• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Definisi Intellectual Capital

Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital berasal dari ketika Tom Steward menulis sebuah artikel yang berudul berjudul Brain Power How Intellectual Capital Is Becoming America’s Most Valuabel Asset, yaitu:

“ the sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth”.

Roos et.al (1997) dalam Ulum (2009) yang menjelaskan mengenai

Intellectual Capital yaitu,

IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance –sheet and all the intangible assests (trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…”.

Sementara menurut William (2001) dalam Ulum (2009), mendefinisikan

bahwa:

the enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the company’s organizational function,processes and information technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship with its costumers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowledge and innovation; (b) application of present knowledge to present issues and concerns that enhance employees and customers; (c) packaging, processing and transmission of knowledge; and (d) the acquisition of present knowledge created through research and learning.

Bontis et al. (2000) menyimpulkan secara umum dari para peneliti lain bahwa Intellectual Capital terdiri atas tiga konstruk utama, yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC). HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya,yang merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. SC

meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan

yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000).

Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk

menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999).

Tan et al. (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan

revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.

Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan

labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN (Pulic, 1999). Oleh karena itu, aspek kunci dalam model Pulic

adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai identitas penciptaan nilai (value creating entity) (Tan et al., 2007).

Intellectual Capital terbagi atas 3 tahapan yaitu: a. Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk Value Aded (VA) yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. yaitu: VACA (Value Added Capital Employed), yang merupakan rasio dari VA terhadap CE (Capital Employment), dimana merupakan atas dana yang tersedia atas ekuitas atau laba bersih.

VACA = VA/CE

b. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU merupakan banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang

dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC (Human Capital) atau beban karyawan terhadap Value Added .

VAHU = VA/HC

c. HC = Structural Capital Value Added (STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) atauhasil dari VA (Value Added) dikurangi HC (Human Capital) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi

bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat

juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC™ merupakan penjumlahan dari 3 (tiga) komponen sebelumnya, yaitu: VACA,

VAIC™ = VACA + VAHU + STVA

Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang dibutuhkan relatif

mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang

dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka

keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan

perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan

indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi

profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya

indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang

lain (Tan et al., 2007).

2.2.2. DefinisiKinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja Keuangan atau Financial Performance peusahaan merupakan kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan

berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba

bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional.

Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber

daya. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di

masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang

terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif

mengenai kinerja perusahaan.

Pengertian kinerja (performance) lainnya menurut Drucker (2002, p.134) adalah “tingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai kadang-kadang

sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat

perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007, p.363).

Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja

perusahaan juga baik, karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu

perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan

semakin baik kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan

pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun

dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh

perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.

Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu

informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Perusahaan

adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari

proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena

menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari

kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu

perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang

penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan

kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan.

Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja

didasarkan atas informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya

yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para

manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kinerja perusahaan

setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan

tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja

perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan

perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan

demikian pemegang saham dapat menjadikan laporan keuangan sebagai informasi

yang berguna dalam pengambilan keputusannya sebagai pemegang saham

perusahaan.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding

pemilik (pemegang saham). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan

memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi.

Manipulasi kinerja merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan

keuangan yang bertujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin

mengetahui kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang

mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healey dan Wahlen,

1999). Sikap oportunistik ini dinilai sebagai sikap curang (fraud) manajemen yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi

intertemporal choice (Beneish, 2001 dalam Hastuti, 2005). Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings management ini dilakukan melalui penurunan laba (income decreasing), perataan laba (income smoothing) dan penaikan laba (income increasing). Manipulasi ini dilakukan dengan pertama menggeser pendapatan masa depan (future earnings) menjadi pendapatan sekarang

(current earnings) atau sebaliknya. Kedua, menggeser biaya sekarang (current cost) menjadi biaya masa depan (future cost) atau sebaliknya. Sehingga laba pada periode bersangkutan akan dilaporkan lebih tinggi atau lebih rendah (Espenlaub,

1999 dalam Hastuti, 2005). Kinerja pengukuran suatu perusahaan dengan elemen

keuangan dapat dilihat sebagai berikut :

1. Return on Asset (ROA)

Return on asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total asset (Chen et al, 2005). Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total asset yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat

efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaanya.

ROA dikalkulasi dengan formula:

ROA= Laba Bersih Sesudah Pajak / Aktiva Total

2. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya

dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam

saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu (Sartono,

2001). Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang

diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan

semakin meningkatkan nilai ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio

antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang

3. Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu

yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan

dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Nilai pasar

(market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada

pasar yang sedang berlangsung atau juga jika pasar sudah tutup, maka

harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006). Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke

bursa efek pada pasar sekunder, yang diterbitkan setiap harinya dari waktu

ke waktu, yang menjadi hal yang harus diperhatikan oleh investor yang

terlibat kegiatan dipasar modal atau manajemen perusahaan terbuka yang

sahamnya tercatat di pasar modal. Jika dalam laporan keuangan suatu

perusahaan menuliskan adanya laba bersih yang tinggi, kemudian hasil

rapat umum pemegang saham tersebut menetapkan sebagian keuntungan

tersebut akan dibagikan dalam bentuk deviden, maka sudah pasti secara

otomatis harga saham tersebut akan melonjak tajam. Alasan karena semua

investor ingin kebagian deviden dengan memiliki saham tersebut, dalam

hal ini hukum permintaan dan penawaran terjadi (Arifin, 2004).

Menurut Basir (2005), harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun

dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham dapat berubah

dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Dalam

perdagangan saham, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga

a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

b. Open atau opening price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09. 30 pagi.

c. High atau highest price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

d. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

f. Change menunjukkan selisih antara harga penutupan hari sebelumnya dengan harga terakhir yang terjadi atau selisih antara

previous dengan last. Jika nilai pada change positif, misalnya +100 artinya harga saham terebut lebih tinggi 100 jika dibandingkan hari

sebelumnya. Jika nilai pada change negatif misal -50, artinya harga

saham tersebut turun 50 jika dibandingkan hari sebelumnya.

g. Close atau closing price menunjukkan harga penutupan suatu saham. Closing price suatu saham ditentukan pada akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.

2.2.3 Pengaruh antara Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan

Pengaruh antara Intelectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di

beberapa negara. Jika perusahaan yang memiliki Kemampuan Intelektual atau

datang yang lebih baik, maka logikanya, rata- rata pertumbuhan dari IC (rate of growth of intellectual capital – ROGIC) juga akan memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan masa depan. Penelitian Tan et al. (2007) telah

membuktikan bahwa ROGIC memiliki pengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan di masa mendatang. Temuan ini memperkuat penganjur IC sebagai

sarana kompetisi dan bahwa perusahaan harus mengelola dan meningkatkan IC-

nya untuk mempertahankan posisi kompetitifnya (Bontis, 1998b; Brennan dan

Connell, 2000).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis

penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu:

Gambar : 2.1.Model Kerangka Pemikiran Penelitian

Sumber : Data Diolah (2012)

Intellectual Capital (VAIC TM) VACA (X1) VAHU (X2) STVA (X3) ROA (Y1) ROE (Y2) NP (Y3)

Dokumen terkait