BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan
untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka
dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori
ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan
informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka
(sebagai contoh, melalui polusi, sponsorship, inisiatif pengamanan , dll)
bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang
konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004) dalam
(Ulum, 2017:35).
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu
manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan
pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan
di lingkungan mereka. Namun demikian, tujuan yang luas dari teori
stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan
nilai dampak aktivitas-aktivitas mereka, dan meinimalkan
kerugian-kerugian bagi stakehoder (Ulum, 2017:35).
Menurut Ulum (2017:37) teori stakeholder menegaskan bahwa
kepentingan mereka harus diperhatikan dan aktivitas perusahaan seharusnya
diarahkan untuk memenuhi ekspetasi mereka. Semakin berkuasa
stakeholder, semakin banyak perusahaan harus beradaptasi.
2. Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009
tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1
berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dan berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakanuntuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Mardiasmo, 2016:3).
Menurut Mardiasmo (2016) pengenaan pajak di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut :
a. Pajak Negara
Pajak negara yang sampai saat ini berlaku adalah :
1) Pajak Penghasilan (PPh)
Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan adalah
Undang-undang No. 7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008. Undang-undang
Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan
pengganti UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944,
UU PBDR 1970. Pajak Penghasilan dibagi beberapa jenis yaitu :
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
b) PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 merupakan pembayaran Pajak Penghasilan
dalam tahun berjalan yang dipungut oleh 1) bendahara
pemerintah, termasuk bendahara pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan
lembaga-lembaga negara lain, berkenaan dengan pembayaran
atas penyerahan barang, 2) badan-badan tertentu, baik badan
pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di
bidang impor, 3) wajib pajak badan tertentu memungut pajak
dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.
c) PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 mengatur pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima dan diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Ttap yang berasal dari modal,
penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang
d) PPh Pasal 24
PPh Pasal 24 mengatur tentang perhitungan besarnya
pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan
yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam
negeri.
e) PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 mengatur tentang perhitugan besarnya
angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
tahun berjalan. Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat
dilakukan dengan 1) Wajib Pajak membayar sendiri (PPh
Pasal 25), 2) melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak
ketiga (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24).
f) PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 mengatur tentang pemotongan atas
penghasilan ysng bersumber di Indonesia yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak luar negeri (baik orang pribadi maupun
badan) selain Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau
memperoleh penghasilan.
2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPN dan PPnBM)
Dasar hukum pengenaan PPN dan PPnBM adalah Undang-undang
Undang-undang No. 42 Tahun 2009. Undang-undang PPN dan
PPnBM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan
merupakan pengganti UU Pajak Penjualan 1951.
3) Bea Materai
Dasar hukum pengenaan bea materai adalah Undang-undang No. 13
Tahun 1985. Undang-undang Bea materai berlaku mulai tanggal 1
Januari 1986 menggantikan peraturan dan Undang-undang Bea
Materai yang lama (Aturan Bea Materai 1921).
4) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
Undang-undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1994. Undang-undang PBB
berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986.
b. Pajak Daerah
Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Pajak Provinsi, terdiri dari :
a) Pajak Kendaraan Bermotor.
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d) Pajak Air Permukaan.
e) Pajak Rokok.
2) Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :
b) Pajak Restoran.
c) Pajak Hiburan.
d) Pajak Reklame.
e) Pajak Penerangan Jalan.
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
g) Pajak Parkir.
h) Pajak Air Tanah.
i) Pajak Sarang Burung Walet.
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
3. Manajemen Pajak
Menurut Suandy (2008:6) manajemen pajak adalah sarana untuk
memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang
dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan. Pohan (2013:13) menyatakan bahwa
manajemen pajak adalah upaya meyeluruh yang dilakukan tax manager
dalam suatu perusahaan atau organisasi agar hal-hal yang berhubungan
dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola
dengan baik, efisien, dan ekonomis, sehingga memberi kontribusi
maksimum bagi perusahaan.
Menurut Suandy (2008:10-12), motivasi dilakukannya manajemen
a. Kebijakan Perpajakan
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai
aspek kebijakan pajak, terdapat faktor-faktor yang mendorong
dilakukannya manajemen pajak yaitu :
1) Jenis Pajak yang akan Dipungut
Dalam sistem perpajakan modern terdapat berbagai jenis
pajak yang harus menjadi pertimbangan utama, baik berupa pajak
langsung maupun pajak tidak langsung dan cukai 1) pajak
penghasilan badan dan orang pribadi, 2) pajak atas keuntungan
modal (capital gain), 3) withholding tax atas gaji, dividen, sewa,
bunga, royalti, dan lain-lain, 4) pajak atas impor, ekspor, dan bea
masuk, 5) pajak atas undian/hadiah, 6) bea materai, 7) capital
transfer taxes/transfer duties, 8) lisensi usaha dan pajak
perdagangan lainnya.
2) Subjek Pajak
Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran
dividen badan usaha kepada pemegang saham perorangan dan
kepada pemegang saham berbentuk badan usaha menyebabkan
timbunya usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar beban
pajak rendah sehingga sumber daya perusahaan bisa dimanfaatkan
untuk tujuan yang lain. Disamping itu, ada pertimbangan untuk
laba yang ditahan (retained earnings) bagi perusahaan yang juga
akan melakukan penundaan pembayaran pajak.
3) Objek Pajak
Adanya perlakukan perpajakan yang berbeda atas objek
pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama, akan menimbulkan
usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya rendah. Obejek
pajak merupakan basis perhitungan (tax bases) besarnya pajak,
maka untuk optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan
merencanakan pajak yang tidak lebih (karena bisa mengurangi
optimalisasi sumber daya) dan tidak kurang (agar tidak harus
membayar sanksi yang berarti pemborosan dana).
4) Tarif Pajak
Adanya penerapan scheduler taxation tarif yang diterapkan
di Indonesia mengakibatkan seorang perencana pajak berusaha
sedapat mungkin agar dikenakan tarif yang paling rendah (low
bracket).
5) Prosedur Pembayaran Pajak
Sistem pembayaran mengharuskan perencanaan pajak untuk
merencanakan pajaknya dengan baik. Saat ini sistem pemungutan
withholding tax di Indonesia makin ditingkatkan penerapannya.
Hal ini disamping mengganggu arus perusahaan juga bisa
pendahuluan tersebut, padahal untuk memperoleh restitusi atas
kelebihan tersebut diperlukan waktu dan biaya.
b. Undang-undang Perpajakan
Dalam pelaksanaan undang-undang perpajakan selalu diikuti oleh
ketentuan-ketentuan lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Dirjen Pajak) karena
tidak ada undang-undang yang mengatur setiap masalah secara
sempurna. Tidak jarang ketentuan-ketentuan tersebut bertentangan
dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan
kepentingan pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin
dicapai.
c. Administrasi Perpajakan
Di Indonesia masih sangat sulit dalam pelaksanaannya karena
wilayahnya yang luas dan jumlah penduduk yang banyak. Hal ini
mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen pajak dengan
baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena
adanya perbedaan pendapat antara aparat fiskus dengan wajib pajak
yang diakibatkan oleh luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan
sistem informasi yang masih belum efektif.
4. Tax Avoidance
Penghindaran pajak adalah upaya penghindaran pajak yang
dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan
cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey area) yang terdapat
dalam undang-undang dan peraturan perpajakn itu sendiri, untuk
memperkecil pajak yang terutang (Pohan, 2013:23). Tax avoidance merujuk
pada rekayasa tax affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan.
Penghindaran pajak adalah suatu tindakan yang benar-benar legal.
Seperti halnya suatu pengadilan yang tidak dapat menghukum seseorang
karena perbuatannya tidak melanggar hukum atau tidak termasuk dalam
kategori pelanggaran atau kejahatan, begitu pula yang mengenai pajak yang
tidak dapat dipajaki apabila tidak ada tindakan transaksi yang dapat
dipajaki. Dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang
dilakukan dan malahan sebaliknya akan diperoleh penghematan pajak
melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga terhindar dari
pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak kena pajak (Zain,
2008:23).
Menurut Ernest R Mortenson dalam Zain (2008:49) menyatakan
penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa
sedemikian rupa untuk meminimkan atau menghilangkan beban pajak
dengan memerhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu, penghindaran pajak tidak merupakan
pelanggaran atas perundag-undangan perpajakan atau secara etik tidak
dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi,
menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara
Penghindaran pajak adalah rekayasa tax affairs yang masih tetap
berada dalam bingkai ketentuan pajak (lawful). Penghindaran pajak dapat
terjadi di dalam bunyi ketentuan atau undang-undang tetapi berlawanan
dengan jiwa undang-undang (Suandy, 2008:7). Komite urusan fiskal dari
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
menyebutkan ada tiga karakter penghindaran pajak yaitu :
a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai peraturan seolah-olah terdapat
didalamya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketidaan faktor
pajak.
b. Skema macam ini sering memanfaatkan loopholes dari undangundang
atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan,
padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat
undang-undang.
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para
konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran
pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin.
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi, atau
bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan
tidak tidak melanggar undang-undang yang ada.
Menurut Dyreng at al., (2010) dalam (Mayangsari, 2015) variabel
ini dihitung melalui CASH ETR (cash effective tax rate) perusahaan yaitu
kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
Semakin besar Cash ETR ini mengindikasikan semakin rendah
tingkat penghindaran pajak perusahaan.
5. Kinerja Perusahaan
Definisi kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari
perusahaan dalam periode waktu tertentu. Tujuan peruahaan yang terdiri
dari: tetap berdiri atau eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit), dan
dapat berkembang (growth), dapat tercapai apabila perusahaan tersebut
mempunyai performa yang baik (Suci, 2006). Kinerja (performa)
perusahaan dapat dilihat dari tigkat penjualan, tingkat keuntungan,
pengembalian modal, tingkat turnover dan pangsa pasar yang diraihnya.
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat
diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai
ukuran yang disepakati. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
kemampuan, usaha, dan kesempatan personel, tim, atau unit organisasi
dalam melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan sasaran strategik yang
telah ditetapkan (Aprizal, 2018:89).
Pengukuran suatu kinerja perusahaan dapat diketahui dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan
memudahkan kita mengetahui dalam hal-hal atau bidang-bidang apa saja πΆππ β πΈππ = Pembayaran pajak
perusahaan sedang mengalami problem- problem serius, bahkan krisis (jika
ada), sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang serius untuk
mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan perusahaan.
Analisis rasio juga membantu kita mengetahui kinerja perusahaan baik
secara keseluruhan maupun mendetail dari waktu ke waktu, termasuk
sumber daya manusianya. Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan
menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif
yang ditunjukkan dalam Neraca atau Laporan Laba Rugi perusahaan
(Kuswadi, 2006:2).
Menurut Sudana (2015:23-27) analisis aporan keuangan penting
dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.
Informasi ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja yang dicapai
manajemen perusahaan di masa yang lalu, dan juga untuk bahan
pertimbangan dalam menyusun rencana perusahaan ke depan. Ada 5 jenis
rasio keuangan, yaitu sebagai berikut :
a. Leverage Ratio
Rasio ini mengukur berapa besar penggunaan utang dalam
pembelanjaan perusahaan. Besar kecilnya leverage ratio dapat diukur
dengan cara :
1) π·πππ‘ πππ‘ππ = πππ‘ππ ππππ‘
πππ‘ππ ππ π ππ‘
Debt rasio ini mengukur prporsi dana yang bersumber dari
utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio ini
pada aktiva semakin besar, yang berarti pula risiko keuangan
perusahaan meningkat dan sebaliknya.
2) πππππ πππ‘ππππ π‘ ππππππ πππ‘ππ = πΈπ΅πΌπ
πΌππ‘πππ ππ‘
Time interest earned ratio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga dengan
menggunakan EBIT (Earning Before Interest and Taxes). Semakin
besar rasio ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar
bunga semakin baik, dan peluang untuk mendapatkan tambahan
pinjaman juga semakin tinggi.
3) πΆππ β πππ£πππππ πππ‘ππ =πΈπ΅πΌπ + π·ππππππππ‘πππ
πΌππ‘ππππ π‘
Rasio ini mengukur kemampuan dengan menggunakan
EBIT ditambah dana dari depresiasi untuk membayar bunga.
Semakin besar rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga semakin tinggi, dengan demikian peluang
untuk mendapatkan pinjaman baru juga semakin besar.
4) πΏπππ π‘πππ ππππ‘ πππ’ππ‘π¦ πππ‘ππ = πΏπππ π‘πππ ππππ‘
πΈππ’ππ‘π¦
Rasio ini mengukur besar kecilnya penggunaan utang jangka
panjang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini mencerminkan risiko keuangan perusahaan semakin
b. Liquidity Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek. Besar kecilnya liquidity ratio
dapat diukur dengan cara :
1) πΆπ’πππππ‘ πππ‘ππ = πΆπ’πππππ‘ ππ π ππ‘
πΆπ’πππππ‘ ππππππππ‘πππ
Current ratio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayayar utang lancar dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki. Semakin besar rasio ini berarti semakin likuid perusahaan.
Namun deikian, rasio ini mempunyai kelemahan karena tidak
semua komponen aktiva lancar memiliki tingkat likuiditas yang
sama.
2) ππ’πππ πππ‘ππ πππ ππππ π‘ππ π‘ πππ‘ππ =πΆπ’πππππ‘ ππ π ππ‘ β πΌππ£πππ‘πππ¦
πΆπ’πππππ‘ ππππ’ππππ‘π¦
Rasio ini seperti current ratio tetapi persediaan tidak
diperhitungkan karena kurang likuid dibandingkan dengan kas,
surat berharga, dan piutang. Oleh karena itu, quick ratio
memberikan ukuran yang lebih akurat dibandingan dengan current
ratio tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek perusahaan.
3) πΆππ β πππ‘ππ =πΆππ β + ππππππ‘ππππ π πππ’πππ‘πππ
πΆπ’πππππ‘ ππππππππ‘πππ
Rasio ini mengukur kemampuan kas dan surat berharga
yang dimiliki perusahaan untuk menutup utang lancar. Rasio ini
paling akurat dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk
memperhitungkan komponen aktiva lancar yang paling likuid.
Semakin tinggi rasio likuiditas semakin baik kondisi keuangan
jangka pendek perusahaan dan sebaliknya.
c. Acitivity Ratio
Rasio ini mengukur efektivitas dan efisiensi peusahaan dalam
mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya activity
ratio dapat diukur dengan cara :
1) πΌππ£πππ‘πππ¦ π‘π’ππππ£ππ = πππππ
πΌππ£πππ‘πππ¦
Inventory turnover ratio mengukur perputaran persediaan
dalam menghasilkan penjualan. Seamkin tiggi rasio ini berarti
semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan untuk menghasilkan penjualan, dan
sebaliknya.
2) π΄π£πππππ πππ¦π ππ πππ£πππ‘πππ¦ = 360
πΌππ£πππ‘πππ¦ π‘π’ππππ£ππ
Rasio ini mengukur berapa hari rata-rata dana terikat dalam
persediaan. Semakin lama dana terikat dalam persediaan,
menunjukkan semakin tidak efisien pengelolaan persediaan, dan
sebaliknya. Satu tahun diasumsikan sama dengan 360 hari.
3) π πππππ£ππππ π‘π’ππππ£ππ = πππππ
π πππππ£ππππ
Receivable turnover mengukur perputaran piutang dalam
semakin efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan oleh
perusahaan dan sebaliknya.
4) π·ππ¦π π ππππ ππ’π π‘ππππππ (OSD) = 360
π πππππ£ππππ π‘π’ππππ£ππ
Days sales outstanding atau average collection period,
mengukur rata-rata waktu yang diperlukan untuk menerima kas dari
penjualan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin tidak
efektif dan tidak efisiennya pengelolaan piutang yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan. Satu tahun diasumsikan sama dengan 360
hari.
5) πΉππ₯ππ ππ π ππ‘π π‘π’ππππ£ππ = πππππ
πππ‘ππ πππ₯ππ ππ π ππ‘π
Fixed assets turnover mengukur efektivitas penggunaan
aktiva tetap dalam meghasilkan penjualan bagi perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan semakin efektif pengelolaan aktiva
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
6) πππ‘ππ ππ π ππ‘π π‘π’ππππ£ππ = πππππ
πππ‘ππ ππ π ππ‘π
Total assest turnover mengukur efektivitas penggunaan
seluruh aktiva dalam enghasilkan penjualan, da semakin besar rasio
ini berarti semakin efektif pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan.
d. Profitability Ratio
Profitability ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang
Terdapat beberapa cara untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas,
yaitu :
1) π ππ‘π’ππ ππ ππ π ππ‘π (π ππ΄) =πΈππππππ πππ‘ππ π‘ππ₯ππ
πππ‘ππ ππ π ππ‘π
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan
menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
laba setelah pajak. Rasio ini pentig bagi pihak manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen dalam
mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti
semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan.
2) π ππ‘π’ππ ππ πΈππ’ππ‘π¦ (π ππΈ) =πΈππππππ πππ‘ππ π‘ππ₯ππ
πππ‘ππ πππ’ππ‘π¦
ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak dengan menggunakan
modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio inipenting bagi
pemegang saham, untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien
penggunaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen
perusahaan.
3) ππππππ‘ ππππππ π ππ‘ππ
Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang
perusahaan semakin efisien daam menjalankan operasinya. Profit
margin ratio dibedakan menjadi :
a) πππ‘ ππππππ‘ ππππππ (πππ) =πΈππππππ πππ‘ππ π‘πππ₯π
πππππ
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan
perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh
bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan
yang ada dalam perusahaan.
b) ππππππ‘πππ ππππππ‘ ππππππ =πΈππππππ ππππππ πππ‘ππππ π‘ πππ π‘ππ₯ππ π ππππ
Rasio ini mengukur kemampuan untuk
menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan
penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini
menggambarkan efisiensi bagian produksi, personalia, serta
pemasaran dalam menghasilkan laba.
c) πΊπππ π ππππππ‘ ππππππ (πππ) =πΊπππ π ππππππ‘
πππππ
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan
perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai
bagian produksi.
4) π΅ππ ππ πππππππ πππ€ππ =πΈππππππ ππππππ πππ‘ππππ π‘ πππ π‘ππ₯ππ
πππ‘ππ ππ π ππ‘π
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan seluruh aktiva yang
dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan
pajak.
e. Market Value Ratio
Rasio ini terikat dengan penilaian kinerja saham perusahaan yang telah
diperdagangkan di pasar modal (go public). Terdapat beberapa macam
rasio yang berhubungan dengan penilaian saham perusahaan yang telah
go pblic, yaitu :
1) πππππ πππππππ πππ‘ππ =ππππππ‘ πππππ πππ π βπππ
πΈππππππ πππ π βπππ
Rasio ini mengukur tentang bagaimana investor menilai
proyek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan
tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor
untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan
yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan
datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor
bersedia membayar dengan harga yang mahal.
2) π·ππ£πππππ π¦ππππ = π·ππ£πππππ πππ π βπππ
ππππππ‘ πππππ πππ π βπππ
Rasio ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan
berupa dividen yang mampu dihasilkan dari investasi pada saham.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar dividen yang mampu
3) π·ππ£πππππ πππ¦ππ’π‘ πππ‘ππ = π·ππ£πππππ
πΈππππππ πππ‘ππ π‘ππ₯ππ ππ‘ππ’ π·ππ£πππππ πππ π βπππ πΈππππππ πππ π βπππ
Rasio ini mengukur berapa besar bagian laba bersih seteah
pajak yang dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham.
Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba yang
ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan.
4) ππππππ‘ π‘π ππππ πππ‘ππ (π/π΅) =ππππππ‘ πππππ πππ π βπππ
π΅πππ π£πππ’π πππ π βπππ
Rasio ini mengukur penilaian pasar keuangan terhadap
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai going concern. Nilai
buku saham mencerminkan nilai historis dari aktiva perusahaan.
Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien
dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku
asetnya.
6. Struktur Hutang
Struktur hutang atau leverage merupakan suatu alat penting dalam
pengukuran efektivitas penggunaan utang perusahaan. Konsep leverage ini
penting bagi investor dalam membuat pertimbangan penilaian saham karena
para investor umumnya cenderung menghindari risiko (Prasetyorini, 2013)
dalam (Hery, 2017:12). Risiko yang timbul dalam penggunaan financial
leverage disebut dengan financial risk, yaitu risiko tambahan yang
dibebankan kepada pemegang saham sebagai hasil penggunaan utang oleh
perusahaan,. Semakin besar rasio leverage menunjukkan porsi penggunaan
utang dalam membiayai investasi pada aset semakin besar, yang berarti pula
Leverage keuangan (financial leverage) merupakan pembiayaan
sebagian aktiva perusahaan dengan menggunakan dana pinjaman (hutang)
dan bukannya dibiayai oleh modal saham. Jika ekuitas pemegang saham
meningkat dalam kaitannya dengan total kewajiban, maka batas pengaman
bagi kreditor juga meningkat. Dengan demikian, dari sudut pandang