ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2008 - 2011
TESIS
OLEH :
SANTY MAYDA BATUBARA 107019041
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2008 - 2011
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
SANTY MAYDA BATUBARA 107019041/IM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Januari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Muslich Lufti, MBA Anggota : 1. Dr. Yeni Absah, SE, M.Si
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2008 - 2011
ABSTRAK
Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori
definisinya yang paling netral mengenaiintangibles)
dalam ekonomi dan asumsi penelitian ini membuktikan bahwa jika ditinjau dari uji serempak memperlihatkan ada pengaruh positif dan signifikan antara Intelectual Capital, yang terdiri dari VACA, VAHU dan STVA terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP. Berdasarkan hasil koefisien determinasi munujukkan kaitan antar variabel Intelectual Capital terhadap Kinerja Keuangan adalah tidak erat. Sementara berdasarkan uji pengaruh parsial menujukkan bahwa variabel
Intelectual Capital yang memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP, hanya Physical Capital (VACA) saja. Variabel human capital (VAHU), dan struktural capital (STVA) terhadap Kinerja Keuangan yang terdiri dari ROA, ROE dan NP tidak berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi untuk periode tahun 2008 sampai dengn 2011.
Kata kunci: Intelectual Capital, Ratio on Asset, Return on Equity dan Nilai Pasar.
THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL ON THE FINANCIAL PERFORMANCE OF THE CONSUMPTION
SECTOR MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE BEI FROM 2008 – 2011
ABSTRACT
Intellectual capital is a term which has various definition in different economic theories; therefore, it is the only definition which is the most neutral about ”abstract assets” (intangibles) in economy and modal assumption which creates intellectual property. The result of the research showed that if it was viewed from simultaneous test, it indicated that there was a positive and significant influence of Intellectual capital which comprised VACA, VAHU, and STVA on financial performance which comprised ROA, ROE and NP. Partial influence test showed that the variabel of performance which comprised ROA, ROE and NP was only Physical Capital (STVA) which influenced financial performance which comprised ROA, ROE, and NP did not have any positive and significant influence on the consumption sector of Manufacture Company for the period of 2008 – 2011.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dn syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penlisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepaada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, m.Sc, (CTM), Sp. A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Ibu Dr. Yenni Absah, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak., Ibu Dr Arlina Nurbaity Lubis, MBA., dan Bapak Dr. Joni Manurung MS selaku Komsi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
7. Ibu Nismah Rangkuti, ibunda tercinta yang selalu menemani dalam suka maupun duka.
8. Kak Juli, Bang Galih, dan seluruh staf Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.
9. Teman dan rekan-rekan Politeknik LP3I Medan yang banyak memberikan motivasi dalam penyelsaian tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banayk memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.
Amin.
Medan, 16 Januari 2013
Penulis,
Santy Mayda Batubara
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT HIDUP
Santy Mayda Batubara, lahir di Medan pada tanggal 05 Mei 1981, anak pertama
dari pasangan Ayahanda Syahrul Anwar Batubara, SH (almarhum) dan Ibunda Nismah
Rangkuti.
Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 060849, tamat dan lulus
tahun 1993. Melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6
Medan, tamat dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 11 Medan dan lulus pada tahun 1999. Kemudian pada
tahun 2000, melanjutkan pendidikan Diploma III, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sumatera Utara dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan Strata I
(S1) di Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2010 melanjutkan
pendidikan Strata-2 (S2) di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2013 Peneliti,
Santy Mayda Batubara
DAFTAR ISI
2.2.3. Pengaruh antar Inteletual Capital dengan Kinerja Keuangan ... 24
3.6. Identifikasi dan Operasional Variabel ... 34
3.7. Metode Analisis Data ... 39
4.1.3. Analisis Variabel Penelitian...104
4.1.3.1. Uji Asumsi Klasik ...106
4.1.3.2. Analisis Regresi Berganda ...113
4.1.3.3. Uji Hipotesis...117
4.2. Pembahasan ...134
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...144
5.1. Kesimpulan ...144
5.2. Saran ...145
DAFTAR PUSTAKA ...146 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1 Nilai Value Added pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan
2011………..………. 5
1.2 Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur untuk Sektor Kosumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan
2011 ...……….………. 7
1.3 Nilai Pasar pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur untuk Sektor Kosumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan
2011 ...……….………. 7
1.4 Nilai Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Kosumsi di BEI, Periode
Tahun 2008 sampai dengan 2011 ………..………….………. 8
1.5 Nilai Profitabilitas (ROE) pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Kosumsi di BEI, Periode
Tahun 2008 sampai dengan 2011 ………. 8
2.1. Penelitian-penelitian Empiris tentang Pengaruh Kemampuan
Intelektual pada Kinerja Perusahaan ……….…….……… 15
3.1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Diteliti ……....……… 32
3.2. Definisi Operasional Variabel …….………....………... 38
4.1. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2008 – 2012 ………92 4.2.
4.3. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Makanan dan
Minuman …….………93
4.4. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Peralatan Rumah
Tangga ……….………....…………95
4.5. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Kosmetik dan Barang
Keperluan ………96
4.6. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Farmasi ………97
4.7. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Rokok ..………99
4.8. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Makanan dan Minuman ………...100
4.9. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Peralatan Rumah Tangga………...101
4.10. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Kosmetik dan Barang Keperluan………...102
4.11. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Farmasi .………..………...103
4.12. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Rokok ……...…………..………...104
4.13. Nilai Statistik pada Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi, Periode Tahun 2008 -2011 ...…………..………...105
4.14. Hasil Analisis Uji Normalitas pada LROA ………....…………...107
4.15. Hasil Analisis Uji Normalitas pada LROE ………....…………...108
4.16. Hasil Analisis Uji Normalitas pada LNP ………...…………...110
4.17. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas pada LROA ...…………...111
4.18. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas pada LROE ...…………...111
4.19. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas pada LNP …..…………...111
4.21. Hasil Analisis Uji Glejser pada LROE ………..…………...114
4.22. Hasil Analisis Uji Glejser pada LNP ………...……..…………...115
4.23. Hasil Autokorelasi pada LROA .………..…..…………...116
4.24. Hasil Autokorelasi pada LROE .………..…..…………...116
4.25. Hasil Autokorelasi pada LNP ………..…..…………...117
4.26. Hasil Instrumen Analisis Regresi Berganda pada LROA..…………...118
4.27. Hasil Instrumen Analisis Regresi Berganda pada LROE..…….……...118
4.28. Hasil Instrumen Analisis Regresi Berganda pada LNP…..…………...119
4.29. Hasil Instrumen Uji F pada LROA ………....…………...122
4.30. Hasil Instrumen Uji F pada LROE .………....…………...122
4.31. Hasil Instrumen Uji F pada LNP ….………....………..123
4.32. Tabel Hubungan Antar Variabel ………....…………...124
4.33. Hasil Instrumen Koefisien Determinasi pada LROA …....…………...124
4.34. Hasil Instrumen Koefisien Determinasi pada LROE …....….………...125
4.35. Hasil Instrumen Koefisien Determinasi pada LNP ……....…………...126
4.36. Hasil Instrumen Koefisien Uji t (Uji Pengaruh Parsial) pada LROA ...128
4.37. Hasil Instrumen Koefisien Uji t (Uji Pengaruh Parsial) pada LROE ...130
4.38. Hasil Instrumen Koefisien Uji t (Uji Pengaruh Parsial) pada LNP …..132
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1. Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun
2011 sampai dengan 2012 ………. 6
1.2. Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2011 sampai dengan 2012 ………. 8
2.1. Model Kerangka Konseptual Pemikiran Penelitian ………..…. 24
4.1. Struktur Pasar Modal ……..………..…. 47
4.2. Grafik Distribusi Normal pada LROA ……...………..….106
4.3. Grafik Distribusi Normal pada LROE ……...………..….108
4.4. Grafik Distribusi Normal pada LNP ………...………..….109
4.5. Scatterplot Dependent Variable pada LROA ....………..….112
4.6. Scatterplot Dependent Variable pada LROE ....………...….113
4.7. Scatterplot Dependent Variable pada LNP ...……….……..….114
ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2008 - 2011
ABSTRAK
Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori
definisinya yang paling netral mengenaiintangibles)
dalam ekonomi dan asumsi penelitian ini membuktikan bahwa jika ditinjau dari uji serempak memperlihatkan ada pengaruh positif dan signifikan antara Intelectual Capital, yang terdiri dari VACA, VAHU dan STVA terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP. Berdasarkan hasil koefisien determinasi munujukkan kaitan antar variabel Intelectual Capital terhadap Kinerja Keuangan adalah tidak erat. Sementara berdasarkan uji pengaruh parsial menujukkan bahwa variabel
Intelectual Capital yang memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP, hanya Physical Capital (VACA) saja. Variabel human capital (VAHU), dan struktural capital (STVA) terhadap Kinerja Keuangan yang terdiri dari ROA, ROE dan NP tidak berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi untuk periode tahun 2008 sampai dengn 2011.
Kata kunci: Intelectual Capital, Ratio on Asset, Return on Equity dan Nilai Pasar.
THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL ON THE FINANCIAL PERFORMANCE OF THE CONSUMPTION
SECTOR MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE BEI FROM 2008 – 2011
ABSTRACT
Intellectual capital is a term which has various definition in different economic theories; therefore, it is the only definition which is the most neutral about ”abstract assets” (intangibles) in economy and modal assumption which creates intellectual property. The result of the research showed that if it was viewed from simultaneous test, it indicated that there was a positive and significant influence of Intellectual capital which comprised VACA, VAHU, and STVA on financial performance which comprised ROA, ROE and NP. Partial influence test showed that the variabel of performance which comprised ROA, ROE and NP was only Physical Capital (STVA) which influenced financial performance which comprised ROA, ROE, and NP did not have any positive and significant influence on the consumption sector of Manufacture Company for the period of 2008 – 2011.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa dasawarsa terakhir teknologi informasi telah menumbuhkan
suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu
pengetahuan dan teknologi telah menjadi sumber utama produktivitas. Dalam
sistem ekonomi klasik produktivitas dihasilkan melalui proses manajemen dan
teknologi, yang merupakan kombinasi dari sumber daya alam, uang dan sumber
daya manusia. Namun pada sistem ekonomi baru produktivitas tumbuh dari
kemampuan mendidik tenaga kerja dalam memperoleh kecakapan baru
berdasarkan pengetahuan. Hal ini merupakan suatu konsep baru yang penting
dalam teori manajemen, yang merupakan suatu intellectual capital (kemampuan
intelektual) bagi suatu perusahaan.
Sementara situasi perekonomian dunia sekarang ditandai oleh
meningkatnya perdagangan antar-negara yang berbasis ilmu pengetahuan; bukan
hanya menyangkut barang dan jasa, melainkan telah pula merambah pada
produk-produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan intelektual. Kenyataan ini
mendorong terciptanya karya-karya intelektual manusia yang semakin memiliki
nilai ekonomi tinggi. Perkembangan dunia menunjukkan, kemampuan intelektual
atau yang berbasis pengetahuan menyumbangkan kekayaan yang jauh lebih besar
daripada kekayaan yang berbasis fisik seperti barang tambang, hutan, laut, dan
sebagainya. Kemampuan Intelektual telah menjadi faktor penting dalam
membantu suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Bontis
dikembangkan dalam persaingan global merupakan suatu kekuatan yang kuat
yang memiliki dampak terhadap perusahaan.
Margaretha dan Rahman (2006) menyimpulkan bahwa banyak faktor yang
dapat membuat perusahaan menjadi lebih kokoh dimata pasar bukan hanya dari
asset fisik yang dimiliki tetapi juga asset tak berwujud, seperti stockholder’s
equity yang positif, kekuatan pada financial performance, kemampuan intelektual
perusahaan, efisiensi biaya yang ditemukan dapat meningkatkan nilai perusahaan
dan kekuatan dalam persaingan, hingga inovasi yang terus menerus. Persaingan
bukan hanya sebatas berasal dari produk unggulan yang telah diciptakan oleh
perusahaan, tetapi juga pada bidang keuangan perusahaan harus berusaha
meningkatkan market value atau nilai pasar untuk meningkatkan shareholders
equity
Untuk menarik dan mengundang
perhatian investor terhadap perusahaan dimata pasar, perlu adanya faktor-faktor
yang mendukung agar perusahaan tersebut lebih kokoh, yang ditinjau bukan
hanya dari aset berwujud tetapi juga termasuk asset tidak berwujud. Salah satunya
asset tak berwujud adalah kemampuan intelektual perusahaan.
Chen et al (2005) sependapat dengan pernyataan Bontis (2002) dan Pulic
(2000) bahwa metode pengukuran pendapatan perusahaan pada saat ini tidak
hanya berdasarkan prinsip akuntansi, tetapi sudah meliputi kemampuan
intelektual dari suatu perusahaan. Metode pengukuran ini pun berkembang, bahwa
pengukuran pendapatan suatu perusahaan juga dapat dilihat berdasarkan
kemampuan intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja keuangan (financial
kemampuan intelektual yang baik, diharapkan memiliki kinerja keuangan yang
meningkat dari tahun ketahun.
Ukuran yang digunakan untuk menilai efisiensi dari kemampuan
intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital yang
berbasis moneter, yang dikenal dengan Pulic’s VAICTM
Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai
definisi dalam teori-teori
Model atau Metode Value
Added Intellectual Coefficient. (VAIC™) dikembangkan oleh Pulic yang didesain
untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki
perusahaan.
satunya definisinya yang paling netral mengenai
(intangibles) dalam ekonomi dan asumsi
menyangkut
istilah intellectual capital digunakan untuk semua yang merupakan asset dan
sumberdaya non-tangible atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu
mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak
kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi.
Intellectual capital dapat juga diasumsikan sebagai kombinasi dari
sumberdaya-sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan bagi suatu organisasi untuk dapat
mentransformasi sebuah bentuk material, keuangan dan sumberdaya manusia
Oleh karena itu pengukuran model VAICTM dikonstruksi dari akun-akun
dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi), dimulai dengan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA). Value Added
(VA) merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation).
Ada tiga komponen yang menentukan Intellectual Capital (VAICTM)
Kemapuan Intelektual serta manajemen pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan perkembangan teknologi informasi yang telah mendorong era globalisasi
atau perdagangan bebas. Teknologi informasi tersebut bisa dipandang sebagai alat
atau media untuk memperoleh pengetahuan dan informasi serta sebagai alat dalam
menjalankan proses bisnis itu sendiri. Dua perspektif tersebut menjadi dasar
bahwa penguasaan dan penerapan teknologi informasi, baik secara individual
oleh karyawan maupun diterapkan dalam proses bisnis di perusahaan, akan
menjadi modal utama lainnya bagi perusahaan untuk mendorong laju inovasi, dari
berbagai sumber tersebut, terlihat bahwa ada beberapa kemiripan mendasar dari
konsep inovasi, yaitu sesuatu yang baru, baik berupa ide, barang, proses, atau
jasa.
, yaitu
Capital Employee Efficiency (VACA), Human Capital Coeffisien (VAHU), dan
Structural Capital Eficiency (STVA).
Dalam hal ini cara pengukuran inovasi tersebut dapat dilakukan melalui
kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual
capital, pengukuran model VAICTM, yang dimulai dengan kemampuan
perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA), yang dibagi dalam dua
misalnya produk atau proses baru atau yang dikembangkan, persentase penjualan
dari produk atau proses baru tersebut. Sementara ukuran nilai input diperoleh dari
beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan). Nilai intellectual
capital perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Nilai Value Added pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
No. Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi Nilai Value Added (Jutaan Rupiah)
Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011
1 Makanan & Minuman 11.888.285,000 12.999.182,000 17.760.995,000 13.207.965,000
2 Rokok 16.258.392,000 19.744.995,000 23.465.878,000 20.208.562,000
3 Farmasi 7.229.901,000 8.337.381,000 10.021.290,000 8.116.872,000
4 Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga
8.489.507,000 10.013.493,000 11.257.197,000 9.595.092,000
5 Peralatan rumah tangga 19.561,000 188.822,000 213.294,000 354.666,000
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Nilai Value Added perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama
empat tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun ketahun, khususnya selama
empat tahun terakhir. Kinerja keuangan yang tidak stabil dan nilai pasar
mengalami kenaikan dan penurunan pada perusahaan manufaktur khususnya
sektor barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia ini salah satu faktor penyebabnya
adalah nilai Intellectual Capital, yang terdiri dari physical, human dan structural
capital.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan kebutuhan dari
pergerakan nilai pasar, semakin banyak pula investor yang melakukan investasi di
pasar modal. Tahun 2008 rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka diatas Rp
4,4 triliun perhari, dan dalam kurun waktu 15 tahun rata-rata nilai transaksi harian
telah meningkat sebesar lebih kurang 4000%, (HIS Bursa Efek Indonesia, 2010).
aneka industri, dan industri dasar kimia, yang masing-masing sekor memiliki
mengalami gejolak pasar yang berbeda-beda atas indeks pasar. Intelectual Capital
pada suatu perusahaan akan mempengaruhi pergejolakan atas nilai pasar dan
kinerja keuangan suatu perusahaan, dan turun naiknya nilai pasar pada perusahaan
manufaktur dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 : Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2011 sampai dengan 2012
Sumber : PT. Dana Reksa, Tbk (2012)
Nilai pasar dari beberapa perusahaan manufaktur mengalami kenaikan dan
penurunan di pasaran selama empat periode, dari tahun 2009 sampai dengan 2012.
Bulan Maret, tahun 2009 nilai indeks pasar dimulai dari angka 240 bergerak naik
menjadi 520, pada bulan November 2009, dan bergerak naik menjadi angka 820
pada bulan September 2010. Indeks harga pasar mengalami penurunan menjadi
720 pada bulan Januari tahun 2011, namun pada bulan Juni tahun 2011
mengalami kenaikan kembali menjadi 860, dan tidak stabil sampai tahun 2011,
namun mengalami kenaikan menjadi 1040 pada bulan Januari tahun 2012. Nilai
tertinggi, terendah, dan penutupan, diakhiri dengan jumlah transaksi atas
pembelian saham pada perusahaan manufaktur, dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
No. Tahun
Saham (dalam jutaan rupiah)
Pembukaan Tertingi Terendah Penutupan Jlh. Transaksi
1 2009 408,313 412,903 405,095 409,651 517.794.779,263
2 2010 697,700 703,750 692,120 698,662 689.759.454,878
3 2011 878,659 886,272 870,926 879,590 636.398.863,102
4 2012
(kwartal
pertama) 1.009,449 1.015,952 1.001,490 1.009,072 526.208.918,020
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Banyak faktor yang mempengaruhi nilai pasar pada perusahaan
manufaktur yang sahamnya tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk ketiga
sektor industry, misalnya Corporate Social Responsibility, Leverage, Investment
Opportunity Set, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas,
Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio, Intelectual
Capital, dan lainnya. Penelitian ini lebih ditekankan pada perusahaan manufaktur
sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia, yang dapat dilihat
datanya selama empat tahun terakhir pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3. Nilai Pasar pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
No.
1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 63.220,000 141.244,794 190.477,492 476.688,966
2 Rokok 3 Perusahaan 9.111,000 22.623.271,000 56.292,416 78.280,030
3 Farmasi 9 Perusahaan 140.201,000 185.764,075 270.534,172 275.607,180
4 Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga
3 Perusahaan 15.600,000 15.475,426 23.079,278 15.844.642,742
Nilai pasar pada perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama
empat tahun terakhir mengalami kenaikan untuk semua sektor, kecuali pada
sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga mengalami penurunan. Hal
ini dilihat juga pada kinerja keuangan beberapa perusahaan tersebut yang ditinjau
dari rasio profitabilitasnya, yang merupakan rasio yang mengukur efektivitas
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan ini
dapa dilihat pada Tabel 1.4
Tabel 1.4. Nilai Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
No. Dalam Sektor Barang Beberapa Perusahaan Konsumsi
4 Kosmetik & Barang
keperluan rumah tangga
3 Perusahaan 0,57 0,68 0,69 0,63
5 Peralatan rumah tangga 3 Perusahaan 0,05 0,03 0,07 0,09
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
Tabel 1.5. Nilai Profitabiliats (ROE) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011
Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)
No. Dalam Sektor Barang Beberapa Perusahaan Konsumsi
4 Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga
3 Perusahaan 0,98 1,03 0,29 1,35
Nilai profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi
selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal
pemilik. Kemampuan nilai pasar dan profitabilitas suatu perusahaan ini salah
satunya dipengaruhi oleh Intelectual Capital suatu perusahaan, dimana yang dapat
diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya
Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja.
Dalam hal ini perusahaan perlu membuat mekanisme yang dapat merangsang
terciptanya pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan
pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang.
Perusahaan-perusahan go public menjadikan pasar modal sebagai lembaga
alternatif untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk pengembangan
perusahaan. Pada sisi lain investor melakukan investasi untuk memperoleh laba
atau sering disebut dengan return yang terbaik, return diperoleh investor dari dua
sumber, yaitu dalam bentuk pembagian dividen dan kenaikan harga saham di
pasar modal. Naik dan turunnya harga saham pada dasarnya menjadi perhatian
utama investor melakukan investasi daripada mengharapkan pembagian dividen
yang dilakukan secara berkala dan tidak ada jaminan pembayaran dividen
meskipun perusahaan memperoleh laba, dan jika diperhatikan maka tingkat return
dari pembayaran dividen pada dasarnya lebih kecil daripada return yang diperoleh
dari kenaikan harga saham. Hal inilah yang membuat investor cenderung
melakukan analisis nilai pasar untuk memilih saham yang bisa menghasilkan
1.2 Perumusan Masalah
Selama empat tahun terakhir, yaitu 2008 sampai dengan 2011, nilai
profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi mengalami
kenaikan dan penurunan. Dalam hal ini kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik, salah satunya
faktor yang mempengaruhinya oleh Intelectual Capital suatu perusahaan.
Intelectual Capital dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan
pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja, mekanisme yang dapat merangsang terciptanya
pengetahuan, penyebaran pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta
adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang. Berdasarkan
uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human
Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA)
pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA
untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di
BEI tahun 2008 - 2011?
2. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human
Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA)
pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE
untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di
BEI tahun 2008 - 2011?
3. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human
pada Kinerja Keuangan yang terdiri Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 -
2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual
Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan
Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri
dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011;
2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual
Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan
Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri
dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011
3. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual
Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan
Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri
dari Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan
memberikan manfaat yang berarti kepada para pihak, yaitu:
1. Bagi Bursa Efek Indonesia
Sebagai sumber informasi agar perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih memperhatikan dan
mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya, karena
merupakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif perusahaan; dapat
melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai pasar
dalam menyusun kebijakan dan tujuan perusahaan
2. Bagi Sekolah Pascasarjana
Sebagai upaya memperkaya khasanah dan penelitian pada Program Studi
Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian khususnya
yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 sampai dengan 2011
4. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisis investasi dan
keputusan investasi di pasar modal khususnya perusahsahaan manufaktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pengaruh Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital (IC) dengan
Kinerja Keuangan atau Performance perusahaan telah dibuktikan secara empiris
oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Bontis
(1998) mengawali penelitian tentang IC dengan melakukan eksplorasi hubungan
diantara komponen - komponen IC (Human Capital, Customer Capital, dan
Structural Capital). Penelitian tersebut menggunakan instrumen kuesioner dan
mengelompokkan industri dalam kategori jasa dan non-jasa. Kebanyakan
penelitian tentang IC menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan
(tahunan). Beberapa peneliti menggunakan VAIC™, baik untuk mengukur kinerja
IC itu sendiri maupun untuk melihat hubungan antara Intelectual Capital dengan
Kinerja Keuangan perusahaan.
Firer dan Williams (2003) menguji hubungan VAIC™ dengan kinerja
perusahaan di Afrika Selatan. Hasil dari penelitian tersebut adalah
mengindikasikan bahwa hubungan atau pengaruh antara efisiensi dari Value
Added IC dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitability,
productivity, dan market valuation) secara umum adalah terbatas dan mixed.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital
merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC™) untuk menguji
hubungan atau pengaruh antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan.
Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar
dan kinerja keuangan perusahaan.
Bahkan, Chen et al. (2005) juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi
salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang.
Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa investor mungkin
memberikan penilaian yang berbeda terhadap tiga komponen VAIC™ (yaitu
physical capital, human capital , dan structural capital).
Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan
sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa
VAIC™ dapat dijadikan sebagai instrument untuk melakukan pemeringkatan
terhadap sektor perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja Intelectual
Capital perusahaan. Pengklasifikasian sektor perbankan tersebut didasari pada
empat kategori, yaitu: top performers, good performers, common performers, dan
bad performers.
Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa
efek Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan penelitian
Chen et al. (2005) bahwa Intelectual Capital dari perusahaan tersebut
berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan; IC juga berhubungan
positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga
membuktikan bahwa rata- rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan
mengindikasikan bahwa kontribusi Intellectual Capital terhadap kinerja
perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.
Penelitian – penelitian empiris tentang hubungan antara Intellectual
Capital dengan Kinerja Perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Empiris tentang Pengaruh Kemampuan
Intelektual pada Kinerja Perusahaan
Peneliti Tahun Variabel Hasil
Bontis et
al. 2000 EVA
HC berhubungan dengan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC, SC
berhubungan dengan kinerja industry
Firrer dan 2003 ROA VAIC berhubungan dengan kinerja perusahaan (ROA, ATO, MB)
Williams ATO
MB
Chen et al. 2005 ROA IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan, R dan D berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
Tan et al. 2007 ROE IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang, rata-rata pertumbuhan IC
Ulum 2008 ROA IC berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan di masa
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Intellectual Capital
Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital berasal dari ketika Tom
Steward menulis sebuah artikel yang berudul berjudul Brain Power How
Intellectual Capital Is Becoming America’s Most Valuabel Asset, yaitu:
“ the sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth”.
Roos et.al (1997) dalam Ulum (2009) yang menjelaskan mengenai
Intellectual Capital yaitu,
“ IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance –sheet and all the intangible assests (trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…”.
Sementara menurut William (2001) dalam Ulum (2009), mendefinisikan
bahwa:
“ the enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the company’s organizational function,processes and information technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship with its costumers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowledge and innovation; (b) application of present knowledge to present issues and concerns that enhance employees and customers; (c) packaging, processing and transmission of knowledge; and (d) the acquisition of present knowledge created through research and learning.
Bontis et al. (2000) menyimpulkan secara umum dari para peneliti lain
bahwa Intellectual Capital terdiri atas tiga konstruk utama, yaitu: Human Capital
(HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC). HC
merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya,yang merupakan kombinasi dari genetic
meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.
Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals,
strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar
daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan
yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu
organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000).
Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk
menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki
perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk
menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999).
Tan et al. (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan
revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan
input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue.
Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban
karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya
dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan
labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam
komponen IN (Pulic, 1999). Oleh karena itu, aspek kunci dalam model Pulic
adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai identitas penciptaan nilai (value
Intellectual Capital terbagi atas 3 tahapan yaitu:
a. Value Added Capital Employed (VACA)
VACA adalah indikator untuk Value Aded (VA) yang diciptakan oleh
satu unit dari physical capital. yaitu: VACA (Value Added Capital
Employed), yang merupakan rasio dari VA terhadap CE (Capital
Employment), dimana merupakan atas dana yang tersedia atas ekuitas
atau laba bersih.
VACA = VA/CE
b. Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU merupakan banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang
dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC (Human
Capital) atau beban karyawan terhadap Value Added .
VAHU = VA/HC
c. HC = Structural Capital Value Added (STVA)
Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) atauhasil dari VA
(Value Added) dikurangi HC (Human Capital) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 (satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
STVA = SC/VA
VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat
juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC™
merupakan penjumlahan dari 3 (tiga) komponen sebelumnya, yaitu: VACA,
VAIC™ = VACA + VAHU + STVA
Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang dibutuhkan relatif
mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang
dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka
keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan
perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan
indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi
profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya
indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang
lain (Tan et al., 2007).
2.2.2. DefinisiKinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja Keuangan atau Financial Performance peusahaan merupakan
kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan
berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba
bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional.
Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber
daya. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di
masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang
terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif
mengenai kinerja perusahaan.
Pengertian kinerja (performance) lainnya menurut Drucker (2002, p.134)
adalah “tingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai kadang-kadang
sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat
perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan
(Mulyadi, 2007, p.363).
Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja
perusahaan juga baik, karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu
perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan
semakin baik kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan
pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun
dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh
perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu
informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Perusahaan
adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena
menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari
kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu
perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang
penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan
kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan.
Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja
didasarkan atas informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya
yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para
manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kinerja perusahaan
setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan
tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja
perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan
demikian pemegang saham dapat menjadikan laporan keuangan sebagai informasi
yang berguna dalam pengambilan keputusannya sebagai pemegang saham
perusahaan.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding
pemilik (pemegang saham). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan
memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi.
Manipulasi kinerja merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan
keuangan yang bertujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin
mengetahui kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang
mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healey dan Wahlen,
1999). Sikap oportunistik ini dinilai sebagai sikap curang (fraud) manajemen
yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi
intertemporal choice (Beneish, 2001 dalam Hastuti, 2005). Manipulasi yang
dikenal dengan istilah earnings management ini dilakukan melalui penurunan
laba (income decreasing), perataan laba (income smoothing) dan penaikan laba
(income increasing). Manipulasi ini dilakukan dengan pertama menggeser
(current earnings) atau sebaliknya. Kedua, menggeser biaya sekarang (current
cost) menjadi biaya masa depan (future cost) atau sebaliknya. Sehingga laba pada
periode bersangkutan akan dilaporkan lebih tinggi atau lebih rendah (Espenlaub,
1999 dalam Hastuti, 2005). Kinerja pengukuran suatu perusahaan dengan elemen
keuangan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Return on Asset (ROA)
Return on asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi
perusahaan dalam pemanfaatan total asset (Chen et al, 2005). Rasio ini
mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total asset yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaanya.
ROA dikalkulasi dengan formula:
ROA= Laba Bersih Sesudah Pajak / Aktiva Total
2. Return on Equity (ROE)
ROE merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya
dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam
saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu (Sartono,
2001). Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang
diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan
semakin meningkatkan nilai ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio
antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang
3. Nilai Pasar
Nilai pasar merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Nilai pasar
(market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang
paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada
pasar yang sedang berlangsung atau juga jika pasar sudah tutup, maka
harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham
(Anoraga, 2006). Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke
bursa efek pada pasar sekunder, yang diterbitkan setiap harinya dari waktu
ke waktu, yang menjadi hal yang harus diperhatikan oleh investor yang
terlibat kegiatan dipasar modal atau manajemen perusahaan terbuka yang
sahamnya tercatat di pasar modal. Jika dalam laporan keuangan suatu
perusahaan menuliskan adanya laba bersih yang tinggi, kemudian hasil
rapat umum pemegang saham tersebut menetapkan sebagian keuntungan
tersebut akan dibagikan dalam bentuk deviden, maka sudah pasti secara
otomatis harga saham tersebut akan melonjak tajam. Alasan karena semua
investor ingin kebagian deviden dengan memiliki saham tersebut, dalam
hal ini hukum permintaan dan penawaran terjadi (Arifin, 2004).
Menurut Basir (2005), harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun
dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham dapat berubah
dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Dalam
perdagangan saham, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga
a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari
sebelumnya.
b. Open atau opening price menunjukkan harga pertama kali pada
saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09. 30 pagi.
c. High atau highest price menunjukkan harga tertinggi atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
d. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu
saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu
saham.
f. Change menunjukkan selisih antara harga penutupan hari
sebelumnya dengan harga terakhir yang terjadi atau selisih antara
previous dengan last. Jika nilai pada change positif, misalnya +100
artinya harga saham terebut lebih tinggi 100 jika dibandingkan hari
sebelumnya. Jika nilai pada change negatif misal -50, artinya harga
saham tersebut turun 50 jika dibandingkan hari sebelumnya.
g. Close atau closing price menunjukkan harga penutupan suatu
saham. Closing price suatu saham ditentukan pada akhir sesi II
yaitu jam 16.00 sore.
2.2.3 Pengaruh antara Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan
Pengaruh antara Intelectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan telah
dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di
beberapa negara. Jika perusahaan yang memiliki Kemampuan Intelektual atau
datang yang lebih baik, maka logikanya, rata- rata pertumbuhan dari IC (rate of
growth of intellectual capital – ROGIC) juga akan memiliki hubungan positif
dengan kinerja keuangan masa depan. Penelitian Tan et al. (2007) telah
membuktikan bahwa ROGIC memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan di masa mendatang. Temuan ini memperkuat penganjur IC sebagai
sarana kompetisi dan bahwa perusahaan harus mengelola dan meningkatkan
IC-nya untuk mempertahankan posisi kompetitifIC-nya (Bontis, 1998b; Brennan dan
Connell, 2000).
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu:
Gambar : 2.1.Model Kerangka Pemikiran Penelitian
2.4 Hipotesis
Kemapuan Intelektual atau Intelectual Capital merupakan sumber daya
yang terukur untuk meningkatkan competitive advantages, maka intelectual
capital akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Ulum
2008). Intelectual Capital meningkat, maka kinerja keuangan akan semakin
meningkat, begitu juga sebaliknya.
1. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja
Keuangan (ROA).
Pengukuran kinerja perusahaan yang diproporsikan dengan ROA
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan
keuntungan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Penggunaan
sumber daya perusahaan secara efisien dapat memperkecil biaya sehingga
akan meningkatkan laba perusahaan. Hal ini disesuaikan dengan
peandangan stakeholder theory dan knowledge-nased theory yaitu apabila
perusahaan dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang
dimiliki sebagai sarana untuk meningkatkan laba, hal ini akan
menguntungkan para stakeholder.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) dan Ulum (2009)
menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan dapat
mengelola dan mengembangkan intellectual capital yang dimiliki dengan
baik, maka akan terjadi peningkatan terhadap ROA yang mengindikasikan
kompetitif bagi perusahaan. Dengan menggunakan metode VAIC™
sebagai ukuran Intellectual Capital perusahaan diajukan hipotesis.
H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri
dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital
Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio
profitabilitas, yaitu ROA.
2. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja
Keuangan (ROE).
Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas
pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih
perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan (Sartono, 2001).
ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah
memperhitungkan bunga (biaya utang) dan biaya saham preferen, seperti
diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan
yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga
utang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa
(Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting
bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini
menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari
modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE
Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang
semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan
yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal
positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor
serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal
dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham
suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga
saham tersebut di pasar modal (Sartono, 2001)
H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri
dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital
Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio
profitabilitas, yaitu ROE.
3. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja
Keuangan (NP)
Hasil penelitian Chen et.al (2005) menunjukan bahwa investor cenderung
akan membayar lebih lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki
sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan terhadap perusahaan
dengan sumber daya intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh
investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi
karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama
yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin dalam Ulum
2009).
Menurut pandangan knowledge-based theory yaitu apabila perusahaan
meningkatkan kinerja perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat.
Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan
tersebut untuk menanamkan modalnya. Hal ini sesuai dengan pandangan
stakeholder theory yaitu apabila kinerja perusahaan semakin meningkat
labanya juga akan meningkat sehingga menghasilkan keuntungan yang
nantinya dapat dinikmati oleh para pemegang saham. Oleh karena itu,
perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku yang signifikan
mengindikasikan adanya set tersembunyi yaitu kemapuan intelektual.
Dengan pengelolaan dan pemanfaatan intellectual capapital akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, sehingga menghasilkan
keuntungan metode VAIC™ sebagai ukuran kemampuan intelektual
perusahaan diajukan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri
dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital
Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari Nilai Pasar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kausal komparatif yang
bertujuan untuk meganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif
terdiri dari pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan
mengenai pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian (Kuncoro,
2003). Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan uraian atau gambaran tentang
sifat-sifat dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui
pengumpulan dan analisis kuantitatif serta pengujian statistik.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa sampai dari tahun 2008 sampai dengan 2011,
melalui situs
penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Maret
2011, dimulai dari pemilihan topik penelitian, riset pendahuluan, pengumpulan
data, analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi menurut Arikunto (2006:130) merupakan keseluruhan subjek
penelitian, sedangkan menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya
dengan masalah yang akan diteliti. Populasi yang diambil dalam penelitian ini
adalah Laporan Keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pelaporan BEI pada tahun 2008 sampai
dengan 2011. Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan ini memiliki
ruang lingkup yang luas. Pemilihan sektor pada perusahaan manufaktur sebagai
objek penelitian mengacu pada penelitian Margareth dan Rahman (2006) yang
menyebut sektor merupakan Intelectual Capital Intencive Industry Sector, dengan
kriterianya adalah emiten yang memiliki laporan keuangan dan sudah go
internasional.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling, yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan pengambilan sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan
perusahaan manufaktur pada sektor industri barang konsumsi, yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2011, sebanyak 29
perusahaan, dengan periode pengamatan sebanyak 4 (empat periode) laporan
keuangan, atau sebanyak 116 pengamatan. Adapun kriteria sampel yang
dipergunakan adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai
dengan 2011, ada sebanyak 29 perusahaan.
2. Perusahaan yang memiliki laba bersih positif
4. Perusahaan yang mempubliksikan laporan keuangan auditan selama 4
tahun, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2011, artinya memiliki
laporan keuangan yang telah diaudit dan telah dilaporkan ke BEI.
Perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Perusahaan Perusahaan Manufaktur yang Diteliti
No. Emiten Nama Emiten Tanggal
11 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk 2 November 1970 2 Juli 1990
12 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 30 Juni 1971 27 Agustus 1990
13 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 08 Juli 1970 29 Maret 1983
14 RMBA PT. Bentoel International Investama Tbk 19 Januari 1979 16 Desember 1996
15 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 05 Februari 1976 11 November 1984
16 TSCP PT. Tempo Scan Pasific Tbk 20 Mei 1970 19 Juni 199
21 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry Tbk
28 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 5 November 1969 30 September 1993
29 DLTA PT. Delta Djakarta, Tbk 1932 27 Februari 1984
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2011), (Data Diolah)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas:
1. Penelitian lapangan (field research)
adalah mengumpulkan data-data tentang objek penelitian, dengan
cara dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengkategorian atau pengklasifikasian dari bahan-bahan yang
tertulis, yang terdiri dari laporan tahunan perusahaan, laporan
keuangan, neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011, yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian Kepustakaan (library research):
adalah mengumpulkan data-data melalui berbagai referensi yang
relevan dengan judul penelitian.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
diperoleh dari hasil dokumentasi perusahaan manufaktur pada sektor indusri
barang konsumsi yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, berupa laporan
keuangan perusahaan yang terdiri dari Laporan Neraca dan Laporan Rugi Laba
yang telah diaudit yang diakses melalui media internet. Laporan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan periode Desember 2008,
3.6 Identifikasi dan Operasional Variabel
Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel bebas terdiri dari Intelectual Capital, dan
variabel terikat terdiri dari Kinerja Keuangan atau Financial Performance.
1. Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital (X)
Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan yang diukur berdasarkan Value Added yang diciptakan oleh
Physical Capital (VACA) sebagai variabel X1, Human Capital (VAHU)
sebagai variabel X2, dan Structural Capital (STVA) sebagai variabel X3.
Kombinasi dari ketiga Value Added tersebut disimbolkan dengan nama
VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000). Konsep ini
telah diuji dan diadopsi oleh Firer dan Williams (2003); Mavridis (2004);
Chen et al., (2005); Kamath (2007); dan Tan et al. (2007). Pulic (1999)
formulasi dan tahapan perhitungan VAIC™ adalah dengan menghitung
Value Added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
VA=OUT - IN
yaitu: OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.
IN = Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban
karyawan).
Value Added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai
berikut:
VA = OP + EC + D + A
yaitu : OP = operating profit (laba operasi)
D = depreciation (depresiasi)
A = amortisation (amortisasi)
Intellectual Capital terbagi atas 3 indikator yaitu:
d. Value Added Capital Employed (VACA) (X1)
VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari
physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh
setiap unit dari CE terhadap Value Added.
VACA = VA/CE
yaitu: VACA = Value Added Capital Employed: rasio dari VA terhadap
CE.
VA = Value Added
CE = Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)
e. Value Added Human Capital (VAHU) (X2)
VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan
kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam
HC terhadap Value Added .
VAHU = VA/HC
yaitu: VAHU = Value Added Human Capital: rasio dari VA terhadap
HC.
VA = Value Added