S E K
O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
A
ANALISIS PENGARUH DIVIDEN YIELD, VOLUME
PERDAGANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN HARGA
SAHAM TERHADAP BID-ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
AFRIANTI MONALISA
037019019/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH DIVIDEN YIELD, VOLUME
PERDAGANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN HARGA
SAHAM TERHADAP
BID-ASK SPREAD
PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen Pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
AFRIANTI MONALISA
037019019/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH DIVIDEN YIELD, VOLUME PERDAGANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN HARGA SAHAM TERHADAP BID -ASK SPREAD PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Afrianti Monalisa Nomor Pokok : 037019019
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Muslich Lufthi, MBA) (Amlys S. Silalahi, SE, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah Diuji pada
Tanggal : 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Muslich Lufthi, MBA
Anggota : 1. Amlys S. Silalahi, SE, M.Si
2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS
3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan dan
Harga Saham Terhadap Bid-Ask Spread Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia” adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 18 Agustus 2011
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham baik secara serempak maupun parsial terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi laporan keuangan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang membayar dividen pada periode Januari-Desember 2007 sebanyak 218 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling . Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen yield, volume perdagangan, besar perusahaan dan harga saham secara serempak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial menunjukkan bahwa dividen yield tidak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread. Volume perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid-bid-ask spread, sedangkan besar perusahaan dan harga saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
This research is aimed to test and to analyze partially and simultance cously the effect of dividend yield, trade volume, company size, and stock price to bid-ask spread on public listing company at Bursa Efek Jakarta. The data collection is based on the financial report document from Indonesia Capital Market Directory (ICMD),
the Jakarta Stock Exchange, and downloaded from
this research are all Public Listing Companies at Bursa Efek Indonesia…….pay dividend during January-December 2007 totally 218 companies. The sample is chosen by using simple random sampling. The samples chosen by using simple random sampling. The total sample are 44 companies. The analysis method is multiple inear regression analysis. The research result shows that the yield dividend, trade volume, company size, and stock price simultaneously effect significant to the bid-ask spread on Public Listing Company at Bursa Efek Indonesia during January-December 2007. Partially, dividend yield have no significant effect on the bid-ask spread, trade volume have significant positive effect on the bid-ask spread. while company size and stock price have significant negative effect on the bid-ask spread.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dengan kerendahan
hati penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufthi, MBA, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Amlys S. Silalahi, SE, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
7. Bapak Drs. Rakhmat Syumanjaya, M.Si, selaku dosen pembanding yang telah
banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun
8. Bapak Drs. Syahyunan, Msi selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
9. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, ayahanda Dr. H. Ribu Surbakti,
MSc dan ibunda Hj. Nurhayati Tarigan, BA. Yang telah dengan sabar dan penuh
rasa sayang membesarkan dan selalu mendoakan penulis hanya Allah yang dapat
membalas jasa-jasanya.
10.Buat Kakakku Evi Melwinta Morin Surbakti, M.Kn, Bang Khairi Suhut, SSi,
MSi, adikku Parlindungan Beringin Jaya Surbakti, ST. Terima kasih atas
doa-doanya dan dukungannya.
11.Bapak mertua H. Setiawan Kamdi (Alm), terima kasih Bapak atas bantuannya
selama ini, kami belum bisa membalasnya semoga Bapak ditempatkan Allah
ditempat yang sebaik-baiknya.
12.Buat suamiku tercinta Sugeng Mulyadi, SH, yang telah sabar dengan tulus selalu
memberikan semanat dan dorongan kepada penulis dan selalu setia mendampingi
Tak lupa buat yang tersayang ananda Azzahra Anandita Zesvanskha dan Balqish
Rauddah Mecca Syahifa, serta Afifah Khairani terima kasih sayang karena
kalianlah semangat mama dan bunda datang lagi untuk segera menyelesaikan
tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, 18 Agustus 2011
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
A.Data Pribadi
Nama : Afrianti Monalisa
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 April 1974 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Bunga Ncole Komp. Garden Vista Blok C No. 9 Medan Tuntungan
Pendidikan
- Tamatan Sekolah Dasar Negeri 064023 Medan tahun 1986
- Tamatan Sekolah Menengah Pertama Methodist – 1 Medan tahun 1989
- Tamatan Sekolah Menengah Atas Methodist – 1 Medan tahun 1992
- Tamatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara tahun 1996
- Tamatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung tahun 2002
B.Pengalaman Kerja
- Bekerja di Kantor Pemerintahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sumatera Utara.
DAFTAR ISI Keagensian (Agency Theory) ... 12
2.2.2 ... Ketidakseimbangan Informasi (Information Asymmentry) .. 16
2.2.3 ... Sinyal Keuangan (Financial Signaling) ... 17
2.2.4.6 ... Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 30
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 44
3.7. Model Analisis Data ... 47
3.10.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51
3.10.4. Uji Linieritas ... 52
3.11. Pengujian Hipotesis ... 53
3.11.1. Uji Pengaruh Serempak ... 53
3.11.2. Uji Pengaruh Individual (Parsial) ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1. Hasil Penelitian ... 55
4.1.2. ...
Statistik Deskriptif ... 56
4.1.3. ...
4.1.5.3. Uji Heteroskedastisita ... 62
4.1.5.4. Hasil Analisis Data ... 63
4.2. ... Pengujia n Hipotesis ... 63
4.2.1. ... Uji Pengaruh Serempak... 63
4.2.2. ... Uji 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 11
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46
4.1. Nama Perusahaan Sampel Yang Terpilih ... 55
4.2. Deskriptif statistik perusahaan ... 57
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 74
2. Data Penelitian ... 81
3. Hasil Pengolahan Data ... 83
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham baik secara serempak maupun parsial terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi laporan keuangan dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang membayar dividen pada periode Januari-Desember 2007 sebanyak 218 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling . Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 44 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen yield, volume perdagangan, besar perusahaan dan harga saham secara serempak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial menunjukkan bahwa dividen yield tidak berpengaruh signifikan terhadap bid-ask spread. Volume perdagangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap bid-bid-ask spread, sedangkan besar perusahaan dan harga saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
This research is aimed to test and to analyze partially and simultance cously the effect of dividend yield, trade volume, company size, and stock price to bid-ask spread on public listing company at Bursa Efek Jakarta. The data collection is based on the financial report document from Indonesia Capital Market Directory (ICMD),
the Jakarta Stock Exchange, and downloaded from
this research are all Public Listing Companies at Bursa Efek Indonesia…….pay dividend during January-December 2007 totally 218 companies. The sample is chosen by using simple random sampling. The samples chosen by using simple random sampling. The total sample are 44 companies. The analysis method is multiple inear regression analysis. The research result shows that the yield dividend, trade volume, company size, and stock price simultaneously effect significant to the bid-ask spread on Public Listing Company at Bursa Efek Indonesia during January-December 2007. Partially, dividend yield have no significant effect on the bid-ask spread, trade volume have significant positive effect on the bid-ask spread. while company size and stock price have significant negative effect on the bid-ask spread.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya investasi keuangan dibagi atas dua bagian yaitu pasar modal
(capital market) dan pasar uang (money market). Pembagian ini didasarkan atas
instrumen keuangan atau surat berharga yang diperjualbelikan. Seorang investor yang
rasional akan melakukan analisa sebelum membuat keputusan untuk
menginvestasikan dananya di pasar modal. Investor tersebut harus percaya bahwa
informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, dan sistem perdagangan
dibursa dapat dipercaya serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi dari
perdagangan tersebut. Ada jenis informasi yang merupakan sinyal penting bagi
investor untuk menilai prospek perusahaan yang bersangkutan. Informasi ini amat
berguna bagi investor atau calon investor dalam melakukan penelitian perusahaan
sebab pada umumnya manajemen tidak akan mengambil resiko dengan membayar
dividen yang tinggi pada suatu waktu tertentu.
Seorang investor yang rasional melakukan analisa sebelum membuat keputusan
untuk menginvestasikan dananya di pasar modal (dengan membeli sekuritas
diperdagangan dibursa). Investor tersebut harus percaya bahwa informasi yang
diterimanya adalah informasi yang benar, sistem perdagangan dibursa dapat
Ada jenis informasi yang merupakan sinyal penting bagi investor untuk menilai
prospek perusahaan yang bersangkutan yaitu laba per lembar dan dividen tunai (Cash
Dividen). Informasi ini amat berguna bagi investor atau calon investor dalam
melakukan penelitian perusahaan sebab pada umumnya manajemen tidak akan
mengambil resiko dengan membayar dividen yang tinggi pada suatu waktu tertentu.
Bila menurut estimasi mereka perusahaan tidak mampu mempertahankannya di masa
yang akan datang. Dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi dividen bisa menjadi
proxy yang baik terhadap trend pendapatan.
Dengan membeli saham sebuah perusahaan, investor secara otomatis ikut
serta dalam perusahaan tersebut dan ia mempunyai hak untuk mendapat bagian
keuntungan yang dikenal sebagai dividen. Pembagian dividen perusahaan terhadap
pemegang saham mempengaruhi harga saham di bursa efek. Hal ini disebabkan
pembagian deviden perusahaan kepada pemegang saham menyebabkan posisi
keuangan kas suatu perusahaan semakin berkurang. Dengan demikian bagi pemodal
(investor) dalam mengambil keputusan membeli atau menjual saham, tentu saja
kemungkinan perolehan pendapat harus dipertimbangkan pula dengan besarnya
beban resiko yang harus dipikul. Sebab sebagaimana diketahui, investasi saham
merupakan alternatif investasi yang memiliki risiko tertinggi. Dalam keadaan seperti
ini laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat
yang berkepentingan dengan emiten-emiten untuk mendukung pengambilan
keputusan.
Para investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan
dinamika harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan
yang layak untuk dipilih. Biasanya investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang
akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Hampir semua investasi
mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Kelaziman yang sering dijumpai
adalah semakin besar keuntungan yang diharapkan maka semakin besar pula peluang
resiko yang terjadi. Pembayaran deviden merupakan informasi yang dapat
memberikan suatu sinyal positif kepada pelaku pasar. Semakin besar dividen yang
diberikan oleh perusahaan atau emiten, maka saham perusahaan tersebut sangat
diminati para investor atau calon investor. Hal ini berarti akan mendorong
permintaan terhadap saham perusahaan, yang pada akhirnya akan melambungkan
harga saham perusahaan.
Emiten adalah perusahaan yang telah menjual sahamnya kepada masyarakat
umum melalui pasar modal. Jika perusahaan emiten mampu menghasilkan
keuntungan yang tinggi dan mampu menyisihkan sebagian dari keuntungannya itu
sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi maka akan menarik investor (masyarakat)
untuk membeli saham perusahaan tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham
dimaksud akan meningkat dan akan menaikkan harga saham perusahaan tersebut di
Bursa sehingga memungkinkan bagi pemegang saham perusahaan tersebut untuk
Bursa Efek. Dengan demikian keuntungan perusahaan merupakan faktor penting bagi
sebuah perusahaan.
Informasi dari pembayaran deviden akan dapat mengurangi
ketidakseimbangan informasi. Ketidakseimbangan informasi tersebut muncul ketika
para manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Information asymmetry (ketidakseimbangan informasi) juga dapat terjadi antara
perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan, hal ini dapat menyebabkan biaya
informasi semakin besar. Ketidakseimbangan informasi ini pada umumnya dapat
terjadi karena adanya transaksi jual beli antara para broker dan investor, dimana
broker mengalami kekurangan informasi dan dilain pihak investor memiliki banyak
informasi. Disamping itu, ketidakseimbangan informasi juga dapat terjadi apabila
saham perusahaan dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai pasarnya. Untuk
meminimalisasi resiko tersebut para investor harus melakukan penilaian saham secara
akurat agar bisa mendapatkan keuntungan. Para investor yang ingin memperoleh
capital gain sangat membutuhkan pengetahuan tentang bisk ask spread, karena hal ini
merupakan salah satu komponen biaya dalam perdagangan saham.
Pembayaran dividen dapat mengurangi biaya informasi artinya dapat
mempersempit spread. Spread yang semakin menyempit akan menjadikan suatu
sekuritas lebih diminati oleh pasar. Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa spread
yang rendah hanya terjadi pada perusahaan yang membayarkan deviden. Sebaliknya,
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah
adanya ketidakseimbangan informasi yang terfokus pada spread. Menurut Howe dan
Lin (1992) yang melakukan penelitian mengenai hubungan positif antara tingkat
ketidakseimbangan informasi dan besarnya spread. Dengan pendekatan teori bid ask
spread, pensinyalan deviden dari teori agensi pembayaran deviden mengirimkan
informasi ke pasar, dengan demikian dapat mengurangi ketidakseimbangan
informasi, sehingga kebijakan deviden akan sangat mempengaruhi bid-ask spread.
Oleh karena itu, kebijakan deviden mungkin mempengaruhi bid-ask spread.
Berdasarkan alasan tersebut, Howe dan Lin menyelidiki masalah empiris bahwa ada
suatu hubungan yang berlawanan antara deviden yield dengan bid-ask spread.
Selanjutnya Stoll (1998) menyatakan bahwa biaya pemilikan berpengaruh
positif terhadap bisk ask spread artinya semakin tinggi biaya pemilikan akan
menyebabkan semakin lebar bid-ask spread saham tersebut. Perdagangan surat
berharga yang aktif yaitu dengan volume perdagangan yang besar menunjukkan
bahwa saham tersebut digemari oleh para investor. Kondisi seperti ini akan
mendorong dealer untuk tidak memiliki saham dalam jangka waktu yang lama
sehingga menurunkan biaya pemilikan saham. Jadi semakin aktif perdagangan suatu
saham maka dengan sendirinya makin rendahnya biaya pemilikan yang akan
berdampak pada semakin kecilnya bid-ask spread.
Selanjutnya Helman (1999) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pembayaran dividen terhadap bid-ask spread pada perusahaan manufaktur yang
diambil sebanyak 52 perusahaan yang terdiri dari 45 perusahaan yang membayar
dividen dan 7 perusahaan yang tidak membayar deviden. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel nilai rata-rata
bid-ask spread, volume kepemilikan asing, besaran perusahaan dan lama listing antara
perusahaan yang membayar deviden dan perusahaan yang tidak membayar deviden.
Hasil penelitian ini juga menemukan hubungan negatif dan signifikan antara deviden
yield dan bid-ask spread.
Penelitian Ambarwati (2003) tentang pengaruh return saham, volume
perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread pada
perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode tahun
2003-2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama return saham,
volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh signifikan terhadap
bid-ask spread saham. Secara parsial return saham dan varian return saham
berpengaruh signifikan dan positif terhadap bid-ask spread saham, sedangkan
volume perdagangan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap bid-ask spread
saham.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang bid-ask spread, peneliti ingin
mengetahui kembali pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran
perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread pada perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode Januari-Desember 2007. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu terletak pada tahun penelitian dan objek penelitian.
sebagai objek penelitian disebabkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan
reaksi pasar modal secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan sebelumnya serta dengan adanya ketidak konsistenan dari hasil penelitian
terdahulu tersebut menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang ”Analisis pengaruh Dividen Yield, Volume Perdagangan, Ukuran Perusahaan
dan Harga Saham Terhadap Bid-Ask Spread pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah dividen yield, volume perdagangan,
ukuran perusahaan dan harga saham berpengaruh terhadap bid-ask spread pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara serempak maupun
parsial?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitihan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga saham
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pihak-pihak yang membutuhkan yaitu :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kepada peneliti tentang pengaruh dividen yield, volume perdagangan, ukuran
perusahaan dan harga saham terhadap bid-ask spread di Bursa Efek Indonesia
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumber informasi
bagi investor yang ingin berinvestasi di Bursa Efek Indonesia.
3. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi
bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama di masa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan dari penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Stoll (1978), melakukan penelitian yang berjudul harga dari jasa dealer sekuritas:
suatu studi empiris dari saham-saham NASDAQ periode Januari sampai Juli 1973
dengan jumlah sampel 2000 saham dan 500 dealer. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa :
a. Proporsional spreads dipengaruhi oleh volume, varians, turnover, harga,
jumlah dealer, perubahan inventori, prooporsi total volume.
b. Jumlah dealer dalam satu saham secara signifikan berhubungan dengan
karakteristik saham
2. Howe dan Lin (1992), yang meneliti tentang kebijakan dividen dan bid-ask
spread: suatu analisis empiris periode sampel tahun 1984 sampai dengan 1990
dengan jumlah sampel untuk perusahaan yang membayar dividen 2421 dan 5002
untuk perusahaan yang tidak membayar dividen. Hasil penelitian ini
a. Deviden yield berkorelasi negatif dengan spread sesudah dimasukkan variabel
b. Lama listing dan besar perusahaan juga ditemui mempunyai hubungan negatif
dengan spread.
3. Aiten dan Frino (1996), melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor penentu
dari bid-ask spread pasar pada Australian Stock Exchange : analisis
corss-sectional, dalam periode Januari sampai September 1992 dengan jumlah sampel
527 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan ada bukti kuat bahwa tingkat
aktifitas perdagangan, tingkat harga saham dan naik turun harga saham adalah
faktor penentu fundamental bid-ask spread.
4. Ambarwati (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh return saham, volume
perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread saham pada
perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ 45 periode tahun 2003 –
2005. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama return
saham, volume perdagangan saham dan varian return saham berpengaruh
signifikan terhadap bid-ask spread saham. Secara parsial return saham dan varian
return saham berpengaruh signifikan dan positif terhadap bid-ask spread saham,
sedangkan volume perdagangan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
bid-ask spread saham.
5. Nany dan Aris (2004) yang meneliti tentang pengujian stabilitas structural
pengaruh harga saham, varian return saham dan volume perdagangan terhadap
bid-ask spread pra dan pasca laporan keuangan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa harga saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra
terhadap bid-ask spread pasca pengumuman laporan keuangan sedangkan volume
perdagangan saham tidak berpengaruh terhadap bid-ask spread pra pengumuman
laporan keuangan akan tetapi berpengaruh positif pada pasca pengumuman
laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu tersebut dapat
dirangkum pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama/Tahun Judul
Jumlah dealer dalam satu saham secara signifikan
NMM, lama
Terdapat bukti yang kuat bahwa tingkat aktivitas perdagangan, tingkat harga saham dan naik turun harga saham adalah
faktor penentu terhadap bid-ask spread saham.
Secara parsial hanya return saham dan varian
return saham berpengaruh signifikan
dan positif terhadap bid-ask spread saham terhadap bid-ask spread saham. bid-ask spread pra pengumuman laporan
saham, varian terhadap bid-ask spread pra pengumuman laporan keuangan akan tetapi berpengaruh positif pada pasca pengumuman laporan keuangan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Keagensian (Agency Theory)
Konsep agensi ini menjelaskan bahwa pemegang saham menyewa orang luar
(agen) untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan menerima delegasi dari
pemegang saham itu untuk melaksanakan otoritasnya. Dalam manajemen keuangan
hubungan keagensian yang utama adalah hubungan antara:
a. Pemegang saham dan manajer
Pemegang saham mempunyai kepentingan yaitu harga saham tinggi
sementara manajer mempunyai kepentingan yaitu pertumbuhan yang cepat dan
tinggi. Tujuan pertumbuhan ini dapat dicapai dengan mengalahkan kepentingan
pemegang saham. Sebaliknya apabila memaksimalkan harga saham akan
mengorbankan pertumbuhan tersebut. Disamping konflik agency, persoalan moral
hazard yaitu agen-agen mengambil tindakan tanpa melihat kepentingan pemegang
saham. Dalam meredam konflik dan persoalan ini pemegang saham membuat biaya
agensi, yaitu semua biaya-biaya yang dibuat oleh pemegang saham untuk mendorong
manajer memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
Brigham dan Gepnski (1993): “There are three major categories of agency
cost: (1) Ecpenditures to monitor managerial action, such as audit costs, (2)
Expenditures to structure the organization in a way that will limit undersible
managerial behavior; such as appointing outside outside investors to the board of
directors, and (3) Opportunity cost whixh are incurred when shareholder-imposed
restrictions, such as requirments for stockhloder votes on certain issues, limit the
ability of managers to take actions that contribute to shareholder wealth”.
Biaya-biaya agensi itu adalah biaya monitor seperti biaya audit, biaya dewan
direksi, biaya peluang. Biaya agensi bisa tidak ada sama sekali tidak ada usaha-usaha
pemegang saham untuk memonitor tindakan yang diambil oleh manajer. Bahkan
biaya ini bisa sangat tinggi bila pemegang saham berusaha menyesuaikan keinginan
terletak diantaranya, dimana pembayaran manajer dikaitkan dengan kinerjanya tetapi
pemantauan tetap terus dijalankan. Dalam pemantauan ini diperlukan dorongan bagi
manajer yaitu:
1. Rencana insentif berbais kinerja.
2. Intervensi langsung oleh pemegang saham
3. Ancaman pemecatan
4. Ancaman pengambilalihan
Rencana insentif berbasis kinerja ini dapat melaksanakan dua tujuan sekaligus
dalam menawarkan kepada manajer suatu intensif yaitu pengambilan tindakan untuk
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dan dapat menarik dan
mempertahankan manajer-manajer yang berkewenangan dan mempunyai motivasi
kuat. Intervensi langsung oleh pemegang saham dimaksudkan adalah investor
kelembagaan yang memiliki saham suatu perusahaan lebih 50%. Investor
kelembagaan ini seperti perusahaan asuransi, dana-dana pensiun dan reksadana dapat
mempengaruhi manajer perusahaan dengan cara melakukan pendekatan kepada
pemegang saham dan mensponsori suatu usulan pada pertemuan tahunan pemegang
saham.
Ancaman pemecatan bisa saja terjadi apabila hal itu dikehendaki oleh
pemegang saham. Ancaman pengambilalihan secara paksa saling mungkin terjadi
bilamana saham perusahaan dinilai terlalu rendah dibandingkan dengan potensinya
karena manajemen yang buruk. Dalam pengambialihan secara paksa ini manajer dari
kekuasaan yang sebelumnya mereka miliki. Potensi konflik yang kedua terjadi antara
pemegang saham dengan kreditor. Kreditor mengharapkan pembayaran pokok dan
bunga pinjaman tetap terjamin pembayarannya.
Pemegang saham melalui agen (manajer) melakukan ekspansi usaha dengan
pembiayaan utang. Penambahan utang akan menyebabkan utang yang lama yang
diberikan oleh kreditor yang pertama mendapat perhatian yang kurang dibandingkan
dengan kreditor baru artinya nilai utang yang lama menurun karena meningkatnya
jumlah kreditor yang mempunyai tuntutan terhadap aliran khas perusahaan asset.
Oleh karena itu dapat menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dengan
kreditor. Konflik ini bisa terjadi karena pemilik perusahaan sering mengambil
keuntungan dari kreditor yaitu dengan meningkatkan jumlah utangnya dengan
mengharapkan suatu return yang tinggi. Akibatnya apabila perusahaan mengalami
kerugian yang menderita kerugian adalah kreditor dan apabila perusahaan
mendapatkan laba yang menerima keuntungan adalah pemilik perusahaan.
Sebagaimana dijelaskan konflik kreditor dengan pemilik perusahaan.
Dari konsep ini dapat dijelaskan konflik antara kreditor dengan pemegang
saham bahwa jika terjadi dimana utang perusahaan lebih besar dari nilai saham
perusahaan maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan
maka besarnya utang perusahaan adalah sebesar nilai saham perusahaan. Sementara
jika utang perusahaan lebih kecil dari nilai saham maka besarnya utang perusahaan
adalah sebesar utang itu sendiri. Dari sini terjadi konflik antara kepentingan
maka kreditor mengenakan perjanjian yang ketat dalam penyaluran kreditnya pada
perusahaan pinjaman pada perusahaan didasarkan pada resiko asset yang ada, resiko
tambahan asset akan datang. Pembiayaan utang yang ada dan perubahan struktur
modal akan datang.
2.2.2. Ketidakseimbangan Informasi (Information Asymmetry)
Ketidakseimbangan informasi terjadi antara pasar di satu pihak dengan
keputusan manajemen di lain pihak. Manajemen merupakan orang dalam pada
perusahaan yang akan mempunyai lebih banyak informasi tentang masa depan
perusahaan. Investor sebagai orang luar mempunyai lebih sedikit informasi tentang
masa depan perusahaan. Investor dalam mengatasi kekurangan informasinya akan
mengikuti manajer yang mempunyai lebih banyak informasi. Informasi itu ada yang
mendukung dan ada yang tidak mendukung. Apabila harga suatu sekuritas ini dinilai
terlalu rendah (undervalue) itu berarti informasi itu tidak menguntungkan.
Apabila harga suatu sekuritas itu dinilai terlalu rendah (undervalue) itu
berarti informasi tidak menguntungkan. Dan apabila harga suatu sekuritas itu dinilai
terlalu tinggi (overvalue) berarti informasi itu menguntungkan. Tetapi
kadang-kadang informasi itu dalam suatu situasi tertentu mempunyai pengaruh yang terlalu
kecil bagi keputusan manajer. Informasi yang menguntungkan itu harus secepat
mungkin disebarluaskan kepada pihak luar. Pihak luar tidak mengetahui apakah
informasi yang diumumkan itu benar atau tidak, tetapi akan tetap menimbulkan rasa
kurang percaya atas informasi tersebut. Informasi tersebut dapat dipandang serius
depan yang menguntungkan dengan suatu cara yang dapat dipercaya. Hal ini
tercermin dari meningkatnya harta sekuritas tersebut.
2.2.3. Sinyal Keuangan (Financial Signaling)
Asumsi bahwa ada suatu ketidakseimbangan informasi antara manajer dengan
investor. Seorang manajer yang mengetahui lebih banyak tentang probabilitas dan
resiko perusahaan akan tergantung pada nilai pasar perusahaan. Karena nilai
perusahaan akan memberikan kemungkinan orang dalam mendapatkan kesejahteraan
dan insentif lebih baik. Oleh karena bila mana sekuritas perusahaan itu dinilai terlalu
tinggi (overvalued) manajemen akan menerbitkan sekuritas tersebut. Sementara itu
Horne (1995) mengemukakan lebih besar ketidakseimbangan informasi antara
manajer dan investor, lebih besar kemungkinan reaksi harga saham terhadap
pengumuman keuangan. Cash dividen dianggap sebagai suatu sinyal kepada investor.
Pengumuman cash dividen memberitahukan kepada investor berita baik tentang laba
yang akan datang.
Penetapan dividen payout ratio yang stabil sepanjang waktu memberikan
kepercayaan investor kepada manajemen bahwa apabila terjadi perubahan dividen
payout ratio berarti bahwa perubahan itu menunjukkan harapan keuntungan masa
depan perusahaan. Sinyal kepada investor setidak-tidaknya akan memberikan
kepercayaan bahwa sesuatunya lebih baik. Sebagaimana disarankan oleh Miller dan
Kevin dalam Financial Managemen and Policy, Horne, (1995): “Investor menarik
kesimpulan tentang aliran kas operasi intern perusahaan dari pengumuman dividen”.
akuntansi dan informasi lainnya tetapi lebih kepada suatu pendapat ekonomi sehingga
saham bereaksi.
2.2.4. Kebijakan Dividen
2.2.4.1. Pengertian Dividen
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam
perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return)
baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih
harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan
pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang
relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan
investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam
menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan
membagikan dividen dihadapan pada berbagai macam pertimbangan, antara lain :
perlunya menahan sebagian laba untuk reinvestasi yang mungkin lebih
menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang
saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor
lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden.
Intervensi Financing (pembelajaan intern) yaitu pembelanjaan yang berasal
dari dalam perusahaan itu sendiri. Pembelanjaan ini bersumber dari laba yang ditahan
(retaired earning) dan depresiasi. Laba yang ditahan ditambah dengan depresi disebut
dengan cash flow. Pendapatan cash flow ini dapat digunakan oleh manajemen
intern dapat dimasukkan ke perkiraan laba ditahan. Kebijaksanaan dividen adalah
berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan antara penggunaan pendapatan
untuk dibayarkan sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba
ditahan disatu pihak merupakan sumber modal yang berasal dari dalam perusahaan.
Berarti merupakan aliran kas masuk bagi perusahaan dan ini tentu akan menambah
modal sendiri perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat
kemampuan perusahaan untuk membiayai peluang investasi dengan kemampuan
sendiri. Peluang investasi yang dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan dimana pertumbuhan ini merupakan salah satu dari tujuan
perusahaan itu. Tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal
yang besar. Kebutuhan modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi
dari pendapatan ini berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan
yaitu apakah investor lebih menyukai dividen atau capital gain.
Kebijaksaan dividen adalah berkaitan dengan penentuan pembagian
pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan sebagai dividen atau
untuk digunakan di dalam perusahaan. Laba ditahan disatu pihak merupakan sumber
modal yang berasal dari dalam perusahaan. Berarti merupakan aliran kas masuk bagi
perusahaan dan ini tentu akan menambah modal sendiri perusahaan. Dengan
bertambahnya modal sendiri berarti semakin kuat kemampuan perusahaan untuk
membiayai peluang investasi dengan kemampuan sendiri. Peluang investasi yang
dapat dimanfaatkan ini akan meningkatkan pertumbuhan perusahaan dimana
pertumbuhan yang tinggi memerlukan tersedianya modal yang besar. Kebutuhan
modal yang besar ini apabila sebagian besar dapat dipenuhi dari pendapatan ini
berarti bahwa pembayaran dividen ini menjadi permasalahan yaitu apakah investor
lebih menyukai dividen atau capital gain.
Persentase dari pendapatan yang dibagikan sebagai cash dividen disebut
dividen payout ratio. Makin tinggi dividen payout ratio yang ditetapkan oleh suatu
perusahaan makin kecil dan yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam
perusahaan. Dengan demikian terdapat dua tujuan yang saling bertentangan. Disatu
pihak perusahaan menginginkan pertumbuhan sementara dipihak lain pemegang
saham mengharapkan penerimaan dividen. Oleh karena itu perusahaan harus mencari
keseimbangan antara dividen sekarang dan pertumbuhan yang akan datang yang
dapat memaksimumkan harga saham.
2.2.4.2. Jenis Kebijakan Dividen
Menurut Shim dan Siegel (1987), ada berbagai macam kebijakan dividen
yaitu:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Suatu kebijakan dimana jumlah dividen yang dibayarkan tetap jumlahnya dalam
jangka waktu tertentu walaupun pendapatan turun naik.
2. Kebijakan dividen yang konstan
Jumlah dividen yang dibayarkan dengan suatu persentase yang konstan dari
3. Kebijakan kompromi
Suatu kebijakan dimana besarnya dividen yang dibayar jumlahnya rendah tetapi
apabila pendapatan naik plus ectra dividen.
4. Kebijakan dividen residual
Suatu kebijakan dividen dimana jumlah dividen yang dibayarkan tergantung
peluang investasi.
2.2.4.3. Signaling Effect
Kenaikan pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham.
Penurunan pembayaran harga saham. Kebanyakan investor lebih suka dividen dari
pada capital gain. Miller dan Modeglini memperhatikan bahwa perusahaan yang
mapan enggan mengurangi dividen. Oleh karena itu tidak menaikkan dividen kecuali
mereka mengantisipasi pendapatan dimasa yang akan datang sama atau lebih tinggi.
Pengaruh pensinyalan (signaling effects) harus dipertimbangkan bilamana suatu
perusahaan sedang mempertimbangkan suatu perubahan kebijakan dividend dan
2.2.4.4. Clientele Effect
Kelompok-kelompok yang berbeda (clienteles) dari pemegang saham
memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam kebijakan dividen. Ada kelompok
investor yang menginginkan pendapatan atas investasinya sekarang dan ada juga
investor yang tidak menginginkan pendapatan atas investasinya. Kelompok yang
menginginkan pendapatan saat ini seperti dana pensiunan, sumbangan universitas dan
investor marginal mengharapkan pendekatan pendistribusian itu dibayar dengan
dividen yang tinggi. Sementara kelompok yang tidak menginginkan pendapatan
sekarang mengharapkan pembayaran dividen yang rendah karena mereka lebih
mementingkan pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Kelompok-kelompok ini dapat mengubah investasi mereka kepada
perusahaan-perusahaan yang mereka inginkan dan perusahaan dapat mengubah
kebijakan dividen mereka dari satu kebijakan kepada kebijakan yang lain dan
membiarkan pemegang saham menjual sahamnya kepada kebijakan yang mereka
sukai. Perubahan kebijakan dividen akan mempengaruhi harga saham. Karena
kelompok itu akan merubah kepemilikan dengan menjual saham mereka. Apabila
hanya beberapa investor baru yang tertarik pada kebijakan baru ini tentu akan
menurunkan harga saham. Sebaliknya apabila kebijakan baru itu dapat menarik
kelompok yang lebih besar dari sebelumnya maka ini akan mengakibatkan harga
2.2.4.5. Kebijakan Dividend an Biaya Agensi
Penerbitan saham baru memerlukan biaya yang mahal. Dalam meningkatkan
modalnya yang berasal dari pembiayaan luar melalui penerbitan saham atau obligasi,
keputusan keuangan dan operasi perusahaan diperiksa dengan teliti oleh kelompok di
luar perusahaan seperti investment banker, dan analisis. Pembayaran dividen yang
lebih tinggi, akan lebih sering perusahaan tentunya menerbitkan saham baru.
Keteraturan pembayaran dividen yang berkesinambungan memaksa kebanyakan
perusahaan untuk sering menjalani pemeriksaan yang lebih teliti, dan proses penilaian
ini mengurangi persoalan agensi. Karena dengan sendirinya biaya pemantauannya
yang diadakan berkurang. Pembayaran dividen yang besar akan berarti jika
biaya-biaya untuk dividen termasuk biaya-biaya emisi saham baru lebih rendah daripada adanya
tambahan biaya pemantauan.
2.2.4.6. Dividend Stability
Laba dan cash flow perusahaan bervariai sepanjang waktu, demikian juga
peluang investasi. Dengan sendirinya pembayaran dividen bervariasi sepanjang
waktu, pembayaran dividen meningkat, bila cash flow besar dan kebutuhan dana
rendah, dan pembayaran dividen menurun dimana cash flow rendah dibandingkan
dengan peluang investasi. Banyak investor tergantung pada dividen untuk
menyesuaikan pengeluaran dan mereka, kondisi ini akan sangat sulit jika arus dividen
tidak stabil. Lebih lanjut, mengurangi pembayaran deviden untuk menambah dana
yang tersedia untuk investasi dapat mengirim sinyal yang salah bagi pasar, dan dapat
memerlukan suatu usaha untuk menyeimbangkan kebutuhan dana internal dengan
kebutuhan dan keinginan pemegangan saham.
Para manajer dan pemegang saham menyadari bahwa mereka saling
membutuhkan, dan apabila terjadi penyimpangan seperti; antara hasil yang nyata
(return) dengan hasil harapan (espektation), adalah disebabkan karena kondisi
ekonomi. Sebagai akibat dari penahanan pendapataan dan inflasi, dewasa ini
kebanyakan perusahaan dan pemegang saham mengharapkan pendapatan tumbuh
sepanjang waktu. Lagi, dividen secara normal diharapkan tumbuh lebih atau kurang
sesuai dengan pendapatan. Oleh karena itu dewasa ini suatu kebijakan dividen yang
stabil secara umum berarti meningkatkan dividen pada suatu tingkat yang mantap
secara masuk akal.
Kebijakan yang paling stabil dari sudut pandang investor, pertama, adalah
bahwa suatu perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dividen yang dapat
diramalkan seperti total return perusahaan (dividen yield plus capital gain yield) harus
secara relative stabil dalam jangka panjang. Dan saham perusahaan harus terlindung
dengan baik terhadap inflasi. Kedua, adalah investor yakin bahwa dividen sekarang
tidak akan dipotong. Perusahaan mungkin tidak tumbuh pada tingkat yang mantap,
tetapi manajemen akan mungkin mampu dan ingin menghindari pemotongan dividen.
Kebijakan dividen yang paling tidak stabil adalah pada perusahaan yang mempunyai
cash flow turun naik tetapi pembayaran dividen dalam suatu cara yang lebih tidak
menentu. Jika suatu perusahaan menstabilkan dividennya sebanyak mungkin, dengan
dapat diminimalkan, dan harga saha dimaksimalkan. Kebanyakan
perusahaan-perusahaan yang sudah matang mempunyai kebijakan dividen yang menekankan
pengumuman dividen yang sesuai dan teratur. Walaupun pendapatan mungkin
berfluktuasi dari tahun ketahun, dividen tidak berfluktuasi dari tahun ketahun.
Sejumlah argumentasi diajukan untuk menekankan pentingnya pembayaran
dividen yang sesuai:
1. Persepsi Stabilitas
Bila suatu perusahaan mengumumkan dividen yang tetap, investor menerima
pengumuman itu sebagai suatu sinyal operasi normal yang berkelanjutan. Pada waktu
yang sama, pengumuman dividen yang menurun akan segera diambil perhatian
sebagai suatu sinyal kesulitan potensial pada masa yang akan datang. Banyak investor
akan segera menjual saham mereka tanpa memeriksa lebih lanjut dan tekanan
pengaruh ini akan menyebabkan suatu penurunan harga pasar saham. Pengumuman
dividen yang stabil menghindari reaksi ini dapat sebagian investor.
2. Preferensi Investor
Pemegang saham perorangan atau dari perusahaan yang matang (memiliki
keahlian) umumnya lebih suka menerima dividen yang stabil. Mereka mengharapkan
menerima sejumlah cash tiap kuartal yang kira-kira sama. Jika perusahaan gagal
mengumumkan suatu dividen, investor akan mencari dan mengivestasikan dalam
Keputusan Dividen yang Rutin
Dengan membangun suatu kebijakan dividen yang stabil, dewan direksi
menghindari suatu diskusi kuartalan terlalu panjang pada tingkat dividen. Kebijakan
ini akan menghindari pemborosan waktu dewan dan memungkinkan staf perusahaan
berkonsentrasi pada masalah yang lain yang lebih penting di hadapi perusahaan.
3. Fleksibilitas Ekstra Dividen
Dengan kebijakan dividen yang baik dan sesuai, perusahaan dapat secara
fleksibel menangani suatu periode perdapatan tinggi yang sifatnya sementara, yang
dikeluarkan dengan mengumumkan suatu dividen ekstra untuk kuartal tersebut. Hal
ini membuat suatu distribusi pendapatan yang lebih besar tanpa memperbesar harapan
investor.
2.2.4.7. Praktek Kebijakan Dividen
Dalam pembelian saham biasa investor menerima sebagai pendapatannya
dalam bentuk capital gain (laba aktiva) dan dividen. Capital gain adalah laba yang
diperoleh dari penjualan sekuritas. Dividen adalah pendistribusian dari pendapatan
perusahaan. Karena kebijakan dividen mempengaruhi keduanya yaitu pembiayaan
jangka panjang dan pendistribusian pendapatan kepada pemegang saham, perusahaan
mungkin menerima dua titik pandang keputusan pembayaran dividen. Pertama,
sebagai suatu keputusan pembiayaan jangka panjang, perusahaan akan menahan
jangka panjang. Pengumuman cash dividen mengurangi jumlah dana yang tersedia
untuk membiayai pertumbuhan baik menghambat pertumbuhan juga memaksa
perusahaan mencari sumber pembiayaan yang lain.
Perusahaan mungkin menahan pendapatan jika terdapat suatu proyek yang
membutuhkan investasi yang dapat menghasilkan laba yang cukup dan adanya suatu
kebutuhan untuk memenuhi struktur modalnya yang berasald ari sumber modal
sendiri. Kedua sebagai suatu keputusan memaksimumkan kesejahteraan, perusahaan
mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh yang kuat pada harga
pasar saham. Dividen yang lebih tinggi meningkatkan nilai saham kepada banyak
investor. Dengan cara yang sama dividen yang rendah menurunkan nilai saham
secara sadar. Perusahaan dalam memaksimumkan kesejahteraan, dengan cara
mengumumkan dividen yang cukup untuk memuaskan harapan investor dan
pemegang saham.
Ada tiga faktor utama yang dapat dijelaskan bahwa seorang investor lebih
menyujai dividen daripada capital gain.
1. Pengurangan ketidakpastian
2. Menunjukkan kekuatan
3. Kebutuhan pendapatan sekarang
Dividen sekarang menunjukkan suatu present value cash inflow bagi investor
Pembayaran dividen menunjukkan likuiditas karena diperlukan dana tunai (cash)
karena cash itu diambil dari operasinya perusahaan. Berarti pembayaran dividen
membawa informai bahwa perusahaan itu cukup memiliki likuiditas yang kuat dan
sehat. Karena banyak investor memerlukan pendapatan untuk memenuhi biaya
hidupnya. Oleh karena itu investor menolak menjual sahamnya untuk memperoleh
cash. Dengan pembayaran dividen memberikan pendapatan bagi investor tanpa
mempengaruhi modalnya.
2.2.4.8. Residual Dividend Model
Dalam konsep ini ditentukan besarnya dividen payout ratio yang tepat bagai
suatu perusahaan. Optimal payout ratio adalah fungsi dari faktor kesukaan investor
pada dividen versus capital gain, peluang investasi perusahaan, target struktur modal
perusahaan, dan ketersediaan dan biaya model ekstern. Dengan berdasarkan pada
faktor diatas maka keempat langkah berikut ini harus diikuti oleh perusahaan:
1. Tentukan anggaran modal optimal
2. Tentukan jumlah modal sendiri yang dibutuhkan untuk permodalan anggaran
tersebut.
3. Menggunakan laba ditahan untuk penyediaan modal sendiri sampai batas sejauh
mungkin.
4. Membayarkan dividen hanya dalam hal pendapat adalah lebih besar dari pada
yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal.
Dalam menentukan rasio pembayaran dividen yang optimal diasumsikan
mengembangkan usahanya dimana modal investasi melebihi laba ditahan yang ada
pada perusahaan itu, maka perusahaan akan meminjam utang baru dengan jaminan
laba ditahan tersebut dengan biaya modal marjinal tertentu dan sampai pada suatu
batas tertentu biaya modal marjinal itu akan konstan. Di luar dari batas tertentu
tersebut mungkin perusahaan memerlukan modal lebih besar untuk memanfaatkan
peluang yang menguntungkan akan menambah modal dengan menerbitkan saham
baru sebagai hasilnya biaya modal marjinal akan meningkat. Dengan
mempertahankan target struktur modalnya maka dapat ditentukan rasio pembayaran
yang optimal. Pembayaran dividen yang berubah-ubah dapat menghilangkan
keyakinan investor terhadap perusahaan. Penggunaan modal residual menjadi
pedomana target payout ratio jangka panjang, tetapi secara jangka pendek dapat
fleksibel.
2.2.4.9. Prosedur Pembayaran
Pembayaran dividen dapat dilakukan secara kuartalan maupun tahunan.
Prosedur pembayaran adalah sebagai berikut:
1. Tanggal Pengumuman
Tanggal pada waktu pengumuman dividen dilakukan oleh dewan direksi.
Pengumuman dividen ini menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk membayar
dividen.
2. Holder-of-recorder date
Tanggal pemegang saham berhak menerima dividen.
Tanggal dimana hak untuk mendapatkan dividen setelah melepaskannya. Biasanya
empat hari terhitung ex-dividen data. Artinya apabila pelepasan terjadi sebelum
tanggal ex-deviden hak dividen jatuh pada pemilik baru. Selanjutnya pelepasan
pada atau setelah tanggal ex-deviden hak jatuh pada pemilik lama.
3. Tanggal Pembayaran
Tanggal dimana perusahaan mendistribusikan cek dividen perusahaan kepada
pemegang saham.
2.2.4.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut
menurut Brigham dan Gapenski (1991) yaitu :
1. Perjanjian Hutang
Kontrak utang sering membatasi pembayaran dividen atas pendapatan yang
dihasilkan sesudah pinjaman dipenuhi. Juga kontrak hutang sering menetapkan
bahwa dividen tidak dapat dibayar kecuali current ratio, times-interest-earned
ratio, dan ratio-ratio keamanan lainnya melebihi yang dinyatakan minimum.
2. Pembatasan Saham Prefered
Dividen saham biasa tidak dibayar jika perusahaan belum membayar dividen
preferrednya. Utang preferred seharusnya dipuaskan sebelum dividen biasa
Pelemahan Peraturan Modal
Pembayaran dividen tidak bisa melebihi item neraca “retained earning”.
Pembatasan aturan ini, dikenal sebagai “pelemahan peraturan modal”, dirancang
untuk melindungi kreditor (likiudasi dividen dapat dibayar dari modal), tetapi
seharusnya ditunjukkan dan tentunya tidak mempunyai modal di bawah batas
yang dinyatakan dalam kontrak utang perusahaan).
3. Ketersediaan Kas
Cash dividend hanya dapat dibayar dengan kas. Oleh karena itu, jika perusahaan
pada suatu kondisi kekurangan kas dapat menghambat pembayaran dividen.
4. Hukuman Pajak Atas Akumulasi Pendapatan yang Tidak Tepat
Hukum pajak memberikan pajak tambahan khusus terhadap pendapat yang
diakumulasikan dengan tidak benar.
5. Pengawas
Jika manajemen ingin tetap mempertahankan pengawasan, perusahaan mungkin
enggan menjual saham baru, oleh karena itu, perusahaan mungkin menahan lebih
banyak pendapatan dari pada sebaliknya. Faktor ini khususnya penting untuk
perusahaan tertutup dan kecil.
2.3. Dividen Yield
Dividen yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham
sekarang (Jones, 2004). Dividen yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang
merupakan salah satu komponen dari total return. Apabila perusahaan memperileh
yang semakin besar. Dengan meningkatnya kemampuan menghasilkan laba yang juga
diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan, hal ini akan menyebabkan
harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik
untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menghasilkan laba sehingga permintaan akan saham tersebut akan meningkat.
Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan
dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia
mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini
berarti apabila dividen yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka
semakin besar kemingkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor
bersedia menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan
saham tersebut akan naik yang pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik
juga. Dividen yield dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dividen yang dibayarkan
Dividen Yield =
Harga saham penutupan akhir tahun
2.4. Volume Perdagangan
Volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengukur apakah para
investor individu mengetahui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan
menggunakannya dalam pembelian atau penjualan saham sehingga akan
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Volume perdagangan merupakan
suatu indikator likuiditas saham atas suatu informasi yang ada di pasar modal.
Kegiatan perdagangan saham diukur dengan menggunakan indikator aktivitas volume
perdagangan (trading volume activity). Menurut Husnan at al (1996) aktivitas
volume perdagangan digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai
informasi tertentu mampu membuat keputusan perdagangan diatas keputusan
perdagangan yang normal. Ukuran tersebut tidak memisahkan keputusan pembelian
dengan keputusan penjualan.
Aktivitas volume perdagangan saham digunakan untuk melihat apakah
investor individual menilai laporan informative, dalam arti apakah informasi tersebut
membuat keputusan perdagangan pada kondisi normal. Menurut Husnan (1998)
volume perdangan merupakan fungsi suppy dan demand serta dapat digunakan
sebagai tanda perubahan menguat dan melemahnya pasar. Volume perdagangan di
pasar modal dapat dijadikan indicator penting bagi investor karena naiknya volume
perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor dipasar
modal.
Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi dibursa akan ditafsirkan
sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan diikuti dengan
peningkatan harga saham merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish
(Husnan, 1998). Saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal cenderung
mengikuti keadaaan ekonomi dan factor-faktor yang mempengaruhi volume
investasi dan perdagangan yang rasional untuk tujuan yang berdasarkan informasi.
Volume perdagangan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Volume Perdagangan =
2.5. Ukuran Perusahaan
Menurut Sawir (2004) bahwa ukuran perusahaan dinyatakan sebagai
determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk beberapa alas an
yaitu :
a. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahaan perusahaan
memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil pada umumnya kekurangan
akses ke pasar modal baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka
memiliki akses biaya peluncuran dari penjualan kecil sekuritas dapat menjadi
penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil
mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga
sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return yang
lebih tinggi secara signifikan
b. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar menawar dalam kontrak
keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai
bentuk hutang, termasuk penawaran special yang lebih menguntungkan
yang digunakan, semakin besar kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang
sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak
standar hutang.
c. Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan
yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya ukuran
perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan.
Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus,
tidak menggunakan rencana keuangan dan tidak mengembangkan sistem
akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan. Hal
ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih
besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam
laba. Kebutuhan dana yang lebih besar mengindikasikan bahwa perusahaan
menginginkan pertumbuhan laba dan juga pertumbuhan tingkat pengembalian laba.
Perusahaan besar akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat
mengakses ke pasar modal dengan lebih mudah jika dibandingkan dengan perusahaan
kecil.
Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal maka
perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dana dalam waktu yang relative cepat.
Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan
mampu membayar duviden yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil. Menurut Machfoedz (1994) bahwa ukuran perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja dan lain-lain yang semuanya
berkorelasi tinggi. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.6. Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan
penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah
permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah
permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek, maka harga
saham cenderung akan naik. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai
sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi jangka panjang
maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di
pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor
internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas perusahaan, dividen, laba perusahaan
dan penjulan, sedangkan factor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi,
kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian.
Harga saham adalah harga pasar yang tercatat setiap hari pada waktu
jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares) maka akan didapatkan nilai pasar
atau nilai kapitalisasi pasar (market capitalization). Kapitalisasi dari saham-saham
yang diperdagangkan dipasar modal dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan
kapitalisasinya yaitu kapitalisasi besar, kapitalisasi sedang dan kapitalisasi kecil. Pada
umumnya saham yang mempunyai kapitalisasi besar menjadi incaran para investor
untuk investasi jangka panjang karena menggambarkan potensi pertumbuhan
perusahaan yang bagus serta memiliki resiko yang rendah (Ang, 1997). Harga saham
dalam penelitian ini dihitung dengan cara menghubungankan kapitalisasi pasar
dengan jumlah saham yang telah terdaftar, sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Harga Saham =
2.7. Bid-Ask Spread
Menurut Fatmawati dan Asri (1999) bid-ask spread adalah persentase selisih
antara bid-price dengan ask-price. Bid price (kurs beli) adalah harga yang dibayar
oleh pembeli dari seorang investor atau harga tertinggi yang diinginkan dealer.
Pembelian ini dilakukan oleh broker. Broker melakukan pembelian sekuritas dari
seorang investor dengan menggunakan kurs beli. Kurs beli ini mempunyai arti
hanya jika broker-broker bersedia membeli pada yang ditentukan oleh broker.
Sedangkan ask-price (kurs jual) adalah harga terendah yang ditawarkan oleh penjual
broke yang menjual sekuritas kepada seorang pelanggan dengan menetapkan kurs
jualnya. Kurs jual mempnyai arti hanya jika broker benar-benar mempunyai sekuritas
yang bersedia untuk dijual pada harga tersebut.
Selanjutnya menurut Fabozzi dan Modigliani (1996) mengartikan bahwa
bid-ask spread sebagai selisih harga yang ditawarkan oleh dealer dengan harga terendah.
Spread merupakan selisih antara harga beli tertinggi yang menyebabkan investor
bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual terendah yang
menyebabkan investor bersediauntuk menjual sahamnya. Bid-ask spread juga dapat
diartikan sebagai selisih harga beli tertinggi dengan pedagang saham bersedia
membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia menjual saham
tersebut. Bid-ask spread merupakan factor yang dipertimbangkan investor untuk
mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus
dipertimbangkan oleh investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga
tertentu yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara permintaan beli
(bid) dengan harga tawaran jual (ask).
Bid-ask spread dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu : (1) quated spread
yaitu perbedaan antara harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market
maker kepada pelanggan potensial atau ada juga yang mengatakan perbedaan antara
kuota permintaan dan penawaran oleh dealer pada waktu tertentu. (2) effective spread
yaitu perbedaan yang terjadi ketika seorang market maker membayar dan menerima
cadangan sekuritasnya atau perbedaan rata-rata antara harga ketika dealer menjual
daripada quated spread. Rumus yang digunakan untuk menghitung Bisk-ask spread
adalah sebagai berikut :
Keterangan:
BAS = Bid-Ask Spread
Pa = Ask price (harga jual)
Pb = Bid price (harga beli)
2.8.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menunjukkan hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menggambarkan
hubungan antara dividen yield, volume perdagangan, ukuran perusahaan dan harga
saham terhadap bid-ask spread, maka kerangka konseptual dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Variabel independen (X) Variabel Dependen (Y)
Deviden Yield
Volume Perdagangan
Harga Saham Ukuran Perusahaan
Bid-Ask Spread
Spread adalah perbedaan kurs jual dan kurs beli. Silisih ini merupakan biaya
yang ditanggung ditambah return yang diharapkan broker. Kurs beli dan kurs jual
merupakan harga dimana broker bersedia dan rela membeli dan menjual dan akan
menyesuaikan harga itu naik atau turun untuk membawa jumlah yang dibeli dan
dijual kearah yang diinginkan. Broker adalah seorang yang tetap bersedia membeli
dan menjual sekuritas pada harga yang diperhitungkan, broker akan mendapat
keuntungan dari perbedaan kurs jual dan kurs beli ini.
Broker ini selalu disebut diibaratkan dengan para penghidup pasar karena
mereka mengarahkan tujuan atas kehendak mereka sendiri dan menanngung resiko
mereka sendiri. Apabila terjadi ketidakseimbangan pasar dimana lebih banyak
pembelian dari penjualan mereka akan melakukan penjualan untuk menyeimbangkan
pasar, sebaiknya apabila lebih banyak penjualan dari pada pembelian untuk
menyeimbangkan pasar, para broker melakukan pembelian.
Dalam melakukan aktivitas sebagai broker, broker menanggung berbagai
biaya atas jasa kesediaan mereka berdagang, bilamana investor lain tidak bersedia.
Biaya-biaya ini adalah holding cost yaitu biaya yang terjadi karena menyimpan
sekuritas dalam bentuk portofolio. Ordering cost adalah biaya yang terjadi karena
mengadakan transaksi jual beli. Information cost adalah biaya yang terjadi karena
tidak tersedianya informasi atau adanya informasi yang merugikan.
Dari studi yang dilakukan oleh Aitken dan Prino (1996) menjelaskan bahwa
presentase bid-ask spread adalah suatu fungsi dari tingkat aktivitas perdagangan, naik