• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan alat peraga kartu kotif (Koin Positif Negatif) terhadap hasil belajar Matematika Siswa ( Sebuah studi eksperimen di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan alat peraga kartu kotif (Koin Positif Negatif) terhadap hasil belajar Matematika Siswa ( Sebuah studi eksperimen di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta)"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Sebuah Studi Eksperimen di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta)

Disusun Oleh:

ABDUL HADI ALFIRDAUSI

NIM: 103017027220

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Abdul Hadi Alfirdausi. Pengaruh Penggunaan Kartu KOTIF (Koin Positif Negatif) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Februari 2011

Penelitian ini dilakukan atas suatu masalah kurang pahamnya siswa terhadap konsep pada materi yang dipelajari sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Penggunaan Kartu KOTIF pada proses pembelajaran ini dilakukan untuk mengarahkan siswa belajar secara mandiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan Kartu KOTIF dan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian eksperimen yang bertempat di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta Selatan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2011. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, karena ada tiga kelas maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara merandom dua kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang diujikan adalah tes uji coba kepada kedua kelas yang berupa hasil belajar matematika siswa, sedangkan teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t untuk menguji hipotesis. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 1,978, sedangkan ttabel pada

taraf signifikansi 5 % = 1,68. Sehingga didapatkan thitung > ttabel, yang berarti H0

ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu, data menunjukkan bahwa rata-rata hasil

belajar matematika yang menggunakan Kartu KOTIF lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan strategi pembelajaranekspositori. Dengan demikian penggunaan Kartu KOTIF dalam pembelajaran matematika berpengaruh secara nyata terhadap hasil belajar matematika siswa.

(6)

ii

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala daya

dan upaya manusia, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu tercurah pada

hamba-hamba-Nya tak terkecuali pada penulis yang teraplikasikan dalam pikiran, energi

dan kemampuan diri penulis sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan

pekerjaan yang sulit dan penuh dinamika yaitu penulisan skripsi yang merupakan

tugas yang harus diselesaikan untuk meraih Strata Satu (SI) pada Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do‟a, dan

kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini,

semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang penuh kesabaran dan keikhlasan

membimbing selama masa perkuliahan.

3. Bpk Otong Suhyanto, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan

(7)

iii

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6. Bpk H. Abdul Cholid, HR, BA. selaku kepala sekolah MI Syamsul Huda

Ciganjur Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut, serta dewan guru khususnya Ibu Mardiyah,

sebagai guru matematika kelas IV yang telah membantu penulis melaksanakan

penelitian ini.

7. Perpustakaan UNJ (Jakarta), Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan beserta Staf yang telah memberikan fasilatas berupa

kemudahan dalam meminjam buku.

8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku ayahanda M. Ali dan ibunda Siti

Robi‟ah yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Ketulusan

dengan penuh kasih sayang dan motivasi mereka, penulis dapat menuntut ilmu

dan menyelesaikan skripsi seperti sekarang ini. Semoga Allah membalas

kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. Kakak-kakakku

Marzuqoh, Abd. Majid, Abd. Kosim, Siti Komariyah, Abd. Kosim dan Iis

Istiqomah (terimakasih atas do‟a dan dukungannya serta support nya selama

(8)

iv

(terimakasih atas kebersamaannya selama ini), Sahabat seperjuanganku:

Dhofir, Obay, Darman, Hanafi, Malkan, Emon, Dini, Iyang, Hesti, Mpo Eva

dan yang lainnya yang tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa,

dukungan dan bantuan yang kalian berikan pada penulis. Terima kasih atas

persahabatannya, keberadaan kalian menjadi inspirasi selama ini, menjalani

segala rintangan menjadi mudah karena kalian semua.

10. Kepada semua teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2003,

kelas A dan B terutama Away, Zaenal, Sukron, Rizal terima kasih atas

kebersamaannya, dukungan, bantuan dan motivasinya. Tiada hal terindah

kecuali mengenang masa kita berjuang bersama di kampus.

Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi khalayak ramai dan akademisi dan senantiasa Allah membalas jasa

kebaikan mereka di atas dengan balasan yang setimpal. Amin ya rabb al-‘Alamin.

Jakarta, Februari 2011

(9)

v

ABSSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis ... 7

1. Kajian Teori tentang Hasil Belajar Matematika ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Pengertian Hasil Belajar ... 12

c. Pengertian dan Karakteristik Matematika ... 15

d. Hasil Belajar Matematika ... 20

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 21

f. Macam-Macam Hasil Belajar ... 23

2. Kajian Teori Tentang Alat Peraga Kartu KOTIF (Koin Positif Negatif) ... 27

a. Pengertian Alat Peraga ... 27

b. Kegunaan Alat Peraga ... 29

(10)

vi

Alat Peraga Kartu Kotif ... 33

B. . Kerangka Berpikir ... 43

C. . Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

B. Metode Penelitian ... 47

C. Populasi dan Sampel ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Teknik Analisa Data ... 54

G. Hipotesis Stastistik ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi data ... 58

B. Pengujian Prasyarat Penelitian ... 62

1. Uji Normalitas ... 62

2. Uji Homogenitas ... 63

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 64

D. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

(11)
[image:11.595.114.525.83.470.2]

vii

Tabel 1 Desain Penelitian ... 47

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 50

Tabel 3 Statistik Deskriftif Kelas Eksperimen ... 59

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen... 59

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol .. 61

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 62

Tabel 7 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 8 Uji Homogenitas ... 64

(12)
[image:12.595.115.524.84.470.2]

viii

Gambar 1 Contoh Kartu KOTIF ... 33

Gambar 2 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi

Hasil Belajar matematika Kelas Eksperimen ... 60

Gambar 3 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi

(13)

ix

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kelas Eksperimen ... 71

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 96

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 120

Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Tes ... 121

Lampiran 5 Instrumen Tes ... 124

Lampiran 6 Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Tes ... 125

Lampiran 7 Tabel Uji Validitas Tes ... 126

Lampiran 8 Langkah-langkah Perhitungan Validitas Butir Soal Pilihan Ganda dan Hasil Uji Coba Validitas ... 127

Lampiran 9 Tabel Uji Reliabilitas Test ... 129

Lampiran 10 Langkah-langkah Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Pilihan Ganda ... 130

Lampiran 11 Tabel Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ... 131

Lampiran 12 Tabel Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda ... 133

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Validitas, Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Soal ... 134

Lampiran 14 Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 136

Lampiran 15 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen ... 137

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol ... 140

Lampiran 17 Tabel dan Langkah-langkah Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 143

(14)

x

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

perubahan hampir di semua aspek kehidupan, dimana berbagai permasalahan

tersebut hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan

ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain manfaat bagi kehidupan manusia di

satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era

persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam

persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,

peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus

dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses

pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani

era globalisasi tersebut.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 mengamanatkan kepada

Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu pendidikan

nasional yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Hal ini senada dengan apa yang tertuang dalam Undang-Undang No.

20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Matematika dapat membentuk pola pikir seseorang secara terstruktur

serta logis. Oleh karena itu, matematika diharuskan dipelajari sedini mungkin.

Dengan belajar matematika, siswa diharapkan dapat menghubungkan dan

1

(16)

memahami suatu hubungan antara konsep matematika yang satu dengan

konsep matematika yang lain. Dimana pada akhirnya siswa dapat

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pendidikan akan tercapai melalui aspek-aspek pendidikan,

antara lain dengan melalui aspek kecerdasan yang didalamnya terdapat

metematika. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari seluruh jenjang

pendidikan dan memiliki peranan yang amat penting dalam kehidupan

sehari-hari adalah matematika yang diajarkan mulai dari pendidikan dasar dan

pendidikan menengah2.

Akan tetapi pada kenyataannya, matematika merupakan pelajaran

yang membosankan dan menyulitkan. Hal ini dikarenakan, dalam proses

pembelajaran objek yang dipelajari merupakan objek-objek yang abstrak. Hal

ini pula yang menyebabkan rendahnya minat belajar matematika di sekolah.

Rendahnya minat tersebut tidak hanya berasal dari proses belajarnya, namun

berasal pula siswa dan orang tua. Mereka mengeluh sulitnya belajar

matematika karena sebagian dari mereka sejak awal sudah apriori terhadap

matematika. Dimana siswa menilai matematika sebagai momok atau hantu

yang di takuti. Pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan pelajaran

yang tergolong membosankan. Sehingga mengakibatkan hasil belajar

matematika siswa menjadi rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara

peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas 4 di MI Syamsul Huda

yang menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas 4 cenderung

rendah, terutama pada materi operasi hitung bilangan bulat. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penyampaian materi serta

kurangnya media pembelajaran yang menunjang. Pada sekolah dasar

umumnya guru menyampaikan materi secara klasikal, dimana guru

menjelaskan dan anak memperhatikan. Namun tidak jarang pula guru

menggunakan alat bantu yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam

2

(17)

memahami konsep matematika seperti batangan lidi atau kancing-kancing

baju. Dengan adanya alat peraga tersebut, kebosanan anak terhadap

matematika dapat dikurangi. Walaupun terkadang waktu yang digunakan

untuk mempraktekannya menghabiskan banyak waktu.

Berdasarkan teori Piaget, siswa Sekolah Dasar (SD) termasuk dalam

tahap operasi konkrit operasional. Artinya utnuk memahami suatu konsep,

siswa didekatkan dengan objek-objek nyata yang dapat diterima dalam

kemampuan kognitif mereka. Burner (dalam Orton, 1992) menyatakn bahwa

dalam belajar konsep matematika melalui 3 tahap, yaitu : enactive, ikonik dan

simbolik. Artinya siswa belajar secara bertahap dimulai dari memanipulasi

objek, kemudian menggunakan gambar dan terakhir menggunakan simbol.

Maka dapat disimpulkan, dalam kegiatan pembelajaran matematika tingkat

SD, proses belajar secara bertahap sesuai dengan adanya alat peraga. Alat

peraga ini membantu siswa untuk memahami suatu konsep matematika.

Dimana dalam proses belajar mengajar, siswa tersebut diharapkan belajar

dalam suasana hati yang menyenangkan.

Salah satu contoh alat peraga yang dapat digunakan untuk membantu

siswa dalam memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat tingkat SD adalah dengan menggunakan Kartu Koin Positif

Negatif (Kartu Kotif). Kartu kotif merupakan hasil karya ilmiah Drs. Fardilal

M. Nur dalam rangka “Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran

Tingkat Nasional 2004” yang dilaksanakan di SD Jeddah kelas V. alat peraga

ini terbuat dari kepingan-kepingan yang berbentuk lingkaran atau koin. Hal

ini dipilih karena bentuk tersebut yang paling dekat dengan kehidupan

sehari-hari siswa sebagai alat pembayaran. Pada setiap koin tersebut memiliki suatu

tanda yaitu positif atau negatif. Dalam pelaksanaannya, guru membagi

kelompok-kelompok belajar. Kemudian siswa bekerjasama mempelajari alat

peraga tersebut dan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

Setelah siswa-siswa tersebut memahami dan menguasai konsep penjumlahan

dan penguranngan bilangan bulat, maka kegiatan pembelajaran dilakukan

(18)

Berdasarkan paparan di atas diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai ”PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU KOTIF

(KOIN POSITIF NEGATIF) TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

2. Apakah siswa lebih memahami konsep matematika yang akan diajarkan

dengan menggunakan alat peraga?

3. Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar

menggunakan Kartu Koin Positif Negatif (Kartu Kotif) dengan siswa

yang diajar dengan yang tidak menggunakan Kartu Kotif?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang diajar menggunakan Kartu Kotif pada operasi hitung

bilangan bulat Sekolah Dasar kelas IV, yaitu:

1. Penjumlahan pada bilangan bulat

2. Pengurangan pada bilangan bulat

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, dapat dibuat perumusan masalah yaitu “Apakah

penggunaan Kartu KOTIF (Koin Positif Negatif) berpengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa pada Operasi Hitung Bilangan Bulat di kelas IV MI

(19)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan karena diharapkan dapat memberikan

masukan terhadap penyelenggaraan pembelajaran matematika di MI Syamsul

Huda khususnya dalam materi operasi hitung bilangan bulat, karena soal-soal

pada materi operasi hitung bilangan bulat memerlukan pemahaman yang

mendalam terutama dalam kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang diajar

mengunakan pendekatan ekspositori

2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang diajar

mengunakan alat peraga Kartu KOTIF

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga Kartu KOTIF

terhadap hasil belajar matematika siswa

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Membantu meningkatkan minat dan perhatian belajar siswa terhadap

pelajaran matematika.

b. Membantu mengingkatkan pemahaman dan hasil belajar pada

operasi hitung bilangan bulat.

c. Membantu daya nalar dan logika siswa dalam pembelajaran

matematika.

d. Menumbuhkan rasa social dan belajar bekerjasama anatar siswa

yang dilakukan dengan belajar berkelompok.

2. Bagi Guru

a. Membantu guru dalam menjelaskan pemahaman operasi hitung

bilangan bulat kepada siswa.

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan

(20)

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam memahami cara penyampaian materi

(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

1. Kajian Teori Tentang Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi seorang muslim

mulai dari kecil sampai akhir hayat. Belajar merupakan salah satu

jalan untuk menuntut ilmu. Sebagai orang Islam kita diwajibkan

belajar untuk mengubah kehidupan agar menjadi lebih baik dari

sebelumnya.

Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan

belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu, bahkan ada yang

lebih khusus lagi mengartikan bahwa belajar adalah menyerap

pengetahuan sebayak-banyaknya. Menurut James O. Wittaker,

belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku yang

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan

demikian perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau

kematangan, pengaruh obat-obatan kelelahan atau penyakit tidak

termasuk belajar. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.

Dalam proses belajar seseorang berinteraksi langsung dengan objek

belajar dengan menggunakan semua alat indra.

Sedangkan secara psikologi, belajar merupakan suatu peroses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman, artinya belajar merupakan suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Morgan

(22)

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.3

Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu

pengertian.4

Belajar adalah sebuah proses yang dialami oleh setiap

manusia sejak lahir sampai akhir hidupnya. Dengan belajar manusia

mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupannya. Secara

psikologis, belajar dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan

lingkungannya.5 Defenisi ini menyiratkan dua makna. Pertama,

bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan

tertentu yaitu, untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua,

perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengan

demikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan

kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu

perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya

bertambah, ketrampilannya meningkat, sikapnya semakin positif, dan

sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan

tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.

Para ahli banyak mengungkapkan tentang defenisi belajar.

Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikannya

terdapat beberapa pendapat tentang pengertian belajar, diantaranya :

3

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) Cet.11, nh. 84

4 Ngalim Purwanto, PsikologiPendidikan……….,h. 84

5 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka

(23)

1) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning

mengemukakan bahwa ”belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya

kelelahan, pengaruh obat, dan lain sebagainya).”

2) Gagne dalam buku The Educational of Learning menyatakan bahwa ”belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama

dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa

sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia

mengalami situasi tadi.”

3) Morgan dalam bukunya Introductional of Psychology

menyatakan bahwa ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalm tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari

latihan atau pengalaman.”

4) Withearingthon dalam bukunya Educational Psychology

mengemukakan bahwa ”belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian.”6

Sedangkan Biggs mendefinisikan belajar kepada tiga macam

rumusan, yaitu:7

6 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991), h.85

7 Muhibbin Syah (ed.), Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

(24)

1) Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti

kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif

dengan fakta sebanyak-banyaknya.

2) Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang

sebagai proses ”validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan

siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.

3) Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara

menafsirkan dunia di sekeliling siswa.

Pengertian belajar menurut Fontana adalah,” proses

perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari

pengalaman”, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan

lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat

internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses

pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan

bersifat rekayasa perilaku.8

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai

kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.

Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha

penguasaan ilmu pengetahuan sebagian kegiatan menuju

terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Sedangkan Alisuf Sabri menyatakan beberapa hal penting

yang berkaitan dengan pengertian belajar, yaitu sebagai berikut:9

1) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

pengalaman atau latihan

8 Erman Suherman et.al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, UPI. h. 7

9

(25)

2) Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa

memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan

perilaku yang sudah ada.

3) Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat

berupa perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk

(negatif).

4) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha

dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk bahwa

mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan

mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.

5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap

bukan perubahan yang bersifat sementara.

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup

manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan

kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua

aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari

belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar itu adalah

suatu proses dan bukan suatu hasil, karena itu belajar berlangsung

secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk

perbuatan untuk mencapai tujuan. Proses belajar itu berbeda dengan

proses kematangan. Kematangan adalah proses dimana tingkah laku

dimodifikasi sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan

struktur serta fungsi jasmani. Dengan demikian perubahan tingkah

laku pada diri individu merupakan hasil belajar.

Faktor-faktor penting yang erat hubungannya dengan prose

belajar adalah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi,

menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan. Namun

kesemuanya itu harus dibedakan dengan pengertian belajar itu

sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku relatif menetap

(26)

unik dan internal serta dibuthkan waktu yang cukup lama untuk

mendapatkannya.

Belajar adalah aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada

yang benar-benar disadari ada pula yang kurang disadari oleh orang

yang belajar. Tujuan belajar itu erat kaitannya dengan

perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar

yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin

terjadi disekolah. Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar

disekolah itu untuk mencapai pengumpulan pengetahuan, penanaman

konsep dan kecekatan atau keterampilan serta pembentukan sikap

dan perbuatan.

Belajar ada beberapa macam jenisnya berhubung dengan hal

yang harus dipelajari. Belajar berenang tak sama benar sifatnya

dengan belajar memecahkan soal-soal matematika. Karena itu dapat

dibeda-bedakan beberapa jenis belajar, yakni:

1) Belajar berdasarkan pengamatan (sensory type of learning)

2) Belajar berdasarkan gerak (motor type of learning)

3) Belajar berdasarkan hafalan (memory type of learning)

4) Belajar berdasarkan pemecahan masalah (problem type of

learning)

5) Belajar berdasarkan emosi (emotional type of learning)10

Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut

adalah fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan

sudut pandang. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan secara umum bahwa pada

dasarnya belajar adalah proses kegiatan yang mengakibatkan suatu

perubahan tingkah laku pada diri seseorang, perubahan itu dapat

berupa sesuatu yang akan terlihat nyata atau yang masih

10 Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),

(27)

tersembunyi, dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, kemampuan

dan sikap yang lebih baik, dan perubahan yang terjadi berlaku dalam

tempo yang relatif lama dan disertai usaha.

b. Pengertian Hasil Belajar

Ada empat unsur utama dalam proses pembelajaran, yaitu

tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah

dari proses pembelajaran pada hakikatnya adalah rumusan tingkah

laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima

atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat

pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk

disampaikan atau dibahas dalam proses pembelajaran agar sampai

pada tujuan yang ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik

yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah

upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah

ditetapkan itu tercapai atau tidak.

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar

dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan yang

berbeda sejalan dengan filsafatnya. Suatu proses belajar mengajar

tantang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan

intruksional khususnya dapat tercapai. 11 Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Howard Kingsley membagi tiga macam

hasil belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan

pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar

dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulaum.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasi belajar, yaitu

informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap

dan keterampilan motoris.

11 Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rineka

(28)

Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah

diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Syaiful Djamara, ketercapaian hasil belajar dapat

dikategorikan menjadi beberapa kriteria, yaitu:

1) Istimewa/maksimal, apabila seluruh (100%) bahan pelajaran

yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa

2) Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa

3) Baik/minimal, apabila hanya 60% - 75% bahan yang diajarkan

dapat dikuasai oleh siswa12

Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang

luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom dan

rekan-rekannya membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu :

1) Ranah Kognitif, meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis dan evaluasi.

2) Ranan Afektif, meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau

penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotor, meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan

terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks dan

kreatifitas.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

belajar adalah segala sesuatu yang dicapai dalam proses perubahan

tingkah laku yang dilakukan secara sengaja dan dalam jangka waktu

tertentu. Kegiatan proses perubahan tingkah laku seseorang terjadi

secara bertahap. Dari tahapan tersebut seseorang akan mendapatkan

pengalaman yang nantinya akan dijadikan pelajaran dalam

mengambil sebuah keputusan. Dari penambahan pengalaman atau

latihan inilah maka perubahan tingkah laku pun terjadi dan sifatnya

menetap. Perubahan yang terjadi merupakan perubahan secara

12

(29)

merata, maksudnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan. Hasil belajar merupakan salah satu hal yang dijadikan

pusat perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar

menentukan tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.

c. Pengertian dan Karakteristik Matematika

Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang sangat

penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

manusia. Matematika adalah salah satu bidang studi yang diajarkan

di sekolah dan harus dikuasai oleh siswa. Matematika merupakan

bidang studi yang dipelajari dari SD hingga SLTA bahkan sampai

perguruan tinggi. Terdapat banyak alasan tentang perlunya belajar

matematika. Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar

matematika sebagaimana dikutif Mulyono Abdurrahman bahwa

matematika merupakan:

1) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari

2) Sarana untuk mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi

pengalaman

3) Sarana untuk mengembangkan kreativitas

4) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan

budaya.13

Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di

sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.14 Matematika sekolah terdiri atas

bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan

13

Molyono Abdurrahnam, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : Rineke Cipta, 2003), cet Ke-2. hal 253.

(30)

kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu dari

perkembangan IPTEK.

Matematika sekolah berfungsi sebagai wahana untuk:

1) Meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan dan simbol.

Adapun tujuan umum diberikannya matematika sekolah

adalah:

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan

keadaan di dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang,

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional,

kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif.

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan

pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam

mempelajari berbagai ilmu.

Kata matematika berasal dari bahasa latin methematica, yang bermula dari bahasa yunani mathematike dari akar kata mathema

yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula dengan kata mathanein yang berarti berpikir atau belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, matematika diartikan sebagai ilmu

tentang bilangan-bilangan , hubungan antar bilangan , dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan. (Depdikbud)

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya

menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya

dengn jumlah yang banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis dan geometri. Jonson dan Rising (1972) dalam

(31)

mengorganisasikan. Reys dan kawan-kawan (1984) dalam bukunya

mengatakan matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan.

Kline (1973) mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan

menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya sendiri, tapi

adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami

dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.15

Jika mengartikan matematika sebagai ilmu, maka matematika

adalah suatu cabang ilmu yang tersusun secara sistematis dan eksak.

Pengertian eksak tersebut tidak berarti bahwa matematika itu eksak

secara mutlak, akan tetapi matematika sebagai ilmu ilmiah lebih

eksak dari ilmu-ilmu sosial dan lebih eksak lagi dari ilmu-ilmu fisik.

Oleh karena sifatnya yang eksak ini matematika sering disebut ilmu

pasti.

Beberapa pengertian matematika yang dikemukakan di atas

berfokus pada tinjauan pembuat pengertian itu. Hal ini dikemukakan

dengan maksud agar dapat menangkap dengan mudah keseluruhan

pendangan para ahli matematika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan

ide-ide atau konsep-konsep abstrak mulai dari konsep yang paling

sederhana hingga konsep yang paling kompleks yang kemudian

diberi simbol-simbol, tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan

sistematis, serta menggunakan penalaran deduktif. Matematika juga

merupakan bagian dari kehidupan manusia serta merupakan ilmu

penolong pada berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari.

Adapun karakteristik matematika dapat dapat dikelompokan

menjadi dua, yaitu:16

15 Erman Suherman et.al., Strategi pembelajaran….. hal 16-17

16Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika,

(32)

1) Karakteristik Umum Matematika

a) Memiliki Objek Kajian yang Abstrak

Matematika mempunyai objek kajian yang abstrak, walaupun

tidak setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara

beberapa matematikawan menganggap objek matematika itu

“kongkret” dalam pikiran mereka, maka kita dapat menyebut

objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental

atau pikiran. Ada empat objek kajian matematika, yaitu :

- Fakta

Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam

matematika yang biasanya diungkapkan lewat symbol

tertentu.

- Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan

objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep

atau bukan.

- Operasi dan Relasi

Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan

pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah

hubungan antara dua atau lebih elemen.

- Prinsip

Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, yang

terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang

dikaitkan oleh suatu relasi atau pun operasi.

b) Bertumpu pada Kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika

merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan

simbol dan istilah yang telah disepakati dalam matematika

maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah

(33)

c) Berpola Pikir Deduktif

Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat

deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat

dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat

umum diterapkan kepada hal yang bersifat khusus.

d) Konsisten Dalam Sistemnya

Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang

dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapteorema.

Ada sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan

lainnya. Sistem-sistem aljabar dengan sistem-sistem geometri

dapat dipandang lepas satu dengan lainnya.

e) Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti

Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik

yang berupa huruf Latin, Yunani, maupun simbol-simbol

khusus liannya.

f) Memperhatikan Semesta Pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol

matematika, maka bila kita menggunakannya, kita

seharusnya memperhatikan pula lingkup pembicaraannya.

Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit

bisa pula luas.

2) Karakteristik Matematika Sekolah

Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan

matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal :

a) Penyajian

Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun

definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan

intelektual siswa.

b) Pola Pikir

Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir

(34)

dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa. Sebagai

kriteria umum, biasanya di SD menggunakan pendekatan induktif

lebih dulu karena hal ini lebih memungkinkan siswa menangkap

pengertian yang dimaksud. Sementara untuk tingkat SMP dan

SMA, pola pikir deduktif sudah semakin ditekankan.

c) Semesta Pembicaraan

Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, maka

matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga dalam

kekomplekan semestanya.

d) Tingkat Keabstrakan

Seperti pada poin sebelumnya, tingkat keabstrakan matematika

juga harus menyesuaikan perkembangan intelektual siswa.

d. Hasil Belajar Matematika

Belajar adalah proses yang dialami dan yang akan merubah

kemampuan diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu yang relatif

tetap dan didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan

meniru. Bila belajar merupakan suatu proses, maka hasil belajar

merupakan hasil dari proses yang telah dilalui siswa. Hasil adalah

suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu yang dicapai

seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan

belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang

yang belajar dalam selang waktu tertentu. Hasil Belajar termasuk

dalam kelompok atribut kognitif yang ‟respon‟ hasil

pengukurannya tergolong pendapat yaitu respon yang dapat

dinyatakan benar atau salah.17 Hasil belajar tersebut akan tersimpan

dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak akan hilang

selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk

pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik

17

(35)

lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan

perilaku kerja yang lebih baik.

Dari pengertian belajar, hasil belajar dan matematika di atas,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar matematika yaitu berupa pengetahuan,

pengertian, pemahaman dan juga kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan dan simbol-simbol, yang dapat dilihat dari

kemampuan berpikir matematika dalam diri siswa yang bermuara

pada kemampuan matematika sebagai bahasa dan alat dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari.

Jika belajar adalah proses, maka hasil proses tersebut

merupakan hasil belajar. Menururt Nana Sudjana : “Hasil belajar

siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotoris”. Pada umumnya hasil belajar

dapat diperoleh dengan mengadakan ujian-ujian dimana pada

akhirnya nilai tersebut digunakan sebagai ketuntasan belajar siswa.

Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya sebagai alat ukur

keberhasilan siswa itu sendiri namun bagi guru yang bersangkutan

pula. Siswa dan guru dapat melihat apakah proses akhir belajar

tersebut memenuhi syarat kelulusan atau tidak. Hal ini dapat

membantu guru dalam menemukan atau menyesuaikan alat bantu

atau metode untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Dari semua pengertian di atas, hasil belajar matematika

adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam

mempelajari matematika dengan tujuan kognitif. Menurut taksonomi

Bloom tujuan kognitif ini mencakup pengetahuan, pemahaman,

(36)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu

dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu:

a) Faktor Internal

1) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama

kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak

dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal

ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,

anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik

yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang

teratur, olahraga serta cukup tidur.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan

belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi

mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang

keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan

stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama,

intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar

seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan

belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat

dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar

seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan

mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang,

melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya

kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

b) Faktor Eksternal

(37)

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah

yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap

perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya

maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk

menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling

mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah,

tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan

konsisten.

3) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan

masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh

terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam

masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan

belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan

nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes,

pengajian remaja dan lain-lain.18

Dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan

dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya

pembelajaran.

f. Macam-Macam Hasil Belajar

18 Drs. Moh. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:

(38)

Howard Kinsley membagi tiga macam hasil belajar yakni (a)

keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan kebiasaan (c) sikap

dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,

yaitu:

1. Informasi verbal

Kecakapan untuk mengkomunikasikan secara verbal

pengetahuannya tentang fakta-fakta. Dengan kata lain individu

mampu menyatakan secara proporsional apa yang telah

dipelajari. Pengungkapan informasi yang telah disimpan di

dalam „tempat penyimpanan ingatan‟ itu dapat juga

menggunakan „kunci‟ verbal yang lain. Misalnya dengan

menunjukan diagram tertentu, siswa dapat mengingat kembali

pengertian fungsi. Informasi verbal ini diperoleh dengan lisan,

membaca buku , mendengar radio, dan sebagainya.

Fungsi yang dimaksud itu adalah:

1) Prasyarat untuk belajar lebih lanjut

2) Kepraktisan dalam kehidupan sehari-hari dari individu

3) Pengetahuan yang terorganisasikan sehingga menjadi

bentuk-bentuk yang saling berkaitan merupakan acuan berfikir.

2. Keterampilan intelektual

Kapabilitas untuk membuat diskriminasi, menguasai

konsep dan aturan serta memecahkan masalah. Kapabilitas

tersebut merupakan kemampuan yang diperoleh manusia dengan

belajar. Begitu sesuatu itu dipelajari, kapabilitas itu dapat

muncul berulang kali dalam berbagai penampilan.

Menurut Gagne kemampuan intelektual dibagi lagi

menjadi delapan sud-kategori yang urutannya berdasarkan

kekomplekan operasi mentalnya. Kedelapan tipe tersebut adalah:

a) Belajar sunyal (signal learning). Belajar dengan sinyal adalah belajar tanpa kesengajaan yang dihasilkan dari

(39)

menimbulkan suatu respon emosional di dalam individu

yang bersangkutan.

b) Belajar S-R (S-R learning). Belajar jenis ini adalah belajar yang disengaja dan secara fisik untuk merespon suatu

sinyal. Belajar S-R menghendaki suatu stimulus yang

datangnya dari luar yang menyebabkan otot-otot

terangsang yang kemudian diiringi respon yang

dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang

menunggal antara stimulus dan respon.

c) Belajar merangkai tingkah laku (chaining). Jenis belajar ini menunjukan lebih dari sati S-R yang dirangkaikan

berurutan agar peserta didik dapat menyelesaikan tugas

d) Belajar asosiasi verbal (verbal chaining). Belajar asosiasi verbal terjadi pada waktu memberi nama suatu benda.

e) Belajar diskriminasi (discremination learning). Belajar diskriminasi untuk membedakan hubungan S-R agar dapat

memhami berbagai macam obyek fisik dan konsep.

Dengan demikian diharapkan siswa dapat membedakan

dan menyebutkan antara simbol yang satu dengan yang

lain.

f) Belajar konsep (concept learning). Adalah belajar

memahami kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda

konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokan

menjadi satu jenis

g) Belajar aturan (rule learning). Belajar aturan-aturan

didasarkan atas konsep-konsep yang telah dipelajari.

Seseorang telah belajar aturan memungkinkan orang

tersebut mengikuti aturan itu dalam tingkah lakunya,

menampilkan tingkah laku tertib dalam menurut aturan,

merespon sekumpulan hal dalam bentuk sekumpulan

(40)

h) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Belajar memecahkan masalah merupakan tipe belajar yang

menyangkut dua atau lebih aturan-aturan yang telah

dipelajari siswa dimana aturan-aturan itu dikombinasikan

agar menghasilkan suatu aturan yang tadinya belum

diketahui siswa. Aturan baru inilah yang kemudian

dipergunakan untuk memecahkan masalah.

3. Strategi kognitif

Strategi kognitif adalah kecakapan untuk mengelola dan

mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam, membuat

analisis dan sintesis, mengendalikan tingkah laku peserta didik

itu sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan, cara untuk

melakukan proses belajar,termasuk retensi dan berfikir. Adapun

tipe-tipe hasil belajar kognitif. Bloom membagi tingkat

kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif

menjadi enam yaitu: pengetahuan hafalan, pemahaman atau

komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.19

a) Pengetahuan hafalan atau yang dikatakan bloom dalam

istilah knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya

meminta responden untuk mengenal atau mengetahui

adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus

mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya.

Dalam hal ini responden biasanya hanya dituntut untuk

menyebutkan kembali atau menghafal saja.

b) Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan

yang mengharapkan responden mampu memahami arti atau

konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal

19 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Rosda

(41)

ini responden tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi

memehami konsep dari masalah atau fakta yang

ditanyakan.

c) Kemampuan berfikir yang ketiga adalah aplikasi atau

penerapan. Responden dituntut kemampuannya untuk

menerapkan atau menggunakan apa yang telah

diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.

d) Tingkat kemampuan analisis, yaitu kemempuan

respondenuntuk menganalisis atau menguraikan suatu

integritas atau suatu situasi tertentukedalam

komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukannya.

e) Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi.

Dengan kemampuan evaluasi, responden responden diminta

untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan,

konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan kriteria

tertentu.

4. Sikap

Sikap adalah kecendrungan untuk merespon secara ajeg

terhadap stimulus itu. Respon tersebut dapat positif (menerima)

atau negatif (menolak) terhadap suatu obyek tergantung terhadap

penilaian terhadap obyek yang dimaksud sebagai obyek yang

berharga atau tidak berharga.

5. Keterampilan motorik

Keterampilan motorik adalah kecakapan yang

dicerminkan oleh adanya kecepatan, ketepatan dan kelancaran

gerakan otot dan anggota badan.

2. Kajian Teori Tentang Alat Peraga Kartu KOTIF (Koin Positif Negatif)

(42)

Menurut Djoko (2003:1) Alat peraga matematika adalah

sebuah atau seperangkat benda konkret yang dibuat, dirancang,

dihimpun, atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk

membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip dalam matematika. Sedangkan menurut Post dan

Reys (dalam Sigit dan Untung, 2006:2) alat peraga adalah alat yang

digunakan untuk memperagakan suatu konsep atau prinsip dalam

matematika. Salah satu ciri penting alat peraga adalah dapat dilihat,

disentuh dan diraba.dari dua pernyataan tersebut, maka jelaslah

bahwa dengan alat peraga hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam

bentuk model-model, sehingga siswa dapat memanipulasi objek

tersebut dengan cara melihat, meraba, memutarbalikkan, dan

sebagainya. Dengan adanya alat peraga tersebut, diharapkan siswa

lebih mudah dalam memahami matematika20.

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa

pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau

ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan

perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan

indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga

mempermudah persepsi.

Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan,

agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan

masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan

dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih

20 PPPPT Matematika, Pembuatan Alat Peraga Sederhana Untuk Pembelajaran SD

(43)

mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka

dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan21.

Alat peraga matematika didefinisikan sebagai suatu alat yang

penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang

telah dituangkan dalam Garis Besar Program Pengajaran mata

pelajaran matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu

kegiatan belajar mengajar. Estiningsih (1994) alat peraga merupakan

media pembelajaran yang mengandung ciri-ciri konsep yang akan

dipelajari.

Selain mempersiapkan langkah-langkah penggunaan alat

peraga, seperti persiapan guru, lingkungan, persiapan peserta didik,

maka perlu pula mengetahui prinsip-prinsip umum dalam

penggunaan alat peraga, di antaranya sebagai berikut.

1. Penggunaan alat peraga hendaknya sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Alat peraga yang digunakan hendaknya sesuai dengan

metode/strategi pembelajaran.

3. Tidak ada satu alat peragapun yang dapat atau sesuai untuk segala

macam kegiatan belajar.

4. Guru harus terampil menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran.

5. Peraga yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan siswa

dan gaya belajarnya.

6. Pemilihan alat peraga harus obyektif, tidak didasarkan kepada

kesenangan pribadi.

7. Keberhasilan penggunaan alat peraga juga dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan22.

21

(44)

g. Kegunaan Alat Peraga

1) Kelebihan Penggunaan Alat Peraga

Pada proses pembelajaran, penggunaan alat peraga

terbukti dapat membantu siswa memahami konsep matematika.

Kelebihan penggunaan alat peraga dalam pengajaran

matematika antara lain:

a) Proses belajar mengajar termotivasi, baik guru maupun

murid. Bagi murid, minatnya akan timbul, ia akan senang,

terangsang, tertarik dan karena itu akan bersifat positif

terhadap pengajaran matematika.

b) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit

dan karena lebih dapat dipahami, dimengerti dan dapat

ditanamkan pada tingkat-tingkat lebih rendah.

c) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan

benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.

d) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk

konkrit yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat

dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk

meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah

banyak.

Kelebihan-kelebihan itu dapat diartikan bahwa

penggunaan alat peraga memiliki fungsi atau faedah yang

berkaitan dengan:

a) Pembentukan konsep

b) Pemahaman konsep

c) Latihan dan penguatan

(45)

d) Pelayanan terhadap perbedaan individual termasuk terhadap

anak yang lemah dan berbakat.

e) Pengukuran

f) Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru

g) Pemecahan masalah pada umumnya

h) Memotivasi siswa untuk berpikir, berdiskusi dan

berpartisipasi aktif.

2) Kekurangan Penggunaan Alat Peraga

Dalam pelaksanaan penggunaan, alat peraga tidak

selamanya menguntungkan. Adakalanya penggunaan alat

tersebut tidak sesuai dengan materi yang akan disampaikan

sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ada

beberapa sebab yang menyebabkan hal tersebut, antara lain

kurangnya penguasaan terhadap alat peraga tersebut,

ketidaksiapan program pengajaran,. Alat peraga akan gagal jika:

a) Generalisasi konsep abstrak dari represantatif itu tidak

tercapai.

b) Hanya sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-nilai

(konsep-konsep) matematika.

c) Tidak disajikan pada saat yang tepat.

d) Memboroskan waktu.

e) Diberikan kepada anak yang sebenarnya tidak memerlukan.

f) Tidak menarik dan rumit.

h. Pertimbangan Memilih Alat Peraga

Agar fungsi atau manfaat dari alat peraga sesuai denga yang

diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa persyaratan yang

harus dipertimbangkan. Post and Reys (1975:77) memberikan dua

kategori dalam pemilihan alat peraga, yaitu persyaratan secara

pedagogik dan persyaratan secara fisik.

(46)

i. Memberikan perwujudan kebenaran alat untuk

konsep-konsep matematika

ii. Secara jelas menunjukkan konsep matematika

iii. Memberikan motivasi bagi siswa. Alat peraga dengan

karakteristik-karakteristik fisik yang menarik seringkali akan

mendorong minat dan imaginasi siswa.

iv. Dapat berfaedah banyak. Idealnya, alat peraga dapat

digunakan dalam pengembangan pembelajaran lebih dari

hanya konsep tunggal.

v. Menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi

siswa

vi. Memberikan keterlibatan individual bagi siswa. Sebagai

contoh setiap siswa hendaknya mempunyai kesempatan yang

cukup untuk menggunakan alat peraga.

b. Pertimbangan karakteristik alat peraga secara fisik:

i. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat). Alat

peraga hendaknya cukup kuat digunakan secara normal oleh

siswa.

ii. Bentuk dan warnanya menarik. Perwujudan alat peraga

hendaknya menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan keinginan

untuk menggunakannya.

iii. Sederhana danmudah dikelola.

iv. Ukuran alat yang sesuai (seimbang).

v. Tidak teralalu mahal dan mudah dalam pemeliharaan.

i. Alat Peraga Kartu KOTIF (Koin Positif Negatif)

Kartu Koin Positif Negatif (Kartu Kotif) adalah salah satu

alat peraga matematika yang membahas mengenai operasi

penjumlahan dan pengurangan pada operasi hitung bilangan bulat.

Kartu Kotif terdiri dari:

(47)

Kartu ini dapat terbuat dari kertas, plastik, papan tipis, kulit atau

bahan lain yang bentuknya boleh berbentuk segitiga, segiempat

atau lingkaran. Hal terpenting dalam pembentukannya adanya

tanda positif pada kartu tersebut.

2) Kartu Koin Negatif

Kartu ini dapat terbuat dari kertas, plastik, papan tipis, kulit atau

bahan lain yang bentuknya boleh berbentuk segitiga, segiempat

atau lingkaran. Hal terpenting dalam pembentukannya adanya

tanda negatif pada kartu tersebut.

Kartu KOTIF tampak seperti di bawah ini:

Gambar 1

j. Langkah-langkah Penggunaan Alat Peraga Kartu Kotif

Dalam pelaksanaannya kartu KOTIF ini dapat lebih menarik

dan memperjelas perbedaan tanda bilangan dengan menggunakan

warna yang berbeda misalnya kartu positif berwarna hijau dan kartu

negatif berwarna merah. Adapaun prinsip kerja Kartu KOTIF, yaitu:

1) Penjumlahan dua bilangan bulat

Konsep himpunan menjelaskan “Operasi gabung” atau

proses penggabungan dapat diartikan sebagai penjumlahan.

Berarti kalau kita menggabungkan sejumlah kartu kotif ke dalam

kelompok kartu kotif lain, maka sama halnya dengan melakukan

penjumlahan23.

23

[image:47.595.148.522.75.443.2]
(48)

a). Jika a dan b kedua-duanya merupakan bilangan positif atau bilangan negatif, maka gabungan sejumlah kartu koin ke

dalam kelompok kartu koin lain yang berwarna sama atau

yang bertanda sama.

Contoh:

(-3) + (-5) = …?

Tempatkan 3 buah kartu koin negatif ke papan.

Gabungkan atau tambahkan ke dalam papan 5 buah

kartu koin negatif.

Setelah proses penggabungan, maka terlihat ada 8

kartu koin negatif.

Jadi (-3) + (-5) = -8

b). Jika a bilangan positif dan b bilangan negatif atau sebaliknya, maka gabungkan sejumlah kartu koin positif ke dalam

kelompok kartu koin negatif. Selanjutnya, lakukan proses

(49)

sehingga terdapat pasangan kartu koin yang

bernilai nol. Biasanya setelah proses pemetaan dilakukan

akan menyisakan kartu kotif tertentu yang merupakan hasil

dari penjumlahannya.

Contoh: 3 + (-5) = …

Tempatkan 3 buah kartu koin kuning ke papan.

Gabungkan atau tambahkan ke dalam papan kartu koin

negatif 5 buah.

Lakukan pemasangan antara kartu koin postif dan kartu

koin negatif sehingga bernilai netral lalu keluarkan.

Dari hasil pemetaan terlihat adanya 3 buah pasangan

netral dan menyisakan 2 buah kartu koin negatif.

Jadi:

(50)

Secara umum cara penggunaan kartu kotif pada operasi

hitung penjumlahan adalah sebagai berikut:

1) Sediakan kartu KOTIF yang sesuai dengan bilangan pertama,

letakkan disebelah kiri meja.

2) Sediakan kartu KOTIF yang sesuai dengan bilangan kedua,

letakkan disebelah kanan meja.

3) Gabungkan kartu-kartu tersebut, kemudian susun kartu positif

di atas dan kartu negatif di bawah. Akan didapatkan dua

kemungkinan :

a). Semua kartu sejenis (Kartu Positif saja atau Negatif saja)

b). Terdapat kartu-kartu yang tidak sejenis (Kartu Positif dan

negatif.

4) a). Untuk kartu sejenis, tinggal dihitung jumlahnya. Jumlah

kartu yang ada merupakan jawaban operasi penjumlahan

tersebut.

b). Untuk kartu yang tidak sejenis pasangkan kartu positif

dan kartu negatif lalu dipisahkan. Sisanya merupakan

jawaban dari operasi penjumlahan tersebut.

2) Pengurangan dua bilangan bulat

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

proses pengurangan adalah24:

a). Jika a dan b merupakan bilangan positif dan a

Gambar

Tabel 1 Desain Penelitian  .......................................................................
Gambar 1 Contoh Kartu KOTIF  ................................................................
j.Gambar 1  Langkah-langkah Penggunaan Alat Peraga Kartu Kotif
Tabel 1  Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasrkan hasil pemodelan diatas, ada tiga fungsi transfer yang diperoleh yaitu fungsi transfer step test(positive and negative), bode measurement and noise

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, karakter morfologi yang paling dominan dalam penentuan hubungan kekerabatan jamur ordo Agaricales di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam

Dari hasil pengujian yang diperoleh pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan dan pengaruh yang positif signifikan antara komitmen pekerjaan afektif,

Pada tahap pengembangan ( develop ) langkah- langkah yang dilakukan adalah: (1) konsultasi dengan dosen mitra yang bertujuan untuk merancang dan menyusun

Penelitian ini dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh jenis BAP dan penambahan konsentrasi sukrosa tinggi yang berbeda ternyata mampu menghasilkan organ pada tanaman buah

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah, serta kenikmatan kepada penulis berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, sehingga

[r]

Strain potensial BbEd 10 yang diunggulkan dalam penelitian akan diuji lebih lanjut apabila bersifat patogenik pula terhadap hama utama kapas yang lain, baik terhadap