• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Secara umum, penelitian ilmiah dapat didefinisikan sebagai investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena (Kerlinger, dalam Kuncoro, 2003). Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kata kualitas sendiri mengandung banyak pengertian, beberapa contoh pengertian

1. Kesesuaian dengan persyaratan;

kualitas menurut Tjiptono dan Diana (2002) adalah :

2. Kecocokan untuk pemakaian; 3. Perbaikan berkelanjutan; 4. Bebas dari kerusakan/cacat;

5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat. 6. Melakukan segala sesuatu secara benar;

7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Tingkat kesehatan BUMD dapat diukur dari ekonomi/pertumbuhan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Bagi penganut Good Corporate Governance (GCG), perusahaan yang sehat dan baik adalah perusahaan yang mampu

2.1.1 Laba

Tujuan utama perusahaan dalam melakukan usaha adalah mencari laba, tetapi disamping laba, perusahaan juga harus menjaga agar tetap solvabel (solvent),

artinya selalu tersedia uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan juga mampu mengembangkan usaha, dengan meningkatkan sumber daya yang dimiliki (Soemarso, 2004).

Menurut Marwata dkk (2001: 124-126), dalam Belkaoui manfaat pengukuran laba adalah sebagai berikut :

Laba (income – disebut juga earnings atau profit) merupakan

ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan (Subramanyam, 2010). Pada hakikatnya manfaat laba pada perusahaan adalah untuk dapat melihat sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasinya dan menghasilkan kembalian bagi perusahaan.

1. Laba merupakan dasar perhitungan pajak dan pendistribusian kembali kekayaan kepada masing-masing individu.

2. Laba dipandang sebagai suatu pedoman dalam menentukan kebijakan perusahaan mengenai pembagian dividend an program perluasan atau ekspansi.

3. Laba dipandang sebagai suatu pedoman untuk investasi dan dalam pengambilang keputusan.

4. Laba dipergunakan sebagai alat prediksi laba masa yang akan datang.

5. Laba merupakan alat pengukuran efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaan.

Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasikan yang timbul dari transaksi pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Belkaoui dalam Harahap, 2008), definisi tentang laba mengandung lima sifat, sebagai berikut :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.

2. Laba akuntansi didasarkan pada potsulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang dimaksud hasil.

4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.

5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya

yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

Sedangkan berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2004, pengertian laba adalah sebagai berikut: ‘Defenisi penghasilan (income) meliputi baik

pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan penghasilan jasa (fees), bunga, royalty, defenisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak mungkin timbul dalam pelaksanaan

aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.

2.1.2 Kebocoran Air

Kebocoran air menunjukkan adanya inefisiensi dalam pendistribusian air, sehingga mempengaruhi jumlah air yang dapat dijual. Adanya inefisiensi menunjukkan ratio yang rendah dalam menggunakan sumber daya yang ada (Munawir, 1986). Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) dalam periode tertentu. Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah melebihi 20% (SK Mendagri No. 47 Tahun 1999) dari total distribusi air dan juga mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana ketersediaan air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi pada saat ini, juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih, jika kebocoran air (M3) dikalikan dengan harga penjualan air berdasarkan tarif (Rp), maka akan didapat nilai kebocoran air (Rp), sehingga nilai kebocoran air merupakan kemampuan perusahaan untuk memperolehan laba.

Penyebab kebocoran air adalah : pipa distribusi yang sudah tua dan aus, adanya penyambungan liar oleh masyarakat, pencatatan yang tidak akurat dan masih banyak penyebab yang lainnya.

2.1.3 Penambahan Pelanggan

Pada hahikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan (Tjiptono dan Diana, 2002). Kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan ditentukan oleh pelanggan (customer), sehingga

perusahaan harus mampu menghasilkan value terbaik bagi customer untuk dapat

bertahan dan bertumbuh dalam lingkungannya (Mulyadi, 1993). Pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produknya, dan hanya pelanggan yang menilai kualitas dan bagaimana kebutuhan mereka. Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya laba yang diperoleh dapat meningkat.

2.1.4 Penagihan Tunggakan

Menurut Munawir (1986), usaha memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di sektor produksi, penjualan dan administrasi. Semakin lama tunggakan terjadi, maka semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya. Sesuai keputusan Mendagri No. 690-900-

327 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM, juga menggunakan rasio perputaran piutang sebagai salah satu indikator kinerja efisiensi.

Penagihan tunggakan merupakan upaya kebijakan yang ditempuh dalam perbaikan kinerja operasional, melalui langkah-lagkah sebagai berikut :

a. Pembentukan Tim Penagihan Tunggakan

b. Penyusunan Rencana dan Target Penerimaan Tunggakan c. Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Tunggakan

Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba juga akan meningkat.

2.1.5 Penambahan Jaringan

Penambahan jaringan merupakan bagian dari program untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini, yaitu kurangnya ketersediaan air bersih dalam memenuhi kebutuhan air bersih oleh penduduk Propinsi Sumatera Utara sesuai Kepmendagri No.23 tahun 2009 harus mencakup pelayanan 80%.

Posted B

Tags:

kota Medan sekitarnya yang membuat resah masyarakat Medan sekitarnya. Namun kondisi ini direspon oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan dengan membangun instalasi/pipa air di PDAM Sunggal dan Hamparan

Perak/Marelan berkapasitas 580 liter/detik, yakni untuk Sunggal 500 ltr/det dan Marelan 80 ltr/det. Untuk anggaran tersebut, sesuai Perda tahun 1999 dari pernyertaan modal kerja Pemprovsu Rp 200 miliar menjadi direncanakan Rp 400 miliar.

Saat ini PDAM memanfaatkan air dari Sungai Denai, Sungai Bahorok, dan dari areal Sibolangit. Karena ketersediaan air sungai yang tidak stabil, PDAM merencanakan untuk melakukan pengadaan sumur bor. Hal tersebut dianggap solusi termudah walaupun masih perlu dilaksanakannya sosialisasi ke masyarakat. Selain perencanaan program sumur bor, PDAM juga sedang mempertimbangkan Sungai Ular sebagai sumber air baru untuk menjaga ketersediaan air bagi para pelanggan.

Perencanaan penambahan jaringan air bersih selain diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, diharapkan juga harus mampu mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang. Namun untuk penambahan jaringan air yang baru tentunya akan membutuhkan biaya-biaya yang besar. Pada jangka panjang, penambahan jaringan diperkirakan akan meningkatkan laba perusahaan, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan juga mampu memberi konstribusi PAD kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.

Dokumen terkait