan teori

4. Belajar

a. Pengertian Belajar

Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang merenungkan, mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya (Asrori, 2008).

Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasil kanperubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap.

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain- lain. Belajar juga merupakan proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno, 2012).

Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.

Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara yang dilakukan guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, yaitu mendapatkan

pemahaman materi ajar. Sedangkan siswa dituntut untuk memiliki sikap kemandirian belajar yang tinggi dan aktif.

Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini.

7) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

8) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

9) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan itu diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha orang bersangkutan. 10)Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan terus berkembang kalau terus dilatih atau dipergunakan.

11)Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

12)Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

4) Faktor intern : faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemandirian belajar, kematangan dan kesiapan.

5) Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

6) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

5. Motivasi

e. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada saat-saat tertentu untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendekat/ terdesak (Sardiman, 2012).

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992).

f. Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):

5) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orangtua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

6) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak

itu rela bekerja atau para siswa itu rajin/ rela belajar apabila diberi motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya.

7) Kebutuhan untuk mencapai hasil

Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau

disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi

seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan oranglain/ guru atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil

yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik.

8) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan/ keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan.

Teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan (Sardiman, 2012), yaitu:

e) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.

f) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

g) Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

h) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):

4) Teori insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.

5) Teori fisiologis

Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini

semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut

sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.

6) Teori psikoanalitik

Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

g. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:

5) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya c) Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk beristirahat. Motif ini seringkali disebut motif yang diisyaratkan secara biologis. Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives. d) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini seringkali disebut dengan motif yang diisyaratkan secara sosial. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs.

Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

d) Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

e) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk aktualisasi diri.

f) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar

dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.

6) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan Marquis

d) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,seksual berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen. e) Motif-motif darurat.Jenis motif darurat ini, antaralain: dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. f) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

7) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan.

8) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik c) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh adalah seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

d) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh adalah seorang itu belajar,karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan mendapatlan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.

Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif semacam itu disebut motif ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

h. Fungsi Motivasi

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi pleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mereka untuk melakukan suatu

kegiatan/ pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2012):

3) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

4) Menentukan arah perbuatan. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya yang hendak dicapai.

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Sardiman (2001) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:

g. Tekun menghadapi tugas.

h. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) i. Menunjukkan minat.

j. Lebih senang bekerja mandiri. k. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin l. Dapat mempertahankan pendapatnya. 6. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostic, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.

Penilaian yang dilaksanankan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penialaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

g. Penilaian Sumatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, UAS, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler dikuasai para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.

h. Penilaian Diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan- kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus- kasus, dll. Soal- soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

i. Penilaian Selektif

Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

j. Penilaian Penempatan

Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan siswa.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

c. Faktor internal

4) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh).

5) Faktor psikologi, terdiri atas :

c) Faktor intelektif : Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.

d) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain-lain.

6) Faktor kematangan fisik maupun psikis. d. Yang tergolong faktor eksternal adalah :

5) Faktor sosial yang terdiri atas : Lingkungan keluarga, Lingkungan sekolah/kampus, masyarakat, dan kelompok.

6) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

7) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

8) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi dilakukan secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing- masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 (Kepmen, 2000).

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasar indikator, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah : 1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi, 2) penilaian menggunakan acuan kriteria, berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, 3) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran, program remidi atau pengayaan (BSNP, 2007).

Hasil belajar menurut Gagne & Briggs adalah kemampuan-kemampuan yang dimilikki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dalam dunia pendidikan, terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli antaralain mengemukakan lima tipe hasil belajar, yaitu: intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude (Suprihatiningrum, 2013).

Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja) (Suprihatiningrum, 2013).

Ada beberapa aspek dalam hasil belajar, yaitu :

Menurut Uno (2006), tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, & Masia (1973) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik.

Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek, yaitu (Suprihatiningrum, 2013):

d. Aspek Kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi (Suprihatiningrum, 2013).

Anderson & Krathwohl (1973)membedakan aspek kognitif dalam dua dimensi, yaitu the knowledge (dimensi pengetahuan) dan the cognitive process dimension (dimensi proses kognitif).

6) The Knowledge Dimension (Dimensi Pengetahuan) d) Factual knowledge (pengetahuan fakta)

e) Knowledge of terminology (pengetahuan tentang istilah)

f) Knowledge of specific details and elements (pengetahuan tentang unsur-unsur khusus dan detail)

7) Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)

a. Knowledge of classifications and categories (pengetahuan tentang penggolongan dan kategori)

b. Knowledge of principles and generalizations (pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi)

c. Knowledge of theories, model, and structure (pengetahuan tentag teori, model, dan struktur)

8) Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur)

d) Knowledge of subject-specific skills and algorithms (pengetahuan tentang subjek keterampilan khusus dan algoritma)

e) Knowledge of subject-specific techniques and methods (pengetahuan tentang subjek teknik dan metode khusus)

f) Knowledge of criteria for determining when to use appropriate procedures (pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur yang sesuai)

9) Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif) d) Strategic knowledge (pengetahuan tentang strategi)

e) Knowledge about cognitive tasks, including appropriate contextual and conditional knowledge (pengetahuan tentang tugas kognitif termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai) f) Self-knowledge (pengetahuan pribadi)

10) The Cognitive Process Dimension (Dimensi Proses Kognitif) a) Remember (mengingat) b) Understand (memahami) c) Apply (menerapkan) d) Analyze (menganalisis) e) Evaluate (mengevaluasi) f) Create (menciptakan) e. Aspek Afektif

Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian. Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Penerapan berkarya berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang

berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi. Ketekunan dan ketelitian yaitu individu yang sudah memilikki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.

Menurut Depdiknas (2007), aspek afektif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

5) Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek, bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

6) Minat

Minat bertujuan umtuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajarn.

7) Nilai

Nilai adalah keyakinan tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap, dan kepuasan. 8) Konsep Diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat bagi diri siswa.

Dalam dokumen HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENG (Halaman 35-62)

Dokumen terkait