ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
AZMI ROMI
097017044/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
AZMI ROMI 097017044/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUDUL TESIS :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI LABA PADA
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTANADI PROPINSI SUMATERA
UTARA
Nama Mahasiswa : Azmi Romi
Nomor Pokok : 097017044
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Iskandar Muda,SE,M.Si,Ak.
Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA, CPA)(Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA. Anggota : 1. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :
“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laba Pada
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 17 Januari 2012 Yang membuat pernyataan :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 sehingga jumlah observasi penelitian sebesar 36. Metode pengambilan data menggunakan sensus yaitu seluruh populasi merupakan sampel.
Hasil pengujian hipotesis dengan uji simultan (F-test) diperoleh faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) tidak ada pengaruh signifikan secara simultan terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis dengan uji parsial (t-test) pada model regresi berganda diperoleh hasil kebocoran air dan penambahan pelanggan berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Penagihan tunggakan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Sedangkan penambahan jaringan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap laba perusahaan.
ABSTRACT
The purpose of this study was to test and analyze the factors (leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition) partially and simultaneously influencing the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province.
The data used in this study were secondary data including monthly financial report and monthly operational activity report within the period of January 2008 to December 2010 that the number of research observation became 36. The data for this study were obtained through census method in which all of the population was selected as the samples for this study.
The result of hypothesis testing by means of simultaneous test (F-test) showed that the factors of leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition did not have any significant influence on the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province. The result of hypothesis testing by means of partial test (t-test) through the multiple regression model showed that leakage of water and customer addition had an insignificant negative influence on the profit of the company, yet the claim for due payment had an insignificant positive influence on the profit of the company, while the addition of network had a significant negative influence on the profit of the company.
Keywords: Company’s Profit, Leakage of Water, Customer Addition, Claim for Due Payment, Network Addition
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehinggan penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Stafnya.
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Stafnya.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi
Ilmu Akuntansi dan sebagai dosen pembimbing utama tesis, yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing
serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak., selaku dosen pembimbing tesis yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing
serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak
6. Drs Rasdianto, MA, Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak., selaku dosen pembanding yang telah
banyak memberikan saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.
8. Seluruh dosen dan staf administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
9. Direksi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara dan seluruh Stafnya yang telah
memberi izin penelitian dan memberi data dalam penyelesaian tesis ini.
10.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Akuntansi khususnya angkatan XVII yang telah
mendukung dan memberikan saran yang membangun dalam penyelesaian tesis
ini.
11.Kedua orang tua, istri tercinta Yasmin Chairunisa Muchtar, SP. MBA dan anakku
tersayang M. Azkha Amorie serta seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan dan motivasi baik moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini.
12.Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan yang telah banyak memberikan dukungan
dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih
diperlukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan,
harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 17 Januari 2012
4.6.1.3 Uji Autokorelasi ... 45
5.1.2 Karakteristik Penelitian ... 50
5.2. Analisis Data ... 53
5.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 53
5.2.1.1 Uji Normalitas ... 54
5.2.1.2 Uji Multikolonieritas ... 56
5.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 59
5.2.1.4 Uji Autokorelasi ... 60
5.3. Pengujian Hipotesis ... 61
5.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis secara Simultan ... 61
5.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1. 1. Daftar Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 2
1. 2. Laba Rugi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 8
1. 3. Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 10
1. 4. Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 10
1. 5. Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 11
1. 6. Harga Penjualan Air Bersih Berdasarkan Golongan ... 12
1. 7. Biaya Kebocoran Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 13
1. 8. Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara ... 14
1. 9. Jumlah Pelanggan Air yang belum Terealisasi ... 15
1. 10. Biaya Penambahan Pelanggan yang belum Terealisasi ... 16
1. 11. Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi ... 18
1. 12. Biaya Penambahan Jaringan PDAM Tirtanadi ... 19
2. 1. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 31
4. 1. Jumlah Populasi dan Sampel ... 38
4. 2. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 41
5. 1. Deskriptif Data ... 51
5. 2. Deskriptif Statistik ... 52
5. 3. Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov ... 56
5. 4. Matriks Korelasi antar variabel bebas ... 57
5. 5. Variance Inflation Factor (VIF) ... 58
5. 6. Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ... 60
5. 7. Model Summary ... 62
5. 8. Hasil Anova ... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
3. 1. Kerangka Konsep ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 Permohonan Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU
Lampiran 3 Izin Penelitian dari Kadiv. SDM PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera
Utara
Lampiran 4 Data Laba Perusahaan PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 5 Data Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 6 Data Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 7 Data Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 8 Data Harga Penjualan Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera
Utara
Lampiran 9 Data Biaya Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara
Lampiran 10 Data Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Lampiran 11 Data Jumlah Pelanggan yang belum Terealisasi PDAM Tirtanadi
Propinsi Sumatera Utara
Lampiran 12 Data Jumlah Biaya Penambahan Pelanggan PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara
Lampiran 13 Data Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara
Lampiran 14 Data Jumlah Biaya Penambahan Jaringan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 sehingga jumlah observasi penelitian sebesar 36. Metode pengambilan data menggunakan sensus yaitu seluruh populasi merupakan sampel.
Hasil pengujian hipotesis dengan uji simultan (F-test) diperoleh faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan) tidak ada pengaruh signifikan secara simultan terhadap laba pada PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara. Hasil pengujian hipotesis dengan uji parsial (t-test) pada model regresi berganda diperoleh hasil kebocoran air dan penambahan pelanggan berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Penagihan tunggakan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap laba perusahaan. Sedangkan penambahan jaringan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap laba perusahaan.
ABSTRACT
The purpose of this study was to test and analyze the factors (leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition) partially and simultaneously influencing the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province.
The data used in this study were secondary data including monthly financial report and monthly operational activity report within the period of January 2008 to December 2010 that the number of research observation became 36. The data for this study were obtained through census method in which all of the population was selected as the samples for this study.
The result of hypothesis testing by means of simultaneous test (F-test) showed that the factors of leakage of water, customer addition, claim for due payment, and network addition did not have any significant influence on the profit of Tirtanadi Local Water Company, Sumatera Utara Province. The result of hypothesis testing by means of partial test (t-test) through the multiple regression model showed that leakage of water and customer addition had an insignificant negative influence on the profit of the company, yet the claim for due payment had an insignificant positive influence on the profit of the company, while the addition of network had a significant negative influence on the profit of the company.
Keywords: Company’s Profit, Leakage of Water, Customer Addition, Claim for Due Payment, Network Addition
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan sumber daya alam
daerah yang tidak merata berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara
Indonesia, untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan, maka
diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan pemerintahan di tingkat daerah yang
dapat berjalan secara efisien dan mandiri tetapi tetap terawasi dari pusat, yang disebut
otonomi daerah. Sesuai Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah definisi Otonomi Daerah sebagai berikut : “Otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan pemerintah
akan lebih tepat sasaran, pemerintah daerah lebih mengerti keadaan dan situasi
daerahnya dalam mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki sebagai upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirtanadi merupakan salah satu Perusahaan Daerah penyedia air bersih dan
pelayanan air bersih untuk warga propinsi Sumatera Utara dituntut untuk dapat
menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah dalam pembangunan daerah
Tabel 1.1 Daftar Jumlah Penduduk Propinsi Sumatera Utara
9 PEMKAB DELI SERDANG 1,789,243
Dari tabel 1.1 dengan luas wilayah Propinsi Sumatera Utara sekitar 71.680,68
kilo meter persegi, meliputi satu Pemerintahan Propinsi, 8 Pemerintahan Kota dan 25
Pemerintahan Kabupaten, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar
12.985.075 orang. Besarnya jumlah penduduk di Propinsi Sumatera Utara yang
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dalam mendapatkan air bersih,
sementara pelayanan PDAM Tirtanadi baru mencapai 27 persen untuk wilayah
Propinsi Sumatera Utara, tapi untuk wilayah kota Medan sebenarnya sudah mencapai
78 persen, jadi tinggal 2 persen lagi PDAM Tirtanadi bisa memberi kontribusi PAD
kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. PDAM Tirtanadi saat ini merupakan
satu-satunya PDAM milik Pemerintah Propinsi, sedangkan PDAM-PDAM yang ada
di Indonesia umumnya merupakan milik Pemerintah Kabupaten/Kota.
PDAM Tirtanadi didirikan pada tanggal 23 September 1905 dengan nama
NV.Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang berkantor pusat di Amsterdam
negeri Belanda. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Sumatera Utara No.11
Tahun 1979 perusahaan ini resmi menggunakan nama yang sekarang (Perusahaan
Daerah Air Minum Tirtanadi) disingkat PDAM Tirtanadi yang berlokasi di
Jl.Sisingamangaraja No.1 Medan. Pada tahun 1985, Peraturan Daerah ini
disempurnakan dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.25 tahun 1985
tentang Perusahaan Daerah Air Minum Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara.
Selanjutnya pada tahun 1991 diadakan perubahan pertama Peraturan Daerah No.25
disamping menangani air bersih juga ditugaskan mengelola air limbah. Selanjutnya
pada tanggal 29 April 1999, Peraturan Daerah No.6 tahun 1991 diperbaharui lagi
dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.3 tahun 1999
berbagai penghargaan dari beberapa Instansi seperti memperoleh penghargaan
sebagai berikut :
1. Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19
Desember 2002 dan tanggal 19 Desember 2002.
2. Up Grading ISO 9001 : 2000 untuk Deli Tua Water Treatment Plant, pada
tanggal 7 Agustus 2003.
3. Certification ISO 9001:2000 untuk Sunggal Water Treatment Plant pada tanggal
18 Desember 2003.
4. BUMD AWARD Tanggal 22 Juli 2004.
5. AWARD Of Excellent dari Suez Environment Perancis tanggal 26 Agustus 2004.
6. Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 19
Desember 2002 dan tanggal 06 Desember 2004.
7. Zero Accident Award tahun 2004 dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia untuk IPA Sunggal dan IPA Deli Tua tanggal 5 Januari 2005.
8. Penghargaan Sanggraha Krida dari Presiden RI yaitu Lembaga yang berjasa
dalam Bidang Olahraga pada Hari Olah raga Nasional pada tanggal 9 September
9. Penghargaan dari DPP PERPAMSI sebagai PDAM yang telah berhasil
menjalankan KSO dengan PDAM Tingkat II di Sumatera Utara pada tanggal 27
Nopember 2005 di Makassar oleh Menteri Pekerjaan Umum.
10.Penghargaan Pekerjaan Umum tahun 2005 dan tahun 2006 dari Menteri Pekerjaan
Umum atas Pencapaian Kinerja Terbaik Peringkat Pertama Dalam Bidang Cipta
Karya, Sub. Bidang Penyelenggaraan Air Minum .
11.Sertifikat Akreditasi SNI 19-17025-2000 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN)
untuk Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi pada tanggal 22 Juli
2005.
12.Sertifikat ISO 14001 dalam bidang Manajemen Lingkungan untuk IPA Sunggal
dan IPA Deli Tua, yang diserahkan kepada wakil Gubernur Sumatera Utara pada
tanggal 20 September 2005.
13.Penghargaan dari Water Fund Indonesia BV, Belanda sebagai mitra yang sangat baik dalam mencapai kerjasama pada tanggal 14 Desember 2005.
14.Sertifikat ISO 9001:2000 untuk sistem Manajemen Mutu pada Cabang Pelayanan
Padang Bulan dan Sunggal dari PT TÜV Nord Indonesia, tanggal 14 Juni 2006.
15.Piala Citra Pelayanan Prima tahun 2006 dari Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara di Jakarta pada tgl 22 Desember 2006.
16.Penghargaan dan piala pekerjaan umum atas 3 kali berturut-turut terbaik nasional
17.Penyerahan ISO 9001:2000 Tanggal 18 Desember 2007 dalam kategori sistem
manajemen mutu untuk kantor pusat.
18.Sertifikat ISO 9001 : 2000 untuk IPA Deli Tua Dan IPA Sunggal pada tgl 7
Agustus dan 18 Desember 2003 serta IPA Limau Manis dan IPA Hamparan
Perak bulan Mei 2008.
19.Sertifikat ISO 9001 : 2008 untuk PDAM Tirtanadi (ISO Corporate) pada Bulan
Juli 2009.
Sesuai dengan Kepmendagri No.23 tahun 2009, PDAM di Indonesia tidak
diperkenankan memberikan kontribusi PAD bagi daerah yang cakupan pelayanannya
belum mencapai 80 persen. Dengan diberlakukannya Kepmendagri No 23 tersebut,
sejak tahun 2010 PDAM Tirtanadi tidak lagi memberi kontribusi PAD kepada
Pemprop Sumut, sebaliknya kondisi PDAM membutuhkan pembiayaan yang tidak
sedikit untuk pengembangan jaringan dan pelayanan dengan adanya kerjasama
organisasi dengan PDAM-PDAM Kabupaten/Kota
PDAM Tirtanadi sebagai sarana pengembangan usaha melalui program
penyediaan air bersih yang merata dalam memberikan pelayanan dengan memenuhi
persyaratan kualitas air (jernih, tidak berbau dan bebas dari bakteri) dan kuantitas
yang dibutuhkan serta kontinuitas penyediaan air bersih untuk kebutuhan warga di
Propinsi Sumatera Utara menghadapi berbagai permasalahan, antara lain : masih
pemasangan baru, banyaknya Tunggakan Rekening Air (TRA) yang terjadi setiap
bulannya dan besarnya biaya dalam penambahan jaringan yang mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
1. Laba Perusahaan
Laba (income – disebut juga earnings atau profit) merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah
keuangan (Subramanyam, 2010). Pada hakikatnya manfaat laba pada perusahaan
adalah untuk dapat melihat sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasinya dan
menghasilkan kembalian bagi perusahaan.
Tujuan utama perusahaan dalam melakukan usaha adalah mencari laba, tetapi
disamping laba, perusahaan juga harus menjaga agar tetap solvabel (solvent), artinya
selalu tersedia uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan juga mampu
mengembangkan usaha, dengan meningkatkan sumber daya yang dimiliki (Soemarso,
2004). PDAM Tirtanadi dalam perolehan laba dituntut untuk mengembangkan
jaringan air bersih dalam peningkatan pelayanan yang prima dan juga mampu
memenuhi 80% kebutuhan air bersih pada masyarakat sehingga dapat memberi
Tabel 1.2 Laba Rugi PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan Rupiah)
Periode 2008 2009 2010
Januari 6,500,789,955 1,901,900,648 4,411,687,705
Februari 5,956,438,464 523,181,295 2,464,197,940
Maret 2,419,001,339 921,011,720 2,928,970,461
April 2,213,935,195 427,657,403 (840,444,363)
Mei (2,792,645,779) 229,803,677 3,405,051,630
Juni 1,365,670,642 4,375,340,286 2,080,618,363
Juli (91,015,867) 788,746,153 467,962,558
Agustus (173,934,556) (1,800,678,541) 360,344,743
September (151,829,891) (529,512,978) 1,560,820,843
Oktober 1,358,534,884 1,008,802,633 3,858,772,247
Nopember 3,275,218,179 5,115,772,901 4,959,154,926
Desember (13,596,610,403) 652,962,436 (15,932,583,335)
Jumlah 6,283,554,172 13,614,989,642 9,724,555,727
Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.2 dapat dilihat kondisi keuangan dari laba perusahaan yang tidak
stabil, dimana adanya laba dan rugi. Laba maksimum sebesar Rp.6,500,789,955 yaitu
laba pada bulan Januari pada tahun 2008, sedangkan laba minimum atau rugi sebesar
Rp. 15,932,583,335 yaitu pada bulan Desember 2010. Rata-rata keseluruhan laba
2. Kebocoran Air
Kebocoran pipa pada instansi PDAM umumnya sangat sulit diantisipasi
dengan cepat karena keterbatasan personil PDAM yang harus men-survei setiap pipa
secara langsung, apalagi kebocoran terjadi di bawah permukaan tanah yang tidak
menunjukkan adanya kebocoran fisik di jaringan, berupa kebocoran pipa dan
aksesorisnya, serta dapat juga sebagai kebocoran non fisik yaitu pada kesalahan
pencatatan meteran air. Kebocoran air juga sangat bergantung dengan berapa besar
debet air yang diberikan pompa zona dalam satu wilayah. Jika tekanan air yang
diberikan lebih besar dari yang dibutuhkan, maka besar kemungkinan terjadi
kebocoran.
Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah
melebihi 20% (SK Mendagri No. 47 Tahun 1999) dari total distribusi air dan juga
mengurangi ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana
ketersediaan air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi
pada saat ini, dimana tingkat kebocoran pasokan air yang saat ini mencapai 24
persen, juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih. Jika
kebocoran air (M3) dikalikan dengan harga rata-rata penjualan air berdasarkan tarif
(Rp), maka akan didapat nilai kebocoran air (Rp), sehingga nilai kebocoran air
Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang diproduksi
(M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) pada periode Januari 2008 sampai dengan
Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.3 Produksi Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan meter kubik)
Periode 2008 2009 2010
Januari 14,120,303 14,929,204 15,418,063 Februari 14,492,284 14,709,378 15,781,757 Maret 14,328,620 14,837,820 15,448,003 April 14,522,473 15,183,072 15,030,749 Mei 15,210,154 16,403,158 15,974,410 Juni 13,263,498 13,117,144 15,549,031 Juli 14,411,250 15,191,911 15,408,096 Agustus 14,388,808 15,206,299 15,868,636 September 14,879,831 15,763,887 15,579,232 Oktober 14,883,096 15,713,932 15,527,998 Nopember 14,883,097 15,713,932 15,527,997 Desember 11,152,786 11,301,330 16,458,088 Jumlah 170,536,200 178,071,067 187,572,060 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.3 produksi air bersih secara tahunan terus meningkat, seiring
dengan kebutuhan air bersih oleh masyarakat yang terus meningkat juga.
Periode 2008 2009 2010
Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Pada tabel 1.4 dapat dilihat penjualan air bersih PDAM Tirtanadi secara
tahunan terus meningkat, dikarenakan jumlah pelanggan yang terus bertambah.
Tabel 1.5 Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara
meter kubik % meter kubik % meter kubik %
Dari tabel 1.5 dapat dilihat selisih dari jumlah produksi air bersih (M3)
dengan jumlah penjualan air bersih (M3) didapat angka kebocoran air (M3).
Kebocoran air terbesar pada Desember 2010 sebesar 6,337,972 m3 dengan 38.51%,
sedangkan kebocoran air terkecil pada Desember 2009 sebesar 47,706 M3 dengan
0.42%. Persentase kebocoran air setiap bulannya masih tinggi, jika dirata-ratakan
pertahun melebihi 20%, berdasarkan SK Mendagri No. 47 Tahun 1999, kebocoran air
yang melebihi 20% menyebabkan kerugian yang sangat besar karena mengurangi
Tabel 1.6 Harga Penjualan Air Bersih berdasarkan Golongan
Golongan Pelanggan 0 - 10 M3 11 - 20 M3 > 20 M3 Rata-Rata
A. Golongan Sosial
Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.6 harga penjualan air besih yang berlaku sejak tahun 2006 sampai
sekarang dapat dilihat rata-rata harga penjualan air minimum pada golongan sosial
umum (S1) sebesar Rp. 575/M3, sedangkan rata-rata harga penjualan air maksimum
pada golongan pelanggan khusus sebesar Rp. 12,800/M3. Angka kebocoran air dalam
satuan meter kubik yang merupakan selisih dari jumlah produksi air dengan jumlah
penjualan air, jika dikalikan dengan rata-rata keseluruhan harga penjualan air yaitu
Rp. 3.488/M3 akan didapat kebocoran air dalam satuan rupiah, seperti terlihat pada
Tabel 1.7 Biaya Kebocoran Air Bersih PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan Rupiah)
Periode 2008 2009 2010
Januari 12,052,867,712 14,253,945,696 14,208,507,171
Februari 13,883,199,200 13,411,970,400 15,640,548,125
Maret 13,624,891,872 13,613,834,912 13,940,657,024
April 13,630,807,520 14,496,445,408 12,128,818,912
Mei 15,914,920,832 18,259,209,120 14,991,514,688
Juni 8,992,904,608 6,492,291,136 13,129,550,528
Juli 12,779,707,616 13,293,974,848 12,814,343,456
Agustus 12,364,157,760 13,318,233,888 15,124,627,232
September 14,580,502,720 15,245,925,920 14,185,737,856
Oktober 14,417,135,264 15,029,722,240 13,441,911,392
Nopember 13,484,227,808 15,514,397,280 13,464,300,864
Desember 1,749,817,984 166,398,528 22,106,846,336
Jumlah 147,475,140,896 153,096,349,376 175,177,363,584 Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.7 dapat dilihat nilai kebocoran air setiap bulannya lebih besar dari
pada laba yang diperoleh PDAM Tirtanadi setiap bulannya, dimana nilai kebocoran
air ini merupakan kehilangan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Nilai kebocoran air yang besar ini merupakan permasalahan PDAM Tirtanadi
yang harus dianalisis dan dievaluasi oleh perusahaan dalam mengatasi keterbatasan
ketersediaan air bersih, kemampuan untuk memperoleh laba, dan kelangsungan
3. Penambahan Pelanggan
Kebutuhan air bersih oleh masyarakat terus meningkat seiiring dengan laju
pertumbuhan penduduk. Sementara PDAM Tirtanadi Sumatera Utara mengakui
sedang kekurangan distribusi air minum, bahkan sumber yang seharusnya
diandalakan untuk memenuhi persediaan air tidak mampu memenuhi pelayanan air
sampai ke masyarakat karena kapasitas produksi belum memungkinkan, sehingga
jumlah pelanggan yang menunggu sambungan air terus meningkat setiap bulannya.
Tabel 1.8 Jumlah Pelanggan Air PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara (dalam satuan unit) Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari table 1.8 dapat dilihat penambahan jumlah pelanggan terjadi setiap
bulannya, selisih jumlah pelanggan bulanan dengan bulan sebelumnya merupakan
pelanggan baru ditambah dengan jumlah pelanggan yang mengundurkan diri dan
pelanggan baru, tetapi peneliti ingin meneliti dan menganalisa jumlah pelanggan
yang menunggu sambungan air setiap bulannya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.9 Jumlah Pelanggan Air yang belum terealisasi
Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan unit) Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.9 dapat dilihat jumlah pelanggan air yang belum terealisasi terus
meningkat, artinya ketidakmampuan PDAM Tirtanadi dalam memenuhi pelayanan
air sampai ke masyarakat karena kapasitas produksi belum memungkinkan. Jika
jumlah pelanggan air yang belum terealisasi dapat direalisasikan, maka perusahaan
akan mendapatkan pendapatan dari biaya pemasangan dalam memperoleh laba.
Rata-rata biaya pemasangan untuk tahun 2008 sebesar Rp. 1,300,000 untuk setiap unit,
tahun 2009 sebesar Rp. 1,500,000/unit, tahun 2010 sebesar Rp. 1,750,000/unit,
sehingga jumlah biaya penambahan pelanggan dalam satuan rupiah dapat dilihat pada
Tabel 1.10 Jumlah Biaya Penambahan Pelanggan Air yang belum terealisasi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010
(dalam satuan rupiah) Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.10 dapat dilihat jumlah biaya penambahan pelanggan yang belum
terealisasi jika direalisasikan setiap bulannya akan menambah pendapatan perusahaan
dalam memperoleh laba. PDAM Tirtanadi harus segera mengatasi permasalahan
ini untuk dapat memberikan pelayanan dan mampu memenuhi kabutuhan air secara
berkelanjutan, dengan meningkatkan distribusi air dengan mengoptimalkan sumber
daya alam yang ada, sehingga tidak ada lagi pelanggan yang menunggu sambungan
baru.
Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan penelitian untuk
menganalisa hubungan antara jumlah penambahan pelanggan yang belum terealisasi
dengan laba, untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh PDAM
4. Penagihan Tunggakan
PDAM Tirtanadi menerbitkan rekening air setiap bulannya, berdasarkan
pemakaian pelanggan yaitu angka yang tertera di meteran air dikalikan dengan tarif
pelanggan, yang terdiri dari rumah tangga, sosial, niaga dan instansi. Penagihan
rekening air dilakukan sepenuhnya oleh Koperasi Karyawan Tirtanadi (KopKarTir).
Pembayaran rekening berjalan dari tanggal 1 sampai dengan 20 setiap bulannya.
Pelayanan yang dilakukan oleh Kopkartir adalah dengan melakukan dua kali
kunjungan untuk setiap pelanggan, kunjungan pertama untuk memberikan struk atau
lembar informasi tagihan, dan selanjutnya adalah untuk mengutip pembayaran
tagihan pelanggan setiap bulannya. Pelanggan juga dapat membayar langsung tagihan
rekening air di loket pembayaran tagihan air Kopkartir di setiap cabang.
Rekening air yang belum diterima perusahaan setelah batas waktu
pembayaran disebut dengan Tunggakan Rekening Air (TRA), dengan dikenakan
denda berdasarkan tarif, pada bulan ke dua akan mendapatkan surat peringatan
pemutusan air, dan apabila lewat 3 bulan akan dilakukan pemutusan. Jumlah
tunggakan rekening air periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 dapat
Tabel 1.11 Jumlah Tunggakan Rekening Air PDAM Tirtanadi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah) Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.11 dapat dilihat jumlah tunggakan rekening terjadi setiap
bulannya dalam jumlah yang cukup besar, TRA tidak seharusnya terjadi, karena
merugikan pelanggan dan PDAM Tirtanadi. Kerugian pada pelanggan adalah denda
tagihan yang harus dibayarkan, sedangkan bagi PDAM Tirtanadi adalah
berkurangnya profit margin dan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagih, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perusahaan mendapatkan laba.
Berdasarkan permasalahan ini peneliti melakukan penelitian untuk
menganalisa hubungan antara jumlah tunggakan rekening air dengan laba, untuk
5. Penambahan Jaringan
Penambahan jaringan untuk bahan baku air bersih membutuhkan biaya yang
besar yang dapat mempengaruhi laba pada PDAM Tirtanadi. Akan tetapi banyak
sekali manfaat yang diperoleh dengan adanya penambahan jaringan ini, antara lain
adalah agar mampu memenuhi besarnya kebutuhan air bersih masyarakat dan secara
jangka panjang tentunya akan dapat meningkatkan laba bagi perusahaan.
Tabel 1.12 Jumlah Biaya Penambahan Jaringan Air PDAM Tirtanadi Periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010 (dalam satuan rupiah) Sumber : PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara, 2011.
Dari tabel 1.12 dapat dilihat besarnya biaya penambahan jaringan air PDAM
Tirtanadi untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, mengatasi
permasalahan keterbatasan ketersediaan air bersih, dapat mewujudkan pelayanan
prima yang dapat memenuhi 80 persen pelayanan kepada masyarakat Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
Apakah faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan
dan penambahan jaringan) mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial
pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut :
Untuk menganalisis faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan
tunggakan dan penambahan jaringan) yang mempengaruhi laba secara simultan dan
secara parsial pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan
di atas, penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi penulis terutama dalam
mengimplementasikan teori-teori dan literatur-literatur yang diperoleh semasa
2. Bagi perusahaan, khususnya PDAM Tirtanadi, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba
dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan.
3. Dunia ilmu pengetahuan, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
perbandingan maupun literature dan referensi bagi karya ilmiah maupun penelitan
selanjutnya.
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Damanik (2002) dengan judul : Analisis Pengaruh Faktor Kebocoran Air, Penagihan
Tunggakan dan Penembahan Pelanggan Terhadap Rentabilitas (studi kasus pada
PDAM Kabupaten Semarang).
Beda penelitian ini dengan penelitian Damanik adalah :
1. Variabel bebas, dalam penelitian Damanik (2002) adalah kebocoran air,
penagihan tunggakan dan penambahan pelanggan. Dalam penelitian ini
variabel bebas adalah kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan
tunggakan dan penambahan jaringan.
Variabel terikat, dalam penelitian Damanik adalah rentabilitas, sedangkan
pada penelitian ini variabel terikatnya adalah laba
2. Periode penelitian Damanik adalah 1997 sampai dengan 2001, sedangkan
3. Lokasi penelitian Damanik adalah PDAM Kabupaten Semarang, Sedangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Secara umum, penelitian ilmiah dapat didefinisikan sebagai investigasi yang
sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai
hubungan tertentu antar fenomena (Kerlinger, dalam Kuncoro, 2003). Kualitas
pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kata kualitas sendiri mengandung banyak pengertian, beberapa contoh pengertian
1. Kesesuaian dengan persyaratan;
kualitas menurut Tjiptono dan Diana (2002) adalah :
2. Kecocokan untuk pemakaian;
3. Perbaikan berkelanjutan;
4. Bebas dari kerusakan/cacat;
5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat.
6. Melakukan segala sesuatu secara benar;
7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.
Tingkat kesehatan BUMD dapat diukur dari ekonomi/pertumbuhan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Bagi penganut Good Corporate
Governance (GCG), perusahaan yang sehat dan baik adalah perusahaan yang mampu
2.1.1 Laba
Tujuan utama perusahaan dalam melakukan usaha adalah mencari laba,
tetapi disamping laba, perusahaan juga harus menjaga agar tetap solvabel (solvent),
artinya selalu tersedia uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dan juga
mampu mengembangkan usaha, dengan meningkatkan sumber daya yang dimiliki
(Soemarso, 2004).
Menurut Marwata dkk (2001: 124-126), dalam Belkaoui manfaat pengukuran
laba adalah sebagai berikut :
Laba (income – disebut juga earnings atau profit) merupakan
ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan
dalam istilah keuangan (Subramanyam, 2010). Pada hakikatnya manfaat laba pada
perusahaan adalah untuk dapat melihat sejauh mana perusahaan dapat membiayai
operasinya dan menghasilkan kembalian bagi perusahaan.
1. Laba merupakan dasar perhitungan pajak dan pendistribusian kembali kekayaan
kepada masing-masing individu.
2. Laba dipandang sebagai suatu pedoman dalam menentukan kebijakan perusahaan
mengenai pembagian dividend an program perluasan atau ekspansi.
3. Laba dipandang sebagai suatu pedoman untuk investasi dan dalam pengambilang
keputusan.
4. Laba dipergunakan sebagai alat prediksi laba masa yang akan datang.
5. Laba merupakan alat pengukuran efisiensi manajemen dalam mengelola
Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah perbedaan
antara revenue yang direalisasikan yang timbul dari transaksi pada periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut
(Belkaoui dalam Harahap, 2008), definisi tentang laba mengandung lima sifat,
sebagai berikut :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu
timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada potsulat “periodik” laba itu, artinya merupakan
prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang dimaksud hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya
yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.
Sedangkan berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2004,
pengertian laba adalah sebagai berikut: ‘Defenisi penghasilan (income) meliputi baik
pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang
aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat
ekonomi dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan.
Oleh karena itu, pos tersebut tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka
dasar ini.
2.1.2 Kebocoran Air
Kebocoran air menunjukkan adanya inefisiensi dalam pendistribusian air,
sehingga mempengaruhi jumlah air yang dapat dijual. Adanya inefisiensi
menunjukkan ratio yang rendah dalam menggunakan sumber daya yang ada
(Munawir, 1986). Angka kebocoran air diperoleh dari selisih jumlah air bersih yang
diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3) dalam periode tertentu.
Kebocoran air akan menyebabkan kerugian yang sangat besar jika telah melebihi
20% (SK Mendagri No. 47 Tahun 1999) dari total distribusi air dan juga mengurangi
ketersediaan air bersih yang akan didistribusikan ke pelanggan, dimana ketersediaan
air bersih merupakan permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi pada saat ini,
juga berdampak berkurangnya penghasilan dari penjualan air bersih, jika kebocoran
air (M3) dikalikan dengan harga penjualan air berdasarkan tarif (Rp), maka akan
didapat nilai kebocoran air (Rp), sehingga nilai kebocoran air merupakan kemampuan
Penyebab kebocoran air adalah : pipa distribusi yang sudah tua dan aus,
adanya penyambungan liar oleh masyarakat, pencatatan yang tidak akurat dan masih
banyak penyebab yang lainnya.
2.1.3 Penambahan Pelanggan
Pada hahikatnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan para pelanggan (Tjiptono dan Diana, 2002). Kelangsungan hidup
dan pertumbuhan perusahaan ditentukan oleh pelanggan (customer), sehingga
perusahaan harus mampu menghasilkan value terbaik bagi customer untuk dapat
bertahan dan bertumbuh dalam lingkungannya (Mulyadi, 1993). Pelanggan suatu
perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produknya, dan hanya
pelanggan yang menilai kualitas dan bagaimana kebutuhan mereka. Adanya kepuasan
pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya laba yang diperoleh
dapat meningkat.
2.1.4 Penagihan Tunggakan
Menurut Munawir (1986), usaha memperbesar profit margin adalah
bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di sektor produksi,
penjualan dan administrasi. Semakin lama tunggakan terjadi, maka semakin besar
690-900-327 tentang Pedoman Penilaian dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM, juga
menggunakan rasio perputaran piutang sebagai salah satu indikator kinerja efisiensi.
Penagihan tunggakan merupakan upaya kebijakan yang ditempuh dalam
perbaikan kinerja operasional, melalui langkah-lagkah sebagai berikut :
a. Pembentukan Tim Penagihan Tunggakan
b. Penyusunan Rencana dan Target Penerimaan Tunggakan
c. Pelaksanaan Kegiatan Penagihan Tunggakan
Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh
positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba
juga akan meningkat.
2.1.5 Penambahan Jaringan
Penambahan jaringan merupakan bagian dari program untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini, yaitu kurangnya ketersediaan air bersih
dalam memenuhi kebutuhan air bersih oleh penduduk Propinsi Sumatera Utara sesuai
Kepmendagri No.23 tahun 2009 harus mencakup pelayanan 80%.
Posted B
Tags:
kota Medan sekitarnya yang membuat resah masyarakat Medan sekitarnya. Namun
kondisi ini direspon oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan
Perak/Marelan berkapasitas 580 liter/detik, yakni untuk Sunggal 500 ltr/det dan
Marelan 80 ltr/det. Untuk anggaran tersebut, sesuai Perda tahun 1999 dari
pernyertaan modal kerja Pemprovsu Rp 200 miliar menjadi direncanakan Rp 400
miliar.
Saat ini PDAM memanfaatkan air dari Sungai Denai, Sungai Bahorok, dan
dari areal Sibolangit. Karena ketersediaan air sungai yang tidak stabil, PDAM
merencanakan untuk melakukan pengadaan sumur bor. Hal tersebut dianggap solusi
termudah walaupun masih perlu dilaksanakannya sosialisasi ke masyarakat. Selain
perencanaan program sumur bor, PDAM juga sedang mempertimbangkan Sungai
Ular sebagai sumber air baru untuk menjaga ketersediaan air bagi para pelanggan.
Perencanaan penambahan jaringan air bersih selain diperuntukkan untuk
memenuhi kebutuhan saat ini, diharapkan juga harus mampu mencukupi kebutuhan
dimasa yang akan datang. Namun untuk penambahan jaringan air yang baru tentunya
akan membutuhkan biaya-biaya yang besar. Pada jangka panjang, penambahan
jaringan diperkirakan akan meningkatkan laba perusahaan, memenuhi kebutuhan
masyarakat, dan juga mampu memberi konstribusi PAD kepada Pemerintahan
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh
Perusahaan Daerah Air Minum telah dilakukan oleh sejumlah peneliti.
1. Suzanti Amalia (2009) dengan judul :
Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Bersih
(Studi Kasus PT PDAM TIRTANADI)
Penelitian ini menyatakan bahwa variabel biaya produksi air bersih
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba bersih, sedangkan variabel
penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih.
2. Sutama I. Nyoman dan Dartu (2008) dengan judul :
Analisis Dampak Pembangunan Proyek Jaringan Air Baku Semongkat Terhadap
Tingkat Pendapatan PDAM Kabupaten Sumbawa.
Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat dampak yang signifikan
pembangunan jaringan air baku Semongkat terhadap pendapatan PDAM Sumbawa,
sebesar 38 %.
3. Damanik Walben (2002) dengan judul :
Analisis Pengaruh Faktor Kebocoran Air, Penagihan Tunggakan dan Penambahan
Pelanggan terhadap Rentabilitas, yang dilakukan dengan studi kasus pada PDAM
Kabupaten Semarang periode 1997 sampai dengan 2001.
Penelitian ini menyatakan bahwa kebocoran air, penagihan tunggakan dan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka dibangun
kerangka pemikiran dalam gambar 3.1 berikut ini :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Dari kerangka konsep pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa nilai
kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan
jaringan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap laba, dimana laba Penambahan
Pelanggan (X2)
Penagihan Tunggakan
(X3)
Penambahan
Jaringan Nilai Kebocoran Air
(X1)
merupakan variabel dependen; kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan
tunggakan dan penambahan jaringan merupakan variabel independen.
Dalam meningkatkan laba, kerangka konsep tesis ini dirumuskan sebagai
berikut :
1. Hubungan antara nilai kebocoran air dengan laba
Kebocoran air menunjukkan adanya inefifiensi dalam pendistribusian air,
sehingga mempengaruhi jumlah air yang dapat dijual. Adanya inefisiensi
menunjukkan ratio yang rendah (Munawir, 1986).
Kebocoran air berpengaruh secara negatif terhadap laba, artinya semakin
tinggi nilai kebocoran air maka laba semakin rendah.
2. Hubungan antara penambahan pelanggan dengan laba
Pada penelitian ini, dari permasalahan yang dihadapi PDAM Tirtanadi dengan
keterbatasan ketersediaan air bersih sehingga banyak pelanggan yang menunggu
untuk pemasangan baru terus meningkat setiap bulannya, besarnya jumlah pelanggan
yang menunggu jika dikalikan dengan biaya pemasangan berdasarkan tarif dan
dikurangi dengan biaya operasional pemasangan merupakan kemampuan perusahaan
memperoleh laba.
Jika penambahan pelanggan terealisasi, maka hubungan penambahan pelanggan
dengan laba berpengaruh secara positif, artinya semakin tinggi penambahan
3. Hubungan antara penagihan tunggakan dengan laba
Tunggakan Rekening Air tidak seharusnya terjadi, karena merugikan
pelanggan dan PDAM Tirtanadi. Bagi pelanggan harus membayar denda tagihan
berdasarkan tarif, dan bagi PDAM Tirtanadi berkurangnya profit margin dan semakin
besar pula resiko kemungkinan tidak tertagih, dan mempengaruhi perusahaan
mendapatkan laba.
Jika penagihan tunggakan terealisasi, maka penagihan tunggakan berpengaruh
positif terhadap laba, artinya semakin tinggi nilai penagihan tunggakan maka laba
juga akan meningkat.
4. Hubungan antara penambahan jaringan dengan laba
Penambahan jaringan merupakan bagian dari program untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini, yaitu kurangnya ketersediaan air bersih
dalam memenuhi kebutuhan air bersih oleh penduduk Propinsi Sumatera Utara sesuai
Kepmendagri No.23 tahun 2009 harus mencakup pelayanan 80%. Perencanaan
penambahan jaringan air bersih selain diperuntukkan sebagai kebutuhan saat ini juga
harus bisa mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang. Namun untuk
penambahan jaringan air yang baru membutuhkan biaya-biaya yang besar untuk
pembangunan jaringan baru.
Peneliti ingin melihat pengaruh penambahan jaringan terhadap laba pada
2009. Dugaan peneliti, pada saat ini dampak dari penambahan jaringan masih negatif,
artinya hanya biaya-biaya yang dikeluarkan dan belum menghasilkan laba. Harapan
peneliti pada periode yang akan datang penambahan jaringan akan meningkatkan
laba, memenuhi pelayanan kebutuhan masyarakat, dan mampu memberi konstribusi
PAD kepada Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka koseptual penelitian, maka dibangun hipotesis penelitian
sebagai berikut :
Faktor-faktor (kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan tunggakan dan
penambahan jaringan) mempengaruhi laba secara simultan dan secara parsial pada
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah faktor kebocoran air, penambahan pelanggan, penagihan
tunggakan dan penambahan jaringan sebagai variabel bebas (X), dan laba sebagai
terikat (Y).
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi
Propinsi Sumatera Utara, yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan
keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan pada periode Januari
4.3Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transakasi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau
menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan Perusahaan
Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara pada periode Januari 2008
sampai dengan Desember 2010.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi
penelitian (Kuncoro, 2003). Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
sensus, dimana seluruh populasi adalah sampel, yaitu laporan keuangan bulanan dan
laporan kegiatan operasional bulanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi
Propinsi Sumatera Utara pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010.
Dari pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sensus dimana seluruh
populasi adalah sampel, yaitu laporan keuangan bulanan dan laporan operasional
bulanan PDAM Tirtanadi propinsi Sumatera Utara pada periode Januari 2008 sampai
Tabel 4.1 Jumlah Populasi dan Sampel
Keterangan Jumlah
Laporan keuangan dan operasional bulanan tahun 2008 12
Laporan keuangan dan operasional bulanan tahun 2009 12
Laporan keuangan dan operasional bulanan tahun 2010 12
Jumlah observasi 36
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan operasional bulanan dari Perusahaan
Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara tahun 2008 sampai dengan
2010. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, berupa
publikasi, atau data yang sudah dikumpulkan pihak lain (Supranto, 1996).
4.5 Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel dependen
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen (variabel bebas). Variabel terikat (Y) yang digunakan pada penelitian ini adalah laba, yang diperoleh dari laporan keuangan bulanan pada
b. Variabel independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas (X) yang digunakan pada
penelitian ini adalah kebocoran air (X1), penambahan pelanggan (X2), penagihan
tunggakan (X3) dan penambahan jaringan (X4), yang diperoleh dari laporan
operasional bulanan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera
Utara.
1. Kebocoran Air (X1)
Kebocoran air merupakan air yang hilang, yaitu selisih antara jumlah air yang
diproduksi (M3) dengan jumlah air yang dijual (M3). Rasio kebocoran air dihitung
dengan membandingkan jumlah air yang hilang (M3) dengan jumlah air yang
diproduksi (M3), dinyatakan dalam prosentase. Untuk melihat pengaruhnya terhadap
laba, angka kebocoran (M3) akan dikalikan dengan harga penjualan air berdasarkan
tarif, sehingga dinyatakan dalam rupiah.
2. Penambahan Pelanggan (X2)
Jumlah pelanggan yang menunggu pemasangan air yang dikarenakan
kekurangan ketersediaan air bersih, jika direalisasikan pemasangannya akan
3. Penagihan Tunggakan (X3)
Tunggakan merupakan sisa hasil penjualan air yang tercatat dalam rekening
air, namun belum diterima oleh perusahaan. Jika penagihan tunggakan terealisasi,
maka penagihan tunggakan berpengaruh positif terhadap laba, artinya semakin tinggi
nilai penagihan tunggakan maka laba juga akan meningkat.
4. Penambahan Jaringan (X4)
Penambahan jaringan air bersih merupakan program sebagai kebutuhan saat
ini juga harus bisa mencukupi kebutuhan dimasa yang akan datang. Namun untuk
penambahan jaringan air yang baru membutuhkan biaya-biaya yang besar untuk
pembangunan jaringan baru.
Dalam melakukan penelitian agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan untuk
memudahkan pengertian terhadap variabel penelitian, yaitu variabel independen dan
variabel dependen, maka peneliti menetapkan operasionalisasi variabel yang akan
Tabel 4.2 Definisi dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Operasional Parameter skala
1 Laba (Y) selisih antara revenue yang timbul dari transaksi
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh bebarapa variabel independen
atau variabel bebas terhadap satu variabel dependen atau variabel terikat, teknik
analisis yang dipergunakan adalah model regresi berganda atau Multiple Regression
dijelaskan dalam model regresi berganda (multiple regression model) sebagai berikut
:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana : Y = variabel terikat = Laba
X = variabel bebas X1 = Kebocoran Air
X2 = Penambahan Pelanggan X3 = Penagihan Tunggakan X4 = Penambahan Jaringan
b0 = Konstanta
e = Error term
Model persamaan regresi berganda ini akan diuji Goodness of Fit-nya. Secara statistik, dapat diukur melalui :
1. Koefisien Determinasi (R2).
Mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
Kriteria :
Ha : Variabel independen berpengaruh nyata dan signifikan secara simultan terhadap
variabel dependen.
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh nyata dan signifikan secara simultan
terhadap variabel dependen.
Nilai Sig < 0.05, maka H1 diterima, H0 ditolak
Nilai Sig > 0.05, maka H1 ditolak, H0 diterima
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t),
Uji signifikansi uji statistik t, untuk menunjukkan pengaruh seberapa jauh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
4.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk keabsahan hasil analisis regresi linear berganda, harus terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik. Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model
regresi adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak
bias dan efisien (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Menurut Gujarati (1995),
asumsi klasik yang paling dianggap penting adalah :
1. Memiliki distribusi normal.
2. Tidak terjadi Multikolonieritas antar varabel bebas.
3. Tidak terjadi Heteroskedastisitas atau varian varabel pengganggu yang konstan
4. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel bebas.
4.6.1.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi,
variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal (Santoso, 1999). Pada uji normalitas data ini digunakan
metode One Sample Kolmogrov-Smirnov Test, merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data (Hair,et al, 1998) dengan membuat
hipotesis sebagai berikut :
Ho : Data terdistribusi normal
Ha : Data terdistribusi tidak normal
Jika sigma > 0.05, maka Ha ditolak dan Ho diterima
Jika sigma < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Cara lainnya asumsi distribusi normal diperiksa dengan menggunakan grafik
normal pada grafik Plot atau Histogram, jika data mengikuti distribusi normal pada
grafik Normal Probability Plot maka data diasumsikan berdistribusi normal.
4.6.1.2 Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2009 : 95), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.
yang lain, sehingga multikolonieritas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Hal
ini mengakibatkan perubahan tanda koefesien regresi serta mengakibatkan fluktuasi
yang besar pada hasil regresi. Perubahan tanda koefisien regresi ini dapat
mengakibatkan kesalahan menafsirkan hubungan antara variabel sehingga
keberadaan multikolonieritas ini harus diuji.
Pengujian dapat dilakukan dengan colinearity diagnostic serta partial
correlation. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Facktor
(VIF). Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya multikolonieritas adalah
nilai toleransi lebih kecil atau sama dengan 0.10 atau dengan nilai VIF lebih besar
atau sama dengan 10 (Ghozali, 2009 :97).
4.6.1.3Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu kondisi dimana variabel gangguan pada periode
tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Uji autokorelasi
bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
obcervasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena
kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi.
Pada penelitian ini, gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Uji
Durbin-Watson dengan SPSS. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
ditentukan berdasarkan criteria berikut (Ghozali, 2009 :100) :
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl), maka
koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
4.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah homoskedastisitas (variance dari residual satu pengamatan ke
Salah satu untuk menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan grafik plot. Untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot (Ghozali, 2009 :146) :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi Heteroskedastisitas.
4.6.2 Pengujian Hipotesis
Ada pengaruh secara simultan dan parsial nilai kebocoran air, penambahan
pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan terhadap laba pada
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara.
Untuk pengujian hipotesis pertama digunakan analisis regresi linear berganda.
Dengan model regresi :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana : Y = variabel terikat = Laba
X = variabel bebas X1 = Kebocoran Air
b0 = Konstanta
E = Error term
Hipotesis diuji dengan menggunakan uji statistik regresi linear berganda
dengan bantuan SPSS.
4.6.2.1 Uji F (F-test)
Uji simultan (F-test) merupakan pengujian terhadap signifikansi secara
simultan atau bersama-sama, yang dipergunakan untuk mengetahui apakah variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan atau bersama-sama (Ghozali,
2009). Dasar pengambilan kesimpulan pada uji simultan (F-test) adalah sebagai
berikut :
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
2. Untuk tingkat signifikansinya yaitu nilai probabilitas α < 0.05 atau 5%
Perhitungan nilai F dengan memperhatikan tabel Anova pada kolom nilai F
serta tingkat signifikansi dari model SPSS tersebut.
4.6.2.2 Uji t (t-test)
Uji parsial (t-test) dipergunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009 :59). Dasar pengambilan
1. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
2. Untuk tingkat signifikansinya yaitu nilai probabilitas α < 0.05 atau 5%
Perhitungan nilai t hitung tidak akan dilakukan secara manual, tetapi dengan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1Deskriptif Data
Deskriptif data bertujuan untuk menggambarkan data dari keseluruhan
variabel-variabel yang diteliti, dilakukan tanpa didahului hipotesis.
5.1.1 Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi
Propinsi Sumatera Utara, yang berlokasi di Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan.
5.1.2 Karakteristik Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu,
penelitian ini didasarkan atas fenomena permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara yaitu kebocoran air, penambahan
pelanggan, penagihan tunggakan dan penambahan jaringan sebagai variabel bebas
(X), dan laba sebagai terikat (Y). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang meliputi laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan
operasional bulanan pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2010.
sampel, dan keseluruhan data bersifat data kuantitatif, dapat dilihat pada tabel berikut