• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Teori sinyal ini melibatkan dua pihak, yakni pihak dalam seperti manajemen yang berperan sebagai pihak yang memberikan sinyal dan pihak luar seperti investor yang berperan sebagai pihak yang menerima sinyal tersebut (Michael Spence 1973). Spence mengatakan bahwa dengan memberikan suatu isyarat atau sinyal, pihak manajemen berusaha memberikan informasi yang relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak investor. Teori sinyal yang digunakan ini menjelaskan akan pentingnya informasi baik secara keuangan ataupun non keuangan yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak yang mempunyai kepentingan. Investor memerlukan informasi tersebut sebagai alat peninjauan atau analisis untuk pengambilan keputusan investasi dengan keinginan atau harapan mengenai informasi yang terkait dapat menjadi sinyal bagi investor dalam hal menilai kualitas serta kinerja suatu perusahaan (Marlinah, 2014).

Teori persinyalan menjelaskan bahwa manajemen sebagai pihak di suatu perusahaan yang memberikan sinyal berupa laporan keuangan tahunan perusahaan dan informasi non keuangan bagi pihak yang berkepentingan. Diantaranya yaitu lembaga pemeringkat dan investor. Lembaga pemeringkat obligasi syariah (sukuk) melakukan pemeringkatan sehingga mampu dan dapat menerbitkan peringkat obligasi syariah (sukuk) di suatu perusahaan penerbit obligasi syariah (sukuk) salah

satunya yaitu investor dan lembaga pemeringkat. Peringkat obligasi syariah tersebut pada akhirnya akan memberikan sinyal tentang suatu perusahaan yang gagal membayar hutangnya. Sehingga teori ini dapat disimpulkan bahwasanya teori ini dapat mempererat hubungan antara penerima dan pemberi sinyal.

Perkembangan pada pasar modal menjadi suatu hal yang perlu diketahui karena terkait dengan tingkah laku pasar atau kondisi pasar saat ini. Yang mendasari keputusan untuk melakukan transaksi di pasar modal dalam hal ini ialah para investor yaitu dengan berbagai informasi yang dimilikinya

Kerelevanan informasi tersebut mengenai pasar modal merupakan sesuatu yang dicari oleh para investor dalam hal pengambilan keputusan investasi. Penerbitan obligasi syariah (sukuk) merupakan salah satu bentuk kebijakan suatu perusahaan yang berdampak pada terjadinya perubahan struktur modal perusahaan (Mujahid, 2010:9).

1. Obligasi Syariah (Sukuk)

Menurut bahasa, obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu obligate, kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia menjadi obligasi yang berarti “kontrak”. Sedangkan Pasal 1 Keputusan RI No.755/KMK011/1982 menyebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (Badan Pelaksana Pasar Modal).

Istilah sukuk berasal dari bentuk jamak dari bahasa Arab ’sak’ atau sertifikat. Secara singkat, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu. Menurut Syafi’i Antonio, istilah yang tepat untuk obligasi syariah adalah syahadatu istitsmar (invesment certificate) atau mudharabah bond. Dengan menamai sertifikat investasi maka kita akan mengesampingkan asosiasi bunga tetap yang melekat pada obligasi biasa. Istilah syahadatu istitsmar telah ditetapkan di beberapa negara Arab , seperti Bahrain, Kuwait, Sudan dan Mesir, sementara Malaysia menamainya dengan mudharabah bond. Khusus untuk negeri kita sementara ini menggunakan nama “Obligasi Syariah” dengan catatan beberapa karakteristik yang tidak sesuai dengan syariah dari obligasi dapat ditanggalkan.

Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok anatara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Sukuk juga harus distruktur secara Islam agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar, dan maysir.

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, bahwa “Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”.

Karakteristik, Tujuan dan Keunggulan obligasi Syariah ( Sukuk), sebagai berikut :

1. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (beneficial title).

2. Pendapatan berupa imbalan (kupon)margin, dan bagi hasil yang sesuai dengan jenis akad yang digunakan.

3. Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir.

4. Penerbitannya melalui special purpose vehicle (SPV). 5. Memerlukan underlying asset.

6. penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah. Tujuan menerbitkan sukuk antara lain:

1. Memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara. 2. Mendorong pengembangan pasar keuangan syariah. 3. Menciptakan benchmark di pasar keuangan Syariah. 4. Mengembangkan alternatif instrumen investasi. 5. Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara.

6. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem perbankan konvensional.

Keunggulan sukuk dapat diidentifikasi antara lain :

1. Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lain. 2. Pembayaran imbalan dan nilai nominal sampai dengan sukuk

jatuh tempo dijamin oleh pemerintah. 3. Dapat diperjual belikan di pasar sekunder.

4. Memungkinkan diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin (capital margin).

5. Aman dan terbebas dari riba (usury), gharar (uncertainty, dan maysir (gambling).

6. Berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariah. Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional

Tabel 2. 1

Perbedaan Obligasi Syariah dan Konvensional

Karakteristik Obligasi Syariah Obligasi

Konvensional

Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi Sifat Instrumen Sertifikat

kepemilikan/penyertaan atas suatu aset

Instrumen pengakuan utang

Penghasilan Imbalan ,bagi hasil, margin

Bunga/kupon, capital gain

Jangka waktu Pendek menengah Menengah panjang Underlying asset Perlu Tidak perlu

Pihak terkait Obligor, SPV, investor, trustee

Obligor/issuer, investor Price Market price Market price

Investor Islam , konvensional Islam, Konvensional Lanjutan Tabel 2.1

Tujuan Diterbitkan hanya untuk tujuan halal secara Islami

Dapat diterbitkan untuk beberapa tujuan

Pembayaran pokok Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi Penggunaan hasil

penerbitan

Harus sesuai syariah Bebas Syariah

endorsement

Perlu Tidak perlu Sumber : Sunarsih 2008

Jenis-jenis obligasi syariah

Berbagai jenis struktur Obligasi syariah yang dikenal secara Internasional dan telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) antara lain :

1. Obligasi Syariah Ijarah

Obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Ijarah di mana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Obligasi Syariah Ijarah dibedakan menjadi Ijarah Al Muntahiya Bittamliek (Sale and Lease Back) dan Ijarah Headlease and sublease.

2. Obligasi Syariah Mudarabah

Obligasi syariah yang diterbitkan sesuai perjanjian atau akad mudarabah di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan yang didapatkan dari kerjasama tersebut kemudian dibagi sesuai dengan perbandingan yang telah disepakati sebelumnya. Kemudian Dilanjutkan

pihak penyedia modal bertanggung jawab penuh atas kerugian yang timbul dari kegiatan usaha tersebut.

3. Obligasi Syariah Musyarakah

Obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yag telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masig pihak.

4. Obligasi Syariah Istisna’

Obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istisna’di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

Adapun pihak yang terkait dengan penerbitan Obligasi syariah : 1. Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas

pembayaran imbalan dan nilai nominal obligasi syariah yang diterbitkan sampai dengan obligasi syariah jatuh tempo. Dalam hal sovereign obligasi syariah, obligornya adalah pemerintah.

2. Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan obligasi syariah dengan fungsi :

i. Sebagai penerbit obligasi syariah,

ii. Menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi aset, dan iii. Bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili

kepentingan investor.

3. Investor, adalah pemegang obligasi syariah yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan nilai nominal obligasi syariah sesuai partisipasi masing-masing.

Penerbitan obligasi syariah

Ada beberapa syarat untuk dapat menerbitkan Obligasi Syariah antara lain :

1. Aktivitas utama (core business) yang hala, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa kagiatan usaha yang bertentangan dengan islam di antaranya adalah :

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional

c. Usaha yang memproduksi dan mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram, dan

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

2. Peringkat investment grade:

b. Memiliki fundamental keuangan yang kuat, dan c. Memiliki citra yang baik di mata publik.

3. Keuntungan tambahan jika masuk ke dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII).

2. Nilai Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk)

Dalam penerbitan obligasi pihak emiten akan dengan jelas menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan jumlah emisi obligasi. Apabila perusahaan membutuhkan dana Rp 400 Miliar maka dengan jumlah sama akan diterbitkan obligasi senilai dana tersebut. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi berdasarkan kemampuan aliran kas perusahaan serta kinerja bisnisnya.

Nilai penerbitan obligasi syariah diukur berdasarkan jumlah emisi obligasi syariah, jumlah penerbitan obligasi syariah diukur dengan beberapa kali perusahaan menerbitkan obligasi syariah.

Kaitannya dengan perdagangan obligasi, maka dikenal dengan istilah-istilah berikut :

a. Face value atau nilai pari, menunjukan besarnya nilai obligasi yang dikeluarkan.

b. Jatuh tempo, merupakan tanggal ditetapkannya emiten obligasi harus membayar kembali uang yang telah dikeluarkan investor pada saat membeli obligasi. Jumlah uang yang harus dibayar sama besarnya dengan nilai pari obligasi. Tanggal jatuh tempo tersebut tercantum dalam sertifikasi obligasi.

c. Bunga atau kupon, merupakan pendapatan (yield) yang diperoleh pemegang obligasi, yang mana periode waktu pembayarannya dapat berbeda-beda misalnya ada yang membayar sekali dalam tiga bulan, enam bulan atau sekali dalam setahun.

3. Rating Penerbitan Obligasi syariah (Sukuk)

Rating adalah suatu opini yang objektif untuk menilai kemampuan dan kemauan suatu emiten dalam memenuhi kewajiban finansialnya secara tepat waktu. Rating bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual atau menahan suatu obligasi. Rating memberikan indikasi mengenai kemungkinan investor memperoleh kembali investasinya sesuai dengan yang dijanjikan., namun tidak memberikan prediksi yang spesifik atas probabilitas terjadi default. (Ahmad Ifham s,2010:692).

Rating adalah suatu nilai yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara lain sehingga dapat dibedakan siapa yang mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang kurang. Rating dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat dan biasanya untuk menjadi perusahaan pemeringkat harus mendapat izin resmi dari pemerintah (Pefindo).

Perubahan rating terutama rating pada suatu negara dapat menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi arah investasi, baik dalam investasi, reksadana, saham maupun obligasi. Maka

investor perlu mengetahui hal tersebut. Pada investasi, rating menjadi salah satu faktor yang sangat penting sebab dapat menjadi penentu suatu perusahaan atau negara bisa mendapatkan pendanaan dari penerbitan obligasi atau tidak, dan berapa besar imbalan hasil atau kupon yang dibayarkan agar diterima investor.

Perusahaan pada dasarnya berusaha dalam mempertahankan peringkat sukuk yang dimilikinya, sebab menjadikan perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang bisa didapatkan seperti kemampuan dalam menerbitkan commercial paper. Dengan memperoleh Keuntungan tersebut dapat mendorong perusahaan dalam mempertahankan peringkat obligasinya dengan cara mengurangi penggunaan hutang lebih sedikit, sehingga bisa mencegah turunnya peringkat obligasi dan mendorong peringkat sukuk tersebut (Kang & Shivdasani, 1995).

Rating dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat, untuk menjadi perusahaan pemeringkat harus mendapat izin resmi dari pemerintah. Di Indonesia perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader pada pemberian rating yaitu PT Pefindo (Pemeringkat efek Indonesia). Selain itu, terdapat juga perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama yaitu Fitch Ratings Indonesia dan ICRA (Indonesia Credit Rating Agency). Umumnya perusahaan yang mendapatkan izin dari pemerintah Indonesia hanya memeringkat perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Sedangkan rating terhadap kemampuan membayar utang suatu

negara dilakukan oleh perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional.

Dahulu perusahaan pemeringkat ini didominasi oleh 3 pemain besar seperti Standard & Poor Moody’s Investor Service, dan Fitch Ratings. Tetapi seiring berkembangnya waktu, juga semakin bermunculan perusahaan pemeringkat yang ratingnya juga diakui selain 3 pemain besar tersebut di atas. Terdapat 2 Perusahaan pemeringkat lainnya adalah JCRA (Japan Credit rating agency) dan Rating & Information Service Inc. Suatu rating terdiri dari 2 bagian yaitu rating dan outlook. Rating ialah kemampuan membayar utang sementara outlook ialah pandangan dari perusahaan pemeringkat yang apakah rating akan naik, turun atau akan tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating sendiri terdiri dari 2 yaitu 3 huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang tertinggi hingga paling rendah yang secara umum sebagai berikut :

1. Investment Grade • AAA atau Aaa

• AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2 dan Aa3 • A+, A, dan A- atau A1, A2 dan A3

• BBB+, BBB dan BBB- atau Baa1, Baa2 dan Baa3

2. Non Investment Grade (Junk Bond) dengan rating di bawah BBB atau Baa

• BB+, BB dan BB- atau Ba1, Ba2 dan Ba3 • B+, B dan B- atau B1, B2 dan B3

• CCC+, CCC dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3 • CC+, CC dan CC- atau Ca1, Ca2 dan Ca3

• C+, C dan C- atau C1, C2 dan C3 • Default

Invesment grade adalah kategori tentang suatu perusahaan atau negara yang dikatakan mampu dalam melunasi utangnya. Oleh karena itu, bagi investor yang mencari investasi yang aman, umumnya mereka memilih rating investment grade.Non investment grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya. Sehingga, perusahaan atau negara yang masuk dalam kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan. Supaya bisa berhasil, umumnya mereka memberikan kupon atau imbal hasil yang tinggi sehingga juga disebut dengan High Yield Bond. Investor yang memilih jenis obligasi ini biasanya cenderung memiliki sifat spekulatif atau berani menanggung risiko yang lebih tinggi. Karena jika suatu perusahaan telah berkomitmen dalam melunasi kewajibannya,maka imbal hasil yang akan diterima dapat sangat tinggi atau menguntungkan.

Tinggi rendahnya rating atau peringkat pada prinsipnya sangat berpengaruh, sebab jika rating semakin rendah , berarti semakin tinggi risiko gagal bayar yang berarti akan semakin besar imbal hasil (return) yang diharapkan oleh investor. Begitupun sebaliknya, jika rating semakin tinggi , maka semakin rendah risiko

gagal bayar berarti akan semakin kecil imbal hasil (return) yang akan diterima oleh investor.

Tabel 2. 2

Interpretasi Rating Pefindo

AAA Efek utang yang peringkatnya tertinggi dan beresiko paling rendah yang diberikan oleh Pefindo, yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian.

AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat yang paling tinggi (AAA), yang didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, dibandingkan dengan penerbitan obligasi Indonesia lainnya. Dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai dengan perjanjian namun lebih mudah terpengaruh terhadap perubahan yang merugikan daripada obligasi peringkat AAA dan AA.

BBB Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding dengan entitas Indonesia lainnya. Yang sesuai dengan

perjanjian, namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang menggambarkan

kemampuan obligor yang agak lemah dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap ketidakpastian kondisi bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan

B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan relative lemah, walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban financial jangka panjangnya. Tetapi dengan adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tesebut untuk memenuhi kewajiban financialnya.

CCC Efek utang yang tidak mampu membayar kewajiban financialnya serta hanya bergantung pada bisnis yang baik untuk kemudian membayar kewajibannya dan pada kondisi finansial baik tersebut.

Sumber : Pefindo

4. Return Saham

Return saham adalah selisih harga jual saham dengan harga beli saham ditambah dengan dividen. Return saham bisa positif maupun negatif. Jika positif berarti mendapatkan keuntungan atau mendapatkan Capital Gain, sedangkan jika negatif berarti rugi atau mendapatkan Capital Lost. Menurut Shook (2002:519) definisi return

adalah laba investasi, baik melalui dividen ataupun bunga. Sedangkan menurut Halim (2005:4) pengertian return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian kemungkinan investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan.

Menurut Jogiyanto (2003:109) return saham dibedakan menjadi dua : (1) return realisasi merupakan return yang telah terjadi atau terlaksana, (2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Dengan demikian tentang return saham maka dapat dimaknai bahwa return saham merupakan keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham yang telah menginvestasikan dananya, keuntungan yang diperoleh seperti dividen dan keuntungan yang diperoleh dari selisih harga saham periode sebelumnya dan sekarang. Return (tingkat pengembalian) ialah selisih antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham atau tingkat pengembalian menurut Alwi Z. Iskandar (2003), sebagai berikut :

1. Faktor Internal

• Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,laporan keamanan produk, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, dan laporan penjualan.

• Pengumuman badan direksi manajemen seperti perubahan dan pergantian direktur manajemen, dan struktur organisasi.

• Pengumuman investasi, seperti dengan pengembangan riset, penutupan usaha lainnya dan melakukan ekspansi pabrik. • Pengumuman pendanaan, berupa pengumuman yang

berhubungan dengan hutang dan ekuitas.

• Pengumuman ketenagakerjaan, seperti negoisasi baru, pemogokan, kontrak baru dan lainnya.

• Pengumuman pengambilalihan diversifikasi , seperti laporan merger, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisis, investasi ekuitas, laporan divestasi dan lainnya.

• Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal.

2. Faktor Eksternal

• Pengumuman hukum (legal announcement), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

• Pengumuman dari pemerintah, mengenai perubahan suku bunga terhadap berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah,tabungan deposito dan inflasi serta kurs valuta asing.

• Adanya pemberitaan isu luar dan dalam negeri.

• Pengumuman industri sekuritas , seperti laporan pertemuan tahunan, volume atau harga saham perdagangan, insider trading, pembatasan atau penundaan trading.

Dokumen terkait