• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAAN

2.2. Landasan

2.2.1. Teori Keagensian (Agency Theory)

Konsep agensi ini menjelaskan bahwa pemegang saham menyewa orang luar (agen) untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan menerima delegasi dari pemegang saham itu untuk melaksanakan otoritasnya. Dalam manajemen keuangan hubungan keagensian yang utama adalah hubungan antara:

a. Pemegang saham dan manajer b. Pemegang saham dan kreditor

Pemegang saham mempunyai kepentingan yaitu harga saham tinggi sementara manajer mempunyai kepentingan yaitu pertumbuhan yang cepat dan tinggi. Tujuan pertumbuhan ini dapat dicapai dengan mengalahkan kepentingan pemegang saham. Sebaliknya apabila memaksimalkan harga saham akan mengorbankan pertumbuhan tersebut. Disamping konflik agency, persoalan moral hazard yaitu agen-agen mengambil tindakan tanpa melihat kepentingan pemegang saham. Dalam meredam konflik dan persoalan ini pemegang saham membuat biaya agensi, yaitu semua biaya-biaya yang dibuat oleh pemegang saham untuk mendorong manajer memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

Brigham dan Gepnski (1993): “There are three major categories of agency cost: (1) Ecpenditures to monitor managerial action, such as audit costs, (2) Expenditures to structure the organization in a way that will limit undersible managerial behavior; such as appointing outside outside investors to the board of directors, and (3) Opportunity cost whixh are incurred when shareholder-imposed restrictions, such as requirments for stockhloder votes on certain issues, limit the ability of managers to take actions that contribute to shareholder wealth”.

Biaya-biaya agensi itu adalah biaya monitor seperti biaya audit, biaya dewan direksi, biaya peluang. Biaya agensi bisa tidak ada sama sekali tidak ada usaha-usaha pemegang saham untuk memonitor tindakan yang diambil oleh manajer. Bahkan biaya ini bisa sangat tinggi bila pemegang saham berusaha menyesuaikan keinginan mereka dengan keinginan manajer. Penyelesaian yang optimal dari kedua ekstrim ini

terletak diantaranya, dimana pembayaran manajer dikaitkan dengan kinerjanya tetapi pemantauan tetap terus dijalankan. Dalam pemantauan ini diperlukan dorongan bagi manajer yaitu:

1. Rencana insentif berbais kinerja.

2. Intervensi langsung oleh pemegang saham 3. Ancaman pemecatan

4. Ancaman pengambilalihan

Rencana insentif berbasis kinerja ini dapat melaksanakan dua tujuan sekaligus dalam menawarkan kepada manajer suatu intensif yaitu pengambilan tindakan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dan dapat menarik dan mempertahankan manajer-manajer yang berkewenangan dan mempunyai motivasi kuat. Intervensi langsung oleh pemegang saham dimaksudkan adalah investor kelembagaan yang memiliki saham suatu perusahaan lebih 50%. Investor kelembagaan ini seperti perusahaan asuransi, dana-dana pensiun dan reksadana dapat mempengaruhi manajer perusahaan dengan cara melakukan pendekatan kepada pemegang saham dan mensponsori suatu usulan pada pertemuan tahunan pemegang saham.

Ancaman pemecatan bisa saja terjadi apabila hal itu dikehendaki oleh pemegang saham. Ancaman pengambilalihan secara paksa saling mungkin terjadi bilamana saham perusahaan dinilai terlalu rendah dibandingkan dengan potensinya karena manajemen yang buruk. Dalam pengambialihan secara paksa ini manajer dari perusahaan yang diakusisi umumnya dipecat, dan yang mampu bertahan kehilangan

kekuasaan yang sebelumnya mereka miliki. Potensi konflik yang kedua terjadi antara pemegang saham dengan kreditor. Kreditor mengharapkan pembayaran pokok dan bunga pinjaman tetap terjamin pembayarannya.

Pemegang saham melalui agen (manajer) melakukan ekspansi usaha dengan pembiayaan utang. Penambahan utang akan menyebabkan utang yang lama yang diberikan oleh kreditor yang pertama mendapat perhatian yang kurang dibandingkan dengan kreditor baru artinya nilai utang yang lama menurun karena meningkatnya jumlah kreditor yang mempunyai tuntutan terhadap aliran khas perusahaan asset. Oleh karena itu dapat menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dengan kreditor. Konflik ini bisa terjadi karena pemilik perusahaan sering mengambil keuntungan dari kreditor yaitu dengan meningkatkan jumlah utangnya dengan mengharapkan suatu return yang tinggi. Akibatnya apabila perusahaan mengalami kerugian yang menderita kerugian adalah kreditor dan apabila perusahaan mendapatkan laba yang menerima keuntungan adalah pemilik perusahaan. Sebagaimana dijelaskan konflik kreditor dengan pemilik perusahaan.

Dari konsep ini dapat dijelaskan konflik antara kreditor dengan pemegang saham bahwa jika terjadi dimana utang perusahaan lebih besar dari nilai saham perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan. Sementara jika utang perusahaan lebih kecil dari nilai saham maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar utang itu sendiri. Dari sini terjadi konflik antara kepentingan pemegang saham dengan kreditor. Oleh karena adanya konflik kepentingan tersebut,

maka kreditor mengenakan perjanjian yang ketat dalam penyaluran kreditnya pada perusahaan pinjaman pada perusahaan didasarkan pada resiko asset yang ada, resiko tambahan asset akan datang. Pembiayaan utang yang ada dan perubahan struktur modal akan datang.

2.2.2. Ketidakseimbangan Informasi (Information Asymmetry)

Ketidakseimbangan informasi terjadi antara pasar di satu pihak dengan keputusan manajemen di lain pihak. Manajemen merupakan orang dalam pada perusahaan yang akan mempunyai lebih banyak informasi tentang masa depan perusahaan. Investor sebagai orang luar mempunyai lebih sedikit informasi tentang masa depan perusahaan. Investor dalam mengatasi kekurangan informasinya akan mengikuti manajer yang mempunyai lebih banyak informasi. Informasi itu ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung. Apabila harga suatu sekuritas ini dinilai terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi itu tidak menguntungkan.

Apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi tidak menguntungkan. Dan apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu tinggi (overvalue) berarti informasi itu menguntungkan. Tetapi kadang- kadang informasi itu dalam suatu situasi tertentu mempunyai pengaruh yang terlalu kecil bagi keputusan manajer. Informasi yang menguntungkan itu harus secepat mungkin disebarluaskan kepada pihak luar. Pihak luar tidak mengetahui apakah informasi yang diumumkan itu benar atau tidak, tetapi akan tetap menimbulkan rasa kurang percaya atas informasi tersebut. Informasi tersebut dapat dipandang serius oleh investor jika manajer dapat menyampaikan sinyal informasi mengenai masa

depan yang menguntungkan dengan suatu cara yang dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari meningkatnya harta sekuritas tersebut.

2.2.3. Sinyal Keuangan (Financial Signaling)

Asumsi bahwa ada suatu ketidakseimbangan informasi antara manajer dengan investor. Seorang manajer yang mengetahui lebih banyak tentang probabilitas dan resiko perusahaan akan tergantung pada nilai pasar perusahaan. Karena nilai perusahaan akan memberikan kemungkinan orang dalam mendapatkan kesejahteraan dan insentif lebih baik. Oleh karena bila mana sekuritas perusahaan itu dinilai terlalu tinggi (overvalued) manajemen akan menerbitkan sekuritas tersebut. Sementara itu Horne (1995) mengemukakan lebih besar ketidakseimbangan informasi antara manajer dan investor, lebih besar kemungkinan reaksi harga saham terhadap pengumuman keuangan. Cash dividen dianggap sebagai suatu sinyal kepada investor. Pengumuman cash dividen memberitahukan kepada investor berita baik tentang laba yang akan datang.

Penetapan dividen payout ratio yang stabil sepanjang waktu memberikan kepercayaan investor kepada manajemen bahwa apabila terjadi perubahan dividen payout ratio berarti bahwa perubahan itu menunjukkan harapan keuntungan masa depan perusahaan. Sinyal kepada investor setidak-tidaknya akan memberikan kepercayaan bahwa sesuatunya lebih baik. Sebagaimana disarankan oleh Miller dan Kevin dalam Financial Managemen and Policy, Horne, (1995): “Investor menarik kesimpulan tentang aliran kas operasi intern perusahaan dari pengumuman dividen”. Dividen memberikan informasi yang mengandung makna tidak sekedar suatu laporan

akuntansi dan informasi lainnya tetapi lebih kepada suatu pendapat ekonomi sehingga saham bereaksi.

2.2.4. Kebijakan Dividen 2.2.4.1. Pengertian Dividen

Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapan pada berbagai macam pertimbangan, antara lain : perlunya menahan sebagian laba untuk reinvestasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden.

Intervensi Financing (pembelajaan intern) yaitu pembelanjaan yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Pembelanjaan ini bersumber dari laba yang ditahan (retaired earning) dan depresiasi. Laba yang ditahan ditambah dengan depresi disebut dengan cash flow. Pendapatan cash flow ini dapat digunakan oleh manajemen membayar dividen untuk para pemegang saham dan sisanya untuk menambah modal

intern dapat dimasukkan ke perkiraan laba ditahan. Kebijaksanaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan perusahaan itu. Tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain.

Kebijaksaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan perusahaan itu. Tingkat

pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain.

Persentase dari pendapatan yang dibagikan sebagai cash dividen disebut dividen payout ratio. Makin tinggi dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu perusahaan makin kecil dan yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Dengan demikian terdapat dua tujuan yang saling bertentangan. Disatu pihak perusahaan menginginkan pertumbuhan sementara dipihak lain pemegang saham mengharapkan penerimaan dividen. Oleh karena itu perusahaan harus mencari keseimbangan antara dividen sekarang dan pertumbuhan yang akan datang yang dapat memaksimumkan harga saham.

2.2.4.2. Jenis Kebijakan Dividen

Menurut Shim dan Siegel (1987), ada berbagai macam kebijakan dividen yaitu:

1. Kebijakan dividen yang stabil

Suatu kebijakan dimana jumlah dividen yang dibayarkan tetap jumlahnya dalam jangka waktu tertentu walaupun pendapatan turun naik.

2. Kebijakan dividen yang konstan

Jumlah dividen yang dibayarkan dengan suatu persentase yang konstan dari pendapatan.

3. Kebijakan kompromi

Suatu kebijakan dimana besarnya dividen yang dibayar jumlahnya rendah tetapi apabila pendapatan naik plus ectra dividen.

4. Kebijakan dividen residual

Suatu kebijakan dividen dimana jumlah dividen yang dibayarkan tergantung peluang investasi.

2.2.4.3. Signaling Effect

Kenaikan pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham. Penurunan pembayaran harga saham. Kebanyakan investor lebih suka dividen dari pada capital gain. Miller dan Modeglini memperhatikan bahwa perusahaan yang mapan enggan mengurangi dividen. Oleh karena itu tidak menaikkan dividen kecuali mereka mengantisipasi pendapatan dimasa yang akan datang sama atau lebih tinggi. Pengaruh pensinyalan (signaling effects) harus dipertimbangkan bilamana suatu perusahaan sedang mempertimbangkan suatu perubahan kebijakan dividend dan sebagai suatu akibat dari perubahan kondisi ekonomi.

2.2.4.4. Clientele Effect

Kelompok-kelompok yang berbeda (clienteles) dari pemegang saham memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam kebijakan dividen. Ada kelompok investor yang menginginkan pendapatan atas investasinya sekarang dan ada juga investor yang tidak menginginkan pendapatan atas investasinya. Kelompok yang menginginkan pendapatan saat ini seperti dana pensiunan, sumbangan universitas dan investor marginal mengharapkan pendekatan pendistribusian itu dibayar dengan dividen yang tinggi. Sementara kelompok yang tidak menginginkan pendapatan sekarang mengharapkan pembayaran dividen yang rendah karena mereka lebih mementingkan pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

Kelompok-kelompok ini dapat mengubah investasi mereka kepada perusahaan-perusahaan yang mereka inginkan dan perusahaan dapat mengubah kebijakan dividen mereka dari satu kebijakan kepada kebijakan yang lain dan membiarkan pemegang saham menjual sahamnya kepada kebijakan yang mereka sukai. Perubahan kebijakan dividen akan mempengaruhi harga saham. Karena kelompok itu akan merubah kepemilikan dengan menjual saham mereka. Apabila hanya beberapa investor baru yang tertarik pada kebijakan baru ini tentu akan menurunkan harga saham. Sebaliknya apabila kebijakan baru itu dapat menarik kelompok yang lebih besar dari sebelumnya maka ini akan mengakibatkan harga saham naik.

2.2.4.5. Kebijakan Dividend an Biaya Agensi

Penerbitan saham baru memerlukan biaya yang mahal. Dalam meningkatkan modalnya yang berasal dari pembiayaan luar melalui penerbitan saham atau obligasi, keputusan keuangan dan operasi perusahaan diperiksa dengan teliti oleh kelompok di luar perusahaan seperti investment banker, dan analisis. Pembayaran dividen yang lebih tinggi, akan lebih sering perusahaan tentunya menerbitkan saham baru. Keteraturan pembayaran dividen yang berkesinambungan memaksa kebanyakan perusahaan untuk sering menjalani pemeriksaan yang lebih teliti, dan proses penilaian ini mengurangi persoalan agensi. Karena dengan sendirinya biaya pemantauannya yang diadakan berkurang. Pembayaran dividen yang besar akan berarti jika biaya- biaya untuk dividen termasuk biaya emisi saham baru lebih rendah daripada adanya tambahan biaya pemantauan.

2.2.4.6. Dividend Stability

Laba dan cash flow perusahaan bervariai sepanjang waktu, demikian juga peluang investasi. Dengan sendirinya pembayaran dividen bervariasi sepanjang waktu, pembayaran dividen meningkat, bila cash flow besar dan kebutuhan dana rendah, dan pembayaran dividen menurun dimana cash flow rendah dibandingkan dengan peluang investasi. Banyak investor tergantung pada dividen untuk menyesuaikan pengeluaran dan mereka, kondisi ini akan sangat sulit jika arus dividen tidak stabil. Lebih lanjut, mengurangi pembayaran deviden untuk menambah dana yang tersedia untuk investasi dapat mengirim sinyal yang salah bagi pasar, dan dapat menurunkan harga saham. Oleh karena itu, memaksimumkan harga saham

memerlukan suatu usaha untuk menyeimbangkan kebutuhan dana internal dengan kebutuhan dan keinginan pemegangan saham.

Para manajer dan pemegang saham menyadari bahwa mereka saling membutuhkan, dan apabila terjadi penyimpangan seperti; antara hasil yang nyata (return) dengan hasil harapan (espektation), adalah disebabkan karena kondisi ekonomi. Sebagai akibat dari penahanan pendapataan dan inflasi, dewasa ini kebanyakan perusahaan dan pemegang saham mengharapkan pendapatan tumbuh sepanjang waktu. Lagi, dividen secara normal diharapkan tumbuh lebih atau kurang sesuai dengan pendapatan. Oleh karena itu dewasa ini suatu kebijakan dividen yang stabil secara umum berarti meningkatkan dividen pada suatu tingkat yang mantap secara masuk akal.

Kebijakan yang paling stabil dari sudut pandang investor, pertama, adalah bahwa suatu perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dividen yang dapat diramalkan seperti total return perusahaan (dividen yield plus capital gain yield) harus secara relative stabil dalam jangka panjang. Dan saham perusahaan harus terlindung dengan baik terhadap inflasi. Kedua, adalah investor yakin bahwa dividen sekarang tidak akan dipotong. Perusahaan mungkin tidak tumbuh pada tingkat yang mantap, tetapi manajemen akan mungkin mampu dan ingin menghindari pemotongan dividen. Kebijakan dividen yang paling tidak stabil adalah pada perusahaan yang mempunyai cash flow turun naik tetapi pembayaran dividen dalam suatu cara yang lebih tidak menentu. Jika suatu perusahaan menstabilkan dividennya sebanyak mungkin, dengan menentukan cash flow dan kebutuhan modalnya, kondisi ini berarti biaya equity akan

dapat diminimalkan, dan harga saha dimaksimalkan. Kebanyakan perusahaan- perusahaan yang sudah matang mempunyai kebijakan dividen yang menekankan pengumuman dividen yang sesuai dan teratur. Walaupun pendapatan mungkin berfluktuasi dari tahun ketahun, dividen tidak berfluktuasi dari tahun ketahun.

Sejumlah argumentasi diajukan untuk menekankan pentingnya pembayaran dividen yang sesuai:

1. Persepsi Stabilitas

Bila suatu perusahaan mengumumkan dividen yang tetap, investor menerima pengumuman itu sebagai suatu sinyal operasi normal yang berkelanjutan. Pada waktu yang sama, pengumuman dividen yang menurun akan segera diambil perhatian sebagai suatu sinyal kesulitan potensial pada masa yang akan datang. Banyak investor akan segera menjual saham mereka tanpa memeriksa lebih lanjut dan tekanan pengaruh ini akan menyebabkan suatu penurunan harga pasar saham. Pengumuman dividen yang stabil menghindari reaksi ini dapat sebagian investor.

2. Preferensi Investor

Pemegang saham perorangan atau dari perusahaan yang matang (memiliki keahlian) umumnya lebih suka menerima dividen yang stabil. Mereka mengharapkan menerima sejumlah cash tiap kuartal yang kira-kira sama. Jika perusahaan gagal mengumumkan suatu dividen, investor akan mencari dan mengivestasikan dalam perusahaan yang memberi suatu pembayaran kas yang stabil tiap kuartal.

Keputusan Dividen yang Rutin

Dengan membangun suatu kebijakan dividen yang stabil, dewan direksi menghindari suatu diskusi kuartalan terlalu panjang pada tingkat dividen. Kebijakan ini akan menghindari pemborosan waktu dewan dan memungkinkan staf perusahaan berkonsentrasi pada masalah yang lain yang lebih penting di hadapi perusahaan.

3. Fleksibilitas Ekstra Dividen

Dengan kebijakan dividen yang baik dan sesuai, perusahaan dapat secara fleksibel menangani suatu periode perdapatan tinggi yang sifatnya sementara, yang dikeluarkan dengan mengumumkan suatu dividen ekstra untuk kuartal tersebut. Hal ini membuat suatu distribusi pendapatan yang lebih besar tanpa memperbesar harapan investor.

2.2.4.7. Praktek Kebijakan Dividen

Dalam pembelian saham biasa investor menerima sebagai pendapatannya dalam bentuk capital gain (laba aktiva) dan dividen. Capital gain adalah laba yang diperoleh dari penjualan sekuritas. Dividen adalah pendistribusian dari pendapatan perusahaan. Karena kebijakan dividen mempengaruhi keduanya yaitu pembiayaan jangka panjang dan pendistribusian pendapatan kepada pemegang saham, perusahaan mungkin menerima dua titik pandang keputusan pembayaran dividen. Pertama, sebagai suatu keputusan pembiayaan jangka panjang, perusahaan akan menahan semua pendapatan sesudah pajak yang dipadang sebagai suatu sumber pembiayaan

jangka panjang. Pengumuman cash dividen mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membiayai pertumbuhan baik menghambat pertumbuhan juga memaksa perusahaan mencari sumber pembiayaan yang lain.

Perusahaan mungkin menahan pendapatan jika terdapat suatu proyek yang membutuhkan investasi yang dapat menghasilkan laba yang cukup dan adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi struktur modalnya yang berasald ari sumber modal sendiri. Kedua sebagai suatu keputusan memaksimumkan kesejahteraan, perusahaan mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh yang kuat pada harga pasar saham. Dividen yang lebih tinggi meningkatkan nilai saham kepada banyak investor. Dengan cara yang sama dividen yang rendah menurunkan nilai saham secara sadar. Perusahaan dalam memaksimumkan kesejahteraan, dengan cara mengumumkan dividen yang cukup untuk memuaskan harapan investor dan pemegang saham.

Ada tiga faktor utama yang dapat dijelaskan bahwa seorang investor lebih menyujai dividen daripada capital gain.

1. Pengurangan ketidakpastian 2. Menunjukkan kekuatan

3. Kebutuhan pendapatan sekarang

Dividen sekarang menunjukkan suatu present value cash inflow bagi investor sehingga investor tidak akan rugi jika perusahaan rugi atau mengalami kesulitan.

Pembayaran dividen menunjukkan likuiditas karena diperlukan dana tunai (cash) karena cash itu diambil dari operasinya perusahaan. Berarti pembayaran dividen membawa informai bahwa perusahaan itu cukup memiliki likuiditas yang kuat dan sehat. Karena banyak investor memerlukan pendapatan untuk memenuhi biaya hidupnya. Oleh karena itu investor menolak menjual sahamnya untuk memperoleh cash. Dengan pembayaran dividen memberikan pendapatan bagi investor tanpa mempengaruhi modalnya.

2.2.4.8. Residual Dividend Model

Dalam konsep ini ditentukan besarnya dividen payout ratio yang tepat bagai suatu perusahaan. Optimal payout ratio adalah fungsi dari faktor kesukaan investor pada dividen versus capital gain, peluang investasi perusahaan, target struktur modal perusahaan, dan ketersediaan dan biaya model ekstern. Dengan berdasarkan pada faktor diatas maka keempat langkah berikut ini harus diikuti oleh perusahaan:

1. Tentukan anggaran modal optimal

2. Tentukan jumlah modal sendiri yang dibutuhkan untuk permodalan anggaran tersebut.

3. Menggunakan laba ditahan untuk penyediaan modal sendiri sampai batas sejauh mungkin.

4. Membayarkan dividen hanya dalam hal pendapat adalah lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal.

Dalam menentukan rasio pembayaran dividen yang optimal diasumsikan pembiayaan dilakukan dari utang dan laba ditahan yang optimal. Perusahaan ingin

mengembangkan usahanya dimana modal investasi melebihi laba ditahan yang ada pada perusahaan itu, maka perusahaan akan meminjam utang baru dengan jaminan laba ditahan tersebut dengan biaya modal marjinal tertentu dan sampai pada suatu batas tertentu biaya modal marjinal itu akan konstan. Di luar dari batas tertentu tersebut mungkin perusahaan memerlukan modal lebih besar untuk memanfaatkan peluang yang menguntungkan akan menambah modal dengan menerbitkan saham

Dokumen terkait