• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sumihar (2008) dengan judul: “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Sukanda Djaya Medan” diketahui bahwa tingkat stres (konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, dan pengaruh kepemimpinan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan Pada PT Sukanda Djaya Medan artinya konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, dan pengaruh kepemimpinan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja dan pengaruh yang ditimbulkan adalah pengaruh yang positif. Dan faktor konflik kerja yang paling dominan mempengaruhi prestasi kerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan Sitinjak (2010) dengan judul: “Pengaruh Stres Pekerjaan Terhadap Perilaku Produktif Karyawan Pada PT. Infomedia

Call Center 116 Telkomsel Medan” diketahui bahwa stres kerja terhadap

perilaku produktif karyawan mempunyai pengaruh positif signifikan pada PT Infomedia Call Center 116 Telkomsel Medan.

Roy (2004) melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai Pada Perum Pegadaian Kantor Daerah I Medan” diketahui bahwa nilai disiplin kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap produktivitas pegawai.

B. Landasan Teori 1. Pengertian Stres Kerja

a. Menurut Szilagyi, yang dikutip dalam buku Perilaku Organisasi (dalam Gitosudarmo, 2000:53), stres adalah pengalaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain. b. Menurut Robbins (2007:368)) adalaah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti.

c. Menurut Lazarus (1996) dalam Fraser (1992:78) menyatakan bahwa stres hanya berhubungan dengan kejadian-kejadian disekitar lingkungan kerja yang merupakan bahaya atau ancaman bahwa perasaan-perasaan yang terutama relevan mencakup rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah, sedih, putus asa dan bosan.

d. Menurut Beehr dan Newman dalam Luthans (2006:441) menyatakan kondisi yang muncul dari interaksi antar manusia dan pekerjaan serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.

Dari beberapa defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa stres kerja adalah sifat internal yang merupakan konsekuensi dari tindakan atau situasi eksternal baik fisik maupun psikis yang mencakup rasa takut, rasa bersalah, cemas, marah, sedih, putus asa dan bosan yang dapat berasal dari individu yang berada disekitar lingkungan kerja kita baik dalam maupun dari luar organisasi.

1. Sumber-sumber Stres

a. Tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan.

b. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/perusahaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pcngalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan atasan.

c. Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan tanggung jawab yang ia miliki, tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya, pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas pekerjaannya

d. Faktor Lingkungan

Tepat seperti ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan para karyawan dalam organisasi tersebut. Perubahan dalam daur bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomis. Ketika ekonomi memburuk, orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan mereka. Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stres. Karena

inovasi-inovasi baru dapat membuat ketrampilan dan pengalaman seorang karyawan jadi usang dalam waktu singkat, komputer, sistem robotik, otomatisasi, dan berbagai bentuk inovasi teknologis lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka stres.

e. Faktor Organisasional

Banyak sekali faktor didalam organisasi yang dapat menimbulkan stress. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, seorang bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan sekerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan hampir tidak bias dirujukkan atau dipuaskan. Peran yang kelebihan beban dialami bila karyawan itu diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh waktu.

f. Faktor Individual

Lazimnya individual bekerja 40-50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan dapat meluber kesetiap pekerjaan. Maka kategori akhir kita mencakup fakor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan. Terutama sekali faktor- faktor ini adalah isu keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian yang inheren. Survei nasional secara konsisten, menujukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya suatu hubungan, dan kesulitan disiplin pada

anak-anak adalah contoh masalah hubungan yang menciptakan stress bagi para karyawan, yang lalu terbawa sampai ke tempat kerja. (Robbins,2007:372). 2. Dampak Stres Kerja Terhadap Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stress yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit Organisasi.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa: a. Terjadi kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja

b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja c. Menurunkan tingkat produktivitas

d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.

Dampak stress kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal. Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya sensitivitas emosi berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain.

4. Kiat Menghadapi Stres

Stres bukan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Beberapa kiat yang ditawarkan dalam menghadapi stres antara lain:

a. Berpikir positif, dengan selalu berpikir positif setiap tekanan dalam pekerjaan akan dihadapi dengan optimistik dan bukan pesimistik.

b. Relaksasi, dengan relaksasi pikiran dan hati akan lebih rilkes dalam menghadapi tekanan. Berjalan sekitar kantor, menarik napas dalam-dalam, mendengarkan musik bahkan bercanda dengan rekan kerja merupakan relaksasi yang dilakukan setiap saat tanpa harus memakan waktu kerja.

c. Keseimbangan antara urusan rumah tangga dan urusan pekerjaan dengan menjaga keseimbangan problema rumah tangga dan problema pekerjaan maka seseorang berpeluang menurunkan tekanan pada diri seseorang.

d. Manajemen waktu, dengan mengalokasikan waktu kerja dan menetapkan skala prioritas diharapkan dapat mengurangi tekanan pekerjaan terutama saat volume pekerjaan banyak dan sedang ada deadline.

e. Pengambilan jarak terhadap emosi, bersikap emosi adalah hal yang manusiawi namun emosi haruslah proporsional. Dalam keadaan tertekan seseorang mudah mengumbar emosi, hal inilah yang sepatutnya dihindari.

Dokumen terkait