• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ PENEGAKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 1

1.7. Landasan Teoritis

terhadap pencemar lingkungan di Kota Denpasar. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penegakan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 terhadap pencemar lingkungan di Kota Denpasar.

1.6.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan penegakan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 terhadap pencemar lingkungan di Kota Denpasar. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para masyarakat, pelaku usaha dan juga pada lembaga yang berwenang tentang apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penegakan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 terhadap pencemar lingkungan di Kota Denpasar.

1.7. Landasan Teoritis

Untuk membahas permasalahan yang telah dipaparkan dalam skripsi ini secara lebih mendalam, diperlukan adanya suatu landasan teori berupa konsep-konsep, asas-asas, prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan pandangan ahli terkait permasalahan tersebut yang didasarkan pada literatur-literatur yang dimungkinkan untuk menunjang permasalahan yang ada. Adapun landasan teoritis yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu:

15

a. Konsep Negara Hukum

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Indonesia menganut prinsip hukum sejahtera. Hal ini dapat dilihat pada alinea keempat Pembukaan UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa negara Indonesia berdasarkan kedaulatan rakyat dengan bersumber pada Pancasila turut serta dalam perdamaian dunia, meningkatkan kecerdasan bangsa, mensejahterakan rakyat dan melindungi segenap tanah tumpah darah.

Menurut R. Soepomo, dalam bukunya Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, telah mengartikan istilah negara hukum yaitu bahwa Republik Indonesia dibentuk sebagai negara hukum artinya negara akan tunduk pada hukum, peraturan-peraturan hukum berlaku pula bagi segala badan dan alat-alat perlengkapannya.7

Frans Magnis Suseno mengemukakan ciri-ciri negara hukum atas empat hal sebagai berikut:8

1) Asas legalitas.

2) Kebebasan/kemandirian kekuasaan kehakiman. 3) Perlindungan hak asasi manusia.

4) Sistem konstitusi/hak dasar.

Sedangkan Philipus M. Hadjon memberikan ciri-ciri negara hukum sebagai berikut:9

7Soepomo, 1954, Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indoensia, Noordhoff, Jakarta, h. 21.

16

1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat.

2) Hubungan fungsional yang proporsional diantara kekuasaan negara. 3) Penyelesaian sengketa melalui musyawarah, peradilan sarana terakhir. 4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Dalam suatu negara hukum, segala sesuatunya harus dilakukan berdasarkan hukum baik itu pemerintah maupun masyarakatnya. Jika hukum tersebut dijalankan dengan baik, maka dapat menciptakan suatu keadaan yang tertib, aman dan harmonis. b. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.10 Secara konsepsional, arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kadiah yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan.11 Penegakan hukum itu tugasnya bukan asal saja melainkan undang-undang atau keputusan hakim karena ketentuan-ketentuan penguasa itupun harus

9Philipus, M. Hadjon, 1994, Fungsi Normatif Hukum Administrasi Dalam Mewujuskan Pemerintahan Yang Bersih, Universitas Airlangga, Surabaya, h. 45.

10Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum tersedia dalam URL:

http://jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf , diakses tanggal 3 Oktober 2015. 11Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Cetakan ke XI, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I), h. 5.

17

dilaksanakan tanpa menimbulkan masalah/problema (baru) tanpa menganggu kedamaian pergaulan hidup.12

Adanya kesimpulan sementara mengenai penegakan hukum itu berarti pelaksanaan perundang-undangan, menyebabkan timbulnya masalah-masalah pokok dari penegakan hukum yang sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor antara lain:

1. faktor hukumnya sendiri;

2. faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;

3. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

5. faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. 13

c. Teori Kewenangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kewenangan mengandung arti: (1) hal wewenang, dan (2) hak dan kekuasaan yang dimiliki untuk memiliki sesuatu. Sedangkan kata wewenang mengandung arti: (1) hak dan kekuasaan untuk bertindak; kewenangan, (2) kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.14 H.D. Stout mengatakan bahwa wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan

12Alumni, 1977, Penegakan Hukum Dalam Mensukseskan Pembangunan, Bandung, h. 80. 13Soerjono Soekanto I, op.cit, h. 8.

18

penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.15

Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum administrasi negara.16 Tanpa adanya kewenangan yang dimiliki, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan atau tindakan pemerintah. Menurut Donner, ada dua fungsi berkaitan dengan kewenangan, yakni fungsi pembuat kebijakan (policy marking) yaitu kekuasaan yang menentukan tugas (taakstelling) dari alat pemerintah atau kekuasaan yang menentukan politik negara dan fungsi pelaksanaan kebijakan (policy exsecuting) yaitu kekuasaan yang bertugas untuk merealisasikan politik negara yang telah ditentukan (verwezeblikking van de taak).17

Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara, yaitu atribusi, delegasi dan mandat.18 Teori kewenangan menurut H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt meliputi atribusi, delegasi dan mandat yang didefinisikan sebagai berikut: 19

a. Attributie: toekening van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan een bestuursorgaan, (atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan);

b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan een ander, (delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya);

15Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, h. 101.

16H.M. Arief Muljadi, 2005, Landasan dan Prinsip Hukum Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Prestasi Pustaka Raya, Jakarta, h. 61.

17Viktor Situmorang, 1989, Dasar-Dasar Hukum Admnistrasi Negara, Bima Aksara, Jakarta, h. 30.

18Ridwan HR, op.cit, h.103. 19Ridwan HR, op.cit, h. 104.

19

c. Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door een ander, (mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.

d. Konsep Sanksi

Menurut Kamus Hukum, kata sanksi mengandung arti alat pemaksa dan memaksa menegakkan hukum ialah memaksa mengindahkan norma-norma hukum.20 Sanksi yang timbul akibat dari hubungan negara dengan warga negaranya dapat dibedakan menjadi:

1. Sanksi Administrasi; 2. Sanksi Perdata; 3. Sanksi Pidana.

Pengenaan sanksi administrasi lebih ditujukan kepada upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan, yang mana sanksi administratif terdiri atas teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan atau pencabutan izin lingkungan. Pengenaan sanksi perdata menitikberatkan pada penjatuhan sanksi bagi pelaku pencemaran dengan membayar ganti rugi atau melakukan tindakan tertentu. Sedangkan pengenaan sanksi pidana lebih ditujukan untuk menghukum pelaku dengan hukuman penjara atau denda.

Dalam sarana penegakan hukum lingkungan, sanksi administrasi lebih sering diterapkan daripada sanksi pidana. Dalam administrasi Negara, penggunaan sanksi

20 Michael R. Purba, 2009, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia, Widyatamma, Jakarta, h.378.

20

administrasi merupakan kewenangan pemerintahan, dimana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.21

Menurut J.J Oosternbrink, sanksi administratif adalah sanksi yang muncul dari hubungan antara pemerintah dengan warga Negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan peradilan, tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.22 Namun dalam beberapa hal terdapat beberapa sanksi administrasi yang melalui proses peradilan. Berdasarkan definisi tersebut tampak ada empat unsur sanksi dalam hukum administrasi Negara, yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen), bersifat hukum public (publiekrechtelijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi atas ketidakpatuhan (reactive op niet-naleving).23

Menurut Philipus M. Hadjon24, penerapan sanksi secara bersama-sama dapat terjadi, yakni secara kumulasi eksternal dan kumulasi internal. Kumulasi eksternal

merupakan penerapan sanksi admnistrasi secara bersama-sama dengan sanksi lainnya seperti sanksi pidana atau sanksi perdata. Adapun kumulasi internal merupakan penerapan dua atau lebih sanksi administrasi secara bersama-sama.25 Dalam sanksi administrasi, sasaran penerapannya ditujukan pada perbuatan. Sifat sanksi

21Ridwan HR, op.cit., h. 313. 22Ibid, h. 314. 23Ibid, h. 315 24Ibid, h. 317. 25Ibid, h.318.

21

administrasi adalah reparatoir-condemnatoir, yaitu pemulihan kembali pada keadaan semula dan memberikan hukuman.26

Dokumen terkait