• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENG"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

DENGAN HASIL BELAJAR SEMESTER V AKADEMI

KEBIDANAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Pendaftaran S2 Kebidanan Universitas Brawijaya

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Belajar ... 5

2. Motivasi Belajar ... 9

3. Hasil belajar ... 18

B. Kerangka Teori... 32

C. Kerangka Konsep. ... 32

D. Hipotesis. ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

(3)

E. Definisi Operasional... 37

F. Alat dan Bahan penelitian ... 37

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

H. Teknik Pengumpulan Data ... 41

I. Pengolahan Data... 43

J. Analisa Data. ... 44

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan

bagi bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut kesiapan setiap

bangsa untuk bersaing secara bebas. Pada era globalisasi hanya bangsa-bangsa yang

berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau berkompetisi di pasar bebas. Dalam

hubungannya dengan budaya kompetisi tersebut, bidang pendidikan memegang

peranan yang sangat penting dan strategis karena merupakan salah satu wahana

untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu sudah semestinya

kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan

pemerintah (Arifuddin, 2009).

Strategi dan sistem belajar di perguruan tinggi jelas sangat berbeda dengan

cara belajar di sekolah menengah umum. Sebagai seorang mahasiswa kita di

wajibkan untuk mempunyai kemampuan dan daya belajar yang lebih dari seorang

siswa biasa. Karena metode belajar di perguruan tinggi menuntut setiap mahasiswa

untuk memilki kemandirian dan disiplin pribadi (Wisnuyogi, 2012).

Menurut Slameo (2010) factor- factor yang mempengaruhi belajar banyak

jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu factor intern dan

factor ekstern. Factor intern adalah factor yang ada dalam diri individu, factor

ekstern adalah factor yang ada di luar individu. Belajar dimulai dari factor dalam diri

(5)

Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh

pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa.

Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan dan respons,

sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi

dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap

berbagai aspek perilaku (Sofa, 2008).

Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan

adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang

yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi

seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya

(Sardiman, 2007).

Hasil belajar masih menjadi tolak ukur kompetensi mahasiswa di bidang

ilmunya. Oleh karena itu, banyak institusi kerja yang menggunakan indeks prestasi

belajar mahasiswa untuk penerimaan karyawan. Namun kenyataannya, banyak

mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah (Sumargi, 2008).

Hasil belajar yang tinggi dapat dicapai dengan ketekunan belajar yang

terbentuk dari adanya motivasi belajar yang akan mengarahkan perilaku mahasiswa

pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal (Hajar, 2010).

Penelitian dari Kourosh, dkk (2011) menunjukkan bahwa Analisis data

menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara Motivasi Akademik dan Prestasi

Akademik. Selanjutnya sub-skala tugas, usaha, kompetisi, kepedulian sosial dalam

(6)

Hasil penelitian Wigunantiningsih (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi

motivasi belajar mahasiswa maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

Mahasiswa yang mempunyai motivasi kuat akan memiliki banyak energi untuk

belajar. Mereka dapat belajar terus menerus dan tidak mudah lelah. Motivasi dapat

memaksimalkan pencapaian hasil belajar mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan

Antara Motivasi belajar Dengan Hasil Belajar pada Mahasiswa Semester V

Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri.

B.Perumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya

adalah “Apakah terdapat Hubungan Antara Motivasi belajar Dengan Hasil Belajar pada Mahasiswa Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada

Wonogiri ?”. C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Antara Motivasi belajar Dengan Hasil

Belajar pada Mahasiswa Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada

Wonogiri.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui motivasi belajar pada mahasiswa semester V prodi

(7)

b. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan hasil belajar pada

mahasiswa semester V prodi DIII Akademi Kebidanan Giri Satria

Husada Wonogiri.

D.Manfaat

Memberikan masukan dalam penyusunan teori dan konsep-konsep baru

untuk mengembangkan ilmu pendidikan serta membantu mahasiswa mencapai

prestasi belajar yang optimal dengan menumbuhkan motivasi mahasiswa melalui

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan teori

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang merenungkan,

mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas kesadaran diri sendiri,

sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan

berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen

tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan

sebagainya (Asrori, 2008).

Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu proses

usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan

tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun

yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan)

dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa

belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasil kanperubahan dalam

pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap.

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi entah teks,

(9)

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang

dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga

pengertiannya dikembangkan (Suparno, 2012).

Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan

Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative

permanen karena adanya pengalaman.

Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada

tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : (1)

pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya

mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik;

dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan

menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara

yang dilakukan guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk

(10)

pemahaman materi ajar. Sedangkan siswa dituntut untuk memiliki sikap

kemandirian belajar yang tinggi dan aktif.

Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh

ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut

ini.

1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari

terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah

terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu

perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya.

Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami

perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan itu diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha orang bersangkutan.

(11)

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan

piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan

terus dimiliki bahkan akan terus berkembang kalau terus dilatih atau

dipergunakan.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu

proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,

pengetahuan dan sebagainya.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

1) Faktor intern : faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor

psikologis dan faktor kelelahan.

(12)

Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kemandirian belajar, kematangan dan kesiapan.

2) Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern

dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, tugas rumah.

3) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

2. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu

kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada saat-saat tertentu untuk

(13)

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan (Oemar Hamalik, 1992).

b. Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup

dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):

1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu

mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi

orangtua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah

bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal

ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan

atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk

banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang

dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada

oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan

kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut.

(14)

itu rela bekerja atau para siswa itu rajin/ rela belajar apabila diberi

motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang

disukainya.

3) Kebutuhan untuk mencapai hasil

Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau

disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi

seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan

atau usaha belajar itu tidak dihiraukan oranglain/ guru atau orang tua

misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus

diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil

yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik.

4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin

menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk

mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga

tercapai kelebihan/ keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak

terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada

keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan

motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi

tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar

(15)

Teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan

(Sardiman, 2012), yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat,

dan sebagainya.

b) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari

rasa takut dan kecemasan.

c) Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu

masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

d) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial,

pembentukan pribadi.

Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):

1) Teori insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti

tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait

dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap

adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini

adalah Mc. Dougall.

2) Teori fisiologis

Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan

(16)

sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman,

udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang.

Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk

mempertahankan hidup, struggle for survival.

3) Teori psikoanalitik

Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih ditekankan pada

unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan

manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh

dari teori ini adalah Freud.

c. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang

aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan

untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk beristirahat.

Motif ini seringkali disebut motif yang diisyaratkan secara biologis.

Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.

b) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai

(17)

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini

seringkali disebut dengan motif yang diisyaratkan secara sosial.

Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs.

Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis motif

berikut ini:

a) Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut

kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri

manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis

motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,

terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, yang

penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan

bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu

kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi.

Jadi dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk aktualisasi

diri.

c) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri

(18)

dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk

mencapai suatu prestasi.

2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan Marquis

a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk

minum, makan, bernafas,seksual berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat. Sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen.

b) Motif-motif darurat.Jenis motif darurat ini, antaralain: dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha,

untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

c) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi

dunia luar secara efektif.

3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi

dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmani

seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi

rohaniah adalah kemauan.

4) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

(19)

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai

contoh adalah seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang

menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku

untuk dibacanya.

Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu adanya

ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak

melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik.

(Uno B Hamzah, 2012)

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh adalah seorang itu

belajar,karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan

mendapatlan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau

temannya.

Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya hukuman

atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan

perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif

semacam itu disebut motif ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

d. Fungsi Motivasi

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu

sebenarnya dilatarbelakangi pleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan

(20)

kegiatan/ pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi

motivasi (Sardiman, 2012):

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan. Motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya yang

hendak dicapai.

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Sardiman (2001) indikator motivasi belajar adalah sebagai

berikut:

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

c. Menunjukkan minat.

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada

beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian

diagnostic, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.

(21)

Penilaian yang dilaksanankan pada akhir program belajar mengajar untuk

melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan

demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar.

Dengan penialaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

b. Penilaian Sumatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur

wulan, UAS, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang

dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler

dikuasai para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan

kepada proses.

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan- kelemahan siswa serta

faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan

bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan

kasus- kasus, dll. Soal- soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis

kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

d. Penilaian Selektif

Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan

masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

e. Penilaian Penempatan

Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang

(22)

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.

Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa

untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan

kemampuan siswa.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh).

2) Faktor psikologi, terdiri atas :

a) Faktor intelektif : Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan

bakat. Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah

dimiliki.

b) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan

lain-lain.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Yang tergolong faktor eksternal adalah :

1) Faktor sosial yang terdiri atas : Lingkungan keluarga, Lingkungan

sekolah/kampus, masyarakat, dan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi

(23)

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar

dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi dilakukan secara berkala

yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.

Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir

semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian

disertasi. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E

yang masing- masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 (Kepmen, 2000).

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasar

indikator, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah : 1)

penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi, 2) penilaian

menggunakan acuan kriteria, berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran, 3) hasil penilaian dianalisis untuk

menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran, program

remidi atau pengayaan (BSNP, 2007).

Hasil belajar menurut Gagne & Briggs adalah

kemampuan-kemampuan yang dimilikki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat

diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dalam dunia

pendidikan, terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah

dikemukakan oleh para ahli antaralain mengemukakan lima tipe hasil belajar,

yaitu: intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill,

(24)

Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran

dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari

metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Secara spesifik

bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan

sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar

selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja)

(Suprihatiningrum, 2013).

Ada beberapa aspek dalam hasil belajar, yaitu :

Menurut Uno (2006), tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada

salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, &

Masia (1973) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni

kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik.

Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan

dalam tiga aspek, yaitu (Suprihatiningrum, 2013):

a. Aspek Kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan

berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan

komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran

berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan

sampai tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi (Suprihatiningrum,

(25)

Anderson & Krathwohl (1973)membedakan aspek kognitif dalam

dua dimensi, yaitu the knowledge (dimensi pengetahuan) dan the

cognitive process dimension (dimensi proses kognitif).

1) The Knowledge Dimension (Dimensi Pengetahuan)

a) Factual knowledge (pengetahuan fakta)

b) Knowledge of terminology (pengetahuan tentang istilah)

c) Knowledge of specific details and elements (pengetahuan tentang

unsur-unsur khusus dan detail)

2) Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)

a. Knowledge of classifications and categories (pengetahuan tentang

penggolongan dan kategori)

b. Knowledge of principles and generalizations (pengetahuan tentang

prinsip dan generalisasi)

c. Knowledge of theories, model, and structure (pengetahuan tentag

teori, model, dan struktur)

3) Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur)

a) Knowledge of subject-specific skills and algorithms (pengetahuan

tentang subjek keterampilan khusus dan algoritma)

b) Knowledge of subject-specific techniques and methods

(pengetahuan tentang subjek teknik dan metode khusus)

c) Knowledge of criteria for determining when to use appropriate

procedures (pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan

(26)

4) Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif)

a) Strategic knowledge (pengetahuan tentang strategi)

b) Knowledge about cognitive tasks, including appropriate contextual

and conditional knowledge (pengetahuan tentang tugas kognitif

termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai)

c) Self-knowledge (pengetahuan pribadi)

5) The Cognitive Process Dimension (Dimensi Proses Kognitif)

a) Remember (mengingat)

b) Understand (memahami)

c) Apply (menerapkan)

d) Analyze (menganalisis)

e) Evaluate (mengevaluasi)

f) Create (menciptakan)

b. Aspek Afektif

Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang paling

sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima, kemauan

menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan

ketelitian. Kemauan menerima merupakan keinginan untuk

memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Kemauan

menanggapi merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif

dalam kegiatan tertentu. Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan

menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Penerapan berkarya

(27)

berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi.

Ketekunan dan ketelitian yaitu individu yang sudah memilikki sistem

nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang

dipegangnya.

Menurut Depdiknas (2007), aspek afektif yang bisa dinilai di

sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri, yang akan dijabarkan

sebagai berikut:

1) Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek,

bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

2) Minat

Minat bertujuan umtuk memperoleh informasi tentang minat siswa

terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk

meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajarn.

3) Nilai

Nilai adalah keyakinan tentang keadaan suatu objek atau kegiatan.

Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap, dan kepuasan.

4) Konsep Diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa,

yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,

maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat bagi diri siswa.

Winkel (2007) mengemukakan salah satu ciri belajar afektif

(28)

alam perasaan, entah objek tersebut berupa orang, benda atau kejadian/

peristiwa, ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan

perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.

Menurut Krathwohl, Bloom, & Masia (1973), tingkat afektif ini

ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu:

1) Receiving (penerimaan)

Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu perangsang

dan kesediaan untuk memerhatikan rangsangan tersebut. Namun

perhatian itu amsih pasif.

2) Responding (partisipasi)

Partisipasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan tersebut

dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap rangsangan

yang disajikan.

3) Valuing (penilaian/ penentuan sikap)

Penilaian/ penentuan sikap mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai

dengan penilaian tersebut. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima,

menolak, atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam

tingkahlaku yang sesuai dan konsisten dengan sikap dan batin.

Kemampuan tersebut dinyatakan dalam suatu perkataan atau

(29)

diulang kembali bila kesempatannya timbul. Dengan demikian,

tampaklah adanya suatu sikap tertentu.

4) Organization (organisasi)

Organisasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu

dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap rangsangan

yang disajikan.

5) Characterization by value or value value complex (pembentukan

pola hidup)

Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk

menghayati nilai-nilai kehidupan sedimikian rupa agar menjadi

milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas

dalam mengatur kehidupannya sendiri. Orang telah memilikki

suatu perangkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain, yang

menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten dalam kurun

waktu cukup lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan

hidup diberbagai bidang.

c. Aspek Psikomotorik

Kawasan psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan

ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik dan mempunyai

berbagai tingkatan (Suprihatiningrum, 2013).Urutan paling sederhana

ke yang kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan,

(30)

Persepsi berkenaan dengan dengan penggunaan indra dalam

melakukan kegiatan. Kesiapan berkenaan dengan melakukan sesuatu

kegiatan, termasuk di dalamnya mental set (kesiapan mental), physical

set (kesiapan fisik), atau emitional set (kesiapan emosi perasaan) untuk

melakukan suatu tindakan. Mekanisme berkenaan dengan penampilan

respons yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan sehingga gerakan

yang ditampilkan menunjukkan pada suatu kemahiran. Respon

terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi

perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh oranglain, dan

melakukan kegiatan coba-coba (trial and error). Kemahiran adalah

penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh, yang

dipertunjukkan cepat dengan hasil yang baik tetapi menggunakan

sedikit tenaga. Adaptasi berkenaan dengan ketrampilan yang sudah

berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu

memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai situasi

dan kondisi tertentu. Organisasi menunjukkan kepada penciptaan pola

gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu.

Hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan

tinggi (Suprihatiningrum, 2013).

Menurut klasifikasi Simpon (Winkel, 2007), ranah psikomotor

mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skil) yang

(31)

Urutan tingkat yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks,

sebagai berikut:

1) Perception (persepsi)

Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih

berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada

masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan untuk dinyatakan dalam

suatu rekasi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya

rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan

yang ada.

2) Set (kesiapan)

Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan

dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian

gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan

jasmani dan mental.

3) Guided response (gerakan terbimbing)

Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang

diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam

menggerakan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan

atau diperdengarkan.

(32)

Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena

sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi contoh yang

diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakan anggota

tubuh/ bagian tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat.

5) Complex response (gerakan yang kompleks)

Gerakan yang kompleks mencakup kemampuan untuk

melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa

komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan

ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan

menggabungkan beberapa subketerampilan menjadi suatu

keseluruhan gerak-gerik yang teratur.

6) Adjustment (penyesuaian pada gerakan)

Penyesuaian pada gerakan mencakup kemampuan untuk

mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan

kondisi detempat atau dengan menunjukkan suatu taraf

keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Creativity (kreativitas)

Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka

pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan

inisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang berketerampilan tinggi

dan berani berfikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat

(33)

Klasifikasi ini mengandung suatu urutan dalam taraf keterampilan dan

pada umumnya cenderung mengikuti urutan dari fase dalam proses belajar

motorik.

B.Kerangka Teori

Motivasi

Hasil Belajar

(34)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

C.Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D.Hipotesis

Ada hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar pada mahasiswa

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

E.Landasan teori

4. Belajar

a. Pengertian Belajar

Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang merenungkan,

mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas kesadaran diri sendiri,

sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan

berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen

tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan

sebagainya (Asrori, 2008).

Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu proses

usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan

tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun

yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan)

dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa

belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasil kanperubahan dalam

pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap.

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi entah teks,

(36)

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang

dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga

pengertiannya dikembangkan (Suparno, 2012).

Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan

Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative

permanen karena adanya pengalaman.

Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada

tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : (1)

pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya

mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik;

dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan

menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara

yang dilakukan guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk

(37)

pemahaman materi ajar. Sedangkan siswa dituntut untuk memiliki sikap

kemandirian belajar yang tinggi dan aktif.

Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh

ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut

ini.

7) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari

terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah

terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

8) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu

perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya.

Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami

perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

9) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan itu diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha orang bersangkutan.

(38)

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap

atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan

piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan

terus dimiliki bahkan akan terus berkembang kalau terus dilatih atau

dipergunakan.

11)Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari.

12)Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu

proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan,

pengetahuan dan sebagainya.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

4) Faktor intern : faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor

psikologis dan faktor kelelahan.

(39)

Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kemandirian belajar, kematangan dan kesiapan.

5) Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern

dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar, tugas rumah.

6) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

5. Motivasi

e. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu

kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada saat-saat tertentu untuk

(40)

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan (Oemar Hamalik, 1992).

f. Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup

dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):

5) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu

mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi

orangtua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah

bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal

ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan

atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

6) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk

banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang

dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada

oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan

kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut.

(41)

itu rela bekerja atau para siswa itu rajin/ rela belajar apabila diberi

motivasi untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang

disukainya.

7) Kebutuhan untuk mencapai hasil

Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau

disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi

seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan

atau usaha belajar itu tidak dihiraukan oranglain/ guru atau orang tua

misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus

diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil

yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik.

8) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin

menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk

mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga

tercapai kelebihan/ keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak

terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada

keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan

motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi

tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar

(42)

Teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan

(Sardiman, 2012), yaitu:

e) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat,

dan sebagainya.

f) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari

rasa takut dan kecemasan.

g) Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu

masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

h) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial,

pembentukan pribadi.

Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):

4) Teori insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti

tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait

dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap

adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini

adalah Mc. Dougall.

5) Teori fisiologis

Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan

(43)

sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman,

udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang.

Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk

mempertahankan hidup, struggle for survival.

6) Teori psikoanalitik

Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih ditekankan pada

unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan

manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh

dari teori ini adalah Freud.

g. Macam-macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang

aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:

5) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

c) Motif-motif bawaan

Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan

untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk beristirahat.

Motif ini seringkali disebut motif yang diisyaratkan secara biologis.

Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.

d) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai

(44)

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini

seringkali disebut dengan motif yang diisyaratkan secara sosial.

Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs.

Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis motif

berikut ini:

d) Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut

kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri

manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis

motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,

terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

e) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, yang

penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan

bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu

kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi.

Jadi dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk aktualisasi

diri.

f) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri

(45)

dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk

mencapai suatu prestasi.

6) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan Marquis

d) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk

minum, makan, bernafas,seksual berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat. Sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen.

e) Motif-motif darurat.Jenis motif darurat ini, antaralain: dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha,

untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

f) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi

dunia luar secara efektif.

7) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi

dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmani

seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi

rohaniah adalah kemauan.

8) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

c) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

(46)

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai

contoh adalah seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang

menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku

untuk dibacanya.

Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu adanya

ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak

melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik.

(Uno B Hamzah, 2012)

d) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh adalah seorang itu

belajar,karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan

mendapatlan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau

temannya.

Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya hukuman

atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan

perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif

semacam itu disebut motif ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

h. Fungsi Motivasi

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu

sebenarnya dilatarbelakangi pleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan

(47)

kegiatan/ pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi

motivasi (Sardiman, 2012):

3) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

4) Menentukan arah perbuatan. Motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya yang

hendak dicapai.

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Sardiman (2001) indikator motivasi belajar adalah sebagai

berikut:

g. Tekun menghadapi tugas.

h. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

i. Menunjukkan minat.

j. Lebih senang bekerja mandiri.

k. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin l. Dapat mempertahankan pendapatnya.

6. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada

beberapa macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian

diagnostic, penilaian selektif, dan penilaian penempatan.

(48)

Penilaian yang dilaksanankan pada akhir program belajar mengajar untuk

melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan

demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar.

Dengan penialaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

g. Penilaian Sumatif

Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur

wulan, UAS, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang

dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler

dikuasai para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan

kepada proses.

h. Penilaian Diagnostik

Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan- kelemahan siswa serta

faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan

bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan

kasus- kasus, dll. Soal- soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis

kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

i. Penilaian Selektif

Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan

masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

j. Penilaian Penempatan

Penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang

(49)

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.

Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasi kepada kesiapan siswa

untuk menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengan

kemampuan siswa.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

c. Faktor internal

4) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh).

5) Faktor psikologi, terdiri atas :

c) Faktor intelektif : Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan

bakat. Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah

dimiliki.

d) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan

lain-lain.

6) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

d. Yang tergolong faktor eksternal adalah :

5) Faktor sosial yang terdiri atas : Lingkungan keluarga, Lingkungan

sekolah/kampus, masyarakat, dan kelompok.

6) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi

(50)

7) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar

dan iklim.

8) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi dilakukan secara berkala

yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.

Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir

semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian

disertasi. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E

yang masing- masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 (Kepmen, 2000).

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasar

indikator, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah : 1)

penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi, 2) penilaian

menggunakan acuan kriteria, berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran, 3) hasil penilaian dianalisis untuk

menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran, program

remidi atau pengayaan (BSNP, 2007).

Hasil belajar menurut Gagne & Briggs adalah

kemampuan-kemampuan yang dimilikki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat

diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dalam dunia

pendidikan, terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah

dikemukakan oleh para ahli antaralain mengemukakan lima tipe hasil belajar,

yaitu: intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill,

(51)

Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran

dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari

metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Secara spesifik

bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan

sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar

selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja)

(Suprihatiningrum, 2013).

Ada beberapa aspek dalam hasil belajar, yaitu :

Menurut Uno (2006), tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada

salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, &

Masia (1973) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni

kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik.

Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan

dalam tiga aspek, yaitu (Suprihatiningrum, 2013):

d. Aspek Kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan

berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan

komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran

berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan

sampai tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi (Suprihatiningrum,

(52)

Anderson & Krathwohl (1973)membedakan aspek kognitif dalam

dua dimensi, yaitu the knowledge (dimensi pengetahuan) dan the

cognitive process dimension (dimensi proses kognitif).

6) The Knowledge Dimension (Dimensi Pengetahuan)

d) Factual knowledge (pengetahuan fakta)

e) Knowledge of terminology (pengetahuan tentang istilah)

f) Knowledge of specific details and elements (pengetahuan tentang

unsur-unsur khusus dan detail)

7) Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)

a. Knowledge of classifications and categories (pengetahuan tentang

penggolongan dan kategori)

b. Knowledge of principles and generalizations (pengetahuan tentang

prinsip dan generalisasi)

c. Knowledge of theories, model, and structure (pengetahuan tentag

teori, model, dan struktur)

8) Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur)

d) Knowledge of subject-specific skills and algorithms (pengetahuan

tentang subjek keterampilan khusus dan algoritma)

e) Knowledge of subject-specific techniques and methods

(pengetahuan tentang subjek teknik dan metode khusus)

f) Knowledge of criteria for determining when to use appropriate

procedures (pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan

(53)

9) Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif)

d) Strategic knowledge (pengetahuan tentang strategi)

e) Knowledge about cognitive tasks, including appropriate contextual

and conditional knowledge (pengetahuan tentang tugas kognitif

termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai)

f) Self-knowledge (pengetahuan pribadi)

10) The Cognitive Process Dimension (Dimensi Proses Kognitif)

a) Remember (mengingat)

b) Understand (memahami)

c) Apply (menerapkan)

d) Analyze (menganalisis)

e) Evaluate (mengevaluasi)

f) Create (menciptakan)

e. Aspek Afektif

Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang paling

sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima, kemauan

menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan

ketelitian. Kemauan menerima merupakan keinginan untuk

memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Kemauan

menanggapi merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif

dalam kegiatan tertentu. Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan

menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Penerapan berkarya

(54)

berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi.

Ketekunan dan ketelitian yaitu individu yang sudah memilikki sistem

nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang

dipegangnya.

Menurut Depdiknas (2007), aspek afektif yang bisa dinilai di

sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri, yang akan dijabarkan

sebagai berikut:

5) Sikap

Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek,

bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

6) Minat

Minat bertujuan umtuk memperoleh informasi tentang minat siswa

terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk

meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajarn.

7) Nilai

Nilai adalah keyakinan tentang keadaan suatu objek atau kegiatan.

Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap, dan kepuasan.

8) Konsep Diri

Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa,

yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,

maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat bagi diri siswa.

Winkel (2007) mengemukakan salah satu ciri belajar afektif

(55)

alam perasaan, entah objek tersebut berupa orang, benda atau kejadian/

peristiwa, ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan

perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.

Menurut Krathwohl, Bloom, & Masia (1973), tingkat afektif ini

ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu:

6) Receiving (penerimaan)

Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu perangsang

dan kesediaan untuk memerhatikan rangsangan tersebut. Namun

perhatian itu amsih pasif.

7) Responding (partisipasi)

Partisipasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan tersebut

dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap rangsangan

yang disajikan.

8) Valuing (penilaian/ penentuan sikap)

Penilaian/ penentuan sikap mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai

dengan penilaian tersebut. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima,

menolak, atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam

tingkahlaku yang sesuai dan konsisten dengan sikap dan batin.

Kemampuan tersebut dinyatakan dalam suatu perkataan atau

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan produk ibanking menonjolkan nilai pelanggan dalam bussines requirement diantaranya, aspek manfaat yang diperoleh nasabah menggunakan fitur baru yang

Pada situasi ini yang paling tepat adalah pendekatan percontohan (pilot) atau pendekatan paralel. Konversi dari sistem yang mirip, misalnya dari satu aplikasi Customer

Jawab: Menurut saya diantara semua kegiatan yang telah dilaksanakan yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi yaitu pemantapan petugas karena kegiatan ini

11 orang konsumen yang menyatakan beras premium lebih buruk daripada beras medium karena pada saat membeli beras premium konsumen menemukan kreteria kualitas beras

Dene Koentjaraningrat (1990:257) menehi andharan yen discovery bisa dadi invention yen masyarakat wis ngakoni, nampa, lan ngecakake panemu kang anyar kasebut.

“Saya tak akan terlalu sungkan jika yang pingsan adalah mereka yang menatap saya terlalu lama,” ujarnya dari balik pintu, meski ia pun tahu hanya cukup sekilas tatapan sudah

Setelah selesai tanya jawab, guru menjunjukan contoh pengumuman yang ditempelkan pada

Berdasarkan hasil implementasi algoritma AHP dan k-means pada recommendation system, dengan menerapkan algoritma AHP dan K-Means pada data produk komputer personal,