• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Hakikat Kemampuan Berhitung Matematika a. Pengertian matematika

Mata pelajaran matematika adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, dan menghargai kegunaan matematika. Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang matematika.

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Matheina atau mathenein

yang artinya mempelajari, namun diduga pula kata itu erat pula hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi menurut Andi Hakim (dalam Karso, 2000:39)

Menurut Bruner (dalam Karso, 2000: 40) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika itu. Menurut Dienes (dalam Karso, 2000: 17) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai pelajaran tentang struktur dan mengklasifikasikan relasi-relasi antara stuktur.

Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Karso, 2000:39) “matematika itu

terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering sering

disebut ilmu deduktif”. Menurut Johnson dan Rising (dalam Karso, 2008:46)

menyatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan

commit to user

istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi, matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu

adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan”.

Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen kuantitas.

Menurut Reys (dalam Karso, 2000: 40) mengatakan bahwa “matematika

adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu

seni, suatu bahasa dan suatu alat”. Sedangkan menurut Kline (dalam Karso, 2008: 46) berpendapat bahwa “matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang

dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi, dan alam”.

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini.Matematika memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain.

www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (10mei 2010)

Berdasarkan pendapat dari para ahli matematika di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan

commit to user

diantara hal-hal itu.untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika.

Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep-konsep.

b. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah proses kegiatan belajar mengajar matematika. Kualitas pembelajaran matematika diharapkan meningkat apabila siswa aktif mengikuti proses belajar mengajar dan guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan mengoptimalkan pembelajaran kontekstual.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannnya. Dengan demikian setiap penyusunan atau penyempurnaan kurikulum matematika (Kurikulum Berbasis Kompetensi) perlu selalu mempertimbangkan perkembangan tersebut, baik pengalaman masa lalu maupun kemungkinan masa depan.

Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.

Struktur kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan umum pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu:

commit to user

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif 2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah sebagai berikut:

1) Menumbuhkembangkan kemampuan berhitung (menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari)

2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika

3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Depdikbud, 1999: 31)

5) Tujuan tersebut dianggap telah dicapai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan di bidang matematika.

Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka perlu memperhatikan teori belajar matematika menurut Bruner dalam Gatot Muhseto, dkk (2007:6) menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada tiga tahapan yaitu: enaktif, ikonik, dan simbolik.

Enaktif berkaitan dengan benda–benda konkret dalam belajar, ikonik menunjukan sajian gambar atau diagram, simbolik memanipulasi simbol-sibol atau lambang-lambang dari objek tertentu.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari hal yang konkret ke hal yang abstrak dan dari yang sederhana ke yang lebih komplek.

commit to user c. Pengertian Kemampuan

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:628) kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, berada, kaya. Menurut kamus bergambar Nur Kasanah dan Didik Tuminto (2007: 423) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Kemampuan menurut Chapin (1997: 34) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan/praktek. (Robins, 2001: 46)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan untuk menguasai atau mengerjakan sesuatu.

d. Berhitung

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa berhitung adalah Membilang (menjumlahkan, mengalikan, mengurangi, membagi, dan sebagainya). (Peter Salim dan Yenny Salim, 2002: 532)

1) Pengertian Berhitung

Pengetahuan bilangan dan kalkulasinya memasuki semua cabang Matematika, bahkan tidak jarang merupakan titik tolak suatu pengembangan struktur dalam Matematika. Dengan demikian tidaklah salah kalau orang

mengatakan bahwa “berhitung” itu amat penting dan mendasar. Menurut

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:253) berhitung berarti mengerjakan hitungan. Berhitung adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu dikuasai. Berhitung termasuk bagian dari pembelajaran dari Matematika yang lebih dikenal dengan Aritmatika. Arimatika berasal dari bahasa Yunani yang artinya angka atau dulu disebut dengan ilmu hitung yaitu cabang tertua Matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Operasi dasar tersebut adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253) menyatakan bahwa aritmatika atau berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan

commit to user

dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang

bilangan”. Menurut Nur Kasanah dan Didik Tuminto (2007: 243) berhitung

adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan lain sebagainya)”.

David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add,subtract, multiply, and divide numbers. You use arithmetic to find the answer to problems and sums. See also addition, and subtraction. Aritmatika berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, mengali dan membagi bilangan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Menurut Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) berhitung secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berhitung termasuk bagian dari pembelajaran matematika yang lebih dikenal dengan aritmatika yaitu mempelajari tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Berhitung mempunyai banyak manfaat, diantaranya:

a. Agar anak kita dapat lebih memahami alam semesta dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.

b. Agar anak kita dapat melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti.

c. Agar anak-anak kita dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar.

d. Yang juga tidak kalah penting adalah agar anak-anak kita dapat berlaku adil.

e. Kemudian agar mereka bisa berbelanja dengan benar. f. Lalu juga agar mereka tidak mudah ditipu.

g. Dan tentu masih banyak lagi nilai pentingnya bagi kehidupan anak kita.(www.ibuprofesional.org diakses tanggal 16 maret 2010).

2) Prinsip-PrinsipBerhitung

Prinsip-prinsip berhitung menurut petunjuk pengajaran berhitung Depdikbud (1993: 1) adalah:

a) Proses belajar dalam berhitung seperti latihan (drill) menghafal dan mengulang memang memadai tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreativitas murid dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan prinsip-prinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan

commit to user

tersebut. Pengajaran berhitung yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan daya transfer yang lebih besar.

b) Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas.

c) Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda konkret perlu dilakukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam behitung.

d) Setiap langkah dalam mengajar berhitung hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri anak.

e) Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalamanyang bervariasi dan efektif.

f) Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan keterampilan. Karena itu latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelahan.

g) Relevansi berhitung dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian pelajaran berhitung yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh lagi mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru pelu membuat persiapan yang terencana agar anak-anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam dan fungsional. Mengabaikan pemakaian berhitung dalam situasi yang fungsional selain membuat anak bosan juga melepaskan anak dari pengalaman belajar yang hidup dan penuh arti.

e. Kemampuan Berhitung

Nyimas Aisyah (2007: 6.5) “Kemampuan berhitung merupakan salah

satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan kemampuan ini”.

Menurut Bismo dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) kemampuan berhitung adalah kemampuan seseorang yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi. Menurut Masykur dan Fathani dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/ diakses tanggal 18 Mei 2010) kemampuan

commit to user

berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung dasar yang merupakan bagiandari Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar yang digunakan untuk memformulasikan persoalan Matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi hitung yang diperlukan dalam semua aktivitas kehidupan manusia sehari-sehari.

Begitu pentingnya keterampilan berhitung ini, sehingga orang tua secara

sadar maupun tidak “memaksa” anak untuk segera menguasai berhitung dengan baik. Begitu bersemangatnya orang tua dalam mendorong anak agar pandai berhitung, sering kali kemudian menjadi kurang proporsional. Orang tua mulai panik kalau anaknya dinilai terlambat menguasai keterampilan berhitung. Apalagi bila orang tua melihat anak-anak yang sebaya sudah banyak yang menguasai keterampilan berhitung dengan baik, kepanikanbisa berkembang menjadi kejengkelan, kemarahan, dsb. Padahal seperti halnya keterampilan yang lain, untuk dapat berhitungdengan baik diperlukan suatu proses:

1) Anak perlu untuk memahami bilangan dan proses membilang. 2) Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan. 3) Setelah itu diajarkan konsep operasi hitung.

4) Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode dalam melakukan penghitungan.

f. Pengurangan

1) Pengurangan:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 616) menyatakan bahwa

“pengurangan adalah proses, cara, perbuatan mengurangi atau mengurangkan”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Poerwadarminta (1983: 541) menyatakan

bahwa “pengurangan adalah perbuatan mengurangkan atau mengurangi”.

Atau pengertian lainnya adalah proses, cara, atau perbuatan mengurangkan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Peter Salim dan Yenny Salim. (2002: 801)

commit to user

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pengurangan adalah proses mengurangi atau mengurangkan.

Dalam melaksanakan pembelajaran pengurangan di sekolah dasar terutama di kelas rendah yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penanaman konsep pengurangan ,untuk menanamkan konsep pengurangan guru hendaknya memulai dengan pengajaran penjumlahan dengan salah satu bilangannya belum diketahui.

2. Pengenalan fakta dasar, beberapa fakta dasar dalam pengurangan perlu dikenalkan kepada siswa.

3. Penguasasan fakta dasar pengurangan dengan memberikan latihan yang cukup banyak terntang pengurangan.

2. Hakekat Media Benda Konkret a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau penggemar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, 2008: 7).

Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Anitah Sri, 2009:5).

Kata media berarti alat, sarana, perantara, penghubung, atau yang terletak diantara dua pihak. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, BP 2002). Menurut Gagne dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 3) media pendidikan atau pengajaran didefinisikan sebagai berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Sedangkan menurut Dinje Borman Rumumpuk dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 6) menurut M. Sobry Sutikno (2007) mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

commit to user

Menurut Briggs dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 4) mengatakan media adalah segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Menurut Shramm dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 4) mengatakan bahwamedia adalah teknologi pembawa informasi atau pesan intruksional. Menurut Bove dalam dalam Hujair AH. Sanaky (2009: 3) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna dan media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

b. Ciri-Ciri Media

Ciri-ciri media pendidikan adalah sebagai berikut (1) Media pendidikan identik dengan keperagaan yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indera kita. (2) Tekanan utamanya terletak pada benda-benda atau sesuatu yang dapat dilihat dan atau dapat didengar. (3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungannya dengan pengajaran antara murid dan guru. (4) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik di dalam kelas atau di luar kelas.(5) Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) dan digunakan dalam rangka mendidik. (6) Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat kaitannya dengan metode mengajar.

Di dalam pendidikan kita mengenal berbagai istilah peragaan. Ada yang lebih senang menggunakan istilah peragaan. Tetapi ada pula yang menggunakan istilah komunikasi peragaan. Dewasa ini telah mulai dipopulerkan istilah baru yakni media pendidikan. Sedangkan dalam kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan istilah Audio-Visual Aids. Untuk pengertian yang sama,

commit to user

banyak pula ahli yang menggunakan istilah teaching material atau instructional material.

Oleh karena beragamnya istilah tersebut, yang mempunyai tekanannya sendiri, maka akan lebih baik jika kita mengambil salah satu diantaranya, dalam hal ini istilah media pendidikan dianggap paling tepat. Sedangkan ciri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui pancaindera kita.

2) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar. 3) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan dalam pengajaran, antara

guru dan siswa.

4) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di luar kelas.

5) Berdasarkan ciri nomor (3) dan (4), maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium dan media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

6) Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.

Sedangkan fungsi media pembelajaran yaitu untuk merangasang pembelajaran dengan:

1) Menghadirkan objek sebenarnya.

2) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya. 3) Membuat konsep abstrak ke konsep yang konkret. 4) Memberi kesamaan persepsi.

5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak. 6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten.

7) Memberi suasana balajar yang tidak tertekan , santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

commit to user

Sedangkan manfaat media yaitu menurut Hamalik dalam Arsyad (2006:25) merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut: (1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2) Memperbesar perhatian siswa, (3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap, (4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa, (5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup, (6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahaya, (7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

d. Guru dan Media Pendidikan

Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalakan peranannya sebagai guru, pengajar, pembimbing, administrator, dan sebagai pembina ilmu.

Salah satu segi pembina kemampuan itu, ialah sejauh manakah ia menguasai media pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam bidang ini, setiap guru akan berhadapan dengan setidak-tidaknya lima tantangan, yakni :

1) Apakah ia memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengertian yang cukup tentang pendidikan?

2) Apakah ia memiliki keterampilan cara menggunakan media tersebut dalam proses belajar mengajar di kelas?

3) Apakah ia mampu membuat sendiri alat-alat media pendidikan yang dibutuhkan?

4) Apakah ia mampu melakukan penilaian terhadap media yang akan atau yang telah digunakan?

commit to user

5) Apakah ia memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang administrasi media pendidikan?

Pengetahuan dan Pemahaman tentang media pendidikan. Setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. Pengetahuan itu meliputi: (1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, (3) tentang proses-proses belajar, (4) hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, (5) nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, (6) memilih dan menggunakan media pendidikan, (6) berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, (7) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, (8) usaha inovasi dalam media pendidikan, dan lain-lain.

Dilihat dari beberapa hal pokok yang telah dikemukakan di atas jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian penting demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah.

Keterampilan memilih dan menggunakan media pendidikan. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan kemediaan saja, akan tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media tersebut dengan baik. Untuk itu ia perlu mengalami latihan - latihan praktek secara kontinyu dan sistematis, baik dalam reservice maupun dalam pelatihan pascajabatan inservice training.

Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni (1) tujuan mengajar, (2) bahan pelajaran, (3) metode mengajar, (4) tersedianya alat yang dibutuhkan, (5) jalan pelajaran, (6) penilaian hasil belajar, (7) pribadi guru, (8) minat dan kemampuan siswa, (9) situasi pengajaran yang sedang berlangsung.

Dokumen terkait