TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.2. Landasan Teori
Efisiensi harga menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga
tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu
menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila
mengalokasikan input usaha kebunnya secara efisien. Efisiensi harga ini terjadi
bila perusahaan memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen
(McEachern, 2001).
Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor
produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.
Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang
sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan
faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani
mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor
produksi efisien secara harga. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor
produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan
tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan
efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pemasaran karena
harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan
produk baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan
menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan
mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi/ perusahaan (Tjiptono,
2004).
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses,
pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang
manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor
Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan
harga faktor produksi tersebut (Bagus, 2009).
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan
menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang
dapat diperoleh organisasi perusahaan (Gujarati, 2003).
Penerimaan adalah terjemahan dari revenue (atau sebaliknya) yaitu suatu
konsep yang menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga
jual perunitnya. Konsep penerimaan tentu saja dipandang dari sisi permintaan
(bukan penawaran karena tidak semua barang yang ditawarkan akan menjadi
penerimaan (belum tentu laku dijual)) (Putong, 2002).
Secara teoritis penerimaan perusahaan bergantung pada kondisi pasar yang
dihadapinya. Bila yang dihadapinya adalah pasar persaingan sempurna maka
besarnya penerimaan sangat bergantung pada jumlah barang yang dijual saja
(elastis sempurna) atau karena tingkat harga saja (inelastis sempurna). Sedangkan
pada kondisi monopoli maka penerimaan bergantung pada tingkat harga dan
jumlah yang terjual (Putong, 2002).
Tingkat penerimaan perusahaan bergantung pada derajat elastisitas
permintaan produk yang dijual. Bila derajat elastisitas bersifat inelastis sempurna
maka untuk meningkatkan penerimaan, perusahaan akan berusaha terus
menaikkan harga jual produknya. Sebaliknya bila derajat elastisitas bersifat elastis
sempurna, maka untuk meningkatkan penerimaan haruslah memperbanyak
penjualan, perusahaan sebaliknya menaikkan harga jual, sebaliknya bila
Sebenarnya analisis keuntungan bagi perusahaan hanyalah masalah
sederhana saja bila perusahaan tidak mengalami kondisi persaingan yang ketat
dalam satu industri (pengertian industri adalah kumpulan dari perusahaan yang
menghasilkan barang yang sama), akan tetapi mengingat faktanya banyak sekali
perusahaan yang tergabung dalam satu industri maka analisis keuntungan (untung
–BEP – rugi ) menjadi begitu penting terutama analisis yang berhubungan dengan
optimalisasi produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal (Putong,
2002).
Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam
bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang / jasa. Menetapkan biaya produksi
berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah
diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi.
2. Bahan-bahan pembantu atau penolong.
3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
4. Penyusutan peralatan produksi.
5. Uang modal, sewa.
6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan,
biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi.
7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan.
8. Pajak. (Putong,2002)
Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam
(Crushing-Tearing-Curling) dan LTP (Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang digunakan
berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda.
Tahap pertama pada proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama
proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan
senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan
air, sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat Withering
Trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil
pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan,
tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan
bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah
masak.
Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya
oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan
bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada
daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata.
Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini
berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang
merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan
teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung
kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa
digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR),
Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam orthodox dan Mesin
Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh
komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini
menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat
memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan
dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed
Dryer) pada suhu 90-95°C selama 20-22 menit. Sebenarnya output dari proses ini
sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses lebih
lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan kualitasnya.
Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.
Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran
dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan
standar mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional.
Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan pencampuran
(blending). Proses ini untuk menghomogenkan produk teh dalam grade yang
sama. Mengingat produk pertanian senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka
produk teh dari batch ke batch dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk
menghilangkan perbedaan tersebut dilakukanlah pencampuran(Ahmad, 2008).
proses produksi teh hitam.
Fresh tea leaves Indoor Wilting
Light Crushing
CTC will Full Oxidation
Full Oxidation Rolling
Drying Black Tea
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi harga jual produk, yaitu:
1. Biaya produksi. Semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka
semakin mahal produk tersebut dijual.
2. Harga pasar. Harga pasar menentukan dalam penetapan harga dikarenakan,
jika produsen menetapkan harga terlalu tinggi dari harga pasar, maka
konsumen akan beralih ke barang yang lebih murah.
3. Keuntungan atau kerugian. Seringkali Anda terlalu memikirkan besarnya
biaya produksi tanpa memperhatikan seberapa besar laba usaha yang ingin
Anda dapatkan. Hal inilah yang terkadang membuat para pemula harus
mengalami kerugian cukup besar dalam mengawali sebuah usaha. Karena itu,
sebelum menentukan harga jual sebuah produk, pastikan bahwa Anda telah
menentukan besarnya laba yang diinginkan, agar kedepannya Anda juga bisa
menikmati keuntungan dari bisnis yang Anda jalankan (Milton dan Lawrence,
1999).
Terdapat tiga pendekatan umum dalam penetapan harga :
1. Penetapan harga berdasarkan biaya. Yaitu berdasarkan penetapan harga cost
plus, analisis titik impas, dan berdasarkan penetapan laba yang diinginkan.
2. Penetapan harga berdasarkan nilai. Ini menggunakan persepsi nilai pembeli,
bukan struktur biaya penjual untuk penetapkan harga.
3. Penetapan harga berdasarkan harga pasar. Penetapan harga menurut keadaan
dimana harga pasar menjadi patokan. Apakah lebih tinggi, lebih rendah
ataupun sama ketimbang harga utamanya (Wilton,1994).
jual. Artinya : Bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya
tidak menghasilkan “KERUGIAN” (Mulyadi, 1999).
2.3. Analisis Harga 2.3.1. Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
yaitu dengan mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga
teh hitam (Nugroho, 1995).
Y = f (X1, X2, X3)
Dimana :
Y = Harga teh hitam PTPN IV
X1 = Biaya produksi teh hitam PTPN IV
X2 = Harga pasar teh hitam
X3 = Keuntungan
2.3.2. Analisis Efisiensi harga
Efisiensi harga dapat tercapai apabila perbandingan antara nilai
produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi)
sama dengan satu (Soekartawi, 1995).
���� �� = 1
Dimana :
NPMx = Nilai Produktivitas Marginal Faktor x